Anda di halaman 1dari 16

ABU BAKAR ASH-SHIDDIQ

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Sejarah Peradaban Islam

Dosen Pengampu : Juma’,M.Hum.

Disusun Oleh :

Siti Efrinia Rosita ( 173221092 )


Yeni Nila Sari ( 183221258 )
PBI 4 G

PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS


FAKULTAS ADAB DAN BAHASA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SURAKARTA
2020
1

DAFTAR ISI

Cover
Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
BAB II PEMBAHASAN
A. Masa Kepemimpinan Abu Bakar Ash - Shiddiq
B. Dakwah Abu Bakar Ash - Shiddiq
C. Problem Kepemimpinan Abu Bakar Ash - Shiddiq
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Daftar Pustaka
2

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

​Abu Bakar Shiddiq adalah anak Abn Quhafah, khalifah pertama dari rangkaian al-Khulafa’
al-Rasyidin, memerintah pada 632-634 (11-13 H). Dia termasuk orang terkemuka Quraisy
pertama yang menerima ajaran nabi Muhammad. Khalifah pertama ini dikenal dalam sejarah,
dengan banyak nama dan panggilan (gelar). Nama aslinya adalah Abdullah Ibn `Uthman (gelar
Abu Quhfah) ibn Amir ibn Ka`ab ibn Sa`ad ibn Taim ibn Murrah al-Taimy. Pada masa Jahiliyah
ia bernama Abdul Ka’bah, lalu ditukar oleh Rasulullah dengan nama Abdullah. Nama
panggilannya adalah Abu Bakar, karena sejak awal sekali ia masuk Islam. Gelarnya adalah
al-Siddiq, karena ia amat segera membenarkan Rasulullah dalam berbagai peristiwa, terutama
peristiwa Isra’ dan Mi’raj1
Abu Bakar adalah khalifah pertama yang menggatikan Rasulullah, beliau menggantikan
sebagai pemimpim umat Islam bukan sebagai pengganti Ke-Rasulannya. Abu Bakarlah orang
yang paling dekat dengan Rasulullah. Beliau mengajaknya memeluk Islam. Abu Bakar langsung
menerima ajakan itu tanpa ragu sedikit pun. Ia sepenuhnya memercayai apa yang disampaikan
Rasulullah2
Sebagai khalifah pertama, Abu Bakar as-Shiddiq dihadapkan pada keadaan masyarakat
sepeninggal Muhammad SAW. Ia bermusyawarah dengan para sahabat untuk menentukan
tindakan yang harus diambil dalam menghadapi kesulitan-kesulitan yang dihadapi. Meski terjadi
perbedaan pendapat tentang tindakan yang akan dilakukan dalam menghadapi kesulitan yang
memuncak tersebut, kelihatan kebesaran jiwa dan ketabahan hatinya, seraya bersumpah dengan
tegas ia menyatakan akan memerangi semua golongan yang menyimpang dari kebenaran
(orang-orang murtad, tidak mau membayar zakat, dan mengaku diri sebagai nabi), sehingga

1
Rahmatullah, Muhammad, ​Kepemimpinan Khalifah Abu Bakar Al - Shiddiq,​ 2014, hlm. 197.
2
Hasronghisam, ​Metode Dakwah Abu Bakar Ash - Shiddiq,​ 2018, hlm. 1.
3

semuanya kembali ke jalan yang benar atau harus gugur sebagai syahid dalam memperjuangkan
kemuliaan agama Allah. 3

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana masa kepemimpinan Abu Bakar Ash - Shiddiq ?
2. Apa saja metode dakwah Abu Bakar Ash - Shiddiq ?
3. Apakah problem yang dihadapi pada masa kepemimpinan Abu Bakar Ash -
Shidiq ?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui masa kepemimpinan Abu Bakar Ash - Shiddiq
2. Untuk mengetahui dakwah Abu Bakar Ash - Shiddiq
3. Untuk mengetahui problem yang dihadapi pada masa kepemimpinan Abu Bakar
Ash - Shidiq

3
Ibid, hlm. 5.
4

BAB II
PEMBAHASAN

Masa Kepemimpinan Abu Bakar Ash - Shiddiq


1. Dinamika bidang Agama
Pada masa kepemimpinan Abu Bakar ini, pemerintah Islam banyak mengalami ujian
atau cobaan, baik internal maupun eksternal, yang dapat mengancam berlangsungnya
kelestarian agama Islam. Sejumlah masalah seperti ridat atau kemurtadan dan ketidak
setiaan, munculnya beberapa kafir yang menyatakan dirinya sebagai Nabi, banyaknya
orang-orang yang ingkar membayar zakat serta sejumlah pemberontakan kecil yang
merupakan bibit-bibit perpecahan. Namun berkat dari kepiawaian sang Khalifah semua
cobaan yang dihadapi dapat diselesaikan dengan baik.4
2. Dinamika Sosial
Sebenarnya masyarakat Muslim, yang terdiri dari banyak element dan suku terancam
hancur persatuannya pada peristiwa Saqifah. Sejumlah kalangan pengungsi dari Mekkah
dan beberapa klan lemah di Madinah juga beberapa orang yang melepaskan diri dari
klannya bersatu untuk memikirkan suksesi Abu Bakar r.a dan menghalangi kalan Khazraj
untuk memilih pemimpin sendiri karena hal ini akan sangat rentan dengan munculnya
permusuhan di kalangan elit politik dan masyarakat. Selain itu dalam beberapa kisah,
yang coba diabaikan beberapa kalangan, disebutkan bahwa terjadi ketegangan antara bani
Hasyim dengan Abu Bakar dan suksesornya Umar bin Khattab. Dalam beberapa riwayat
seperti yang dituturkan oleh Muhammad Haikal disebutkan bahwa Abu Bakar dan Umar
bin Khattab mendatangi Ali bin Abi Thalib dengan membawa sekelompok pasukan untuk
meminta baiat Ali bin Abi Thalib. Akan tetapi Ali bin Abi Thalib dan beberapa
anggotanya menghadap mereka dengan pedang di tangannya, hingga terjadi adu fisik

4
.Hermanto, ​Kepemimpinan Abu Bakar Ash - Si ddiq dan nilai-niali pendidikan islam yang terkandung
didalamnya, ​2018,hlm.23.
5

antara Ali bin Abi Thalib r.a dan Umar bin Khattab r.a. Abu Bakar r.a adalah salah satu
figur yang dihormati oleh masyarakat, selain karena beliau termasuk sahabat paling dekat
dengan nabi, ia juga termasuk salah satu orang yang paling pertama memeluk Islam dan
mertua Rasulullah saw, akan tetapi Ali bin Abi Thalib r.a sedikitpun tidak kalah
wibawanya dibandingkan Abu Bakar r.a, beliau adalah sepupu nabi, bahkan dalam
beberapa riwayat disebutkan bahwa Ali bin Abi Thalib adalah orang yang paling pertama
kali masuk Islam, beliau juga adalah menantu Rasulullah saw. Dua figur yang sangat
dihormati di Madinah ini dan mempunyai banyak pendukung tentu saja melahirkan
paling sedikit dua blok masyarakat, yang mendukung Abu Bakar r.a dan yang
mendukung Ali bin Abi Thalib r.a. Tentu saja ini melahirkan suatu dilema tersendiri bagi
masyarakat.5
3. Dinamika Politik.
Kestabilan politik yang telah dirintis oleh Rasulullah saw, berangsur-angsur memburuk
setelah kematian beliau. Ini terbukti dengan terjadinya beberapa pemberontakan di luar
Madinah, baik itu pemberontakan yang dimotivasi oleh keinginan melepaskan diri dari
kekuasaan Islam ataupun pemberontakan-pemberontakan yang dilancarkan oleh
kaum-kaum murtad.Selain itu di Madinah, seperti yang kita sebutkan diatas, muncul dua
blok kekuasaan politik, satu pihak adalah Abu Bakar r.a yang telah diangkat menjadi
khalifah, di pihak lain adalah Ali bin Abi Thalib r.a-yang dalam pandangan beberapa
sarjanawan disebutkan bahwa beliau berpendapat dan disetujui oleh pengikutnya sebagai
orang yang lebih berhak untuk menduduki posisi kepemimpinan.Anggapan bahwa Ali
bin Abi Thalib r.a adalah orang yang lebih berhak untuk mendapatkan tampuk
kepemimpinan diawali dengan mengedepankan hadist Ghadir Khum yang menyatakan
bahwa Ali bin Abi Thalib r.a adalah pewaris nabi Muhammad saw. Peristiwa Saqifah
yang tidak dihadiri oleh Ali bin Abi Thalib r.a yang kala itu sibuk dengan mengurusi
jenazah Rasulullah saw, dimata beberapa kalangan merupakan awal perampasan
kekuasaan dari Ali bin Abi Thalib r.a. Kesekongkolan antara Umar bin Khattab r.a, Abu

5
​Modul 3 Perkembangan Islam Masa Khulafaur Rasyidin,​ Kementrian Agama RI, 2018,hlm. 8.
6

Bakar r.a dan Abu Ubaid bin Jarrah dianggap sebagai salah satu usaha untuk tidak
menggabungkan kepemimpinan politik dan agama pada Bani Hasyim. 6
4. Stabilitas Negara.
Pada masa pemerintahan Abu Bakar r.a, tercatat beberapa pemberontakan yang
membahayakan bagi kesatuan negara Islam. Beberapa diantaranya adalah
gerakan-gerakan riddah yang muncul tidak lama setelah kematian Rasulullah saw.
Pemberontakan-pemberontakan itu bisa dilatari beberapa alasan baik alasan politik,
ekonomi ataupun agama. Beberapa pemberontakan dan gerakan yang mengancam
stabilitas negara itu dapat kita sebutkan sebagai berikut:
1. Pemberontakan Thulaihah yang mengklaim dirinya sebagai nabi sebelum wafatnya
Rasulullah saw.
2. Pemberontakan Sajjah dan Malik bin Nuwairoh di dari Yamamah.
3. Perang Yamamah, dan Musailamah yang menyebut dirinya sebagai nabi.
4. Gerakan riddah di Baharain.
5. Gerakan riddah di Omman dan Muhrah.
6. Gerakan riddah di Hadramaut dan Kindah. Semua gerakan riddah dan pemberotakan
ini berhasil diredamkan baik dengan peperangan ataupun tidak. 7
5. Kebijakan Politik Abu Bakar
Dalam perjalanan Abu Bakar r.a, beliau telah menetapkan beberapa kebijakan dalam
politik, beberapa kebijakan penting beliau selain menumpas pemberontakan dan
melakukan ekspansi adalah:
1. Menjadikan Hirroh sebagai pusat militer untuk penyerangan selanjutnya ke Syam.
2. Menaklukkan daerah-daerah yang berpeluang untuk membantu melawan Kaisar.
3. Menempatkan Khalid bin Sa’id bin Ash dan pasukannya sebagai pasukan cadangan di
Taima, yakni perbatasan wilayah kekuasaan negara Islam dengan Syam.
4. Pemindahan baitul mal dari Sunuh ke Madinah.
5. Mengurusi janda-janda perang di Madinah.
6. Pengangkatan al-Mutsanna bin Haritsah menggantikan Khalid bin Walid di Iraq.

6
Ibid, hlm. 9.
7
Ibid, hlm. 10.
7

7. Penunjukan Umar bin Khattab r.a sebagai penggantinya sebagai Khalifah.


8. Mengampuni beberapa kepala pemberontak. Selain itu beliau juga mengangkat
beberapa orang sebagai pemerintah di kota-kota tertentu. 8
6. Kontribusi Pemerintahan Abu Bakar.
Sebenarnya, salah satu keberhasilan Rasulullah saw. dalam kepemimpinannya adalah
mengganti sistem politik bangsa Arab yang dahulunya terpecah belah di bawah naungan
klan. Seseorang tidak bisa mengklaim bahwa dirinya adalah seorang yang merdeka bila ia
tidak bernaung dibawah sebuah klan. Kemudian Rasulullah saw. menggantikan sistem ini
dengan kesatuan politik yang bernama Ummah, yakni kesatuan seluruh ummat
Islam.Sedangkan pada masa Abu Bakar r.a, kesatuan politik bangsa-bangsa Arab yang
terpecah belah dibawah beberapa kekuasan politik telah dirancang untuk disatukan
dibawah kekuasaan negara Islam. Kesatuan ini menjadi sistem pemerintahan negara yang
oleh bangsa Arab sebelumnya tidak diperhatikan. Selain itu, Abu Bakar r.a juga telah
merintis sistem pengambilan keputusan dengan keputusan syura. Lain halnya dengan
Rasulullah saw. yang keputusannya adalah mutlak karena memang beliau menjadi wadah
penerima wahyu. Pada pengambilan keputusan-keputusan genting, Abu Bakar sering
memanggil orang-orang yang menurutnya berkompeten untuk didengar pendapatnya,
yakni pada saat itu adalah sahabat-sahabat Rasulullah saw. Dengan begitu beliau telah
mulai merintis pembangunan dasar-dasar pemerintahan Islam seperti syura. 9

Dakwah Abu Bakar Ash - Shiddiq


1. Metode Dakwah Bil-Lisan (Pidato Abu Bakar ash-Shiddiq dalam Menggunakan
Metode Dakwah)
Abu bakar Ash - Shiddiq dibai'at sebanyak dua kali yang pertama saat beliau ditunjuk
sebagai khalifah dan yang kedua ketika umar bin khattab menyeru kembali masyarakat
untuk membai'at Abu bakar Ash -Shuddiq. Maka orang-orang segera membai’at Abu
Bakar secara umum setelah sebelumnya dibai’at di Saqifah. Selepas dibai’at, Abu Bakar
mulai berpidato dan setelah memuji Allah Pemilik segala pujian, beliau berkata: “Amma

8
Ibid, hlm. 10.
9
Ibid, hlm. 11.
8

ba’du, hai sekalian manusia sesungguhnya aku telah dipilih sebagai pimpinan atas kalian
dan aku bukanlah yang terbaik, maka jika aku berbuat kebaikan, bantulah aku, dan jika
aku bertindak keliru, maka luruskanlah aku. Kejujuran adalah amanah, sementara dusta
adalah suatu pengkhianatan. Orang yang lemah di antara kalian sesungguhnya kuat di
sisiku hingga aku dapat mengembalikan haknya kepadanya insya Allah. Sebaliknya siapa
yang kuat di antara kalian, maka dialah yang lemah di sisiku hingga aku akan mengambil
darinya hak milik orang lain yang diambilnya. Tidaklah suatu kaum meninggalkan jihad
di jalan Allah kecuali aku timpakan kepada mereka kehinaan, dan tidaklah suatu kekejian
tersebar di tengah suatu kaum kecuali azab Allah akan ditimpakan kepada seluruh kaum
tersebut. Patuhilah aku selama aku mematuhi Allah dan Rasul-Nya.Tetapi jika aku tidak
mematuhi keduanya, maka tiada kewajiban taat atas kalian terhadapku. Sekarang
berdirilah kalian melaksanakan shalat, semoga Allah merahmati kalian. Dengan
menggunakan metode pidato inilah dakwah Abu Bakar dinamakan pidato Bil-Lisan. 10
2. Metode Dakwah Bit-Tadwin (Pengumpulan al-Quran)
Pengumpulan ayat-ayat al-Qur’an pada masa pemerintahan Abu Bakar merupakan
strategi dakwah. Dalam perang Yamamah dalam misi menumpas nabi palsu Musailamah
Al-Kadzdzab, banyak sahabat penghafal Al-Quran yang gugur dalam peperangan
tersebut. Keadaan tersebut menimbulkan kekhawatiran di kalangan umat Islam akan
habisnya para penghafal Al-Quran karena gugur di medan peperangan. Oleh karena itu
Umar bin Khathab mengusulkan kepada khalifah Abu Bakar untuk mengumpulkan
ayat-ayat al-Quran yang tertulis di berbagai media seperti pelepah kurma, tulang onta,
dan lain-lain yang disimpan oleh para sahabat. Pada awalnya Abu Bakar agak berat
melaksanakan tugas tersebut, karena belum pernah dilakasanakan pada masa Nabi
Muhammad SAW. Namun, karena alasan Umar bin Khabtab yang rasional, yaitu
banyaknya sahabat penghafal al-Qur’an yang gugur di medan pertempuran dan
dikhawatir akan habis seluruhnya, akhirnya Abu Bakar menyetujuinya. Abu Bakar
menugaskan kepada Zaid bin Sabit, penulis wahyu pada masa Nabi Muhammad SAW,
untuk mengerjakan tugas pengumpulan itu. (Rizem Aizid , 200-201). Oleh karena itu,

10
Hasronghisam, ​Metode Dakwah Abu Bakar Ash - Shiddiq,​ 2018, hlm 107
9

strategi/metode dakwah melalui pengumpulan al-Quran yang dilakukan oleh khalifah


Abu Bakar melahirkan strategi dakwah baru yaitu dakwah melalui tulisan seperti
menerbitkan kitab-kitab, buku, majalah, surat kabar, internet, dan tulisan-tulisan lain
yang mengandung pesan dakwah. Pesan dakwah yang tersimpan dalam bentuk tulisan
memiliki rentang waktu yang relative panjang karena tak lekang oleh zaman dan dapat
dinikmati oleh generasi-generasi berikutnya.11
3. Metode Dakwah Bil-Yad (dengan Tangan)
Tangan secara tekstual diartikan sebagai tangan yang digunakan dalam menggunakan
situasi kemungkaran. Kata tangan dapat diartikan sebagai kekuatan kekuasaan. Metode
ini efektif bila dilakukan oleh penguasa yang berjiwa dakwah. Khalifah Abu Bakar
mengunakan kekuatan kekuasaan sebagai strategi dakwah kepada orang-orang yang
membangkang. Dakwah Memerangi Orang Ingkar Membayar Zakat. Abu Bakar
ash-Shiddiq mengadakan rapat dengan para sahabat besar itu guna meminta saran dalam
memerangi mereka yang tak mau menunaikan zakat. Umar bin Khattab dan
beberapaorang sahabat berpendapat untuk tidak memerangi umat yang beriman kepada
Allah dan Rasul-Nya, dan lebih baik meminta bantuan mereka dalam menghadapi musuh
bersama. Barangkali sebagian besar yang hadir berpendapat demikian, sedang yang
menghendaki jalan kekerasan hanya sebagian kecil. Tampaknya perdebatan mereka
dalam hal yang cukup sengit ini saling berlawanan dan berkepanjangan. Abu Bakar
ash-Shiddiq terpaksa melibatkan diri mendukung golongan minoritas itu yaitu memerangi
kaum memerangi kaum yang tidak mau membayar zakat. Abu Bakar juga menggunakan
kekuatan kekuasaan untuk menumpas nabi palsu, kaum murtad dari agama Islam, dan
dakwah ke wilayah Iraw dan Syria. 12
4. Metode Dakwah Bil-Hal (Kelembagaan)
Abu Bakar ash-Shiddiq ingin merealisasikan politik dan kebijakan negara yang telah di
gariskan dan menunjuk sejumlah sahabat sebagai para pembantu dalam melaksanakan
hal tersebut. Abu Bakar menunjuk Abu Ubaidah al-Jarah sebagai bendara umat ini
(menteri keuangan) yang diserahkan mandate untuk mengelola urusan-urusan Baitul Mal.

11
Ibid, hlm. 112
12
Ibid,hlm. 115
10

Sementara Umar bin al-Khatab memegang jabatan peradilan (Kementerian atau


Departeman Kehakiman) yang juga dijalankan langsung oleh Abu Bakar sendiri.
Sedangkan Zaid bin Tsabit menjadi sebagai sekretaris terkadang tugas ini juga dilakukan
oleh sahabat yang ada seperti Ali bin Abi Thalib atau Utsman bin Affan. Disamping
Baitul Mal dan lembaga peradilan, khalifah Abu Bakar juga membentuk lembaga
Pertahanan dan Keamanan yang bertugas mengorganisasikan pasukan-pasukan yang ada
untuk mempertahankan eksistensi keagamaan dan pemerintahan. Pasukan itu disebarkan
untuk memelihara stabilitas di dalam maupun di luar negeri. Di antara panglima yang ada
ialah Khalid bin Walid, Musanna bin Harisah, Amr bin Ash, dan Zaid bin Sufyan. Untuk
memperlancar jalannya pemerintahan di bidang eksekutif Abu Bakar mendelegasikan
tugas-tugas pemerintahan di Madinah maupun di daerah kepada sahabat lain. Misalnya,
untuk pemerintahan pusat ia menujuk Ali bin Abi Thalib, Utsman bin Affan, dan Zaid bin
Tsabit sebagai sekretaris dan Abu Ubaidah sebagai bendaharawan. Untuk daerah-daerah
kekuasaan Islam, dibentuklah provinsi-provinsi dan untuk setiap provinsi ditujuk seorang
amir (Dedi, 2008:70). 13
5. Metode Usawatun-Hasanah (Keteladanan)
Dalam Bahasa Arab “keteladaan” diungkapkan dengan kata uswah dan qudwah.
“Keteladanan” adalah hal-hal yang dapat ditiru atau dicontoh. Memberi teladan yang baik
kepada umat Islam merupakan metode dakwah yang efektif. Abu Bakar menerapkan
metode ini dalam dakwah islamnya baik sebelum menjadi khalifah maupun setelah
menjabat sebagai khalifah.Selain sopan dan santun, Abu Bakar ash-Shiddiq juga terkenal
tawadhu dan rendah hati. Ia seorang pekerja keras sejak dahulu. Sebagai pengusaha
sukses sejak sebelum Islam datang. Hingga akhirnya, ia hijrah bersama Nabi Muhammad
SAW. dan meninggalkan usahanya demi perjuangan. Sepeninggal Nabi Muhammad
SAW. dan Abu Bakar ash-Shiddiq diangkat menjadi khalifah, tidak tampak sedikit pun
bekas-bekas orang kaya pada dirinya. Tidak dijumpa pada diri Abu Bakar rasa gengsi,
ingin dihormati sebagai pemimpin, serta rasa ingin didengar dan dipuji. Selama berada di
Madinah bersama Nabi Muhammad SAW. Abu Bakar menerima jasa sebagai pemerah

13
Ibid,hlm. 123
11

susu atau pemasak gandum bagi orang-orang miskin dan janda yang tidak mampu. Inilah
bentuk ketawadhu’an Abu Bakar ash- Shiddiq. Ia tawadu’ bukan hanya dalam kondisi
miskin dan lemah, tetapi juga dalam keadaan berkedudukan tinggi. 14

Problem Kepemimpinan Abu Bakar Ash-Shiddiq


Masa awal pemerintahan Abu Bakar diwarnai dengan berbagai kekacauan dan
pemberontakan, seperti munculnya orang-orang murtad, aktifnya orang-orang yang
mengaku diri nabi, pemberontakan dari beberapa kabilah Arab dan banyaknya
orang-orang yang ingkar membayar zakat. Munculnya orang-orang murtad disebabkan
keyakinan mereka terhadap ajaran Islam belum begitu mantap, dan wafatnya nabi
Muhammad menggoyahkan keimanan mereka. Masalah nabi palsu sebenarnya telah ada
sejak nabi Saw masih hidup, tetapi kewibawaan nabi Saw menggetarkan hati mereka
untuk melancarkan aktivitasnya. Masalah pemberontakan kabilah disebabkan oleh
anggapan mereka bahwa perjanjian perdamaian dibuat bersama nabi secara pribadi dan
perjanjian tersebut berakhir dengan wafatnya beliau. Mereka menganggap tidak perlu lagi
taat dan tunduk kepada penguasa Islam yang baru. Sedangkan orang-orang yang ingkar
membayar zakat hanyalah karena kelemahan iman mereka (Ensiklopedi Islam, 1994: 39).
Mereka tidak mau membayar zakat karena mereka beranggapan bahwa zakat itu hanyalah
upeti yang tidak patut diwajibkan atas setiap orang merdeka. Hal ini terjadi karena
menurut adat kebiasaan orang Arab, mereka itu tidak mau tunduk kepada siapapun selain
orang yang memegang kekuasaan keagamaan (Amin, dkk, t.th: 80-81). 15
Dalam kesulitan yang memuncak inilah terlihat kebesaran jiwa dan ketabahan hati Abu
Bakar, dengan tegas dinyatakannya seraya bersumpah, bahwa beliau akan memerangi
semua golongan yang telah menyeleweng dari kebenaran, kecuali mereka yang kembali
kepada kebenaran, meskipun beliau harus gugur dalam memperjuangkan kemuliaan
agama Allah (A. Syalabi, 1983: 232). Mereka mengira bahwa Abu Bakar adalah
pemimpin yang lemah, sehingga mereka berani membuat kekacauan. Terhadap semua
golongan yang membangkang dan memberontak itu Abu Bakar mengambil tindakan

14
Ibid, hlm. 126
15
Rahmatullah, Muhammad, ​Kepemimpinan Khalifah Abu Bakar Al - Shiddiq​, 2014, hlm. 200.
12

tegas. Ketegasan ini didukung oleh mayoritas ummat. Untuk menumpas seluruh
pemberontakan beliau membentuk sebelas pasukan yang dipimpin oleh panglima perang
yang tangguh. Dalam waktu singkat seluruh kekacauan dapat ditumpas dengan
sukses.Sebelum Abu Bakar mengirim masing-masing pasukan ke berbagai tempat yang
dituju, beliau lebih dahulu mengirimi surat kepada golongan ataupun orang-orang yang
menyeleweng tersebut. Dalam surat itu dijelaskan bahwa ada kesamaran-kesamaran yang
timbul dalam pikiran mereka, sertai diserukan kepada mereka agar kembali kepada ajaran
Islam. Diperingatkan pula, apa akibat yang akan terjadi kalau mereka masih tetap dalam
kesesatan itu (A. Syalabi, 1983: 233). 16
Kemudian Abu Bakar memerangi mereka, peperangan ini dikenal dengan nama perang
Riddah. Perang Riddah diprioritaskan terhadap orang-orang yang enggan membayar
zakat. Kata Riddah atau "Murtad" dalam hal ini tidak mengandung pengertian
sebagaimana terdapat dalam hukum Fiqh. Ketika itu orang-orang Arab tidak berbalik
kepada kepercayaan Shirik.Meraka tetap mengakui keesaan Allah SWT, hanya saja
mereka tidak mau menunaikan Zakat. Menurut mereka zakat dianggap sebagai pajak dan
dirasakan sebagai kewajiban yang merendahkan martabat mereka. Ada juga yang
menganggap bahwa pemungutan zakat yang dilakukan oleh nabi Muhammad Saw saja
yang dapat membersihkan dan menghapuskan kesalahan-kesalahan pembayar zakat. Hal
ini terjadi karena salah menafsiran salah satu ayat yang berkenaan zakat (Surat
Al-Taubah ayat 103). Persoalan lain yang dihadapi Abu Bakar adalah munculnya
nabi-nabi palsu. Diantaranya yang mengaku dirinya sebagai nabi adalah Musailamah
al-Kazzab (dari Bani Hanifa) di Yamamah, Al-Aswad Al-Amsi di Yaman dan Thulaihah
Ibn Khuwailid dari Bani Asad. Terhadap golongan nabi palsu Abu Bakar mengerahkan
bala tentaranya. Pasukan yang dikirim berhasil dalam misinya. Musailamah mati
terbunuh ditangan Wahshi (Pembunuh Hamzah paman nabi dalam Perang Uhud ketika
masih musyrik). Adapun Al-Aswad yang pernah menamakan dirinya Rahman al-Yaman
telah mati terbunuh sebelum itu. Dengan kemenangan ini akhirnya Abu Bakar dapat

16
Ibid, hlm. 201.
13

menundukkan seluruh jazirah dan berhasil menumpas pemberontakan kaum murtad (A.
Syalabi, 1983: 233). 17

17
Ibid, hlm. 201
14

BAB III
PENUTUP

A. kesimpulan
Khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq merupakan khalifah pertama dalam kepemimpinan
Khulafaur Rasyyidin sehingga pada awal pemerintahannya banyak mengalami
pergejolakan di masyarakat setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW. Diantara
pemberontakan yang paling menonjol pada masa awal pemerintahan Abu Bakar adalah
seperti munculnya orang-orang murtad, aktifnya orang-orang yang mengaku diri nabi,
pemberontakan dari beberapa kabilah Arab dan banyaknya orang-orang yang ingkar
membayar zakat. Namun karena kebesaran jiwa dan ketabahan hati Abu Bakar, dengan
tegas dinyatakannya seraya bersumpah, bahwa beliau akan memerangi semua golongan
yang telah menyeleweng dari kebenaran, kecuali mereka yang kembali kepada kebenaran
Allah. Dan pada akhirnya Abu Baka berhasil menumpas nabi palsu dan segala
pemberontakan bahkan Abu bakar mampu mengumpulkan mushaf Al-quran dan
memperluas wilayah islam.
B. Saran
Sebagai generasi islami sudah seharusnya kita mampu mengambil hikmah dari
kepemimpinan Abu Bakar Ash-Shiddiq untuk bisa diterapkan dalam kehidupan
bermasyarakat dan bernegara. Penulis menyadari bahwa makalah yang dibuat ini ada
kekurangan dan kekeliruan namun dengan adanya makalah ini semoga dapat bermanfaat
bagi penulis dan pembaca dalam kepemimpinan Abu bakar Ash-Shiddid.
15

Daftar Pustaka

Rahmatullah, Muhammad, ​Kepemimpinan Khalifah Abu Bakar Al - Shiddiq​, 2014


Hasronghisam, ​Metode Dakwah Abu Bakar Ash - Shiddiq​, 2018
Hermanto, ​Kepemimpinan Abu Bakar Ash - Si ddiq dan nilai-niali pendidikan islam yang
terkandung didalamnya, 2​ 018
Modul 3 Perkembangan Islam Masa Khulafaur Rasyidin,​ Kementrian Agama RI, 2018

Anda mungkin juga menyukai