PENDAHULUAN
Sejarah merupakan suatu rujukan yang sangat penting saat kita akan membangun masa depan. Sekaitan
dengan itu kita bisa tahu apa dan bagaimana perkembangan islam pada masa lampau. Namun, kadang kita
sebagai umat Islam malas untuk melihat sejarah. Sehingga kita cenderung berjalan tanpa tujuan dan mungkin
mengulangi kesalahan yang pernah ada dimasa lalu. Disnilah sejarah berfungsi sebagai cerminan bahwa dimasa
silam telah terjadi sebuah kisah yang patut kita pelajari untuk merancang serta merencanakan matang-matang
untuk masa depan yang lebih cemerlang tanpa tergoyahkan dengan kekuatan apa pun.
Perkembangan Islam pada zaman Nabi Muhammad SAW dan Para Sahabat adalah merupakan Agam
Islam pada zaman keemasan, hal itu bisa terlihat bagaimana kemurnian Islam itu sendiri dengan adanya pelaku
dan faktor utamanya yaitu Rasulullah SAW. Kemudian pada zaman selanjutnya yaitu zaman para sahabat,
terkhusus pada zaman Khalifah empat atau yang lebih terkenal dengan sebutan Khulafaur Rasyidin, Islam
berkembang dengan pesat dimana hampir 2/3 bumi yang kita huni ini hampir dipegang dan dikendalikan oleh
Islam. Hal itu tentunya tidak terlepas dari para pejuang yang sangat gigih dalam mempertahankan dan juga
dalam menyebarkan islam sebagai agama Tauhid yang diridhoi. Perkembangan islam pada zaman inilah
merupakan titik tolak perubahan peradaban kearah yang lebih maju. Maka tidak heran para sejarawan mencatat
bahwa islam pada zaman Nabi Muhammad dan Khulafaur Rasyidin merupakan islam yang luar biasa
pengaruhnya. Namun yang terkadang menjadi pertanyaan adalah kenapa pada zaman sekarang ini seolah kita
melupakannya. Sekaitan dengan itu perlu kiranya kita melihat kembali dan mengkaji kembali bagaimana sejarah
islam yang sebenarnya.
Page | 1
BAB II
PEMBAHASAN
Abu Bakar Ash-Shiddiq adalah nama yang disandangkan (julukan) terhadap beliau, sedangkan nama asli
beliau adalah Abdullah bin Abi Quhafah bin ustman bin Amr bin Masud bin Taim bin Murrah bin Ka’ab bin
Lu’ay bin Ghalib bin Fihr At-Taimi Al-Quraishi. Berarti silsilah keturunannya dengan Nabi Muhammad Saw
bertemu pada Murrah bin Ka’ab. Abu Bakar dilahirkan di lingkungan suku yang sangat berpengaruh pada tahun
573 M, dan suku yang juga banyak melahirkan tokoh-tokoh besar. Ayahnya bernama Ustman (Abu Kuhafah) bin
Amir, sedangkan ibunya bernama Ummu Al-Khair Salmah binti Sahr bin Ka’ab.
Abu Bakar dilahirkan dua tahun setelah Kelahiran Nabi Muhammad Saw. Abdullah kemudian digelari
Abu Bakar Asy Siddiq yang artinya “ Abu (Bapak ) dan Bakar ( Pagi), gelar Ash Siddiq diberikan kepada beliau
karena beliau orang senantiasa membenarkan segala tindakan Rasulullah, terutama dalam peristiwa Isra’ Mi’raj.
Abu Bakar merupakan orang yang pertama kali masuk Islam ketika Islam mulai didakwahkan. Baginya, tidaklah
sulit untuk mempercayai ajaran yang dibawa Muhammad SAW dikarenakan sejak kecil, ia telah mengenal
keagungan Muhammad. Setelah masuk Islam, ia tidak segan untuk menumpahkan segenap jiwa dan harta
bendanya untuk Islam.
Pengorbanan Abu Bakar terhadap Islam tidak dapat diragukan. Ia juga pernah ditunjuk Rasul sebagai
penggantinya untuk mengimani shalat ketika Nabi sakit. Nabi Muhammad pun meninggal dunia setelah
peristiwa tersebut. Tercatat dalam sejarah, dia pernah membela Nabi tatkala Nabi disakiti oleh suku Quraish,
menemani Rasulullah Hijrah, membantu kaum yang lemah dan memperdekakannya, seperti yang dilakukannya
terhadap Bilal, setia dalam setiap peperangan dan lain-lainnya.
Abu Bakar adalah sahabat Rasulullah saw. Pada suatu hari ,dia hendak menemui Rasulullah saw, ketika
ketemu dengan Rasulullah saw , dia berkata”Wahai Abul Qosim(panggilan Nabi),ada apa denganmu ,sehingga
engkau tidak terlihat di majelis kaummu dan orang -orang menuduh bahwa engkau telah berkata buruk tentang
nenek moyangmu dan lain lain lagi..? Rosulullah saw bersabda “Sesungguhnya aku adalah utusan Allah swt dan
aku mengajak kamu kepada Allah swt, setelah selesai Rasulullah saw berbicara, Abu Bakar pun langsung masuk
Islam. Melihat keislamannya itu beliau gembira sekali, tidak ada seorangpun yang ada di antara kedua gunung di
Mekkah yang merasa gembira melebihi kegembiraan beliau. Kemudian Abu Bakar menemui Utsman bin
Affan,Thalhah bin Ubaidillah, Zubair bin Awwam,dan Saad bin Abi Waqas, mengajak mereka untuk masuk
Islam.Lalu,merekapun masuk Islam.Hari berikutnya Abu bakar menemui Utsman bin Mazhum, Abu Ubaidah
bin Jarrah,Abdurarahman bin Auf,Abu Salamah bin Abdul Saad,dan Arqam bin Abil Arqam r.hum,juga
mengajak mereka untuk masuk Islam,dan mereka semua juga masuk Islam.
Sedangkan Istrinya Qutaylah bint Abd-al-Uzza tidak menerima Islam sebagai agama sehingga Abu Bakar
menceraikannya. Istrinya yang lain, Um Ruman, menjadi Muslimah. Juga semua anaknya kecuali 'Abd Rahman
ibn Abi Bakar menerima Islam. Sehingga ia dan 'Abd Rahman berpisah. Masuknya Abu Bakar berpegaruh besar
dalam Islam. Teman - teman dekatnya diajak untuk masuk Islam. Mereka yang masuk Islam karena diajak oleh
Abu Bakar adalah :
· Utsman bin Affan (yang akan menjadi Khalifah ketiga)
· Al-Zubayr
· Talhah
· Abdur Rahman bin Awf
· Sa`d ibn Abi Waqqas
· Umar ibn Masoan
· Abu Ubaidah ibn al-Jarrah
· Abdullah bin Abdul Asad
· Abu Salma
· Khalid bin Sa`id
· Abu Hudhaifah bin al-Mughirah
Sebagaimana yang juga dialami oleh para pemeluk Islam pada masa awal. Ia juga mengalami penyiksaan
yang dilakukan oleh penduduk Mekkah yang mayoritas masih memeluk agama nenek moyang mereka. Namun,
penyiksaan terparah dialami oleh mereka yang berasal dari golongan budak. Sementara para pemeluk non budak
biasanya masih dilindungi oleh para keluarga dan sahabat mereka, para budak disiksa sekehendak tuannya. Hal
Page | 2
ini mendorong Abu Bakar membebaskan para budak tersebut dengan membelinya dari tuannya kemudian
memberinya kemerdekaan.
Ketika peristiwa Hijrah, saat Nabi Muhammad SAW pindah ke Madinah (622 M), Abu Bakar adalah
satu-satunya orang yang menemaninya. Abu Bakar juga terikat dengan Nabi Muhammad secara kekeluargaan.
Anak perempuannya, Aisyah menikah dengan Nabi Muhammad beberapa saat setelah Hijrah.
Page | 3
“Wahai Manusia! saya telah diangkat untuk mengandalikan urusanmu padahal aku bukanlah orang
terbaik diantara kamu , maka jikalau aku menjalankan tugasku dengan baik maka ikutilah aku, tetapi jika aku
berbuat salah , maka luruskanlah! orang yang kamu pandang kuat saya pandang lemah, sehingga aku dapat
mengambil hak darinya, sedang orang yang kau pandang lemah aku pandang kuat , sehingga aku dapat
mengambalikan hak kepadanya. Hendaklah kamu taat kepadaku selama aku Taat kepada Allah dan RasulNya,
tetapi bilamana aku tidak mentaati Allah dan rasulnya, kamu tidak perlu mentaatiku. Dirikanlah shalat, semoga
Allah merahmati kalian”.
Ucapan yang pertama sekali yang diucapkan oleh Abu Bakar ketika di bai’at, ini menunjukkan garis
besar politik dan kebijaksanaan Abu Bakar dalam pemerintahan. Di dalamnya terdapat prinsip kebebasan
berpendapat, tuntutan ketataan rakyat, mewujudkan keadilan, dan mendorong masyarakat berjihad, serta shalat
sebagai intisari takwa. Secara umum, dapat dikatakan bahwa pemerintahan Abu bakar melanjutkan
kepemimpinan sebelumnya, baik kebijaksanaan dalam kenegaraan maupun pengurusan terhadap agama, di
antara kebijaksanaannya ialah sebagai berikut :
Kebijaksanaan pengurusan terhadap Agama
Ada beberapa kebijaksanaan Khalifah Abu Bakar yang menyangkut terhadap Agama antara lain :
1. Memerangi Nabi palsu,orang-orang yang murtad (Riddah) dan tidak mengeluarkan zakat
Pada awal pemerintahannya, ia diuji dengan adanya ancaman yang datang dari ummat Islam sendiri yang
menentang kepemimpinannya. Di antara pertentangan tersebut ialah timbulnya orang-orang yang murtad (kaum
Riddah),orang-orang yang tidak mau mengeluarkan zakat, orang-orang yang mengaku menjadi Nabi seperti
Musailamah Al Kazzab dari bani Hanifah di yamamah, Sajah dari bani Tamim, Al Aswad al Ansi dari yaman
dan Thulaihah ibn Khuwailid dari Bani Asad, serta beberapa pemberontakan dari beberapa kabilah.
Untuk mengembalikan mereka pada ajaran Islam, Khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq membentuk sebelas
(11) pasukan dengan pemimpinnya masing-masing. Setiap pemimpin pasukan mendapat tugas untuk
mengembalikan keamanan dan stabilitas daerah yang ditentukan. Abu Bakar menyampaikan wasiat kepada
pasukan untuk tidak berkhianat, tidak menipu, tidak melampaui batas, tidak mencincang musuh, tidak
membunuh anak-anak atau wanita atau orang lanjut usia, tidak memotong kambing atau unta kecuali untuk
dimakan. Di antara wasiat yang disampaikan Abu Bakar kepada mereka ialah; “Jika kalian melewati suatu kaum
yang secara khusus melakukan ibadah di biara-biara, biarkanlah mereka dan apa yang mereka sembah.”Pasukan
ini dibaginya menjadi sepuluh panji, masing-masing pemegang panji diperintahkan untuk menuju ke suatu
daerah. Adapun sebelas panglima dan tugasnya adalah sebagai berikut :
Khalid bin Walid diperintahkan untuk memerangi Tulaihah bin Khuwailid yang mengaku sebagai Nabi
dan Malik bin Nuwairah yang memimpin pemberontakan dai al-Battah, suatu daerah di Arab tengah.
Ikrimah bin Abu Jahal diberi tugas untuk memerangi Musailamah al-Kazzab seorang kepala suku yang
mengaku sebagai nabi. Gerakan ini muncul di daerah bani Hanifah yang terletak dipesisir timur Arab
(Yamamah).
Syurahbil bin Hasanah mendapat tugas membantu Ikrimah, sebagai pasukan cadangan. Jika tugasnya
selesai, ia dan tentaranya diperintahkan langsung menuju pusat wilayah Yamamah.
Muhajir bin Umayyah diutus untuk menundukkan sisa-sisa pengikut Aswad al-Ansi (orang yang
pertama mengaku sebagai nabi) di Yaman. Selanjutnya ia harus menuju Hadramaut untuk menghadapi
pemberontakan yang dipimpin Kais bin Maksyuh di Jazirah Arab selatan.
Huzaifah bin Muhsin al-galfani diperintahkan untuk mengamankan daerah Daba yang terletak diwilayah
tenggara, dekat Oman sekarang, juga karena pemimpin mereka mengaku Nabi.
Arfajah bin Harsamah ditugaskan untuk mengembalikan stabilitas daerah Muhrah dan Oman yang
terletak dipantai selatan Jazirah Arabia. Mereka membangkang terhadap Islam dibawa pemimpinan Abu
Bakar.
Suwaib bin Muqarin diperintahkan untuk mengamankan daerah Tihamah yang terletak sepanjang pantai
Laut Merah. Mereka juga membangkang terhadap pimpinan Abu Bakar.
Al-Alla’ bin Hadrami mendapat tugas ke daerah kekuasaan kaum Riddah yang yang murtad dari Islam.
Amru bin Ash ditugaskan ke wilayah suku Kuda’ah dan Wadi’ah yang terletak di barat laut Jazirah
Arabiyah. Mereka juga membelot terhadap kepemimpinan Islam.
Khalid bin Sa’id mendapat tugas menghadapi suku-suku besar bangsa Arab yang ada diwilayah tengah
bagian utara sampai perbatasan Suriah dan Irak yang juga menunjukkan pembangkangan terhadap Islam.
Ma’an bin Hijaz mendapat tugas untuk menghadapi kaum Riddah yang berasal dari suku Salim dan
Hawazin di daerah Ta’rif yang membangkan terhadap kepemimpinan Islam.
Page | 4
Sementara itu, Abu Bakar sendiri telah siap berangkat memimpin satu pasukan ke Dzil Qishshah, tetapi Ali
Rodhiyallahu ‘anhu berkeras untuk mencegah seraya berkata,
“Wahai Khalifah Rasulullah, kuingatkan kepadamu apa yang pernah dikatakan oleh Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam pada Perang Uhud, ‘Sarungkanlah pedangmu dan senangkanlah kami dengan dirimu.’ Demi
Allah, jika kaum Muslimin mengalami musibah karena kematianmu, niscaya mereka tidak akan memiliki
eksistensi sepeninggalanmu.”
Abu Bakar kemudian kembali dan menyerahkan panji tersebut kepada yang lain. Allah memberikan
dukungan kepada kaum Muslimin dalam pertempuran ini sehingga berhasil menumpas kemurtadan,
memantapkan Islam di segenap penjuru Jazirah, dan memaksa semua kabilah untuk membayar zakat.
2. Pengumpulan Al-Qur’an
Selama peperangan Riddah, banyak dari penghafal Al-Qur’an yang tewas. Karena orang-orang ini
merupakan penghafal bagian-bagian Al-Qur’an, Umar cemas jika bertambah lagi angka kematian itu, yang
berarti beberapa bagian lagi dari Al-Qur’an akan musnah. Karena itu, menasehati Abu Bakar untuk membuat
suatu “kumpulan” Al-Qur’an kemudian ia memberikan persetujuan dan menugaskan Zaid ibn Tsabit karena
beliau paling bagus Hafalannya. Para ahli sejarah menyebutkan bahwa pengumpulan Al-Qur’an ini termasuk
salah satu jasa besar dari khalifah Abu Bakar.
3. Ilmu Pengetahuan
Pola pendidikan pada masa Abu Bakar masih seperti pada masa Nabi, baik dari segi materi maupun
lembaga pendidikannya. Dari segi materi pendidikan Islam terdiri dari pendidikan tauhid atau keimanan, akhlak,
ibadah, kesehatan, dan lain sebagainya. Menurut Ahmad Syalabi lembaga untuk belajar membaca menulis ini
disebut dengan Kuttab. Kuttab merupakan lembaga pendidikan yang dibentuk setelah masjid, selanjutnya Asama
Hasan Fahmi mengatakan bahwa Kuttab didirikan oleh orang-orang Arab pada masa Abu Bakar dan pusat
pembelajaran pada masa ini adalah Madinah, sedangkan yang bertindak sebagai tenaga pendidik adalah para
sahabat Rasul terdekat.
Lembaga pendidikan Islam masjid, masjid dijadikan sebagai benteng pertahanan rohani, tempat
pertemuan, dan lembaga pendidikan Islam, sebagai tempat shalat berjama’ah, membaca Al-qur’an dan lain
sebagainya.
Kebijaksanaan Kenegaraan
Suyuthi Pulungan ada beberapa kebijaksanaan Abu Bakar dalam pemerintahan atau kenegaraan, yang
dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Bidang eksekutif
Pendelegasian terhadap tugas-tugas pemerintahan di Madinah maupun daerah. Misalnya untuk
pemerintahan pusat menunjuk Ali bin Abi Thalib, Ustman bin Affan, dan Zaid bin tsabit sebagai sekretaris dan
Abu Ubaidah sebagai bendaharawan. Serta Umar bin Khathab sebagai hakim Agung. Untuk daerah kekuasaan
Islam, dibentuklah provinsi-provinsi, dan untuk setiap provinsi ditunjuk seorang amir. Antara lain ;
Itab bin Asid menjadi Amir dikota Mekkah, amir yang diangkat pada masa Nabi
Ustman bin Abi Al-Ash, amir untuk kota Thaif, diangkat pada masa nabi
Al-Muhajir bin Abi Umayyah, amir untuk San’a
Ziad bin Labid, amir untuk Hadramaut
Ya’la bin Umayyah, amir untuk khaulan
Abu Musa Al-Ansyari, amir untuk zubaid dan rima’
Muaz bin Jabal, Amir untuk Al-Janad
Jarir bin Abdullah, amir untuk Najran
Abdullah bin Tsur, amir untuk Jarasy
Al-Ula bin hadrami, amir untuk Bahrain, sedangakn untuk Iraq dan Syam (Syria) dipercayakan kepada
para pemimpin Militer.
Para Amir tersebut bertugas sebagai pemimpin agama, juga menetapkan hukum dan melaksanakan
undang-undang. Artinya seorang amir di samping sebagai ppemimpin agama, juga sebagai hakim dan pelaksana
tugas kepolisian. Namun demikian, setiap amir diberi hak untuk mengangkat pembantu-pembantunya, seperti
katib, amil, Dan sebagainya.
Page | 5
panglima yang ditunjuk adalah Khalid bin Walid, Musanna bin Harisah, Amr bin ‘Ash, Zaid bin Sufyan, dan
lain-lain.
3. Yudikatif
Fungsi kehakiman dilaksanakan oleh Umar bin Khathab dan selama masa pemerintahan Abu bakar tidak
ditemukan suatu permasalahan yang berarti untuk dipecahkan. Hal ini karena kemampuan dan sifat Umar
sendiri, dan masyarakat dikala itu dikenal ‘alim.
4. Sosial Ekonomi
Sebuah lembaga mirip Bait Al-Mal, di dalamnya dikelola harta benda yang didapat dari zakat, infak,
sedekah, harta rampasan, dan lain-lain. Penggunaan harta tersebut digunakan untuk gaji pegawai negara dan
untuk kesejahteraan ummat sesuai dengan aturan yang ada.
Dari pembahasan diatas, dapat disimpulkan bahwa pengangkatan khalifah dilakukan secara musyawarah
dengan aklamasi menerima dan mengangkat Abu bakar. Allah sendiri berfirman :
.والذين استجابوا لربهم واقاموا الصالة وامرهم شوري بينهم ومما رذقننهم ينفقون
“Dan bagi orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhannya dan mendirikan shalat, sedang urusan
mereka (diputuskan) denngan musyawarah antara mereka, dan mereka menafkahkan sebagaian dari rizki yang
kami berikan kepada mereka”.
Jadi dapat disimpulkan bahwa khalifah Abu bakar diangkat menjadi Khalifah dengan jalan Musyawarah,
walaupun diantara Sahabat ada yang tidak ikut dalam pembai’atan dan pada akhirnya mereka melakukan sumpah
setia. Dengan demikian, secara nyata, pengangkatan Abu bakar sebagai khalifah disetujui.
2.4 Penyebaran dan Kekuasaan islam pada masa Abu Bakar Ash-Shiddiq
Islam pada hakikatnya adalah agama dakwah, artinya agama yang harus dikembangkan dan
didakwahkan. Terdapat dua pola pengembangan wilayah Islam, yaitu dengan dakwah dan perang. Setelah dapat
mengembalikan stabilitas keamanan jazirah Arabiah, Abu Bakar beralih pada permasalahan luar negeri. Pada
masa itu, di luar kekuasaan Islam terdapat dua kekuatan adidaya yang dinilai dapat menganggu keberadaan
Islam, baik secara politisi maupun agama. Kedua kerajaan itu adalah Persia dan Romawi. Rasulullah sendiri
memerintahkan tentara Islam untuk memerangi orang-orang Ghassan dan Romawi, karena sikap mereka sangat
membahayakan bagi Islam. Mereka berusaha melenyapkan dan menghambat perkembangan Islam dengan cara
membunuh sahabat Nabi. Dengan demikian cikal bakal perang yang dilakukan oleh ummat Islam setuju untuk
berperang demi mempertahankan Islam.
Pada tahap pertama, Abu Bakar terlebih dahulu menaklukkan persia. Pada bulan Muharram tahun 12 H
(6333 M), ekspedisi ke luar Jazirah Arabia di mulai. Musanna dan pasukannya dikirim ke persia menghadapi
perlawanan sengit dari tentara kerajaan Persia. Mengetahui hal itu, Abu Bakar segera memerintahkan Khalid bin
Walid yang sedang berada di Yamamah untuk membawa pasukannya membantu Musanna. Gabungan kedua
pasukan ini segera bergerak menuju wilayah persia. Kota Ubullah yang terletak di pantai teluk Persia, segera
duserbu. Pasukan Persia berhasil diporak-porandakan. Perang ini dalam sejarah Islam disebut dengan Mauqi’ah
Zat as-Salasil artinya peristiwa untaian Rantai.
Pada tahap kedua, Abu Bakar berupaya menaklukkan Kerajaan Romawi dengan membentuk empat
barisan pasukan. Masing-masing kelompok dipimpin seorang panglima dengan tugas menundukkan daerah yang
telah ditentukan. Kempat kelompok tentara dan panglimanya itu adalah sebagai berikut :
Abu Ubaidah bin Jarrah bertugas di daerah Homs, Suriah Utara, dan Antiokia
Amru bin Ash mendapat perintah untuk menaklukkan wilayah Palestina yang saat itu berada di bawah
kekuasaan Romawi Timur.
Syurahbil bin Sufyan diberi wewenang menaundukkan Tabuk dan Yordania.
Yazid bin Abu Sufyan mendapat perintah untuk menaklukkan Damaskus dan Suriah Selatan.
Perjuangan tentara-tentara Muslim tersebut untuk menaklukkan Persia dan Romawi baru tuntas pada mas
ke khalifaan Umar bin khathab.
Page | 7
· Abu Bakar dalam menunjuk Umar tidak meninggalkan asa musyawarah. Ia lebih dahulu
mengadakan konsultasi untuk mengetahui aspirasi rakyat melalui tokoh-tokoh kaum muslimin.
· Abu Bakar tidak menunjuk salah seorang putranya ataupun kerabatnya, melainkan memilih
seorang yang mempunyai nama dan mendapat tempat dihati masyarakat serta disegani oleh rakyat
karena sifat-sifat terpuji yang dimilikinya.
· Pengukuhan Umar menjadi khilafah sepeninggal Abu Bakar berjalan dengan baik dalam suatu
baiat umum dan terbuka tanpa ada pertentangan di kalangan kaum muslimin.
Page | 8
membawa maut. Ia ditawari untuk dipanggilkan dokter, tapi ia menjawab, “Dia telah melihatku dan berkata,
“Aku pembuat sekendakku”
Dalam sakitnya ia berwasiat kepada Aisyah supaya dikafani dengan dua helai kain bersih yang biasa ia
pakai bersembahyang. Ketika Aisyah menawarkan hendak mengkafaninya dengan kain biru, ia berkata, “orang
yang hidup lebih memerlukan yang baru daripada yang sudah mati, kapan itu hanya buat cacing dan tanah”.
Setelah 15 hari lamanya menderita penyakit itu, wafatlah Abu Bakar Ash-Shiddiq pada 21 bulan Jumadil Akhir
tahun 13 Hijriyah, bertepatan tanggal 22 Agustus tahun 634 M. Lamanya memerintah 2 tahun 3 bulan 10 hari,
dikebumikan di kamar Aisyah di samping makan Sahabatnya yang mulia rasulullah Saw.
Page | 9
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Dari uraian sejarah singkat tentang Khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq ada beberapa ‘Ibrah yang dapat
diambil. Peristiwa-peristiwa yang terjadi pada masa Khalifah Abu Bakar Rodhiyallahu ‘anhu tersebut
menunjukkan sejumlah hal dan prinsip, di antaranya :
1. Pengangkatan Khilafah Abu Bakar Radhiyallahu ‘anhu berlangsung melalui syura. Semua Ahlul Halli wal-
’Aqdi dari kalangan sahabat termasuk di dalamnya Ali Radhiyallahu ‘anhu ikut serta dalam pengambilan
keputusan ini. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada satu pun nash al-Qur’an atau Sunnah yang
menegaskan hak khalifah kepada seseorang sepeninggal Rasulullah Saw. Seandainya ada nash yang
menegaskannya, niscaya tidak akan ada syura untuk menentukannya dan para sahabat tidak akan berani
melangkahi apa yang ditegaskan oleh nash tersebut.
2. Perbedaan pendapat yang terjadi di Saqifah bani Sa’idah antar para tokoh sahabat, dalam rangka
memusyawarahkan pemilihan khalifah, merupakan hal lumrah yang menjadi tuntutan pembahasan suatu
permasalahan. Hal ini bahkan menjadi bukti nyata atas perlindungan Pembuat syariat (Allah) terhadap
beraneka pendapat dan pandangan dari segala bentuk pelarangan dan pembatasan, selama menyangkut
masalah yang tidak dinyatakan secara tegas dan gamblang oleh nash. Jalan untuk mencapai kebenaran
tentang setiap masalah yang didiamkan oleh Pembuat syariat ialah dengan mengemukakan berbagai
pandangan dan membahas semuanya dengan objektif, bebas, dan jujur. Musibah yang dihadapi kaum
Muslimin saat itu sangat besar dan persoalannya pun sangat pelik. Seandainya para sahabat tidak
menemukan satu pilihan (calon tunggal) yang ditawarkan untuk divoting kemudian disepakati, niscaya hal
tersebut merupakan syura palsu dan kesepakatan yang dipaksakan dari luar.
3. Nasihat Ali Radhiyallahu ‘anhu kepada Abu Bakar Radhiyallahu ‘anhu agar tidak ikut terjun memerangi
kaum murtad. Ali mengkhawatirkan kaum Muslimin jika beliau terbunuh. Hal ini menjadi bukti nyata atas
kecintaan Ali Radhiyallahu ‘anhu yang sangat mendalam terhadap Abu Bakar. Merupakan bukti nyata pula
bahwa Ali telah sepenuhnya menerima Khalifah Abu Bakar dan kelayakannya untuk memimpin kaum
Muslimin.
4. Setiap Muslim yang merenungkan sikap yang diambil oleh Abu Bakar Radhiyallahu ‘anhu terhadap
kabilah-kabilah yang murtad dan tekad yang begitu kuat untuk memerangi kabilah-kabilah tersebut
sehingga berhasil meyakinkan semua sahabat yang pada mulanya tidak bersedia melakukannya, niscaya
akan meyakini adanya hikmah Allah yang telah mengangkat orang yang sesuai dan untuk menghadapi
tugas yang sesuai pula. Siapa pun di antara kita hampir tidak dapat membayangkan bahwa di kalangan
sahabat ada orang yang lebih patut dari Abu Bakar untuk menghentikan badai (kemurtadan) tersebut dan
mengembalikannya ke pangkuan Islam.
5. Para ahli sejarah menyebutkan bahwa pengumpulan Al-Qur’an ini termasuk salah satu jasa besar dari
khalifah Abu Bakar. Selama peperangan Riddah, banyak dari penghafal Al-Qur’an yang tewas. Karena
orang-orang ini merupakan penghafal bagian-bagian Al-Qur’an, Umar cemas jika bertambah lagi angka
kematian itu, yang berarti beberapa bagian lagi dari Al-Qur’an akan musnah. Karena itu, menasehati Abu
Bakar untuk membuat suatu “kumpulan” Al-Qur’an kemudian ia memberikan persetujuan dan menugaskan
Zaid ibn Tsabit karena beliau paling bagus Hafalannya.
3.2. Saran
Dari makalah kami yang singkat ini mudah-mudahan dapat bermanfaat bagi kita semua umumnya kami
pribadi. Yang baik datangnya dari Allah, dan yang buruk datangnya dari kami. Dan kami sedar bahwa
makalah kami ini jauh dari kata sempurna, masih banyak kesalahan dari berbagai sisi, jadi kami harafkan
saran dan kritik nya yang bersifat membangun, untuk perbaikan makalah-makalah selanjutnya.
Page | 10
KATA PENGANTAR
M. Rida. Abu Bakar Ash-Shiddiq Khalifah yang pertama. Darul Fikr, Beirut. Hal 7-8
Dedi Supriyadi, Sejarah Peradaban Islam, Bandung: Pustaka Setia, 2008. Hal 68
Dewan Ensiklopedi Islam. Ensiklopedi Islam. Jilid I, PT Ikhtiar Baru van Hoeve Jakarta, 1993. Hal 38
M. Rida. Abu Bakar Ash-Shiddiq Khalifah yang pertama. Darul Fikr, Beirut. Hal 11-12
Suyuty Pulungan,Fiqih Siasati, Sejarah dan Pemikiran Islam, PT Rajawali Prees Jakarta,1994. Hal 102
Dedi Supriyadi, Sejarah Peradaban Islam, Bandung: Pustaka Setia, 2008, hlm. 69. Lihat juga Suyuty
pulungan, Fiqih Siasati, Sejarah dan Pemikiran Islam, PT Rajawali Prees Jakarta,1994. Hal 107-108
D. Humam, Terjemah Islamic And History From Colture, Oleh Hasan Ibrahim. Cetakan I, Yogyakarta Kota
Kembang,1989. Hal 32
M. Rida. Abu Bakar Ash-Shiddiq Khalifah yang pertama. Darul Fikr, Beirut. Hal 52
http://dimensi5.wordpress.com/2007/02/26/Abu bakar Ash-Shiddiq/
Badri Yatin, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta , Raja Grafindo Persada, 1997. Hal 34
Suyuty pulungan, Fiqih Siasati, Sejarah dan Pemikiran Islam, PT Rajawali Prees Jakarta,1994. Hal 112-113
Ali Mufradi, Islam dan Kawasan Kebudayaa Arab, Jakarta, Logos, Wacana Ilmu, 1997. Hal 107
Al-Qur’an Surah As-Syura ayat 38
D. Humam, Terjemah Islamic And History From Colture, Oleh Hasan Ibrahim. Cetakan I, Yogyakarta Kota
Kembang,1989. Hal 32
Departemen Agama RI, Sejarah dan kebudayaan Islam, Proyek Pembinaan PTA IAIN Alauddin, Ujung Padang,
1982. Hal 65
Badri yatim, Sejarah Peradaban Islam, PT Raja Grafindo Persada Jakarta,1994. Hal 27
http://dimensi5.wordpress.com/2007/02/26/Abu bakar Ash-Shiddiq/
Suyuty Pulungan,Fiqih Siasati, Sejarah dan Pemikiran Islam, PT Rajawali Prees Jakarta,1994. Hal 109
Badri Yatin, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta , Raja Grafindo Persada, 1997. Hal 30 . lihat juga Ibnu katsir, al-
Bidayah wan-Nihayah, Hal 301
Page | 11