Anda di halaman 1dari 14

SEJARAH PERKEMBANGAN MAZHAB

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Fiqh-Ushul Fiqh


Dosen Pengampu: Fatma Amilia, S.Ag., M.Si.

Disusun oleh:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Efendi
(126700)
Lolita Mega Driyanti Aji
Afia Ana Fadila
Ivona Anaphalia Farahdiba
Emi Nafis Solikhah
Zidni Rahmatika
Riski Bangun Setia Ningrum

(14630002)
(14630004)
(14630006)
(14630013)
(14630023)
(14630037)

PROGRAM STUDI KIMIA DAN PEDIDIKAN KIMIA


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA
2016

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada masa rasulullah saw. atau sahabat, setiap permasalahan umat
Islam dapat diselesaikan langsung oleh rasulullah saw. maupun para sahabat.
Akan tetapi, setelah rasulullah saw. dan para sahabat wafat, para alim ulama
dijadikan tempat bertanya tentang permasalahan agama khususnya hukum
Islam. Permasalahan agama tersebut semakin meluas karena Islam telah
menyebar ke berbagai belahan dunia dan banyak peristiwa baru dalam
kehidupan manusia. Hal tersebut membuat para ulama berusaha mencari dan
menentukan hukum suatu peristiwa melalui ijtihad 1. Ijtihad para ulama
tersebut, meski sama-sama merujuk pada Al Quran dan hadis, namun
dipengaruhi oleh cara berpikir, lingkungan atau masa dan budaya daerah
mereka sehingga dapat terjadi perbedaan pendapat2.
Perbedaan pemikiran dan metode penetapan hukum para ulama
tersebut melahirkan mazhab-mazhab dalam fikih yang memiliki corak
metodologi dan produk hukum Islam (fikih) tersendiri 3. Pengertian mazhab
menurut bahasa adalah jalan atau tempat yang dilalui, sedangkan menurut
istilah para fakih, mazahab memikki dua pengertian. Pertama, mazhab
merupakan pendapat salah seorang imam mujtahid tentang hukum suatu
masalah. Kadua, mazhab adalah kaidah-kaidah istinbat yang dirumuskan oleh
imam mujtahid. Selain itu, mazhab juga diartikan sebagai paham atau aliran
pikiran hasil ijtihad seorang mujtahid tentang hukum Islam yang digali dari
ayat-ayat Al Quran atau hadis yang dapat diijtihadkan.4
Terdapat banyak mazhab yang pernah ada dalam sejarah Islam, namun
hanya beberapa saja yang dapat bertahan hingga saat ini. Mazhab yang masih
bertahan tersebut adalah mazhab Hanafi, Maliki, Syafii dan Hambali yang
termasuk mazhab-mazhab sunni serta mazhab Zaidi dan Jafari yang

Muhammad Yusuf dkk., Fiqh & Ushul Fiqh (Yogyakarta: Pokja Akademik UIN Sunan Kalijaga,
2005), hlm. 99.
2
H. Syaikhu, Perbandingan Mazhabfikih Perbedaan Pendapat di Kalangan Imam Mazhab
(Yogyakarta: Aswaja Presindo, 2013), hlm. 9.
3
Muhammad Yusuf dkk., Op.cit., hlm. 99.
4
H. Syaikhu, Op.cit., hlm. 5-6.

merupakan mazhab syii. Adapun mazhab sunni yang telah musnah adalah
mashab Auzai, Dlahiri, Tsauri dan Laitsi.5
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah kemunculan mazhab-mazhab dalam fikih?
2. Mengapa beberapa mazhab dalam fikih dapat musnah?
C. Batasan Masalah
Dalam makalah ini, pembahasan dibatasi pada mazhab-mazhab berikut.
1. Mazhab sunni yang masih bertahan, yaitu mazhab Hanafi, Maliki, Syafii
dan Hambali.
2. Mazhab sunni yang telah musnah, yaitu mazhab Auzai, Dlahiri, Tsauri
dan Laitsi.
3. Mazhab syii, yaitu mazhab Zaidi dan Jafari.
D. Tujuan
1. Mengetahui sejarah atau penyebab kemunculan berbagai mazhab.
2. Mengetahui penyebab beberapa mazhab dapat musnah.

Muhammad Yusuf dkk., Op.cit., hlm. 98.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Mazhab-Mazhab Sunni yang Masih Bertahan
1. Mazhab Hanafi
2. Madzhab Maliki
Malik bin Anas Al-ashbabi Al-madani lahir di Maadinah pada
tahun 93 H. Madzhab Maliki merupakan salah satu madzhab dari
golongan sunni. Imam malik meninggal dunia pada masa pemerintahan
Harun Al-Rasyid di masa pemerintahan Abbasiyah pada tahun l79H di
Madinah setelah mengalami sakit dan dikuburkan di makam Al-Baqi.6
Imam Malik termasuk orang yang kuat menghafal Al-Quran, pada
usia remaja beliau menjadi hafidz yang baik. Selain itu, beliau dengan
cepat menghafal hadits yang baru diajarkan oleh gurunya Ibnu syihab AzZuhri, Ibnu Hurmuz, dan Nafi. Imam Malik memberikan fatwa hukum
maupun dalam meriwayatkan hadits setalah para gurunya mengakui bahwa
beliau ahli dalam bidang figh maupun hadist.7
Pemikiran imam Malik dapat dilihat dalam karyanya AlMuwaththa, suatu kitab yang berisi tentang hadist dan fiqh sekaligus.
Inilah kitab hadits dan gaya fiqih tertua. Tidak kurang dari 132 hadits dari
al-zuhri diriwayatkan oleh imam malik dalam Muwattanya, dan tidak
kurang dari delapan puluh hadits dalam Muwatthanya di peroleh dari
Maulana Ibn UmarDalil-dalil yang digunakan Madzhab Maliki.8
Dalil-dalil yang digunakan oleh madzhab Imam Malik dalam
menetapkan suatu hukum yaitu Al Quran, As Sunnah, Amal ahli Madinah,
Fatwa sahabat, Al Qiyas, Al Mashlahah Al Mursalah, Al Istihsan, Adz
Dzariah. Madzhab Maliki masih banyak pengikutya dan mereka tersebar
ke beberapa neger antara lain : Mesir, Sudan, Kuwait, Bahrain, Maroko
dan Afrika.9
3. Mazhab Syafii
6

Dr. Ahmad Asy-syurbasi, Sejarah Dan Biografi mahdzab (Jakarta: Amzan, 2008), hlm. 71.
Muhammad Yusuf dkk., Op.cit., hlm. 109.
8
Ir. Moh zuhri, Hukum Islam dalam Lintasan SejaraH (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.1996),
hlm. 104.
9
Muhammad Yusuf dkk., Op.cit., hlm. 111-113.
7

Seperti mazhab-mazhab sebelumnya nama mazhab syafii juga


diambil dari nama Imam yang menjadi tokoh utama pemikirannya yang
banyak diikuti oleh penganut mazhab ini. Beliau adalah Imam asy Syafii
nama lengkap ulama besar ini adalah Muhammad bin Idris asy Syafii yang
lahir pada tahun 150 H di daerah Gazzah. Silsilah beliau juga diurutkan
bertemu dengan silsilah rosul pada kakeknyayang bernama Abdu Manaf.
Setelah ayahnya meninggal ibunya membawa beliau ke mekkah
yang meruoakan kota leluhurnya. Beliau mempunyai kecerdasan yang luar
biasa. Diriwayatkan bahwa sebelum dewasa beliau sudah hafal alquran
dengan sempurna pada usia tujuh tahun dan telah pula menguasai kitab al
Muwaththa karya Imam Malik pada usia sepuluh tahun. Kemudian beliau
belajra bahasa arab dengan suku Hudzail yang tinggal dipedalaman. Kala
itu suku Hadzil adalah suku yang paling fasih berbahasa arab. Imam syafii
menghafal banyak syair dari suku Hadzil dan tinggal bersama mereka
sekitar 10 tahun.

Imam Syafii pernah menyatakan tentang alasannya

hidup di pedalaman ada dua tujuanku melakukan itu, pertama untuk


belajar memanah dan kedua untuk menuntut ilmu. Imam Syafii sering
dikenal sebagai seorang Fariz al Halbatain (pendekar dalam dua bidang),
beliau sangat ahli tekhnik bertempur dan menunggang kuda, sekaligus
memiliki ilmu dan pengetahuan yang luas. Sekembalinya Imam Syafii dari
pedalaman, beliau berhhasil memetik kefasihan berbahasa dan ketinggian
gaya bahasa.
Di kota mekah beliau belajar dengan beberapa guru diantaranya
Muslim bin Khalid dan Sufyan bin Uyainiah beliau juga belajar dengan
imam malik di madinah. Beliau belajar dengan Imam Muslim bin khalid
az Zanji Sampai akhirnyabeliau mendapat izin dari sang imam untuk
mengeluarkan fatwa ketika masih berumur 15 tahun.
Kemudian pada umur 16 tahun beliau berguru pada Imam Malik
yang menjadi imam di Madina al Munawwarah. Imam malik langsung
menerima imam syafii sebagai muridnya setelah terlebih dahulu
berkonsultasi dengan wali kota madinah dan menerima pesan dari amir
mekkah sekaligus gurunya Muslim bin Khalid az Zanji. Pada saat itu
Imam Syafii telah hafal kitab al Muwaththah dan mendalami seluruh isi

kitab al muwaththah dengan bekal kemahiran berbahasa dan keluwesan


pengetahuan yang dimilikinya. Imam syafii lalu membacakan hafalan al
Muwaththah di hadapan imam malik dan

terus menetap di madinah

sampai imam malik meninggal pada tahun 179 H. Ketika itu umur imam
syafii 27 tahun dan dia sering pulang pergi madinah makkah.
Setelah Imam Malik meninggal dunia Imam Syafii kembali ke
Yaman dan bekerja sebagai pegawai pemerintah. Beberapa saaat kemudian
terjadi pemberontakan dari pihak oposisi pemerintah dan imim syafii
dituduh mendukung oposisi oleh karena itu beliau dibawa ke Khalifah
Harun ar Rasyid di baghdad.

Namun berkat kepandaiannya, beliau

mampu membuktikan kebenaran pendapatnya sehingga beliau terbebas


dari tuduhan.
Pengembangan ilmu ilmam syafii belum berhenti di Iran setelah
beliau juga menimba ilmu di makkah, madinah, yaman. Dari irak beliau
menuju ke mesir dengan tujuan untuk belajar dengan imam al laits namun
belum sampai di mesir imam al laits telah meninggal dunia. Tidak putus
asa imam syafii tetap mendalami ajaran al laits lewat para muridnya. Imam
syafii terus menetap di mesir sammoai beliau meninggal pada tahun 204
H. Beliau meninggalkan banyak karya antara lain Ar risallah, al umm al
hujjah al imla dan al amali.
Perkembangan mazhab syafii
Ada tiga alasan yang menjadikan mazhab syafii berkembang pesat :
a. Terdapat banyak pendapat yang bersumber dari imam syafii
b. Adanya ushul syafii dan takhrij yang dilakukan terhadapnya
c. Banyak ulama yang menguasai ijtihad dalam mazhab syafii
Seperti halnya mazhab-mazhab yang lain, mazhab syafii tidak
mencakup semua permasalahan tetapi hanya menetapkan hukum atas
peristiwa yang terjadi sesuai masa kemunculannya. Terkadang dalam
mazhab

syafii

juga

terdapat

beberapa

pendapat

yang

berbeda.

Sebagaimana diketahui semua murid dan para pengikut imam syafii selalu
berijtihad dengan berpegang pada ushul mazhab syafiiyang tentu saja
dilakukan dengan kebebasan berijtimbat (pengambilan hukum). Sebagian
ulama syafiiyah juga melakukan tarjih terhadap beberapa pendapat imam
syafii dan para muridnya. Ada dua faktor yang dapat membantu
pelaksanaan takhrij dalam mazhab syafii yaitu:

a. Adanya suatu ushul yang tetap atau beberapa hukum pada bagian
furunya.
b. Adanya beberapa ulama yang berijtihad dengan mengikuti mazhab dan
metode sang imam.
Berdasarkan keterangan diatas dapat disimpulkan bahwa fiqih
syafii telah mengalami tiga fase perkembangan sebagai berikut: pertama
masa perkembangan ketika ijtihad mutlak yang berpedoman pada ushul
mazhab syafii bermunculan. Kedua masa perkembangan ketika kegiatan
tahrij banyak dilakukan. Ketiga masa stagnasi. Pada fase terakhir ini
tersebar penyakit akut dikalangan para pengikut mazhab syafii yang
berbeda-beda disebabkan munculnya apa yang disebut pengotakan
mazhab dan pada saat itu juga tersebar pendapat yang menyatakan bahwa
pintu ijtihad sudah tutup. Mazhab syafii sampai saat ini masih banyak
pengikutnya dan perkembangan dibeberapa daerah seperti Mesir, Afrika
Timur, Persia, Indonesia dan Malaysia.
4. Mazhab Hambali
Beliau adalah Ahmad bin Hanbal bin Hilal adz-Dzahili asySyaibani al-Maruzi al-Baghdadi, dilahirkan pada tahun 164 H di Baghdad.
Ia mendengar pembesar-pembesar hadis dai Hasyim, Al-Bukhari,
Muslim, dan orang yang setingkat meriwayatkan hadis dari padanya. Ia
memperbanyak pencarian hadis dan menghafalkannya sehingga menjadi
ahli hadis pada masanya. Asy-Syafii berkata: Saya keluar dari Baghdad
dan disana saya tidak meninggalkan orang yang lebih utama, lebih pandai
dan lebih ahli fiqih dari pada Ahmad bin Hambal. Ia belajar fiqih pada
Asy-Syafii ketika ia datang di Baghdad, dan dia adalah muridnya yang
tersohor dari orang-orang Baghdad, kemudian dia ijtihad untuk dirinya
sendiri. Ia termasuk mujtahid ahli hadis yang mengamalkan hadis ahad
tanpa syarat selama sanadnya shahih seperti jalan Asy-Syafii dan ia
mendahulukan pendapat-pendapat sahabat dari pada Qiyas. Memasukkan
Ahmad dalam rijalul hadis adalah lebih kuat dari pada memasukkannya
dalam fuqaha. Ia menyusun musnad yang memuat 40.000 hadis lebih.
Anaknya yang bernama Abdullah meriwayatkan dari padanya. Dalam

bidang ushul ia mempunyai kitab Thaatur Rasul, kitab Nasikh dan


Mansukh, dan kitab Ilal.
Sebagian orang yang terkenal meriwayatkan madzhabnya ialah
Abu Bakar Ahmad bin Muhammad bin Hani yang terkenal dengan Atsram
yang mengarang kitab As-Sunnan fil fiqh ala madzhabi Ahmad (Sunnahsunnah tentang fiqih menurut madzhab Ahmad) dan ia mempunyai
kesaksian dari hadis, Ahmad bin Muhammad bin Hajaj Al-Marwazi
mengarang kitab As-Sunnan bi Syawahidil hadis (Sunnah-sunnah dengan
saksi hadis). Dan Ishak bin Ibrahim yang terkenal denga Ibnu Rahawaih
Al-Marwazi dan termasuk teman-teman besar bagi Ahmad mengarang
juga

As-Sunnan

fil

fiqh

(Sunnah-sunnah

tentang

fiqih).

Ahmad bin Hambal adalah orang yang tertimpa ujian yang terkenal yaitu
perihal kemakhlukkan al-Quran. Banyak ahli hadis yang mengabulkan
ajakan Al-Mamun untuk mengatakan al-Quran itu makhluk. Adapun dia
(Ahmad) berdiri dengan teguh, kokoh dan tidak goyah sedikitpun sejak
tahun 218 H yaitu tahun permulaan ajakan Al-Mamun sampai tahun 233
H yaitu pembatalan Al-Mutawakil terhadap ajakan itu, yang membiarkan
manusia untuk merdeka dalam hal yang dipilih dan dipercayainya.
Keteguhan ini tanpa dibicarakan benar atau salahnya menjadikan Ahmad
bin Hambal itu mulia serta berada dalam derajat yang tinggi dihadapan
para ulama karena menanggung hal-hal yang menyakitkan demi menjaga
kepercayaannya yang mana hal itu adalah seindah-indah hiasan dari
kemuliaan yang dikenakan manusia. Imam Ahmad bin Hambal wafat di
Baghdad pada tanggal 12 Rabiul Awwal 241 H. Sepeninggalan beliau,
madzhab Hambali berkembang luas dan menjadi salah satu madzhab yang
banyak pengikutnya.
B. Mazhab-Mazhab Sunni yang Tidak Bertahan
1. Mazhab Auzai
Mazhab ini didirikan oleh Imam Abu Amru Abdul Rahman ibn
Muhammad al-AuzaI al-Dimasyqi yang lahir di Balabaka pada tahun 88
H. Masa mudanya dihabiskan sebagai pengembara untuk mencari dan
menuntut ilmu hadist kepada Ata bin Abi Rabah dan al-Zuhriyy. Setelah
menjadi ulama hadist yang ternama, ramai dari kalangan ulama hadist

yang besar meriwayatkan hadist daripadanya. Pada akhir hayatnya beliau


tinggal di Bairut, dan wafat disana pada tahun 157 H. Beliau adalah
seorang imam yang tidak menyukai qiyas seorang pemuka hadist, dan
digolongkan sebagai ahli hadist.10
Pada awalnya penduduk Syiria bermazhab Auzai, pendapatpendapat beliau dapat kita jumpai dalam kitab-kitab khilaf. Saat Bani
Umaiyyah pindah ke Andalusia, orang-orang bermazhab Auzai ikut
pindah kesana. Kemudian mazhab ini surut karena pesatnya perkembangan
Mazhab Maliki dan Syafii di Andalusia.11
Ketika Abu Zarah Muhamad bin Usman dari mazhab Syafii
diangkat sebagai hakim di Damaskus, mazhab Auzai menjadi mazhab
utama di Syiriah. Abu Zarah memberikan hadiah uang tunai sebesar 100
dinar bagi siapa pun yang sanggup menghafal buku Mukhtasr AlMuzammi (buku pokok fikih Syafii). Hal ini menyebabkan mazhab
Syafii tersebar luar secara cepat di Syiria sehingga jumlah para pengikut
mazhab ini secara perlahan trus berkurang hingga akhirnya tidak
seorangpun yang mengatut mazhab ini.12
2. Mazhab Tsauri
Abu Abdillah Sufyan Ibn Saad Ats Tsauri Al Kufi adalah pendiri
mazhab ini yang lahir pada tahun 97 H di Kufah dan wafat pada tahun 161
H. Beliau seorang yang pakar dalam bidang fikih, hadits dan ulama besar
dalam berbagai bidang lain hingga menjadi

mujtahid 13. Beliau juga

merupakan salah seorang ulama dan imam mujtahid yang tegas dalam
menegakkan kebenaran, biarpun ketika berhadapan dengan pemerintah
dan khalifah. Beliau seorang yang mempunyai daya ingatan yang amat
kuat. Para ulama sepakat mengatakan beliau adalah seorang yang amat
pakar dalam bidang ilmu hadist dan fikih. Beliau hidup dalam keadaan
yang amat sederhana. Beliau tergolong dalam kalangan tabii al-tabii.
Sufian Bin Uyainah pernah berkata tentang Sufian al-Tsauri Aku tidak
pernah melihat orang yang alim tentang halal dan haram lebih daripada alTsaauri.
10

M. Hasbi Ash-Shiddieqy, Pengantar Ilmu Fiqh (Jakarta: Bulan Bintang, 1993), hlm. 124.
Huzaemah Tahido Yanggo, Pengantar Perbandingan Mazhab (Jakarta: Logos, 1997), hlm. 81.
12
Abu Ameenah Bilal Philips, Asal-Usuldan Perkembangan Fiqh, (Bandung: Nusamedia dan
Nuansa, 2005), hlm 93-94
13
Huzaemah Tahido Yanggo, Op.cit., hlm 82.
11

Dua faktor utama yang menyebaabkan punahnya mazhab Tsauri


yaitu:
a. Imam Sufyan ats-Tsauri menghabiskan sebagian besar hidupnya dalam
persembunyian sehingga tidak bisa menarik sejumlah besar muritmurit yang mungkin bisa menyebarkan pendapatnya.
b. Meskipun Imam Tsauri mampu menyelesaikan beberapa kompilasi
hadist secara memadai beserta interpretasinya atas kehendaknya
sendiri ia meminta kepada murid uta-manya, Ammar bin Saif, agar
menghapus semua tulisan-nya dan membakar semua tulisan yang tidak
bisa di hapus.14
3. Mazhab Laitsi
Pembangun mazhab ini adalah Abu Al Harits Al Laitsi bin Saad Al
Fahmy

yang dilahirkan pada tahun 94 H di suatu tempat bernama

Qalqashandah, daerah Qalyubiyyah, Mesir dan meninggal dunia di


Kaherah pada tahun 175H. Keluarganya berasal dari Asfahan di Khurasan.
Beliau tergolong dari kalangan tabii al-tabiin. Beliau menuntut ilmu fikih
dan hadist kepada Al Zuhriyy sehingga akhirnya beliau menjadi seorang
alim yang paling hebat di Mesir, pemerintah dan qadi Mesir pada ketika
itu berada di bawah pengaruhnnya. Imam Syafii mengakui bahwa alLaitsi ini lebih pandai dalam soal fikih pada Imam Malik.15
Mazhab Al Laits punah setelah ia meninggal pada tahun 791 M,
karena faktor-faktor sebagai berikut:
a. Imam al-Laits tidak mencatat, menyusun, atau mengan-jurkan kepada
para pengikutnya untuk mencatat pendapat-pendapatnya tentang
hukum beserta dalil-dalilnya yang sesuai dengan penafsiran terhadap
al-Quran, Sunnah dan pendapat para sahabat.
b. Jumlah murid Imam Laits sangat sedikit dan tidak seorang pun yang
menjadi ahli fikih terkemuka, dan karena tidak satu pun dari mereka
yang menjadi ahli fikih.
c. Imam Syafii, salah satu dari sekian ulama besar fikih, berdiam di
Mesir segera sesudah wafatnya Imam Al Laits dan mazhabnya secara
cepat menggantikan mazhab Laitsi.16
4. Mazhab Dlahiri
14

Abu Ameenah Bilal Philips, Op.cit., hlm. 108-109.


M. Hasbi Ash-Shiddieqy, Op.cit., hlm. 125.
16
Abu Ameenah Bilal Philips, Op.cit., hlm 233.
15

Mazhab tersebut lahir di Baghdad sekitar pertengahan abad ke-3


Hijrah. Pengagasnya adalah Daud ibn Ali ibn Khalaf al-Ashfihani yang
lebih terkenal dengan nama Abu Sulaiman al-Dlahiri. Beliau dilahirkan
pada tahun 202 Hijrah. Pada awalnya Daud al-Dlahiri merupakan murid
Imam Syafii serta pernah mengikut mazhab Syafii, ia juga mengarang
kitab tentang manaqib Imam al-Syafii. Mazhabnya dinamakan mazhab
Dlahiri kerana beliau berpegang kepada zahir lafaz Al-Quran dan AlSunnah. Beliau menolak penggunaan tawil dan qias dan penggunaan alray serta ijtihad yang lain. Oleh itu, dasar mazhabnya adalah nas-nas
daripada al-Kitab, al-Sunnah dan Ijma. Beliau meninggal dunia pada
tahun 270 Hijrah.17
Di antara para ulama besar yang membela dan mempertahankan
mazhab ini adalah Abu Muhammad Ali ibn Hazm Al Andalusi, wafat pada
tahun 456 H. Beliau inilah yang telah membukukan mazhab Dlahiri dan
telah menulis beberapa buku besar baik dalam bidang Ushul maupun
dalam bidang furu. Dalam bidang ushul beliau menulis kitab Ushul Ihkam
Li Ushulil Ahkam sedang dalam bidang fikih beliau menulis Al-Muhalla.18
C. Mazhab-Mazhab Syii
1. Mazhab Zaidi
Mazhab ini dipelopori oleh Zaid bin Ali Zainal Abidin bin Husein
bin Ali bin Abi Thalib yang lahir pada tahun 80 H. Imam Zaidi meninggal
pada tahun 122 H. Adapun metode dan pendapat yang tertulis pada
karyanya tidak berbeda jauh dengan ulama bermazhab Sunni. Dalilnya
yaitu menggunakan Al-Quran, As-Sunnah, Ijma sahabat, Qiyyas, istihsan
dan Istishlah.19
2. Mazhab Jafari
Mazhab ini dipelopori oleh Imam Jafar Ash-Shadiq yang lahir
pada tahun 80 H. Beliau belajar ilmu agama dari kakeknya yaitu Ali Zainal
Abidin, dan setelah kakeknya meninggal beliau dibina oleh ayahnya
sendiri Muhammad Al Baqir. Imam Jafar meninggal pada tahun 148 H.
Pola mazhab ini adalah ciri tradisionalisme dan syiismenya nampak jelas.

17

Loc.cit. hlm. 118-119.


M. Hasbi Ash-Shiddieqy, Op.cit., 130-131.
19
Muhammad Yusuf dkk., Op.cit., hlm. 124-125.
18

Adapun sumber dalilnya adalah Al-Quran, As-Sunnah, dan pemikiran para


imamnya yang berpijak pada mashlahah.20

20

Loc.cit., hlm. 125-126.

BAB III
KESIMPULAN
Perbedaan pemikiran dan metode penetapan hukum para ulama setelah
rasulullah dan sahabat wafat melahirkan mazhab-mazhab dalam fikih yang
memiliki corak metodologi dan produk hukum Islam (fikih) tersendiri. Mazhabmazhab tersebut sebagian tidak dapat bertahan dalam masyarakat karena terdapat
dominasi mazhab yang lebih besar, imam mazhab kurang aktif dalam penyebaran
mazhab dan fanatisme sebagian kelompok terhadap mazhab tertentu.

DAFTAR PUSTAKA
Ash-Shiddieqy, Hasbi. 1993. Pengantar Hukum Islam. Jakarta: Bulan Bintang.
Muhammad Yusuf dkk. 2005. Fiqh & Ushul Fiqh. Yogyakarta: Pokja Akademik
UIN Sunan Kalijaga.
Philips, Abu Ameenah Bilal. 2005. Asal-Usuldan Perkembangan Fikih. Bandung:
Nusamedia dan Nuansa.
Syaikhu, H. 2013. Perbandingan Mazhabfikih Perbedaan Pendapat di Kalangan
Imam Mazhab. Yogyakarta: Aswaja Presindo.
Yanggo, Huzaemah Tahido. 1997. Pengantar Perbandingan Mazhab. Jakarta:
Logos.

Anda mungkin juga menyukai