Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

STANDAR BAIK DAN BURUK DALAM ISLAM


Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Akhlak Tasawuf
Dosen Pengampu: Dr. Ach. Faridul Ilmi, M.Ag

Disusun Oleh:
Kelompok 03

Nur Azizah 214101030003


Muhammad Ihsan Abidillah 214101030020
Lailatus Syarifatul Mukarromah 214101030018

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
UIN KH. ACHMAD SIDDIQ JEMBER
TAHUN AKADEMIK 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa selalu kita panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
limpahan Rahmat, Taufik dan Hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan
makalah ini. Solawat serta salam tak lupa kita curahkan kepada Nabi Muhammad SAW. yang
telah menunjukan jalan kebaikan dan kebenaran di dunia dan akhirat kepada umat manusia.
Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Akhlak Tasawuf dan juga untuk
khalayak ramai sebagai bahan penambah ilmu pengetahuan serta informasi yang semoga
bermanfaat.
Makalah ini kami susun dengan segala kemampuan kami dan semaksimal mungkin.
Namun, kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini tentu tidaklah sempurna dan
masih banyak kesalahan serta kekurangan. Maka dari itu kami sebagai penyusun makalah ini
mohon kritik, saran dan pesan dari semua yang membaca makalah ini terutama Dosen Mata
Kuliah Akhlaq Tasawuf yang kami harapkan sebagai bahan koreksi untuk kami.

Jember, 19 Maret 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................................................. i


KATA PENGANTAR ............................................................................................................... ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .......................................................................................................... 2
C. Tujuan ............................................................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................................... 3
A. Pengertian Baik dan Buruk.............................................................................................3
1. Pengertian Baik dan Buruk.......................................................................................3
2. Sifat dari Baik dan Buruk..........................................................................................5
3. Baik dan Buruk Menurut Ajaran Islam.....................................................................5
B. Pengertian Akhlak, Etika dan Moral...............................................................................6
1. Pengertian Akhlak Etika dan Moral..........................................................................6
2. Pengertian Moral Secara Komprehensif...................................................................7
C. Standar Baik dan Buruk Dalam Islam.............................................................................7
1. Standar Baik dan Buruk............................................................................................8
2. Aliran untuk menentukan standar baik dan buruk...................................................10
3. Aliran yang Berkembang........................................................................................11
BAB III PENUTUP.................................................................................................................13
A. KESIMPULAN............................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................14

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Secara umum kata baik dalam makna lugas berarti sesuatu yang patut dan berguna.
Beberapa pengertian baik yang dijelaskan dari berbagai sumber antara lain: 1) Baik adalah
sesuatu yang telah mencapai kesempurnaan. 2) Baik adalah sesuatu yang menimbulkan rasa
keharusan dalam kepuasan, kesenangan, persesuaian, dan seterusnya. 3) Baik adalah
sesuatu yang mempunyai nilai kebenaran atau nilai yang diharapkan, yang memberikan
kepuasan. 4) Baik adalah sesuatu yang sesuai dengan keinginan. 5) Sesuatu hal dikatakan
baik, bila ia mendatangkan rahmat, memberikan perasaan senang atau bahagia. Jadi sesuatu
dikatakan baik bila ia dihargai secara positif.
Sedangkan buruk dalam arti letterlijk, berarti rusak, busuk, atau jahat. Dalam
hubungannnya dengan akhlak berbagai sumber menjelaskan pengertian buruk sebagai
berikut: 1) Tidak baik, tidak seperti yang seharusnya, tak sempuna, kualitasnya dibawah
standar, kurang dalam nilai. 2) Keji, jahat, tidak bermoral, tidak menyenangkan, tidak dapat
disetujui, tidak dapat diterima. 3) Segala perbuatan yang tercela yang bertentangan dengan
norma-norma masyarakat yang berlaku (Ensiklopedi Indonesia). Dari beberapa definisi
tersebut, dapatlah dipahami bahwa sesuatu yang disebut baik atau buruk itu sangat relatif.
Bergantung kepada pandangan, persepsi atau penilaian masing-masing orang yang
memformulasikannya. Oleh karena itu, nilai baik atau buruk bersifat subyektif, tergantung
tolok ukur apa yang digunakan.
Akan tetapi secara obyektif, walaupun tujuan orang atau golongan di dunia ini
berbeda-beda, sesungguhnya pada akhirnya semuanya mempunyai tujuan yang sama,
sebagai tujuan akhir tiap-tiap sesuatu, bukan saja manusia bahkan binatang pun mempunyai
tujuan. Dan tujuan akhir dari semua itu sama, yaitu bahwa semuanya ingin baik. Dengan
kata lain semuanya ingin bahagia, tak ada seorang pun dan sesuatu pun yang tidak ingin
bahagia. Tujuan dari masing-masing sesuatu walaupun berbeda-beda semuanya akan
bermuara kepada satu tujuan yang dinamakan baik, semuanya mengharapkan mendapatkan
yang baik dan bahagia, tujuan yang akhir yang sama ini dalam ilmu Ethik ”Kebaikan
Tertinggi”, yang dengan istilah Latinnya disebut ”Summum Bonum” atau bahasa Arabnya
Al-Khair al-Kully. Kebaikan tertinggi ini bisa juga disebut kabahagiaan yang universal atau
Universal Happiness.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian dari baik dan buruk itu?
2. Apakah definisi dari akhlak, etika dan moral ?
3. Seperti apakah standar baik dan buruk dalam islam?

C. Tujuan
1. Mahasiswa dapat memahami pengertian baik dan buruk
2. Mahasiswa dapat mengetahui definisi dari akhlak etika dan moral
3. Mahasiswa dapat mengetahui standar baik dan bruk dalam islam

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Baik dan Buruk


1. Pengertian Baik dan Buruk
Pengertian baik dan buruk Dari segi bahasa baik adalah terjemahan dari kata
“Khair” dalam bahasa Arab, atau “Good” dalam bahasa Inggris. Louis Ma’luf dalam
kitabnya Munjid mengatakan bahwa yang disebut baik adalah sesuatu yang telah
mencapai kesempurnaan. Sementara itu dalam Webster’s New Century Dictionary,
dikatakan bahwa yang disebut baik adalah sesuatu yang menimbulkan rasa keharusan
dalam kepuasan, kesenangan, persesuaian dan seterusnya. Selanjutnya baik juga adalah
sesuatu yang mempunyai nilai kebenaran atau nilai yang diharapkan yang memberikan
kepuasan. Yang baik itu dapat juga berarti sesuatu yang sesuai dengan keinginan, dan
yang disebut baik dapat pula berarti sesuatu yang mendatangkan rahmat, memberikan
perasaan senang atau bahagia. Dan ada pula pendapat yang mengatakan bahwa secara
umum bahwa yang disebut baik atau kebaikan adalah sesuatu yang diinginkan, yang
diusahakan dan menjadi tujuan manusia. Tingkah laku manusia adalah baik, jika
tingkah laku tersebut menuju kesempurnaan manusia. Kebaikan disebut nilai (value),
apabila kebaikan itu bagi seseorang menjadi kebaikan yang kongkret1
Dalam bahasa Arab, yang buruk itu dikenal dengan istilah “syarr” dan diartikan
sebagai sesuatu yang tidak baik, yang tidak seperti yang seharusnya, yang tak sempurna
dalam kualitas, di bawah standar, kurang dalam nilai, tak mencukupi, keji, jahat, tidak
bermoral, tidak menyenangkan, tidak dapat disetujui, tidak dapat diterima, sesuatu yang
tercela, lawan dari baik, dan perbuatan yang bertentangan dengan norma-norma
masyarakat yang berlaku. Dengan demikian yang dikatakan buruk itu adalah sesuatu
yang dinilai sebaliknya dari yang baik, dan tidak disukai kehadirannya oleh manusia. 2
Pengertian baik dan buruk juga ada yang subyektif dan relatif, baik bagi seseorang
belum tentu baik bagi orang lain. Sesuatu itu baik bagi seseorang apabila hal ini sesuai
dan berguna untuk tujuannya. Hal yang sama adalah mungkin buruk bagi orang lain,
karena hal tersebut tidak akan berguna bagi tujuannya. masing-masing orang
mempunyai tujuannya yang berbeda-beda, bahkan ada yang bertentangan, sehingga

1
Drs. H. Abuddin Nata, M.A, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1997), hlm.102.
2
Ibid, hlm. 103.

3
yang berharga untuk seseorang atau untuk suatu golongan yang berbeda dengan yang
berharga untuk orang atau golongan lainnya. Akan tetapi secara objektif, walaupun
tujuan orang atau golongan didunia berbeda-beda, sesungguhnya pada akhirnya
semuanya mempunyai tujuan yang sama sebagai tujuan akhir tiap-tiap sesuatu. Bukan
hanya manusia bahkan binatang pun mempunyai tujuan. Dan tujuan akhir dari
semuanya itu sama yaitu semuanya ingin baik. Dengan kata lain semuannya ingin
bahagia.
Dalam ilmu Ethik disebut “Kebaikan Tertinggi” yang dengan istilah latinnya
disebut Summum Bonum atau bahasa arabnya Al-Khair Al-Kully. Kebaikan tertinggi
ini juga bisa disebut kebahagiaan yang universal atau Universal Happiness. Kebaikan
yang berhubungan dengan tujuan ini dapat dibedakan dengankebaikan sebagai tujuan
terakhir (Summum Bonum) dan kebaikan sebagai cara / jalan / sasaran / alat untuk
sampai pada tujuan akhir tersebut. Kebaikan sebagai alat ini dapat juga berupa tujuan
sementara untuk mencapai tujuan terakhir. Tujuan sementara ini mungkin hanya sekali
bagi seseorang atau sesuatu golongan. Tujuan sementara sebagai alat / jalan untuk
mencapai tujuan akhir ini terdapat bermacam-macam dan beraneka ragam. Didalam
akhlak Islamiyyah, antara baik dan buruk sebagai alat / cara / tujuan sementara harus
segaris atau sejalan dengan baik sebagai tujuan terakhir. Artinya cara untuk mencapai
tujuan baik sebagai tujuan sementara dan tujuan akhir berada dalam satu garis lurus
yaitu berdasarkan norma.
Disamping “baik” juga harus “benar”. Sebab tidak semua cara yang berharga
untuk mencapai tujuan itu disebut baik apabila tidak segaris dengan baik sebagai tujuan
akhir. Tujuan akhir bagi setiap orang adalah bahagia. Untuk mencapai kebahagiaan
masa kini dan masa nanti orang berusaha untuk mencapainya. Dalam Akhlak
Islamiyyah, sarana atau cara yang sampai pada tujuannya itu tetap harus segaris, yaitu
yang normatif baik. Berbeda dengan akhlak Machiavelli yang dianut oleh komunis
untuk mencapai tujuan dapat dengan segala macam cara atau tujuan menghalalkan
segala cara (het doel heilig de middelen). Didalam Akhlak Islamiyyah, untuk mencapai
tujuan yang baik harus sejalan dengan jalan yang baik dan benar. Sebab ada garis yang
jelas antara yang boleh dan tidak boleh, ada garis demakrasi antara yang boleh
dilampaui, garis pemisah antara yang halal dan haram. Semua orang Muslim harus
melalui jalan yang dibolehkan dan tidak boleh melalui jalan yang dilarang. Bahkan
antara yang halal dan yang haram, yang tidak jelas disebut syubhat, orang Muslim harus
berhati-hati, jangan sampai jatuh di daerah yang syubhat, sebab dikhawatirkan akan

4
jatuh di daerah yang haram. Jadi menurut Akhlak Islam, perbuatan itu disamping baik
juga harus benar, yang benar juga harus baik. Sebab dalam Ethik yang benar belum
tentu baik dan yang baik belum tentu benar. Seperti memberitahu atau menasehati
adalah benar, tapi jika memberitahu atau menasehati itu dengan mengejek atau sambil
menghina adalah tidak baik. Belum tentu yang benar itu kalau dijelaskan dengan baik,
seperti kalau seorang suami berkata dengan jujur kepada istrinya bahwa tadi pagi
dijalan ia bertemu dengan bekas pacarnya yang dulu dan dia menanyakan apa kabarnya.
Walaupun hal itu benar dan yang sebenarnya, tak perlu diberitahukan kepada istri,
sebab dengan diberitahukan kepada istri, istri kita jadi tersinggung hatinya dan tentu
akan mempunyai rasa mendongkol atau timbul cemburu, bahkan akan menimbulkan
percekcokan Kalau ada orang yang bertengkar dan bermusuh-musuhan sehingga yang
satu mau membunuh yang lainnya dan yang akan dibunuh itu sembunyi di tempat kita
Kalau kita berkata jujur dan yang sebenarnya akan menimbulkan perbuatan melanggar
kebenaran yang membiarkan pembunuhan. Karena itu dalam kasus tersebut yang baik
adalah tidak memberitahukan, sehingga orang akan selamat. Dengan tidak
memberitahukan itu kita melindungi jiwa dari pembunuhan dan menolong orang yang
akan membunuh untuk tidak melakukan pelanggaran dan dosa besar.3
2. Sifat dari Baik dan Buruk
Sifat dan corak baik buruk yang didasarkan pada pandangan filsafat yaitu sesuai
dengan sifat filsafat itu yakni berubah, realatif nisbi, dan tidak universal. Sedangkan
baik buruk yang didasarkan pada agama akan tetap, berlaku umum/ universal dan
sepanjang masa. Sifat dari baik dan buruk yang demikian itu tetap berguna sesuai
dengan zamannya, dan ini dapat digunakan untuk menjabarkan ketentuan baik dan
buruk yang terdapat dalam ajaran akhlak yang bersumber dari ajaran Islam.
3. Baik dan Buruk Menurut Ajaran Islam
Menurut ajaran Islam penentuan baik dan buruk harus didasarkan pada petunjuk
Al-Qur’an dan Al-Hadits. Jika kita perhatikan Al-Qur’an maupun hadits banyak istilah
yang mengacu kepada baik, dan ada pula istilah yang mengacu kepada buruk. Di antara
istilah yang mengacu pada baik misalnya hasanah, thoyyibah, khairoh, karimah,
mahmudah, azizah dan birr. Adanya istilah kebaikan yang demikian variatif yang
diberikan Al-Qur’an dan Hadits itu menunjukan bahwa penjelasan terhadap sesuatu

3
Drs. H. A. Mustofa, Akhlak Tasawuf, (Bandung: Pustaka Setia, 2010), hlm. 56-61.

5
yang baik menurut ajaran Islam itu jauh lebih lengkap dibandingkan dengan arti
kebaikan yang dikemukakan sebelumnya.

B. Pengertian Akhlak, Etika, dan Moral


1. Pengertian Akhlak, Etika dan Moral
Akhlak berasal dari bahasa Arab jama’ dari bentuk mufradatnya “khuluqun” yang
berari budi pekerti, perangai, tingkah laku dan tabiat. Sedangkan menurut istilah adalah
pengetahuan yang menjelaskan tentang baik dan buruk (benar dan salah), mengatur
pergaulan manusia, dan menentukan tujuan akhir dari usaha dan pekerjaannya.4 Akhlak
pada dasarnya melekat dalam diri seseorang, bersatu dengan perilaku atau perbuatan.
Jika perilaku yang melekat itu buruk, maka disebut akhlak yang buruk atau akhlak
mazmumah. Sebaliknya, apabila perilaku tersebut baik maka disebut akhlak
mahmudah. Selain akhlak digunakan pula istilah etika dan moral.
Etika berasal dari bahasa yunani “ethes’’ artinya adat. Etika adalah ilmu yang
meyelidki baik dan buruk dengan memperhatikan perbuatan manusia sejauh yang
diketahui oleh akal pikiran. Sedangkan moral berasal dari bahasa Latin “mores” yang
berarti kebiasaan. Persamaan antara akhlak dengan etika adalah keduanya membahas
masalah baik dan buruk tingkah laku manusia. Perbedaannya terletak pada dasarnya
sebagai cabang filsafat, etika bertitik tolak dari pikiran manusia. Sedangkan akhlak
berdasarkan ajaran Allah dan Rasul-Nya.
Akhlak tidak terlepas dari aqidah dan syariah. Oleh karena itu, akhlak merupakan
pola tingkah laku yang mengakumulasikan aspek keyakinan dan ketaatan sehingga
tergambarkan dalam perilaku yang baik. Akhlak merupakan perilaku yang tampak
(terlihat) dengan jelas, baik dalam kata-kata maupun perbuatan yang memotivasi oleh
dorongan karena Allah. Namun demikian, banyak pula aspek yang berkaitan dengan
sikap batin ataupun pikiran, seperti akhlak diniyah yang berkaitan dengan berbagai
aspek, yaitu pola perilaku kepada Allah, sesama manusia, dan pola perilaku kepada
alam.
Moral merupakan pandangan tentang baik dan buruk, benar dan salah, apa yang
dapat dan tidak dapat dilakukan. Selain itu moral juga merupakan seperangkat
keyakinan dalam suatu masyarakat berkenaan dengan karakter atau kelakuan dan apa

4
Syarifah Habibah, Akhlak Dan Etika Dalam Islam, (Jurnal Pesona Dasar Vol. 1 No. 4, Oktober 2015),
Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) Universitas Syiah Kuala, hal 74

6
yang seharusnya dilakukan oleh manusia. 5 Pendapat lain mengatakan bahwa moral
adalah ajaran baik dan buruk tentang perbuatan dan kelakuan (akhlak).6 Sedangkan
pengertian akhlak itu sendiri oleh Al-Ghazali sebagai padanan kata moral, sebagai
perangai (watak, tabiat) yang menetap kuat dalam jiwa manusia dan merupakan sumber
timbulnya perbuatan tertentu dari dirinya secara mudah dan ringan, tanpa perlu
dipikirkan dan direncanakan sebelumnya.
2. Pengertian moral secara lebih komprehensif rumusan formalnya sebagai berikut: 7
a) Moral sebagai seperangkat ide - ide tentang tingkah laku dengan warna dasar
tertentu yang dipegang oleh sekelompok manusia dalam lingkungan hidup tertentu.
b) Moral adalah ajaran tentang tingkah laku hidup yang berdasarkan pandangan hidup
atau agama tertentu.
c) Moral sebagai tingkah laku hidup manusia yang mendasarkan pada kesadaran
bahwa ia terikat oleh keharusan untuk mencapai yang baik, sesuai dengan nilai dan
norma yang berlaku dalam lingkungannya.
Dari pendapat di atas,moral dimaksudkan masih sebagai seperangkat ide, nilai, ajaran,
prinsip, atau norma. Akan tetapi lebih konkret dari itu, moral juga sering dimaksudkan
sudah berupa tingkah laku, perbuatan, sikap atau karakter yang didasarkan pada ajaran
nilai, prinsip atau norma.

C. Standar Baik dan Buruk dalam Islam


Di dalam diri manusia ada dua potensi: ada potensi baik dan buruk, ada Akhlak baik
ada Akhlak buruk. Definisi Akhlak yang termaktub dalam kitab ihya Ulumuddin yaitu
kitabnya imam Al-Ghazali, imam Al-Ghazali menjelaskan bahwa akhlak itu adalah suatu
sifat yang tertanam dalam jiwa seseorang. Standar yang baik dan buruk adalah Al Qur’an
hadits, dimana ada konsep agama maka disitulah ada standar baik dan buruknya, dalam
belajar itu ada fardhu’ain, fardhu kifayah, sunah, hal-hal yang berhubungan dengan aqidah,
fiqh, tasawuf itu adalah wajib. Di dalam aqidah mutlak wajib Seseorang untuk
mengetahuinya sehingga dia terlepas daripada taqlik. Taqlik itu adalah mengikuti secara
membabi butakan syar’i nya. Dalam fiqh ini ada dua ilmu, hal dan muajjal. Ilmu hal adalah
ilmu yang senantiasa ilmu yang silabus, tata cara kita berpakaian tersebut seperti shalat

5
Sjarkawi, Pembentukan Kepribadian Anak, (Jakarta: Bumi Aksara, 2005), hal 28
6
Jamie C. Miller, Mengasah Kecerdasan Moral Anak, (Bandung: KAFIA, 2003), hal 15
7
Jamie C. Miller, Mengasah Kecerdasan Moral Anak, (Bandung: KAFIA, 2003), hal 24

7
maka kita wajib untuk mengetahuinya tentang halal haram bagaimana membersihkan
makanan, ikan, dan sebagainya secara syar’i.
1. Standar Baik dan Buruk
a) Adanya Kebaikan
Banyak orang yang mengira bahwa orang yang mebgetahui tentang baik itu
otomatis menjadi baik, orang yang mengetahui ilmu akhlak menjadi orang yang
berakhlak mulia; seperti halnya orang yang mengetahui ilmu agama, pandai dalam
ilmu agama menjadi orang yang beragama dengan baik. Belum tentu orang pandai
tentu dalam ilmu agama itu menjalankan agama secara baik, seperti halnya orang
yang tahu akan ilmu akhlak belum tentu menjadi orang yang berakhlak mulia.
Letaknya kebaikan itu pada dua hal: Pertama: pada adanya kemauan, iradah atau
niat dan Kedua: pada praktek, action atau amaliah. Kemauan menjadi modal utama
untuk berakhlak, seseorang yang tahu akan baik, mengetahui baiknya sesuatu,
mengetahui betapa baiknya jujur, adil, dermawan, ramah, sopan, rendah hati, dll.
Tapi apabila dia tidak mau melakukan berbuat jujur, tidak mau berbuat adil, tidak
mau dernawan, tidak mau ramah, tidak mau berbuat sopan, dan sebagainya, maka
dia tidak menjadi orang yang baik tersebut. 8 Kalau kita ingin akan menjadi baik,
kita harus menjalankan kebaikan itu, kalau kita ingin menjadi orang beragama kita
harus melaksanakan ketentuan ketentuan agama dan kebaikan ini akan menjadi
akhlaknya apabila perbuatan baik itu dibiasakannya. Tidak cukup untuk disebut
berakhlak baik apabila melakukan kebaikan itu tidak menjadi kebiasaannnya,
umpamanya sholat hanya sesekali atau puasanya sering ditinggalkan dan zakatnya
tidak diberikan dan lain sebagainya.
b) Macam Perbuatan Baik
Menurut etika perbuatan baik pada garis besarnya ada dua macam: yaitu baik
dan terbaik, diluar daripada itu adalah tidak baik. Abu Qilabah dan Ali ra. berkata:
“sebaik-baiknya perkara adalah pertengahannya”, yang penting didalam hal
pertengahan itu adalah yang muwadamah, contiue dan istiqomah.
c) Gambaran Akhlak Rasulullah SAW.
Rasulullah Saw adalah orang yang banyak berdoa dan selalu merendahkan
diri. Beliau selalu memohon kepada Allah Swt supaya dihiasi dengan etika yang
baik dan akhlak terpuji. Dalam doanya, beliau selalu membaca: “Ya Allah

8
Ahmad Solihin, Khutbah Jum’at Petingan Jilid I, Bandung, Sinar Baru Algensindo, 2000

8
perindahlah rupa dan akhlakku.” Sa’id bin Hisyam bercerita: aku masuk menemui
Aisyah ra, dan bertanya kepadanya tentang akhlak Rasulullah Saw. Aisyah
menjawab dengan pertanyaan, “Apakah engkau membaca Al-Qur’an?” Akupun
menjawab, ”Ya” Aisyah berkata “ Akhlak Rasulullah Saw. adalah al-Qur’an.”.
Rasulullah Saw. bersabda, ”Aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang
mulia.”9
d) Standar baik dan buruk berdasarkan sifat yang ada pada jiwa manusia
Ada beberapa sifat manusia yang mendorong manusia pada perbuatan dosa,
diantaranya yaitu:
• Sifat Ketuhanan (Rububiyah), Diantara sifat ketuhanan yang ada pada diri
manusia yaitu sifat takabbur yang menganggap dirinya merasa lebih besar dan
yang lain di anggap kecil dan bahkan menganggap lebih rendah lagi, merasa
dirinya hebat karena merasa dirinya lebih bisa dan yang lain dianggap bodoh.
Terkadang didalam diri manusia terdapat sifat ingin dipuji, semua gerak dan
pekerjaannya ingin dilihat orang lain dengan tujuan ingin mendapatkan pujian
dari orang lain. Disamping itu juga ada sifat yang boleh ditiru manusia seperti
sifat Allah SWT. Yang pengasih dan penyayang dan lain sebagainya. 10
• Sifat Syetan (Syaithoniyah), Apabila sifat-sifat syetan berpindah pada manusia,
maka manusia itu akan melakukan perbuatan dosa selamanya, diantara sifat
yang disenangi syetan yaitu hasud, berbuat curang, dan menipu. Orang yang
dipenuhi sifat seperti akan selalu berbuat dosa dan mengajak pada kemungkaran
hatinya tidak ingin melakukan suatu kebaikan.
• Sifat Hewan (Bahimiyah), Penyebab selanjutnya yang membuat manusia berani
melakukan perbuatan dosa karena terdapat sifat hewan didalam dirinya seperti
tamak atau rakus, nafsu syahwat yang tidak bisa dikendalikan, dan mengambil
hak orang lain tidak menghiraukan halal dan haramnya, yang penting
kebutuhannya terpenuhi. 11
• Sifat Hewan Buas (Sabu’iyah), Lebih berbahaya lagi bila manusia mempunyai
sifat hewan buas, sebab sifat seperti ini berani membunuh segalanya,
perkerjaannya hanya marah dan keinginannya mencelakakan orang lain. 12

9
Fudhoilurrahman dan Aida Humaira, Ringkasan Ihya ’Ulumuddin, Terjemahan, Jakarta, Sahara publishers, 2009
10
Ahmad Solihin, Khutbah Jum’at Petingan Jilid I, Bandung, Sinar Baru Algensindo, 2000
11
Rachmat Djatnika, Sistem Ethika Islami (akhlak mulia), Jakarta, Pustaka Panjimas, 1992
12
Ahmad Solihin, Khutbah Jum’at Petingan Jilid I, Bandung, Sinar Baru Algensindo, 2000

9
2. Ada ada beberapa aliran untuk menentukan standar baik dan buruknya sesuatu itu
diantarnya:
a) Aliran Idealisme, Aliran ini memandang bahwa kebenaran yang hakiki tidak dapat
dilihat melalui panca indera semata, karena semua sesuatu yang tampak melalui
panca indra hanya merupakan kepalsuan belaka dan bukan sesuatu yang
sebenarnya. Jadi kesimpulan dari aliran ini adalah bahwa untuk mengetahui sesuatu
itu baik atau buruk maka dapat diukur dengan cita. 13
b) Aliran Naturalisme, Aliran ini memandang bahwa untuk menilai sesuatu yang baik
dan buruk itu dapat dipengaruhi oleh pembawaan manusia sejak lahir kedunia.
Dengan kata lain manusia sejak anak-anak dapat menilai sesutau itu baik ataupun
buruk, akan tetapi dia belum bisa menganalisis mengapa sesuatu itu baik ataupun
buruk. Untuk bisa menganalisis sesuatu itu baik dan buruk diperlukan pengalaman
hidup yang lama, karena semakin lama pengalaman hidupnya maka semakin
matang pemahamannya terhadap sesuatu yang baik dan buruk. Dengan ini dapat
ditegaskan bahwa menilai sesuatu itu ditentukan oleh kebutuhan dan kondisi
wilayah yang ditempati oleh manusia14
c) Aliran Hedonisme, Hedonisme merupakan aliran filsafat tua yang berasar dari
pemikiran filsafat Yunani. Menurut aliran ini sesuatu yang dikategorikan baik itu
adalah sesuatu yang bisa mendatangkan kenikmatan nafsu biologis. Sedangkan
sesuatu yang buruk itu adalah sesuatu yang tidak memberikan kenikmatan nafsu
biologis. Sehingga aliran ini menitik beratkan bahwa kebahagian itu terletak pada
kepuasan biologis dan hal itu merupakan tujuan hidup bagi mereka yang beraliran
hedonisme.
d) Aliran Eudaemonisme, Tujuan hidup dan kegiatan manusia adalah tercapainya
kebahagiaan dan kesejahteraan yang sifatnya hanya sementara. Kesenangan dan
kebahagiaan jasmaniah adalah satu-satunya hal yang baik dalam dirinya, sedangkan
kejahatan dianggap sebagai penyebab utama segala bentuj rasa sakit dan
kesedihan.15

13
Ahmad Solihin, Khutbah Jum’at Petingan Jilid I, Bandung, Sinar Baru Algensindo, 2000
14
Fudhoilurrahman dan Aida Humaira, Ringkasan Ihya ’Ulumuddin, Terjemahan, Jakarta, Sahara publishers,
2009
15
E.Sumaryono, op.cit.,hlm. 53 2010

10
e) Aliran Pragmatisme, Aliran ini menitik beratkan pada hal-hal yang berguna dari diri
sendiri, baik bersifat moril maupun materil, titik beratnya adalah pengalaman.
Kebenaran bersifat abstrak dan tidak akan diperoleh dalam dunia empiris. 16
f) Aliran Eksistensialisme, Etika menitik beratkan pada individu. Individu sangat
menentukan terhadap sesuatu yang baik, terutama bagi kepnetingan dirinya.
Andaikan individu tidak mengambil suatu keputusan pastilah tidak akan terjadi. 17
g) Aliran Utilitarisme, Baik buruknya suatu perbuatan atas dasar besar kecilnya
manfaat yang ditimbulkan bagi manusia. Summon bonum adalah manfaat dengan
tujuan kebahagiaan.18
h) Aliran Deontologi, Suatu tindakan dianggap baik bukan berdasarkan tujuan ataupun
perbuatan itu, tertapi berdasarkan tindakan itu sendiri.19
i) Aliran Teologi Islam, Dalam teologi islam baik dan buruk perbuatan adalah ajaran
Tuhan.
3. Kemudian banyak beberapa aliran yang berkembang diantaranya:20
▪ Aliran Jabariyah, Aliran ini disebut Jabariyah dikarenakan sifatnya memaksa,
sehingga kaum ini berpendapat bahwa manusia sama sekali tidak memiliki
kebebasan dan kekuasaan dalam menentukan keinginannya, kecuali bila Allah yang
menghendakinya. Dengan kata lain manusia hanya dikendalikan oleh Allah dan
Allahlah yang telah menciptakan sifat manusia. Dan untuk menilai sesuatu itu baik
ataupun buruk, aliran ini mengatakan bahwa hanya agamalah yang bisa menentukan
baik dan buruknya.
▪ Aliran Qadariyah, Aliran ini merupakan pertentangan dari aliran Jabariyah yang
mana menurut aliran ini manusia memiliki kebebasan dan kekuasaan dalam
menentukan keinginannya. Meskipun pada dasarnya Allah atas manusia manusia
diberikan kebebasan untuk menentukan pilihannya sendiri. Dan aliran ini juga
mengatakan bahwa penilain terhadap baik dan buruknya sesuatu itu bukan hanya
ditentukan oleh agama melainkan ditentukan juga oleh manusia itu sendiri. 21
▪ Aliran Mu’tazilah, Aliran Mu’tazilah mengatakan bahwa akal manusia tidak
dilarang untuk berfikir sebebas-bebasnya termasuk memikirkan tentang persoalan

16
M. Solihin, op.cit., hlm. 309
17
M. Solihin, op.cit, hlm. 252
18
Franz magnis-suseno, Etika Dasar, Yogyakarta:Kanisius, 1987, hlm. 122.
19
Miftachul Huda, Pekerjaan social dan kesejahteraan social; sebuah pengantar Yogyakarta; pustaka pelajar,2009,
hlm 145-146
20
Rachmat Djatnika, Sistem Ethika Islami (akhlak mulia), Jakarta, Pustaka Panjimas, 1992 23
21
Ahmad Solihin, Khutbah Jum’at Petingan Jilid I, Bandung, Sinar Baru Algensindo, 2000

11
agama. Karena itu dalam menentukan setiap nash (dalil), aliaran Mu’tazilah selalu
menentukan nash (dalil) yang akan dijadikan dasar pemikirannya. Dan untuk
menentukan baik dan buruknya sesuatu, aliran Mu’tazilah selalu berorientasi pada
akalnya dan kemudian mencari nash (dalil) yang mendukungnya. Sehingga aliran
ini sering juga disebut sebagai aliran Rasionalisme. 22
▪ Aliran Ahlus Sunnah Wal-Jama’ah, Adanya aliran Ahlus Sunnah Wal-Jama’ah
merupakan reaksi dari aliran Mu’tazilah yang menganggap bahwa dalam
memecahkan persoalan hanya dengan filosofisnya saja dan tidak dibandingkan
dengan teologi sebelumnya (sunnah Nabi). Maka lain halnya dengan aliran
Mu’tazilah, aliran Ahlus Sunnah Wal-Jama’ah banyak menggunakan sunnah Nabi
dalam menentukan sesuatu itu baik atupun salah dan lebih mendahulukan nash
(dalil) baru kemudian akal yang menjelaskannya Dan aliran Ahlus Sunnah Wal-
Jama’ah juga menambahkan bahwa untuk menentukan sesuatu itu benar dan buruk
itu sudah ditentukan oleh Al-Qur’an dan Al-Hadist.23
▪ Aliran Tasawuf, Menurut aliran Tasawuf nilai baik dan buruk sesuatu itu bisa dilihat
dari perasaan bahagia. Bahagia disini bisa dikategorikan sebagai perasaan yang
spirititual. Maka tidak heran dalam aliran Tasawuf sangat popular istilah zuhud,
yaitu suatu sikap yang meninggalkan kesenangan dunia yang bersifat materil.

22
Fudhoilurrahman dan Aida Humaira, Ringkasan Ihya ’Ulumuddin, Terjemahan, Jakarta, Sahara publishers,
2009
23
Rachmat Djatnika, Sistem Ethika Islami (akhlak mulia), Jakarta, Pustaka Panjimas, 1992 28

12
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Pengertian baik dan buruk Dari segi bahasa baik adalah terjemahan dari kata “Khair”
dalam bahasa Arab, atau “Good” dalam bahasa Inggris. Louis Ma’luf dalam kitabnya
Munjid mengatakan bahwa yang disebut baik adalah sesuatu yang telah mencapai
kesempurnaan. Sementara itu dalam Webster’s New Century Dictionary, dikatakan bahwa
yang disebut baik adalah sesuatu yang menimbulkan rasa keharusan dalam kepuasan,
kesenangan, persesuaian dan seterusnya. Sifat dan corak baik buruk yang didasarkan pada
pandangan filsafat yaitu sesuai dengan sifat filsafat itu yakni berubah, realatif nisbi, dan
tidak universal. Menurut ajaran Islam penentuan baik dan buruk harus didasarkan pada
petunjuk Al-Qur’an dan Al-Hadits.
Akhlak berasal dari bahasa Arab jama’ dari bentuk mufradatnya “khuluqun” yang
berari budi pekerti, perangai, tingkah laku dan tabiat. Sedangkan menurut istilah adalah
pengetahuan yang menjelaskan tentang baik dan buruk (benar dan salah), mengatur
pergaulan manusia, dan menentukan tujuan akhir dari usaha dan pekerjaannya. Etika
berasal dari bahasa yunani “ethes’’ artinya adat. Etika adalah ilmu yang meyelidki baik dan
buruk dengan memperhatikan perbuatan manusia sejauh yang diketahui oleh akal pikiran.
Sedangkan moral berasal dari bahasa Latin “mores” yang berarti kebiasaan. Persamaan
antara akhlak dengan etika adalah keduanya membahas masalah baik dan buruk tingkah
laku manusia.
Ada beberapa aliran untuk menentukan standar baik dan buruknya sesuatu itu
diantarnya: Aliran Idealisme Aliran Naturalisme Aliran Hedonisme Aliran Eudaemonisme
Aliran Pragmatisme Aliran Eksistensialisme Aliran Utilitarisme Aliran Deontologi Aliran
Teologi Islam Aliran Filsafat.

13
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Solihin, Khutbah Jum’at Petingan Jilid I, Bandung, Sinar Baru Algensindo, 2000

Drs. H. Abuddin Nata, M.A, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1997),
hlm.102.

Drs. H. A. Mustofa, Akhlak Tasawuf, (Bandung: Pustaka Setia, 2010), hlm. 56-61.

Franz magnis-suseno, Etika Dasar, Yogyakarta:Kanisius, 1987, hlm. 122.

Fudhoilurrahman dan Aida Humaira, Ringkasan Ihya ’Ulumuddin, Terjemahan, Jakarta,


Sahara publishers, 2009

Jamie C. Miller, Mengasah Kecerdasan Moral Anak, (Bandung: KAFIA, 2003), hal 15

Jamie C. Miller, Mengasah Kecerdasan Moral Anak, (Bandung: KAFIA, 2003), hal 24

Miftachul Huda, Pekerjaan social dan kesejahteraan social; sebuah pengantar Yogyakarta;
pustaka pelajar,2009, hlm 145-146

Rachmat Djatnika, Sistem Ethika Islami (akhlak mulia), Jakarta, Pustaka Panjimas, 1992

Siti Syahrizan (201427) “Standar Baik dan Buruk Berdasarkan Ajaran Akhlak, Moral dan
Etika” Satrio Datuak (29 Mei 2021)

Sjarkawi, Pembentukan Kepribadian Anak, (Jakarta: Bumi Aksara, 2005), hal 28

Syarifah Habibah, Akhlak Dan Etika Dalam Islam, (Jurnal Pesona Dasar Vol. 1 No. 4, Oktober
2015), Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) Universitas Syiah Kuala, hal.74

14

Anda mungkin juga menyukai