Anda di halaman 1dari 17

MATA KULIAH DOSEN PENGAMPU

SIRAH NABAWIYAH Dr. Firman Surya Putra, Lc., DESA

TUGAS MAKALAH
PERANG KHANDAQ (PERANG AHZAB)

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 6
KELAS VB

1. ILHAM PRASETYO (11930210874)


2. LANDRA MUAZAMI (11930213519)
3. JAINAL SIREGAR (11930210884)

ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR

FAKULTAS USHULUDDIN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU

PEKANBARU

2021
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah Subhanahu Wata‟ala . Tuhan semesta alam yang
telah menciptakan bumi seisinya untuk dipelihara dan digunakan manfaatnya
dengan sebaik-baiknya, serta menjadikan manusia makhluk yang sempurna untuk
berfikir dan berkembang lebih maju sehingga penulis dapat menyelesaikan
penulisan makalah ini.

Sholawat dan salam senantiasa tercurah kepada Nabi-Nya dan Rosul-Nya,


Muhammad Shallallahu „alaihi wasallam beserta para Sahabatnya yang menolong
Agama-Nya dengan usaha yang sungguh-sungguh serta orang-orang yang
mengikuti mereka yang mewarisi ilmu mereka dan ulama itu pewaris para Nabi.

Makalah ini disusun sebagai tugas untuk memenuhi persyaratan dalam


mengikuti proses belajar pada mata kuliah Sirah Nabawiyah yang dibimbing oleh
beliau Bapak Dr. Firman Surya Putra, Lc., DESA yang senantiasa setia
mendampingi dan membimbing kami dalam proses belajar.

Tidak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing yaitu
Bapak Dr. Firman Surya Putra, Lc., DESA yang telah memberi motivasi dan
pengarahan dalam melaksanakan tugas ini.

Pada akhirnya hanya kepada Allah lah penulis berserah diri dan berharap
semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada
umumnya.

Pekanbaru, 09 November 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i

DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ............................................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................ 2

1.3 Tujuan .......................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................... 3

2.1 Penyebab Terjadinya Perang ........................................................................ 3

2.2 Resolusi Parit ............................................................................................... 4

2.3 Strategi Perang Rasulullah ........................................................................... 8

2.4 Hancurnya Ahzab..........................................................................................9

2.5 Kemenangan Pasukan Rasulullah tanpa Pertumpahan Darah.....................11

BAB III PENUTUP ............................................................................................. 13

3.1 Kesimpulan ................................................................................................ 13

3.2 Saran ........................................................................................................... 13

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 14

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perang Khandaq ini terjadi pada tahun 5H pada bulan Syawal. Ini
menurut pendapat yang lebih kuat. Orang-orang musyrik mengepung
Rasulullah SAW, dan orang-orang muslim selama sebulan penuh atau
mendekati itu. Dengan mempromosikan beberapa buku rujukan, dapat diambil
kesimpulan bahwa permulaan pengepungan pada bulan Syawal dan berakhir
pada bulan Dzulqa‟dah. Menurut riwayat Ibnu Sa‟ad, Rasulullah SAW
kembali dari Khandaq pada hari Rabu, seminggu sebelum habisnya bulan
Dzulqa‟dah.
Setelah pecah beberapa peperangan dan manuver militer selama lebih
dari satu tahun, Jazirah Arab menjadi tenteram kembali. Hanya saja orang-
orang Yahudi yang harus menelan beberapa kehinaan dan pelecehan karena
ulah mereka sendiri yang berkhianat, berkonspirasi dan melakukan makar,
tidak mau terima begitu saja. Setelah lari ke Khaibar, mereka menunggu apa
yang akan menimpa orang-orang muslim sebagai akibat bentrokan fisik
dengan para paganis Quraisy. Hari demi hari terus berlalu membawa
keuntungan bagi kaum muslimin, dan kekuasaan mereka semakin mantap.
Oleh karena itu, orang-orang yahudi semakin dibakar marahnya.
Berdasarkan hal tersebut, tentu menuntut penggalian dan pengkajian
yang lebih dalam untuk selanjutnya menghasilkan rumusan-rumusan
penafsiran dan pendapat ulama mengenai Sejarah Perang Khandaq (Perang
Ahzab). Maka dari itu disini penulis akan membahas sebuah kajian ilmiah
mengenai “PERANG KHANDAQ (PERANG AHZAB)”.1

1
Wulan Sariningsih, Tri Yuniyanto, Isawati, “Perang Khandaq (Tahun 627 M): Studi Tentang
Nilai-Nilai Kepemimpinan Dan Relevansinya Dengan Materi Sejarah Islam”, Candi 19, No. 1,
2019, hal. 125-127.

1
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut kami merumuskan masalah sebagai
berikut, yaitu :
1. Apa Penyebab Terjadinya Perang ?
2. Apa Resolusi Parit ?
3. Bagaimana Strategi Perang Rasulullah ?
4. Hancurnya Ahzab ?
5. Bagaimana Kemenangan Pasukan Rasulullah tanpa Pertumpahan
Darah ?
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah tersebut pemakalah telah merumuskan
tujuannya sebagai berikut, yaitu :
1. Dapat Mengetahui Penyebab Terjadinya Perang
2. Dapat Mengetahui Resolusi Parit
3. Dapat Mengetahui Strategi Perang Rasulullah
4. Dapat Mengetahui Hancurnya Ahzab
5. Dapat Mengetahui Kemenangan Pasukan Rasulullah tanpa
Pertumpahan Darah

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Penyebab Terjadinya Perang
Khandaq artinya parit. Perang ini disebut sebagai perang khandaq atau
perang parit. Sedangkan Ahzab adalah bentuk jamak dari Hizb yang artinya
bebrapa partai atau golongan atau sekutu. Perang ini juga disebut perang
Ahzab atau beberapa golongan atau sekutu karena dalam perang ini, orang-
orang kafir Quraisy membentuk tentara gabungan atau sekutu dengan
sebagian besar kabilah Arab dan juga segolongan bangsa Yahudi untuk
menyerbu kaum muslimin diMadinah. Perang ini terjadi pada bulan Syawwal
tahun ke-5 H/627 H dan merupakan perang terberat sepanjang sejarah.2
Sebab-sebab terjadinya perang:
a. Kaum kafir Quraisy dan kaum Yahudi menilai dengan kekalahan
kaum Muslimin pada perang Uhud, maka jika sekali lagi mereka
diserang pastilah akan binasa.
b. Utusan kaum Yahudi kepada kaum Quraisy di Makkah mengajak
untuk mengadakan serangan gabungan menumpas kaum Muslimin
dan Muhammad. Utusan ini terdiri dari Huyai bin Akhthab, Sallam
bin Abil Huqaiq, Kananah bin Abil Huqaiq, Hauzah bin Qais dan
Abu Amar (Bani Wail). Utusan Yahudi itu berjanji pula untuk
menghasut kabilah-kabilah lain yang memang menaruh kebencian
terhadap islam, agar bersama-sama gabung dalam serangan
pamungkas nanti.
Ucapan kaum Yahudi tersebut membuat hati bangsa Quraisy senang
dan mereka segera mengadakan persiapan untuk berperang. Kemudian,
utusan Yahudi itu pergi ke Bani Ghatafan untuk menghasut mereka agar
bersedia memerangi Rasulullah Saw. Utusan kaum Yahudi pergi mengelilingi
seluruh kabilah bangsa Arab dan mengajukan rencana penyerbuan kota
Madinah yang telah di sepakati oleh kaum Quraisy. Hasutan yang di

2
M. Nasution, Debby, Kedudukan Militer Dalam Islam dan Peranannya Pada Masa Rasulullah
SAW, (Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya, 2003), hal. 135.

3
lancarkan oleh orang-orang Yahudi telah menghasilkan perjanjian angkatan
perang bersama antara kaum Yahudi, Quraisy, dan Bani Ghatafan dalam satu
kekuatan.
Adapun perjanjian yang telah disepakati oleh tiga kelompok tersebut
adalah sebagai berikut :
1. Kaum Yahudi diwajibkan menyerahkan seluruh hasil kurma Khaibar
selama setahun penuh.
2. Kaum Quraisy keluar dengan pasukannya sebanyak empat ribu
orang.
3. Bani Ghatafan keluar dengan pasukannya sebanyak enam ribu orang.
4. Pimpinan tertinggi dipegang oleh Abu Sufyan bin Harb.
Itulah perjanjian yang terjadi antara kaum Yahudi, Quraisy, dan Bani
Ghatafan. Menurut keinginan kaum Quraisy, peperangan Ahzab ini adalah
sebagai usaha terakhir untuk menyelesaikan “sengketa” antara Makkah dan
Madinah, sesudah berlangsung sekian tahun lamanya. Karena itu, Abu Sufyan
mengumpulkan segenap kekuatan yang dapat di kumpulkannya.dan
melakukan segala macam tipu daya, dengan penghargaan agar usaha yang
terakhir ini memberi hasil yang gemilang.
Bukan kaum Quraisy sendiri yang memberanikan diri terjun ke medan
perang, orang-orang Yahudi yang gigih itu juga ikut. Mereka datang dari
Khaibar untuk bersekutu dan menambah kekuatan kaum Quraisy. Selain dari
kedua kekuatan yang telah bersekutu ini, ada golongan-golongan lain, terdiri
atas Bani Salim, Bani Asad, Ghatafan, Bani Murrah, dan Asyja yang
menambah kekuatan lawan kaum Muslimin. Kejadian inilah yang pertama
kali dalam sejarah, tanah Arab mempersaksikan lasykar yang berjumlah lebih
dari sepuluh ribu memanggul senjata menyerbu kota Madinah.3
2.2 Resolusi Parit
Kabar mengenai berhimpunnya pasukan musuh dalam jumlah besar dan
maneuver yang mereka lakukan sampai juga ke Madinah. Rasulullah Saw

3
Ahmad Mustafa Mutawali, Syama‟il Rasulullah, terj. Muflih Kamil (Jakarta: Qisthi Press, 2010),
hal. 87.

4
tidak meragukan kebenaran berita yang beliau terima. Rasulullah Saw
kemudian bermusyawarah dengan para sahabatnya. Setelah anggota majelis
bertukar pikiran, mereka sepakat untuk melaksanakan usulan yang
disampaikan oleh sahabat nabi yang bernama Salman Al Farisi untuk
menggali parit. Oleh karena itu, Rasulullah Saw memerintahkan kaum
Muslimin menggali parit-parit yang cukup dalam pada pinggiran-pinggiran
kota yang rawan, atau tidak mudah diterobos musuh.
Kota Madinah dikelilingi kawasan berbatu yang membentang dari
timur, barat, dan selatan. Kawasan-kawasan ini tidak mungkin bisa dilalui
oleh pasukan musuh berjumlah besar karena penuh dengan rintangan-
rintangan yang sulit ditembus, kecuali lewat utara. Dikawasan utara itu,
Rasulullah Saw memilih tempat sempit yang terletak diantara kawasan barat
dan timur, panjangnya sekitar satu mil. Membuat parit menjadi peristiwa
pertama yang disaksikan oleh Arab dan umat Islam, karena mereka belum
pernah menyaksikan sebelumnya parit sebagai sarana untuk berperang.
Rasulullah Saw memulai proses penggalian parit dikawasan barat dari
arah utara Gunung Sal‟un kemudian melanjutkannya dikawasan timur dari
pusat penggalian yang membentang dari areal bebatuan di puncak Bukit Al-
Syaikhain. Nabi Muhammad Saw menugaskan setiap kelompok yang terdiri
dari 10 orang untuk menggali parit seluas 40 hasta. Dalam pekerjaan yang
melelahkan itu, beliau turut serta menggali parit dan mengangkat bebatuan.
Semua penduduk madinah yang hampir seluruhnya kaum Muslimin turut
bekerja meggali parit-parit. Lain halnya dengan kaum munafik dan sejumlah
orang yang imannya masih mengambang dan amat lemah. Mereka tidak turut
serta dalam pekerjaan itu dengan berbagai dalih dan alasan yang dibuat-buat.
Adapula yang turut bekerja, tetapi setelah merasa berat dan letih, secara diam-
diam mereka meninggalkan tempat dan pulang kerumah.
Dalam proses penggalian parit, kaum Muslimin mengalami berbagai
kesulitan dan penderitaan, seperti kedinginan dan kelaparan. Setiap orang
diberi segenggam tepung gandum, kemudian ditanak dengan minyak samin
hingga menimbulkan harum yang semerbak. Para penggali parit mengadukan

5
rasa lapar mereka kepada Rasulullah Saw. mereka mencoba memperlihatkan
kepada beliau satu batu yang diganjal diperut mereka untuk menahan rasa
lapar.
Menurut Ibnu Ishaq, dalam pekerjaan menggali parit-parit pertahanan
itu terjadi beberapa khawariq, yakni kejadian-kejadian yang tidak lazim
terjadi menurut kebiasaan, yang menunjukkan kenabian Muhammad SAW.
diantaranya ialah mu‟jizat kadyah (batu besar yang amat keras, granit). Jabir
menyaksikan, saat kaum Muslimin menggali parit, mereka menemukan
sebuah batu besar yang amat keras dan tidak mampu menghancurkannya
meskipun dengan sekuat tenaga dan dengan peralatan yang ada. Beliau minta
kepada mereka supaya mengambil sewadah air, lalu beliau ciprat-cipratkan ke
atas permukaan batu tersebut seraya berdoa. Beberapa saat kemudian setelah
sisa air ditumpahkan keatas batu itu, tiba-tiba batu yang sekeras itu menjadi
hancur luluh dan berubah menjadi gundukan pasir.4
Parit selesai digali dalam waktu enam hari, sahabat dan Rasulullah
dapat menggali parit sepanjang 5000 hasta, lebarnya 9 hasta, dan dalamnya
9- 10 hasta. Setiap 10 orang ditugasi menggali 40 hasta atau 20 meter. Itu
berarti satu orang kira-kira menggali 2 meter. Kaum Muhajirin menggali
benteng dari pojok Raj‟i di sebelah timur sampai ke Benteng Dzabab. Kaum
Anshar dari pojok Dzabab sampai ke Gunung Ubaid di sebelah Barat.
Dalam buku lain dijelaskan bahwa parit memiliki panjang 5544 m, dalam
3.34 m, dan lebar 4.62 m.5

Setelah penggalian selesai terdengar kabar bahwa pasukan Quraisy


telah menuruni lembah Aqiq tidak jauh di sebelah barat daya Madinah.
Sementara itu, pasukan Ghathafan dan suku-suku lain dari Najd tengah
bergerak menuju Uhud dari arah timur. Semua rumah dikosongkan dan para
penghuninya telah berada di wilayah pertahanan. Nabi kini memerintahkan
agar para wanita dan anak-anak di tempatkan di salah satu ruangan bagian

4
Syaikh Shafiyyurrahman Al-Mubarakfuri, Sirah Nabawiyah, (Jakarta: Ummul Qura, 2011), hal.
544-546.
5
Dhiya‟ Akram Al-Umuri, Sirah Nabawiyah, (Jakarta: Pustaka As-Sunnah, 2010), hal. 441-442.

6
atas benteng. Lantas, beliau berkemah bersama tiga ribu pasukan di tempat
yang telah ditentukan. Tenda kulit merah beliau ditancapkan di kaki
Bukit Sal‟un. Aisyah, Ummu Salamah, dan Zainab mendapat giliran
untuk bersamanya di sana.6
Tentara Mekkah mendirikan kemah tersendiri tidak jauh dari Uhud.
Pasukan Quraisy dan para sekutunya itu terkejut melihat padang rumput
yang ada di oasis yaitu suatu daerah subur terpencil yang berada di tengah
gurun, umumnya mengelilingi suatu mata air atau sumber air lainnya. Oasis
juga dapat menjadi habibat bagi hewan dan bahkan manusia jika memiliki
area cukup luas itu telah dipangkas. Unta-unta mereka dapat bertahan
dengan memakan pohon-pohon akasia di Lembah Aqiq. Sedangkan unta
pasukan Ghathafan sedang makan dua macam pohon tamarisk yang tumbuh
lebat di dataran dekat Uhud. Akan tetapi tidak ada makanan sedikit pun
untuk kuda mereka selain rumput kering yang mereka bawa. Itulah yang
mendorong mereka untuk menyerang musuh secepat mungkin, dan dengan
tujuan yang sama dua pasukan itu bergerak maju untuk menuju kota.20
Rasulullah berangkat dengan tiga ribu personil, di belakang mereka
terdapat Gunung Sal‟un yang dapat dijadikan sebagai pelindung sedangkan
di depan mereka terdapat parit yang membatasi mereka dengan musuh. Di
samping itu, kaum Quraisy berangkat bersama sepuluh ribu pasukan menuju
Madinah, mereka semua terbelalak akan parit yang ada di hadapannya.
Mereka terheran dengan siasat yang dibuat kaum Muslimin, karena mereka
semua tidak memperhitungkan itu sebelumnya. Kaum Quraisy memutuskan
untuk mengepung kaum Muslimin sebab tidak ada cara lain yang dapat
mereka lakukan selain pengepungan. Orang-orang Quraisy hanya berputar-
putar di sekitar parit dan terus mencari-cari titik lemah yang bisa
dimanfaatkan. Pasukan Muslimin terus melakukan pengawasan dalam
memantau gerakan musuh dengan menghujani anak panah agar mereka tidak

6
Martin Lings, Muhammad, terj. Qamaruddin SF (Jakarta: Serambi Semesta, 2003), hal. 351.

7
mendekati parit.7
2.3 Strategi Perang Rasulullah
Adapun Strategi yang dilakukan oleh Rasulullah pada saat Perang
Khandaq terbagi menjadi tiga bagian, yaitu
1. Strategi sebelum pertempuran,
2. Strategi saat pertempuran dan
3. Strategi pasca pertempuran.
Strategi perang sebelum pertempuran berupa mata-mata kaum
Muslimin yang senantiasa waspada mengawasi aktivitas masyarakat di sekitar
wilayah Madinah. Hal ini mengakibatkan rencana pasukan sekutu untuk
menyerang Madinah diketahui oleh Rasulullah dengan cepat. Rasulullah dan
pasukan Muslimin melakukan penggalian parit untuk pertahanan sesuai
dengan usul Salman Al-Farisi. Hal ini membuat pasukan sekutu tidak bisa
menyerang Madinah. Rasulullah mengamankan kaum wanita, anak-anak dan
kaum orangtua dalam benteng yang tinggi sebelum pasukan sekutu datang.
Rasulullah mengatur posisi tenda dan barisan pasukan kaum Muslimin setelah
penggalian parit selesai. Rasulullah sempat memiliki ide untuk mengadakan
perdamaian daami dengan Kabilah Ghatafan yang bergabung dengan pasukan
sekutu akan tetapi usulnya ditolah olek kepala suku Madinah sehingga urung
dilakukan.
Rasulullah melaksanakan beberapa strategi saat pertempuran.
Rasulullah sudah menempatkan beberapa orang untuk berjaga-jaga apabila
ada musuh yang berhasil menyebrangi parit. Hal ini mengakibatkan beberapa
pasukan sekutu yang berhasil menyebrangi parit berhasil ditangani oleh kaum
Muslimin. Kaum Bani Quraidzah yang dipimpin Ka‟ab bin Asad bergabung
bersama pasukan sekutu untuk menyerang kaum Muslimin. Rasulullah
mengutus Salamah bin Aslam bersama 200 pasukan Muslimin dan Zaid bin
Haritsah bersama 300 pasukan Muslimin agar menjaga Kota Madinah dan
meneriakkan takbir untuk menakut-nakuti kaum Bani Quraidzah. Kaum Bani

7
Syaikh Shafiyyurrahman Al-Mubarakfuri, Sirah Nabawiyah, (Jakarta: Ummul Qura, 2011), hal.
550-551.

8
Quraidzah gagal membantu pasukan sekutu untuk menyerang kaum
Muslimin. Rasulullah memerintahkan Nu‟aim bin Mas‟ud yang baru masuk
Islam untuk masuk ke dalam barisan musuh dan membuat propaganda antara
yang satu dengan yang lain. Hal ini mengakibatkan pasukan sekutu menjadi
hilang kepercayaan satu sama lain.
Strategi Rasulullah pasca pertempuran Khandaq adalah memerintahkan
salah satu pasukan Muslimin untuk mengecek kondisi musuh. Hal ini untuk
mengetahui apakah pasukan musuh berniat pulang atau melanjutkan
pertempuran sehingga langkah selanjutnya harus disusun apabila musuh tetap
menyerang hari esok. Rasulullah mengirim Muhammad bin Maslamah
bersama 30 prajurit berkuda ke Al-Ruqtha‟ setelah mengetahui pasukan
musuh pulang untuk memberi peringatan kepada Ubaid bin Qilab dari
Kabilah Ailan yang telah bergabung dengan pasukan sekutu. Rasulullah
menghukum pasukan Yahudi Bani Quraidzah dengan hukuman para prajurit
kaum Yahudi dieksekusi, anak-anak dan kaum wanita ditawan, serta harta
benda dibagi-bagi kepada kaum Muslimin.8
2.4 Hancurnya Ahzab
Tekanan terhadap kaum muslimin menjadi bertambah ketika mereka
mendengar berita bahwa orang-orang Yahudi Bani Quraidzah yang telah
mengadakan perjanjian damai dengan mereka mengingkari perjanjian dan
berkhianat. Kemudian Rasulullah SAW, mengutus Sa‟ad bin Muadz dan
Sa‟ad bin Ubadah untuk berangkat ke Bani Quraidzah. Mereka berdua
mendapati bahwa Bani Quraidzah telah mengingkari perjanjian dan merobek
surat perjanjian. Kecuali Bani Sa‟nah mereka keluar menuju benteng kaum
muslimin untuk memenuhi perjanjian. Maka Bani Quraidzah mengumumkan
pembatalan perjanjian tersebut.
Pasukan Ahzab datang dari atas mereka, Bani Quraidzah dari bawah
mereka. Kaum muslimin ditimpa musibah dan goncangan yang sangat besar.
Penjagaan kota Madinah diatur bergiliran oleh Rasulullah, Salamah bin Al
8
Wulan Sariningsih, Tri Yuniyanto, Isawati, “Perang Khandaq (Tahun 627 M): Studi Tentang
Nilai-Nilai Kepemimpinan Dan Relevansinya Dengan Materi Sejarah Islam”, Candi 19, No. 1,
2019, hal. 130-131.

9
Ausi memimpin 200 orang pasukan dan Zaid bin Haritsah memimpin 300
orang pasukan untuk menjaga Madinah.
Ketika melihat parit, orang-orang Quraisy terkejut dan mereka bingung
untuk menyerbunya, karena setiap mereka ingin menyerbu, kaum muslimin
menghujani mereka dengan anak panah. Maka pengepungan diperketat
selama 24 malam. Lamanya pengepungan menyebabkan lemahnya pasukan
Ahzab, terlebih lagi tujuan mereka tidak sama. Quraisy ingin menghancurkan
kaum muslimin untuk menyelamatkan jalur perdagangan dan penyembahan
berhala mereka, sedangkan kabilah-kabilah yang lain menginginkan
kemenangan yang cepat untuk merampas Madinah.
Apapun yang terjadi, di satu sisi semangat pasukan Ahzab menurun
disebabkan lamanya pengepungan, dan di sisi lain karena bertiupnya angin
topan yang kencang dan dingin menyebabkan kemah-kemah mereka porak-
poranda dan lain sebagainya. Abu sufyan mengajak mereka pergi, mereka
hanya memperoleh keltihan dan kerugian harta benda.
Hal ini telah jelas didalam Al-Qur‟an yang artinya:
“Wahai orang-orang yang beriman, ingatlah akan nikmat Allah yang
telah dikaruniakan kepadamu, ketika datang kepadamu tentara-tentara,
laul kami kirimkan kepada mereka angin topan dan tentara yang tidak
dapat kamu lihat. Dan Allah adalah Maha Melihat apa yang kamu
kerjakan”.
Maka diutuslah seorang sahabat yang bernama Hudzaifah Ibnul Yaman
untuk menyelidiki keadaan pasukan Ahzab. Ketika sampainya Hudzaifah
dilokasi, dia melihat Abu Sufyan bersam sekumpulan pasukan kecil yang
sedang duduk membelakangi api karena kedinginan. Setelah melihat kondisi
tersebut, ia langsung balik kepada Rasulullah, dan setibanya ia didepan
Rasulullah, ia mengatakan : “Wahai Rasulullah, orang-orang meninggalkan
Abu Sufyan dan yang tersisa hanyalah sekelompok kecil yang berada
disekeliling api karena kedinginan.

10
Maka dengan kejadian tersebut bisa dijadikan sebagai suatu tanda
bahwa pasukan Ahzab mengalami kehancuran dan mereka meninggalkan
Kota Madinah.9
2.5 Kemenangan Pasukan Rasulullah tanpa Pertumpahan Darah
Allah SWT memberikan kemenangan kepada kaum muslimin dalam
perang Khandaq ini tanpa melalui pertempuran. Allah mengalahkan mereka
dengan dua sarana yang tidak melibatkan kaum muslimin sama sekali.
Pertama, dengan seorang laki-laki dari kaum Musyrikin, bernama Nu‟aim bin
Mas‟ud, yang datang kepada Rasulullah menyatakan dirinya masuk Islam
yang kemudian menawarkan diri kepada Rasulullah untuk melaksanakan
segala bentuk perintah yang diinginkan oleh Rasulullah SAW. Lalu
Rasulullah memberikan tugas untuk memecah kekuatan musuh.
Nu‟aim kemudian segera pergi mendatangi orang-orang Bani
Quraidzah untuk meyakinkan mereka mengira bahwa Nu‟aim masih sebagai
orang Msuyrik agar mereka tidak turut berperang bersama-sama kaum
Quraisy sebelum mendapat jaminan dari mereka berupa beberapa orang
terkemuka sebagai sandera, supaya kaum Quraisy tidak mundur
meninggalkan mereka sendirian di Madinah tanpa pembela dalam
menghadapi Muhammad SAW dan para sahabatnya. Mereka menjawab:
“Engkau telah memberikan suatu pendapat yang amat baik”.
Setelah itu Nu‟aim pergi mendatangi pemimpin-pemimpin Quraisy.
Kepada mereka Nu‟aim memberitahukan bahwa Bani Quraidzah telah
menyesal atas apa yang mereka lakukan dan secara sembunyi-sembunyi
mereka telah melakukan kesepakatan bersama Rasulullah untuk menculik
beberapa pemimpin Quraisy untuk diserahkan kepada Rasulullah untuk
dibunuh. Karena itu, bila orang-orang Yahudi itu datang kepada kalian untuk
meminta beberapa orang sebagai sandera, janganlah kalian menyerahkan
seorang pun kepada mereka.
Nu‟aim kemudian pergi mendatangi orang-orang Bani Quraidzah.
Kepada mereka ia mengatakan apa yang dikemukakannya kepada orang-

9
Dhiya‟ Akram Al-Umuri, Sirah Nabawiyah, (Jakarta: Pustaka As-Sunnah, 2010), hal. 451-455.

11
orang Quraisy. Maka dari sini terjadi saling salah paham diantara mereka dan
saling tidak percaya satu sama lain dan masing-masing dari mereka menuduh
terhadap yang lainnya sebagai berkhianat.
Kedua, dengan mengirimkan angin topan yang amat dahsyat dan sangat
dingin sehingga menghancurkan perkemahan musuh Rasulullah dan segala
macam yang ada pada mereka. Maka dengan kejadian ini kaum Musyrikin
kembali meninggalkan medan perang dan Rasulullah bersama para sahabat
kembali ke Madinah.
Selama perang Ahzab ini berlangsung, Nabi SAW tidak henti-hentinya
siang dan malam senantiasa beristighatsah, merendahkan diri dan berdoa
kepada Allah untuk kemenangan kaum Muslimin. Allah mendengar doa
Rasulullah dan mengabulkan permohonan Rasulullah SAW.10

10
Muhammad Sa‟id Ramadhan al-Buthi, Sirah Nabawiyah: Analisis Ilmiah Manhajiah Sejarah
Pergerakan Islam di Masa Rasulullah SAW, (Jakarta: Robbani Press, 1999), hal. 279-282.

12
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Perang Khandaq merupakan peristiwa peperangan yang dimenangkan
oleh kaum Muslimin. Faktor kepemimpinan menjadi salah satu penyebab
kemenangan. Rasulullah sebagai pemimpin perang memiliki kemampuan
untuk menyusun dan melaksanakan strategi yang efektif dan efisien. Strategi
peperangan terdiri dari pertahanan dan penyerangan. Faktor penyebab
kemenangan lainnya adalah sifat-sifat mulia yang ditunjukkan pemimpin
perang dalam peristiwa Perang Khandaq. Sifat-sifat mulia tersebut antara lain
adalah pemimpin yang memberikan teladan, memberi semangat, ikut
merasakan penderitaan serta mampu memberikan ketenangan kepada kaum
Muslimin dalam kondisi genting.
Adapun pembahasan yang relevan disini adalah peperangan-peperangan
yang dipimpin oleh Rasulullah. Hal tersebut dikarenakan dua hal, yaitu
pertama, Perang Khandaq mampu menunjukkan konsistensi Rasulullah
sebagai pemimpin dan masyarakat Muslimin sebagai anggota yang tetap
memegang teguh hubungan baik dengan Tuhan (hablun minallah) dan
menjunjung tinggi hubungan baik dengan sesama manusia (hablun minannas)
dalam segala keadaan. Kedua, nilai-nilai kepemimpinan dalam Perang
Khandaq selaras dengan sikap bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan
sikap toleransi yang relevan dengan pembahasan materi eksistensi Islam masa
Rasulullah di Madinah.
3.2 Saran
Diharapkan dengan adanya bahan bacaan ini dapat menambah wawasan
dan pengetahuan pembaca mengenai Perang Khandaq (Perang Ahzab).
Penulis sangat yakin bahwa masih banyak kekurangan yang terdapat di dalam
makalah ini. Penulis mengharapkan banyak saran dan kritikan agar kiranya
makalah ini bisa menjadi lebih sempurna.

13
DAFTAR PUSTAKA

Al-Buthi, M. S. (1999). Sirah Nabawiyah: Analisis Ilmiah Manhajiah Sejarah


Pergerakan Islam di Masa Rasulullah SAW. Jakarta: Robbani Press.
Lings, M. (2003). Muhammad, Terjemahan Qamaruddin. Jakarta: Serambi
Semesta.
M. Nasution, D. (2003). Kedudukan Militer Dalam Islam dan Peranannya Pada
Masa Rasulullah. Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya.
Mutawali, A. M. (2010). Syama'i Rasulullah, terjemahan Muflih Kamil. Jakarta:
Qisthi Press.
Wulan Sariningsih, T. Y. (2019). Perang Khandaq (Tahun 627 M) Studi Tentang
Nilai-nilai Kepemimpinan Dan Relevansinya Dengan Materi Sejarah
Islam. Candi, 125-127.
Al-Umuri, D. A. (2010). Sirah Nabawiyah. Jakarta: Pustaka As-Sunnah.
Al-Mubarakfuri, S. (2011). Sirah Nabawiyah. Jakarta: Ummul Quro.

14

Anda mungkin juga menyukai