Anda di halaman 1dari 17

ISLAM PADA MASA ABU BAKAR ASH-SHIDDIQ

Makalah

Di Ajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

“Sejarah Kebudayaan Islam”

Oleh:

Wahid Hoirul Anam 1012019014

Asma Nadia 1012019006

Dosen Pengampu:

Moh. Syaifudin, S.S.I., M.Pd.I

SEKOLAH TINGGI ILMU BAHASA ARAB DAN DAKWAH

MASJID AGUNG SUNAN AMPEL

SURABAYA

2019
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT. Yang telah
melimpahkan rahmat dan karuniaNya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan makalah
dengan lancar dan tepat waktu.

Sholawat serta salam sennatiasa terlimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW. Sang
figure centarl umat Islam, pembimbing umat dari jalan kegelapan menuju jalan yang terang
benderang. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Moh. Syaifudin, S.S.I., M.Pd.I.

Selanjutnya penulis menyadari bahwa di dalam penulis makalah ini tidak luput dari
kesalahan, untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan, guna
perbaikan makalah selanjutnya.

Akhirnya dengan rasa syukur Alhamdulillah, penulis berharap makalah kecil ini
dapat bermanfaat bagi kita semua, amin.

ii
Daftar Isi

Kata Pengantar ........................................................................................................................ii

Daftar Isi ................................................................................................................................. iii

BAB I

PENDAHULUAN .................................................................................................................... 1

BAB II

PEMBAHASAN ....................................................................................................................... 2

BAB III

PENUTUP ............................................................................................................................... 12

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 14

iii
BAB 1

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Nabi Muhammad adalah manusia terbaik, dan umat Nabi Muhammad merupakan
ummat terbaik, dan Abu Bakar Ash-Shiddiq merupakan manusia terbaik dari ummat Nabi
Muhammad. Jadi, perlulah kita mengetahui sejarah beliau, yang mana dewasa ini telah
banyak sekali berita berita hoax, berita berita yang sudah di ubah ubah oleh golongan
golongan yang membenci shahabat Nabi Muhammad, lebih lebih benci kepada Abu Bakar
Ash-Shiddiq, manusia terbaik dari ummat Nabi.

Abu Bakar merupakan Khalifah pertama setelah wafatnya Nabi Muhammad, ketika
beliau menjabat sebagai khalifah pertama, banyak sekali kejadian dan masalah yang terjadi,
tapi Abu Bakar bisa mengatasi semua masalah itu dengan baik, dan ketika beliau menjadi
khalifah, banyak daerah yang telah beliau taklukan, dan menyebarkan agama islam di sana,
dan semua itu, Insya allah akan di bahas dalam makalah kecil ini, dan semoga makalah ini
bisa bermanfaat bagi kita semua, amin.

2. Rumusan Masalah
1. Apa saja keutamaan Abu Bakar Ash-Shiddiq ?
2. Apa peran Abu Bakar ketika masa Rasulullah ?
3. Daerah mana yang telah di taklukan oleh Abu Bakar ?

3. Tujuan Masalah
1. Keutamaan Abu Bakar: Penyabar, penuh kasih sayang, lemah lembut.
2. Abu Bakarlah yang menguatkan hati Nabi dan menjadi penasehat Nabi
3. Syam dan Irak adalah nama salah satu daerah yang ditaklukkan Abu Bakar

1
BAB II

PEMBAHASAN

1. Historis Abu Bakar Ash-Shiddiq


Abu Bakar Ash-Shiddiq lahir 2 tahun setelah Rasulullah, yang bertepatan dengan
tahun 573 M. Nama aslinya, Abu Quhafah Utsman bin ‘Amir berasal dari Bani Tamim,
yaitu sebuah klan Quraisy dengan jabatan asynaq, yang mengurusi segala hal yang
mencakup kompensasi pembunuhan pada masa Jahiliyah.

Sejak muda beliau dikenal dengan budi luhur yang baik, beliau menghindari gaya
hidup Jahiliyah yang serba syirik, karena itulah beliau menjadi shahabat terdekat
Rasulullah saw. Kedekatanya dengan Rasulullah dan dalamnya kepercayaan beliau
kepada Rasulullah, membuatnya masuk Islam lebih awal dari orang lain, dan karna itu
pula beliau mendapat gelar Ash-Shiddiq. Ulama sepakat bahwa Abu Bakar Ash-Shiddiq
merupakan orang pertama yang masuk Islam dari golongan lelaki dewasa, keislamanya
hanya kalah awal dengan Sayyidah Khadijah dan -bisa jadi- Ali bin Abi Thalib.1

2. Keutamaan Abu Bakar Ash-Shiddiq


Ulama Ahlusunnah wal Jamaah telah sepakat, bahwasanya Abu Bakar
merupakan manusia terbaik dari umat Nabi, bahkan kesempakatan ini sudah ada sejak era
shahabat. Meskipun banyak Hadis Nabi yang mengunggulkan shahabat-shahabat lain -
terutama Umar bin Khattab, Utsman bin Affan, dan Ali bin Abi Thalib- tapi hal itu tetap
tidak bisa menggeser kedudukan Abu Bakar sebagai manusia terbaik umat Nabi
Muhammad saw. Selain kokohnya iman yang tertanam di dalam hati, Abu Bakar juga
dikenal dengan sifat-sifat mulia, seperti dermawan, teguh pendirian, lemah lembut,
penuh kasih sayang, dan kuat memegang teguh agama.2

1
Moh. Yasir, Sidogiri Media, edisi 103 Rajab 1436 H, hal 84.

2
Ibid, hal 85.

2
3. Periode Makkah
Di awal periode kenabian, banyak tokoh muda Quraisy yang masuk Islam karena
beliau, sebut saja, Utsman bin Affan, Abdurrahman bin Auf, Thlhah bin Ubaidillah,
Zubair bin Awwam, Saad bin Abi Waqsh, dll.
Abu Bakar adalah penolong Rasulullah ketiga setelah Abu Tholib dan Sayyidah
Khadijah dari perlakuan diskriminatif kaum Quraisy dan segala ujian yang merintangi,
bahkan Abu Bakar rela berkorban harta, raga, bahkan nyawa, demi membela risalah yang
di bawa oleh Rasulullah SAW, dan juga Abu Bakar berdiri di barisan paling depan dalam
menghentikan penyiksaan budak dan kaum papa yang masuk Islam meskipun beliau
harus merogoh kocek yang cukup dalam untuk memerdekakan budak, seperti sang
muadzin, Bilal bin Rabah.
Tidak di situ saja, pengorbanan Abu Bakar semakin nampak ketika hijrah,
beliaulah yang menemani Rasulullah selama 3 hari di gua Tsur, bahkan sebelum itu,
ketika Rasulullah menjadi buronan Quraisy pun, beliau selalu menemani Rasulullah
sampai akhirnya hijrah ke Yatsrib. Allah menyebut Abu Bakar dengan kalimat penuh
ِ ‫ي اثْنَي ِْن اِذْ ُه َما فَ ْي الغ‬
cinta dalam Al-Qur’an ‫َار‬ َ ‫( ثَا ِن‬Orang kedua yang mendamping di dalam
gua). Akhirnya hijrah berjalan dengan baik dan menandakan berakhirnya periode Makkah
yang penuh derita, menuju kejayaan Islam di bumi Madinah.3

4. Periode Madinah
Peran Abu Bakar semakin kuat ketika periode Madinah, beliau bersama Umar bin
Khattab hampir tidak pernah berpisah dengan Rasulullah, kedua shahabat Nabi ini
menjadi semacam penasehat yang sering dimintai pendapat oleh Rasulullah dalam banyak
persoalan. Peristiwa demi peristiwa berlalu, Abu Bakar tetap setia menemani Rasulullah,
bahu-membahu membangun Madinah menjadi negara Islam yang ideal, aman, dan penuh
dengan pancaran cahaya Tauhid. Abu Bakar juga senantiasa meneguhkan hati Rasulullah,
dalam menghadapi tantangan musuh, baik itu musuh dari luar, seperti kafir Quraisy, dan
Qudha’ah, maupun dari dalam, seperti Yahudi Madinah dan kubu munafik yang di
pimpin Abdullah bin Ubai.

Sampai akhir masa Rasulullah, Abu Bakar tetap menunjukan hasil yang luar biasa,
dengan dukungan dan bantuan orang-orang terdekat yang berjuang sehidup dan semati.
Dan akhirnya, Islam muncul bukan hanya sekedar agama yang menghilangkan akidah

3
Ibid, hal 85.

3
Jahiliyah nan musyrik, tapi Islam juga menjadi komunitas masyarakat yang beradab dan
bertaqwa. Komunitas ini adalah embrio negara yang akan menantang dunia, yang
menggusur negara adidaya, yaitu Romawi dan Persia.

Untuk meraih kejayaan itu, tidaklah mudah. Pasukan Islam harus berjibaku dalam
medan pertempuran dan mengorbankan banyak nyawa dalam ekspedisi militer yang
dikirim ke berbagai daerah di Jazirah Arab. Tercatat ada sekitar 28 ghazwah (misi militer
yaang di pimpin langsung oleh Rasulullah) dan 53 sariyah (ekspedisi militer yang dikirim
oleh Rasulullah dan dipimpin oleh para shahabat), dari 28 ghazwah yang di pimpin
Rasulullah, Abu Bakar hampir pasti dilibatkan sebagai pendamping beliau. Mulai dari
perang Badar, Uhud, Khandaq, sampai Perjanjian Hudaibiyah dan Haji Wada’, Abu
Bakar selalu di ajak. Abu Bakar hanya absen di perang Tabuk, ghazwah terakhir pada
tahun 9 H.

Sebaliknya, ketika Rasulullah SAW. mengirim sariyah, Abu Bakar hampir tidak
pernah dilibatkan, sebab tenaga dan pemikiran beliau di butuhkan oleh Rasulullah di
Madinah. Sehingga, tercatat baliau hanya 2 kali dikirim memimpin sariyah, yaitu sariyah
menuju Bani Fazarah (Ramadhan tahum 6 H) dan menuju Bani Kilab (Sya’ban 7 H).4

5. Pembaiatan Abu Bakar


Isyarat penunjukan Abu Bakar sebagai khalifah, bisa dirasakan oleh shahabat,
selain beliau sangat dekat dengan Rasulullah, ketika perang Tabuk, yaitu ghazwah
terakhir Rasulullah, Rasulullah sengaja meninggalkan Abu Bakar untuk menjadi
pemimpin Madinah, menggantikannya, dan yang menarik lagi, Ali bin Abi Thalib pun
juga tidak di ikutkan oleh Nabi, padahal Ali bin Abi Thalib pasti dilibatkan oleh Nabi
dalam semua ghazwah, tapi kali ini tidak, karna di tugaskan menjaga ahlul bait (keluarga)
Nabi di Madinah.

Hal tersebut, oleh ulama dianggap sebagai isyarat tentang posisi kedua shahabat
itu setelah wafatnya Rasulullah, yaitu Abu Bakar sebagai pemimpin (khalifah), dan Ali
bin Abi Thalib menjadi pelindung Ahlul bait. Saqifah Bani Saidah menjadi saksi
penunjukan pertama pengganti Rasulullah, dan ada sedikit ketegangan dan kesalah
pahaman yang terjadi, yang mana hal itu bisa diredam oleh Abu Bakar. Dari peristiwa

4
Ibid, hal 86.

4
tadi, bisa kita lihat bahwa Abu Bakar merupakan manusia teragung dari Umat Nabi
Muhammad SAW.5

6. Keadaan Islam Setelah Kewafatan Rasulullah SAW.


Tahun 11 Hijriah adalah langkah awal Abu Bakar menjadi Khalifah pertama umat
Islam, dan para shahabat yakin dan optimis bahwa beliaulah yang cocok untuk
menggantikan Rasulullah. Karena tidak mudah mencarikan pengganti “sempurna” seperti
Rasulullah, bahkan tidak mungkin ada seseorang yang setara dengan beliau, apalagi suhu
politik di Madinah memanas pasca kewafatan Rasulullah, nabi-nabi palsu bermunculan,
mayoritas bangsa Arab murtad, dan shalat Jum’at hanya dilakukan di Makkah dan
Madinah. Ditambah lagi, kedaulatan Negara Madinah dengan semangat persatuan Islam,
kini mulai memudar, disebabkan fanatisme kabilah yang kembali menguap mengiringi
fenomena riddah.

Kejadian Bani Sa’idah telah berlalu. Begitu pula beberapa problem terkait
perawatan jenazah Rasulullah, tempat pemakaman beliau, dan masalah harta warisan,
semuanya bisa diredam dan diatasi oleh sang khalifah pertama. Usai meredakan
ketegangan di dalam kota Madinah, saatnya mengatasi masalah-masalah lain yang telah
menunggu di luar.6

7. Bersihkukuh Memberangkatkan Pasukan Usamah


Hal pertama yang di lakukan Abu Bakar, bukan memberangus nabi palsu, bukan
menumpas kaum murtad, bukan memerangi kelompok anti zakat, melinkan
memberangkat pasukan Usamah bin Zaid, misi militer terakhir Rasul yang belum
terlaksana. Tidak semua shahabat setuju dengan rencana dengan Abu Bakar tersebut,
karena dilihat dari sudut pandang manapun, menantang berperang dengan Arab Utara
yang disokong Romawi, tidaklah ideal bila dilaksanakan saat kondisi seperti itu,
seandainya menangpun, mungkin manfaatnya tidak terlalu terasa, mengingat Islam telah
kehilangan sebagian besar pengikutnya.

Tapi Abu Bakar tetaplah Abu Bakar. Ia adalah ash-Shiddiq, hatinya tidak kuat
menggagalkan rencana yang di inginkan sang Kekasih, Rasulullah. Maka terlontarlah

5
Ibid, hal 87.
6
Moh. Yasir, Sidogiri Media, edisi 104 Syaban 1436 H, hal 82.

5
kata-kata dari Abu Bakar, “Aku tidak akan menguraikan tali bendera yang telah di ikat
oleh Rasulullah”.

Beliau tetap bersihkukuh memberangkatkan pasukan itu, bahkan beliau sendiri


yang memantau ke Jurf, markas Usamah yang terletak kurang lebih 5 km arah utara
Madinah. Di Jurf, beliaulah yang mengantarkan pasukan tersebut, sang khalifah berjalan
kaki, menemani sang panglima muda yang duduk gagah di atas pelana. Ternyata
keberangkatan pasukan Usamah berdampak luar biasa, di setiap perkampungan Arab, di
antara Madinah hingga Syam yang di lewati, menghadirkan rasa takut pada hati orang-
orang murtad, dan bergumam “Tidak mungkin pasukan sebesar ini keluar kecuali mereka
telah memiliki pertahanan yang kuat di Madinah”. Banyak diantara mereka yang kembali
memeluk Islam, karena pengaruh pasukan Usama.

Tidak hanya bangsa Arab, bangsa Romawi juga merasa segan, mereka bergumam
“Tidak mungkin pasukan Islam berangkat berperang jika tidak di dukung kekuatan politik
dan militer yang stabil”. Sekitar 40 hari, pasukan Usamah kembali dengan membawa
kemenangan dan ghanimah.7

8. Penumpasan Kaum Murtad dan Anti Zakat


Gerakan ini dimulai sejak penghujung tahun 11 H dan berlangsung hingga awal
tahun 12 H. Abu Bakar dengan kharismatiknya, berhasil menyatukan para shahabat untuk
menumpas kaum murtad dan anti zakat. Maka dikirimlah 11 pasukan yang di pimpin oleh
panglima-panglima pilihan. Sasaranya tersebar hampir seantero Jazirah Arab, daerah
yang sangat luas, seluas wabah riddah menyebar. Ancaman kaum murtad tidaklah kecil,
bahkan kelompok mereka pernah menyerang Madinah, namun bisa di pukul mundur dan
melarikan diri ke Dzul Qashshah. Abu Bakar turun sendiri ke medan perang untuk
melawan kelompok murtad di Dzul Qashshah. Sedangkan Usamah bin Zaid di tugaskan
menggantikan khalifah di Madinah. Abu Bakar dan pasukanya yang terdiri dari shahabat
senior berhasil memenangkan perang ini.

Alhasil, semua ekspedisi militer yang dikirim Abu Bakar meraih kemenangan,
semua nabi palsu sudah di berantas, orang murtad telah kembali kepangkuan Islam, dan
syiar Islam kembali berjaya di seluruh Jazirah Arab. Harga yang dibayarpun juga tidaklah
murah, ratusan shahabat gugur sebagai syuhada’, terutama di Yamamah, medan perang

7
Ibid, hal 83.

6
yang sangat dahsyat melawan si licik Musailamah. Tapi dampak dan manfaat yang diraih
dari gerakan ini sangatlah banyak.8

Operasi penumpasan
kaum murtad dan anti
zakat. 1. Khalid bin Sa’id
bin al-‘Ash untuk
mengamankan perbatasan
Syam.

2. ‘Amr bin al-‘Ash


menuju Qudha’ah.

3. Khalid bin al-Walid


untuk memerangi
Thulaihah bin Khuwailid
al-Asadi dan kaumnya, lalu
Malik bin Nuwairah dari
Bani Tamim, lalu
Musailamah al-Kadzdzab.

4. Al-‘Alla’ bin al-Hadharami memerangi al-Hatham bin Dhabi’ah, pimpinan Bani Qais
bin Tsa’labah dan murtaddin Bahrain.

5. Ikrimah bin Abi Jahal untuk memerangi Musailamah bin Habib al-Hanafi di Yamamah,
lalu membantu Al-‘Alla’ bin al-Hadharami di Daba, setelah itu menuju Muhrah.

6. Syurahbil bin Hasanah, dikirim untuk membantu Ikrimah memerangì Musailamah.


Usai dari Musailamah, pasukan Syurahbil diarahkan menuju Hadramaut.

7. Hudzaifah bin Mihshan untuk memerangi Dzut-Taj Laqith bin Malik al-Azdi di Daba,
Oman.

8. ‘Arfajah bin Hartsamah al-Bariqi menuju Muhrah.

9. Thuraifah bin Hajiz as-Sulaim untuk memerangi Bani Sulaim dan koalisinya dari
sesama Bani Hawazin.

8
Ibid, hal 83.

7
10. Al-Muhajir bin Abi Umayah al-Makhzumi, untuk memerangi al-Aswad al-‘Ansi di
Yaman, lalu ‘Amr bin Ma’dikarib az-Zabidi, kemudian Qais bin Maksyuh al-Muradi,
setelah itu al-Asy’ats bin Qais al-Kindi.

11. Suwaid bin Muqarrin al-Ausi menuju Tihamah Yaman.9

Peta penumpasan kaum murtad dan anti zakat

9. Perang Paling Dahsyat


Dari sekian banyaak gerakan penumpasan kaum murtad dan anti zakat, Perang
Yamamah memiliki tempat tersendiri dalam sejarah Peradaban Islam. Perang melawan si
nabi palsu, Musailamah al-Kadzdzab dari Bani Hanifah, merupakan perang yang paling
dahsyat, karena melibatkan kedua kubu pasukan yang besar, dan juga tidak sedikit
memakan korban diantara kedua belah pihak, termasuk beberapa pembesar shahabat dan
puluhan tahfidzul qur’an.

Selain itu, perang ini untuk mempertegas posisi umat Islam sebagai kekuatan
nomer satu di Jazirah Arab, setelah sempat goyah pasca wafatnya Rasulullah. Setelah
memenangkan perang itu, Abu Bakar semakin percaya diri dengan kekuatan pasukan
Islam, dan akan dibawanya menantang 2 negara adidaya, Romawi dan Persia.

Setelah dari Yamamah, misi pasukan Khalid adalah membebaskan Irak dari Persia
dan agama Majusinya, dan tak lama dari itu, Abu Bakar mengirim pasukan besar untuk
merebut Syam dari Romawi, pasukan Khalid juga dilibatkan setelah di alihkan dari Irak
ke Syam.10

10. Yamamah dan Musailamah


Yamamah berada di Nejd, dataran tinggi sebelah timur Jazirah Arab, pusatnya
adalah Hajr (kini termasuk Riyadh, ibukota Arab Saudi). Musailamah adalah pembesar
Bani Hanifah, dan telah berpengaruh sejak masa Abdul Muthalib, ia menyebut dirinya
Rahmanul-Yamamah atau si Pengasih dari Yamamah. Musailamah muncul sebagai nabi
palsu sejak masa hidupnya Rasulullah, dan waktu itu telah berumur 140 tahun.
Sebenarnya Musailamah pernah ke Madinah mengikuti rombongan delegasi Bani Hanifah
pada tahun 9 H, hal itu menimbulkan tanda tanya besar, apakah Musailamah pernah
masuk Islam lalu murtad, atau tidak pernah sama sekali.

9
Ibid, hal 87.
10
Moh. Yasir, Sidogiri Media, edisi 105 Ramadhan-Syawal 1436 H, hal 80.

8
Sejarawan lebih condong dengan pendapat yang kedua, yaitu tidak pernah
beriman sama sekali, karena ambisi dan kerakusanya akan kekuasaan, dan kedatanganya
ke Madinah, bukan untuk beriman kepada Rasulullah. Ditambah lagi, dia berkata kepada
rombongan, “Andai Muhammad memberiku kenabian setelahnya, aku pasti
mengikutinya!”.

Sepulangnya dari Madinah, dia mengaku sebagai nabi yang berbagi kenabian
dengan Rasulullah, dia menghalalkan khamer dan zina, sehingga banyak yang
mengikutinya. Lalu Musailamah menyurati Rasulullah dan mengajak untuk berbagi
kenabian, jelas Rasulullah menolak permintaan konyol itu, dan membalasnya dengan
mengutip QS Al-A’raf: 128 (artinya): “Sesungguhnya bumi ini milik Allah,
dipusakakanya kepada siapa yang dihendaki-Nya dari hamba-hamba-Nya. Dan
kesudahan yang baik adalah bagi orang-orang yang bertaqwa”.

Rasulullah mengirim utusan yang senasab dengan si nabi palsu, yaitu Rajjal bin
’Unfuwah al-Hanafi, beliau menugaskan Rajjal untuk mempertahankan Islam di
Yamamah, dan mengajak Musailamah ke jalan yang benar. Namun yang dilakukan Rajjal
lebih buruk dan keji, dia murtad dan mengkhianati Rasulullah, bahkan dia mengumumkan
bahwa Rasulullah telah merestui kenabian Musailamah, inilah yang menyebabkan fitnah
di Yamamah semakin besar, dan mayoritas Bani Hanifah mengikuti Musailamah kecuali ,
Tsumamah bin Utsal al-Hanafi dan pengikutnya.11

11. Dari Ubadh ke ‘Aqraba’


Perang Yamamah terdiri dari tahapan pertempuran. Tahap pertama, serangan
pasukan Ikrimah bin Abi Jahal ke perkampungan Musailamah di Yamamah, misi ini
gagal, dan pasukan Ikrimah mundur. Sementara pasukan Musailamah terus bergerak ke
utara menuju dataran tinggi ‘Aqraba’. Di Hajr (pusat Yamamah, sekarang termasuk
Riyadh, ibukota Arab Saudi), mereka dihadang oleh pasukan Syurahbil bin Hasanah yang
bersatu dengan pasukan Tsumamah bin Utsal, dalaam pertempuran ini, pasukan
Musailamah masih unggul, dan terus ke ‘Aqraba’.

Sedangkan pasukan Khalid bin al-Walid datang dari utara dan bermarkas di
pegunungan Musaiqirah di Ubadh. Setelah kedua pasukan pendahulunya bergabung,
Khalid menyiapkan perang besar melawan si nabi palsu, 10 ribu pasukan muslim di

11
Ibid, hal 81.

9
tantang pasukan murtaddin Bani Hanifah yang pasukanya 4 kali lipat. Pertempuran pun
berkecamuk, pahlawan Islam maju dengan gagah berani, sebaliknya, pasukan murtaddin
melawan dengan sengit. Berkat kelihaian Khalid, dan organisasi pasukan murtaddin
berhasil di pukul, mereka kembali ke ‘Aqraba’ dan terus terdesak hingga bersembunyi di
sebuah kebun milik Musailamah.

Dulunya kebun itu di kenal dengan nama hadiqatul-rohman merujuk kepada


julukan Musailamah sejak masa Jahiliyah. Kini, kebun itu menjadi saksi kemenangan
pasukan Islam, dan menjadi saksi di tumpasnya belasan ribu murtaddin yang enggan
bertobat, dan karenanya, hingga kini, kebun itu lebih dikenal dengan hadiqatul-maut.12

12. Menyusul Sang Kekasih, Rasulullah SAW.


Senin, 21 Jumadal Akhirah tahun 13 H, mendung duka menyelimuti kota
Madinah. Pada hari itu manusia terbaik setelah Rasulullah meninggalkan dunia selama-
lamanya. Jiwanya berpulang ke Rahmatullah, menyusul sang kekasih, Rasulullah. Beliau
menderita sakit setelah usai mandi pada Senin 7 Jumadal Akhirah, tepat setengah bulan
sebelum wafat. Menjelang wafat, Abu Bakar bertanya pada putri tercintanya, Sayidah
‘Aisyah, sebagaimana telah diriwayatkan oleh Imam Bukhari.

“Berapa lapis kalian mengkafani Rasulullah ?”, tanya Abu Bakar. Sayidah
‘Aisyah menjawab, “Tiga kain katun sahuli berwarna putih tanpa gamis maupun sorban”.
“Pada hari apa beliau wafat ?”. “Senin”. “Sekarang hari apa ?”. “Senin”. “Aku harap
nyawaku di cabut sebelum malam tiba”. Kemudian Abu Bakar memandangi pakaian yang
di gunakan semasa sakit, bajuitu terliahat sedikit kotor oleh bekas olesan minyak za’faran.
Abu Bakar berkata, “Cuci baju ini, lalu tambahkan 2 pakaian lagi buat kafanku”. “Baju
ini telah usang”. Ujar Sayidah ‘Aisyah. “Orang hidup lebih membutuhkan pakaian baru
dari pada mayit. Kain usang ini hanya untuk membungkus bangkai”, jawab Abu Bakar.

Pada waktu sore, Abu Bakar pun wafat. Umat Islam menshalati jenazahnya di
belakang Umar, beliau lalu di kebumikan pada malam harinya, harta yang ditinggalkan
Abu Bakar tidaklah banyak,hanya 2 budak untuk merawat anak dan menyiram kebun.
Abu Bakar memerintahkan untuk memberikanya kepada khalifah berikutnya, setelah

12
Ibid, hal 82.

10
Umar menerimanya, Umar berkata, “Sungguh Abu Bakar menyulitkan penggantinya
(untuk meniru)”.13

13. Menunjuk Umar bin Khattab


Abu Bakar wafat ketika umat Islam sedang berperang di perang Yarmuk, sebelum
wafat, beliau telah menunjuk Umar untuk menjadi khalifah selanjutnya, pada waktu itu
memang tidak ada calon yang lebih pantas dari pada Umar bin Khattab. Semasa
Rasulullah hidup, Abu Bakar dan Umar, banyak dikenal sebagai shahabat terdekat
Rasululah, tak heran bila keduanya dijuluki Asy-Syaikhaini, dua pemuka Shahabat.

Sebelum menunjuk Umar, Abu Bakar melakukan musyawarah personal dengan


shahabat senior, agar mendapat persetujuan penuh dari para shahabat. Setelah itu,
penunjukan terhadap Umar di tulis oleh Utsman bin Affan dalam sebuah surat yang di
bumbuhi syempel kenabian.

Khalifah Abu Bakar telah mewariskan prestasi gemilang bagi umat Islam,. Yang
terbesar, Abu Bakar telah menstabilkan politik di Jazirah Arab, dengan memeberantas
kaum murtad, dan golongan anti zakat. Di tambah lagi kemenangan Islam di Irak dan
Syam, Abu Bakar telah mengibarkan panji-panji Islam di wilayah luar. Umar,
meneruskan perjuangan Abu Bakar dengan menguasai Syam sepenuhnya, dan mayoritas
wilayah Persia, serta Mesir, dan negeri-negeri sekitarnya. Selain 2 hal di atas, Abu Bakar
telah berjasa, mengumpulkan naskah-naskah mushaf yang bertebaran, dan menguatkan
sistem politik negeri Islam di Jazirah Arab dengan cara menebar shahabat ke berbagai
kota dan menjadikan ‘amir (gubernur) di sana, zakat kembali di tarik denga mengirim
para petugas dari kalangan Shahabat dan tabi’in.

13
Moh. Yasir, Sidogiri Media, edisi 107 Dzul Hijjah 1436 H, hal 84.

11
Yang terbaru, Abu Bakar mengamankan tsughur (daerah perbatasan dengan
musuh) di Irak, hal ini dilakukan untuk mengantisipasi serangan balik dari Persia ke
daerah yang baru saja
direbut Islam, dan model
ini di kembangkan oleh
Umar, dengan
membangun mu’askar
(pusat militer) di negeri
negeri yang berbatasan
dengan wilayah musuh,
dan semua kebutuhan
perang di atur oleh setiap
mu’askar.14

BAB III

PENUTUP
Kesimpulan
Abu Bakar merupakan shahabat terdekat Nabi, beliau berkorban apapun yang
dimilikinya. Setelah beliau menjadi khalifah, beliau meneruskan perjuangan Nabi untuk
menyebarkan Islam ke seluruh dunia, beliau telah menguasai Irak dan Syam, dan beliau
juga telah menumpaskan kaum murtad dan kelompok anti zakat. Beliau juga telah
menumpas si nabi palsu, yaitu Musailamah al-Kadzdzab, dan berhasil menstabilkan
politik Islam di jazirah Arab seperti sedia kala.

Kritik dan Saran


Penulis menyadari, bahwa makalah kecil ini, jauh dari kata sempurna, maka dari
itu, penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun, demi
kesempurnaan makalah ini. Penulis juga menyarankan, perbanyaklah membaca buku,

14
Ibid, hal 85.

12
karena buku adalah jembatannya ilmu. Sekian, kurang lebihnya mohon maaf. Semoga
makalah kecil ini, bermafaat bagi kita semua, amin.

13
DAFTAR PUSTAKA

Moh. Yasir, Sidogiri Media, edisi 103, Rajab 1436 H. Menyikapi Mitologi Gus
Dur;Pasuruan, Jawa Timur.

Moh. Yasir, Sidogiri Media, edisi 104, Sya’ban 1436 H. Radikalisme ½


Matang;Pasuruan Jawa Timur.

Moh. Yasir, Sidogiri Media, edisi 105, Ramadhan-Syawal 1436 H. Puasa Hura-
Hura;Pasuruan Jawa Timur

Moh. Yasir, Sidogiri Media, edisi 107, Dzul Hijjah 1436 H. Masyarakat
Tauhid;Pasuruan Jawa Timur

14

Anda mungkin juga menyukai