Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

MADZHAB IMAM EMPAT

(ABU HANIFAH, MALIKI, SYAFI’I, HAMBALI)

MATA KULIAH STUDI FIQH

Dosen Pengampu:

M. Faiz Nashrullah, M.H

Disusun Oleh:

Mokhamad Fajrul Falakh (210201110073)

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA ISLAM

FAKULTAS SYARIAH

UIN MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG 2021/2022


A. PENDAHULUAN

B. LATER BELAKANG
Pada era Rasulullah SAW masih ada, tidak pernah terjadi selisih
pendapat dalam syari’at Islam. Sebab Allah SWT memberikan
perbandingan demi memperlihatkan mana wahyu yang ialah dari- Nya
serta mana ijitihad nabi. Namun pada masa setelah nabi Muhammad SAW
wafat sahabat- sahabat, tabi’ in, serta tabi’ it tabi’ in mengalami
permasalahan- permasalahan dengan berbagai macam serta keadaan. Oleh
sebab itu para teman berpegangan pada pemikiran serta perbandingan
antar permasalahan yang terjalin di masa setelahnya serta masa Rasulullah,
dan mengenali persamaan antara kedua masa tersebut.

Sehingga bermunculan berbagai macam madzhab dengan berbagai


macam pendapat dalam penyelesaian permasalahan fiqh. Imam madzhab
yang populer dikalangan umat islam yaitu Abu Hanifah, Maliki, Syafi’i,
Hambal. Namun keempat imam mazdhab ini memiliki karakteristik
sendiri-sendiri untuk menyelesaikan problematika hukum islam.

C. RUMUSAN MASALAH

 Siapakah imam madzhab empat?


 Apa saja pengambilan sumber hukum yang imam madzhab empat
gunakan?
 Bagaimana karakteristik dalam menyelesaikan permasalahan fiqh?

D. TUJUAN

 Mengetahui biografi setiap imam madzhab empat.


 Mengetahui pengambilan sumber hukum islam yang imam madzhab
empat gunakan.
 Mengetahui karakteristik imam madzhab empat dalam menyelesaikan.
permasalahan fiqh.

E. PEMBAHASAN

1. IMAM HANAFI
1.1 BIOGRAFI
Imam Hanafi memiliki nama lengkap Abu Hanifah al-Nu’man bin
Tsabit Ibn Zutha al-Taimy, atau juga sering disebut dengan Abu
Hanifah. Beliau merupakan keturunan dari Persia, pada tahun
80H/699M beliau dilahirkan di kota Kufah dan meninggal pada tahun
150H/767M di kota Baghdad. Ketika imam Hanafi dilahirkan Islam
beradi dikekuasaan Bani Umayyah yang dipimpin oleh Abd Malik bin
Marwan raja ke-5 di masa Bani Umayyah.

Guru-guru beliau adalah ulma’ Tabi’in, Tabi’it Tabi’in diantarnya,


diantaranya Imam Rabi’ah bin Abdurrahman, Imam Qatadah, Imam
Salamah bin Kuhail, Imam Nafi’ Maulana Ibnu Umar (wafat pada
tahun 117 H), Imam Atha bin Abi Rabah (wafat pada tahun 114 H) 7,
Imam Hammad bin Abu Sulaiman (wafat pada tahun 120 H) beliau
adalah orang alim tentang fiqh yang paling masyhur pada masa itu
Imam Hanafi berguru kepadanya dalam tempo kurang lebih 18 tahun
lamanya, Amir bin Syarahil al-Sya’bi (wafat 104 H), Ibrahim al-
Nakhai (wafat 95 H), Ali bin Abi Thalib (Kufah), Abdullah bin
Mas’ud (Kufah), dan masih banyak lagi ulama-ulama besar lainnya.
1.2 POLA PEMIKIRAN IJTIHAD IMAM HANAFI
Secara geografis, Abu Hanifah (80- 150 H) lahir di Kufah Irak
yang merupakan masyarakat yang telah banyak memahami
kebudayaan serta peradaban. Guna menyelesaikannya, Abu Hanifah
menghadapi perkara kemasyarakatan di Irak, wilayah yang sarat
dengan budaya serta peradaban, serta jauh dari pusat informasi hadis
Nabi saw. terpaksa ataupun selalu memakai akal (rasionya).

Aspek lain yang mempengaruhi Abu Hanifah merupakan kajian


awal mulanya pada Ilmu Kalam/ teologi. Sumber hukum yang
digunakan Imam Hanafi yakni Al-Qur’an, Sunah Rasul, Fatwa sahabat
(aqwal al-shahabah), Kias, Istihsan, Ijmak, ‘Urf.

2. IMAM MALIK
1.1 BIOGRAFI
Imam Malik memiliki nama lengkap Abu Abdullah Malik Ibn
Anas Ibn Malik Ibn Abi Amir Ibn Amir bin Haris bin Gaiman bin
Kutail bin Amr bin Haris al-Asbahi al-Humairi. Beliau dilahirkan
dikota Madinah pada tahun 93 hijriah dan merupakan keturunan
bangsa himayar.

Imam Malik terdidik di kota Madinah, semenjak kecil beliau


masyhur selaku guru serta ulama untuk menekuni Islam. Imam Malik
belajar banyak bermacam bidang ilmu pengetahuan semacam ilmu
Hadits, fatwa dari para sahabat, al- rad al- ahlil ahwa fatwa, serta ilmu
fiqh pakar ra’ yu. Semenjak kecil Imam Malik sudah hafal Al Quran.

Imam Malik memiliki banyak guru pernah belajar kepada syaikh


dari golongan tabi’in dan tabi’it tabi’in. Beberapa guru Imam Malik
yang masyhur antara lain Muhammad bin Yahya Al Anshari, Rabi’ah
bin Abdul Rahman Furukh, Nafi’, Abu Radim Nafi bin Abd Al-
Rahman.
1.2 POLA PEMIKIRAN IJTIHAD IMAM MALIK
Imam Malik (93- 179 H/ 712- 798 Meter.) lahir di Madinah yang
diketahui selaku pusat hadis serta tempat tinggal para sahabat Nabi
saw. Maka dari itu, sangat normal bila Imam Malik lebih cenderung
memahami hadis serta kurang memakai rasio dibandingkan Imam Abu
Hanifah sebab aspek sosial serta budaya masyarakat.

Sumber hukum yang digunakan Imam Malik yakni al-Qur’an,


sunnah, ijmak, tradisi penduduk Madinah, qiyas, fatwa sahabat, al-
mashlahah al-mursalah, ‘urf; istihsan, istishhab, sadd al-zhari’ah, dan
syar’u man qablana.

2. IMAM SYAFI’I
1.1 BIOGRAFI
Muhammad bin Idris bin al-Abas bin Utsman bin Syafi bin as-Saib
bin Ubaid bin Abdu Yazid bin Hasyim bin al-Muththalib bin Abdi
Manaf bin Qushay bin Kilab bin Murrah bin Ka’ab bin Luay bin
Ghalib bin Abu Abdillah al-Qurasyi asy-Syafi’i al-Makki atau terkenal
dengan nama Imam Syafi’i. lahir di kota Ghazzah tahun 150 H/767 M.

Beliau menghafalkan Al-Qur’an di Makkah, beliau belajar Hadits


dan Fiqh kepada Muslim Abu Khalid az-Zanji dan Sufyan bin
Uyainah. Imam Syafi’i hafal Al-Muwaththa’ pada usia 13 tahun.
Ketika umur 20 tahun, beliau berguru kepada imam Maliki bin Anas di
Madinah dan mempelajari Al-Muwaththa’ sampai akhir hayat imam
Maliki pada tahun 795 M.

Imam Syafi’I tidak penah berfikir untuk membentuk sebuah


mazhab. Ide untuk membuat mazhab fiqh sendiri baru muncul setelah
beliau meninggalkan kota Baghdad pada kunjungannya yang pertama
yaitu pada tahun 184 H.

Imam Syafi’i sibuk berdakwah, mengarang di Mesir, dan


menyebarkan hingga beliau terkena penyakit wasir. Tetapi Imam
Syafi’I menghiraukan penyakitnya dan tetap melakukan dan
menyebarkan ilmu hingga beliau wafat di akhir bulan Rajab pada
tahun 204 H.

1.2 POLA PEMIKIRAN IJTIHAD IMAM SYAFI’I


Imam Syafi’i sangat hati-hati dalam berfatwa, dan menggunakan
keseimbangan antara rasio dan rasa.

Karena situasi dan kondisi saat Imam al-Syafi’i masih hidup (150-
204 H/767-820 M.), dimana banyak ahli fiqh, baik sebagai murid
Imam Abu Hanifah atau Imam Malik sendiri yang masih hidup. Hal ini
mengakibatkan Imam Syafi’i memiliki wawasan yang luas tentang
berbagai aliran pemikiran fikih.

Sebab perjalanan intelektualnya tersebut, imam Syafi’i mengubah


beberapa pendapatnya yang kemudian disebut qaul al-jadid. Dengan
demikian, qaul al-qadim adalah pendapat imam Syafi’i yang bercorak
ra’y, sedangkan qaul al-jadid adalah pendapatnya yang bercorak
hadis/klasik.

Sumber hukum yang digunakan Imam Syafi’I antara lain Al-


Qur’an, Sunah dari Rasulullah saw, Ijmak, qiyas. Akan tetapi Imam syafi’I
menolak penggunaan isihsan dan istishab.
3. IMAM AHMAD BIN HAMBAL
1.1 BIOGRAFI
Abu Abdillah Ahmad bin Muhammad bin Hanbal bin Hilal bin
Asad bin Idris bin Abdillah bin Hayyan bin Abdillah bin Anas bin Auf
bin Qasith bin Mazin bin Syaiban bin Dzuhl bin Tsa’labah bin
‘Ukabah bin Sha’ab bin Ali bin Bakr bin Wail bin Qasith bin Hinb bin
Afsha bin Du’mi bin Jadilah bin Asad bin Rabi’ah bin Nizar bin Ma’ad
bin Adnan atau yang masyhur dengan sebutan imam Ahamad bin
Hambal. Beliau lahir dikota Baghdad yakni ibukota pemerintahan bani
abbasiyyah pada bulan rabiul akhir 164 H / 780 M pada masa
pemerintahan khalifah Muhammad al-Mahdi.

Sejak kecil, Imam Ahmad telah masyhur sebagai seorang yang


mencintai ilmu. Beliau mendalami ilmu ke-islaman kepada para
ulama’ Baghdad, beliau juga mengembara ke Kuffah, Hijaz, Makkah,
Basrah, dan Yaman. Beliau berjumpa dengan beberapa ulama besar
saat mengembara, seperti ‘Ali ibn Mujahid, ‘abd ar-Razzaq ibn
Humam, Jarir ibn ‘Abd al-Hamid, Abu Yusuf Ya’kub ibn Ibrahim al-
Ansari Sufyan ibn ‘Uyainah, Imam Syafi’i dan lain-lain. Saat bertemu
dengan imam Syafi’i beliau bisa mempelajari ushul fikih, fikih, nasikh
dan mansukh dan kesahihan hadist.

1.2 POLA PEMIKIRAN IJTIHAD IMAM AHMAD BIN HAMBAL


perkembangan zaman tidak membuat Imam Ahmad ibn Hambal
(164-241 H.) berpikir rasional, bahkan hasil rumusannya sangat ketat
dan kaku. Hal ini terjadi karena faktor munculnya berbagai aliran.
Pada masa itu, aliran Syi’ah, Khawarij, Qadariyah, Jahmiyah, dan
murjiah. Imam Ahmad ibn Hambal berpendapat bahwa ijtihad itu
sendiri harus dilawan dengan kembali berpegang teguh kepada hadis
atau sunah. al-Qur’an, Fatwa sahabat, hadis mursal dan dha‘if, qiyas
adalah sumber hukum yang digunakan Imam Ahmad Bin Hambal.

F. KESIMPULAN & SARAN

1. KESIMPULAN
Dari pembahasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa, semua imam
madzhab adalah orang-orang yang sangat mahir dalam bidang keagaman
yang digunakan untuk menyelesaikan problematika hukum islam. Semua
imam mazdhab memiliki banyak sekalig uru yang masyhur dan telah
mengembara diberbagai penjuru pusat-pusat kelmuan.

Dalam melakukan ijtihadpun, para madzhab imam empat sangat


berhati-hati dalam baik itu pengambilan dari Al Quran, Assunnah, Ijma’,
Qiyas dan yang lain.

Akan tetapi dalam berijtihad, para imam madzhab sering terjadi


perbedaan dalam menyelesaikan problematika Fiqh. Hal ini bisa terjadi
karena terjadi karena banyak faktor yang mempengaruhi terjadinya
perbedaan pendapat antara lain adalaah faktor geografis, sosial, kultur,
budaya, dan masa ketika imam madzhab hidup.

2. SARAN
Saya sebagai penulis makalah ini berharap makalah ini dapat
bermanfaat untuk para pembaca untuk dapat mengenal para Imam
Madzhab Empat dan juga karakteristik dalam berijtihad.

Saya sebagai penulis menyadari makalah ini masih sangat jauh dari
kata sempurna dan masih banyak untuk direvisi. Saya sebagai penulis
sangat membutuhkan kritik dan saran dari para pembaca yang mengenai
makalah ini. Sehingga penulis bisa terus memperbaiki makalah ini dan
dapat lebih dipertanggung jawabkan lagi dalam menyusun referensi.

DAFTAR PUSTAKA
M. Ali Rusdi Bedong. METODOLOGI IJTIHAD IMAM MUJTAHIDIN
(Corak Pemikiran dan Aliran) (2018) Institut Agama Islam Negeri (IAIN)
Parepare. Hal. 136-142

Lu’luatul Badriyyah, Ashif Az Zafi. PERBEDAAN MAZHAB EMPAT IMAM


BESAR (HANAFI, MALIKI, SYAFI’I, DAN HAMBALI) DALAM
PARADIGMA HUKUM FIKIH (2020) IAIN Kudus. Hal. 67-70

Anda mungkin juga menyukai