Disusun oleh:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Efendi
(126700)
Lolita Mega Driyanti Aji
Afia Ana Fadila
Ivona Anaphalia Farahdiba
Emi Nafis Solikhah
Zidni Rahmatika
Riski Bangun Setia Ningrum
(14630002)
(14630004)
(14630006)
(14630013)
(14630023)
(14630037)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada masa rasulullah saw. atau sahabat, setiap permasalahan umat
Islam dapat diselesaikan langsung oleh rasulullah saw. maupun para sahabat.
Akan tetapi, setelah rasulullah saw. dan para sahabat wafat, para alim ulama
dijadikan tempat bertanya tentang permasalahan agama khususnya hukum
Islam. Permasalahan agama tersebut semakin meluas karena Islam telah
menyebar ke berbagai belahan dunia dan banyak peristiwa baru dalam
kehidupan manusia. Hal tersebut membuat para ulama berusaha mencari dan
menentukan hukum suatu peristiwa melalui ijtihad 1. Ijtihad para ulama
tersebut, meski sama-sama merujuk pada Al Quran dan hadis, namun
dipengaruhi oleh cara berpikir, lingkungan atau masa dan budaya daerah
mereka sehingga dapat terjadi perbedaan pendapat2.
Perbedaan pemikiran dan metode penetapan hukum para ulama
tersebut melahirkan mazhab-mazhab dalam fikih yang memiliki corak
metodologi dan produk hukum Islam (fikih) tersendiri 3. Pengertian mazhab
menurut bahasa adalah jalan atau tempat yang dilalui, sedangkan menurut
istilah para fakih, mazahab memikki dua pengertian. Pertama, mazhab
merupakan pendapat salah seorang imam mujtahid tentang hukum suatu
masalah. Kadua, mazhab adalah kaidah-kaidah istinbat yang dirumuskan oleh
imam mujtahid. Selain itu, mazhab juga diartikan sebagai paham atau aliran
pikiran hasil ijtihad seorang mujtahid tentang hukum Islam yang digali dari
ayat-ayat Al Quran atau hadis yang dapat diijtihadkan.4
Terdapat banyak mazhab yang pernah ada dalam sejarah Islam, namun
hanya beberapa saja yang dapat bertahan hingga saat ini. Mazhab yang masih
bertahan tersebut adalah mazhab Hanafi, Maliki, Syafii dan Hambali yang
termasuk mazhab-mazhab sunni serta mazhab Zaidi dan Jafari yang
Muhammad Yusuf dkk., Fiqh & Ushul Fiqh (Yogyakarta: Pokja Akademik UIN Sunan Kalijaga,
2005), hlm. 99.
2
H. Syaikhu, Perbandingan Mazhabfikih Perbedaan Pendapat di Kalangan Imam Mazhab
(Yogyakarta: Aswaja Presindo, 2013), hlm. 9.
3
Muhammad Yusuf dkk., Op.cit., hlm. 99.
4
H. Syaikhu, Op.cit., hlm. 5-6.
merupakan mazhab syii. Adapun mazhab sunni yang telah musnah adalah
mashab Auzai, Dlahiri, Tsauri dan Laitsi.5
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah kemunculan mazhab-mazhab dalam fikih?
2. Mengapa beberapa mazhab dalam fikih dapat musnah?
C. Batasan Masalah
Dalam makalah ini, pembahasan dibatasi pada mazhab-mazhab berikut.
1. Mazhab sunni yang masih bertahan, yaitu mazhab Hanafi, Maliki, Syafii
dan Hambali.
2. Mazhab sunni yang telah musnah, yaitu mazhab Auzai, Dlahiri, Tsauri
dan Laitsi.
3. Mazhab syii, yaitu mazhab Zaidi dan Jafari.
D. Tujuan
1. Mengetahui sejarah atau penyebab kemunculan berbagai mazhab.
2. Mengetahui penyebab beberapa mazhab dapat musnah.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Mazhab-Mazhab Sunni yang Masih Bertahan
1. Mazhab Hanafi
2. Madzhab Maliki
Malik bin Anas Al-ashbabi Al-madani lahir di Maadinah pada
tahun 93 H. Madzhab Maliki merupakan salah satu madzhab dari
golongan sunni. Imam malik meninggal dunia pada masa pemerintahan
Harun Al-Rasyid di masa pemerintahan Abbasiyah pada tahun l79H di
Madinah setelah mengalami sakit dan dikuburkan di makam Al-Baqi.6
Imam Malik termasuk orang yang kuat menghafal Al-Quran, pada
usia remaja beliau menjadi hafidz yang baik. Selain itu, beliau dengan
cepat menghafal hadits yang baru diajarkan oleh gurunya Ibnu syihab AzZuhri, Ibnu Hurmuz, dan Nafi. Imam Malik memberikan fatwa hukum
maupun dalam meriwayatkan hadits setalah para gurunya mengakui bahwa
beliau ahli dalam bidang figh maupun hadist.7
Pemikiran imam Malik dapat dilihat dalam karyanya AlMuwaththa, suatu kitab yang berisi tentang hadist dan fiqh sekaligus.
Inilah kitab hadits dan gaya fiqih tertua. Tidak kurang dari 132 hadits dari
al-zuhri diriwayatkan oleh imam malik dalam Muwattanya, dan tidak
kurang dari delapan puluh hadits dalam Muwatthanya di peroleh dari
Maulana Ibn UmarDalil-dalil yang digunakan Madzhab Maliki.8
Dalil-dalil yang digunakan oleh madzhab Imam Malik dalam
menetapkan suatu hukum yaitu Al Quran, As Sunnah, Amal ahli Madinah,
Fatwa sahabat, Al Qiyas, Al Mashlahah Al Mursalah, Al Istihsan, Adz
Dzariah. Madzhab Maliki masih banyak pengikutya dan mereka tersebar
ke beberapa neger antara lain : Mesir, Sudan, Kuwait, Bahrain, Maroko
dan Afrika.9
3. Mazhab Syafii
6
Dr. Ahmad Asy-syurbasi, Sejarah Dan Biografi mahdzab (Jakarta: Amzan, 2008), hlm. 71.
Muhammad Yusuf dkk., Op.cit., hlm. 109.
8
Ir. Moh zuhri, Hukum Islam dalam Lintasan SejaraH (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.1996),
hlm. 104.
9
Muhammad Yusuf dkk., Op.cit., hlm. 111-113.
7
sampai imam malik meninggal pada tahun 179 H. Ketika itu umur imam
syafii 27 tahun dan dia sering pulang pergi madinah makkah.
Setelah Imam Malik meninggal dunia Imam Syafii kembali ke
Yaman dan bekerja sebagai pegawai pemerintah. Beberapa saaat kemudian
terjadi pemberontakan dari pihak oposisi pemerintah dan imim syafii
dituduh mendukung oposisi oleh karena itu beliau dibawa ke Khalifah
Harun ar Rasyid di baghdad.
syafii
juga
terdapat
beberapa
pendapat
yang
berbeda.
Sebagaimana diketahui semua murid dan para pengikut imam syafii selalu
berijtihad dengan berpegang pada ushul mazhab syafiiyang tentu saja
dilakukan dengan kebebasan berijtimbat (pengambilan hukum). Sebagian
ulama syafiiyah juga melakukan tarjih terhadap beberapa pendapat imam
syafii dan para muridnya. Ada dua faktor yang dapat membantu
pelaksanaan takhrij dalam mazhab syafii yaitu:
a. Adanya suatu ushul yang tetap atau beberapa hukum pada bagian
furunya.
b. Adanya beberapa ulama yang berijtihad dengan mengikuti mazhab dan
metode sang imam.
Berdasarkan keterangan diatas dapat disimpulkan bahwa fiqih
syafii telah mengalami tiga fase perkembangan sebagai berikut: pertama
masa perkembangan ketika ijtihad mutlak yang berpedoman pada ushul
mazhab syafii bermunculan. Kedua masa perkembangan ketika kegiatan
tahrij banyak dilakukan. Ketiga masa stagnasi. Pada fase terakhir ini
tersebar penyakit akut dikalangan para pengikut mazhab syafii yang
berbeda-beda disebabkan munculnya apa yang disebut pengotakan
mazhab dan pada saat itu juga tersebar pendapat yang menyatakan bahwa
pintu ijtihad sudah tutup. Mazhab syafii sampai saat ini masih banyak
pengikutnya dan perkembangan dibeberapa daerah seperti Mesir, Afrika
Timur, Persia, Indonesia dan Malaysia.
4. Mazhab Hambali
Beliau adalah Ahmad bin Hanbal bin Hilal adz-Dzahili asySyaibani al-Maruzi al-Baghdadi, dilahirkan pada tahun 164 H di Baghdad.
Ia mendengar pembesar-pembesar hadis dai Hasyim, Al-Bukhari,
Muslim, dan orang yang setingkat meriwayatkan hadis dari padanya. Ia
memperbanyak pencarian hadis dan menghafalkannya sehingga menjadi
ahli hadis pada masanya. Asy-Syafii berkata: Saya keluar dari Baghdad
dan disana saya tidak meninggalkan orang yang lebih utama, lebih pandai
dan lebih ahli fiqih dari pada Ahmad bin Hambal. Ia belajar fiqih pada
Asy-Syafii ketika ia datang di Baghdad, dan dia adalah muridnya yang
tersohor dari orang-orang Baghdad, kemudian dia ijtihad untuk dirinya
sendiri. Ia termasuk mujtahid ahli hadis yang mengamalkan hadis ahad
tanpa syarat selama sanadnya shahih seperti jalan Asy-Syafii dan ia
mendahulukan pendapat-pendapat sahabat dari pada Qiyas. Memasukkan
Ahmad dalam rijalul hadis adalah lebih kuat dari pada memasukkannya
dalam fuqaha. Ia menyusun musnad yang memuat 40.000 hadis lebih.
Anaknya yang bernama Abdullah meriwayatkan dari padanya. Dalam
As-Sunnan
fil
fiqh
(Sunnah-sunnah
tentang
fiqih).
Ahmad bin Hambal adalah orang yang tertimpa ujian yang terkenal yaitu
perihal kemakhlukkan al-Quran. Banyak ahli hadis yang mengabulkan
ajakan Al-Mamun untuk mengatakan al-Quran itu makhluk. Adapun dia
(Ahmad) berdiri dengan teguh, kokoh dan tidak goyah sedikitpun sejak
tahun 218 H yaitu tahun permulaan ajakan Al-Mamun sampai tahun 233
H yaitu pembatalan Al-Mutawakil terhadap ajakan itu, yang membiarkan
manusia untuk merdeka dalam hal yang dipilih dan dipercayainya.
Keteguhan ini tanpa dibicarakan benar atau salahnya menjadikan Ahmad
bin Hambal itu mulia serta berada dalam derajat yang tinggi dihadapan
para ulama karena menanggung hal-hal yang menyakitkan demi menjaga
kepercayaannya yang mana hal itu adalah seindah-indah hiasan dari
kemuliaan yang dikenakan manusia. Imam Ahmad bin Hambal wafat di
Baghdad pada tanggal 12 Rabiul Awwal 241 H. Sepeninggalan beliau,
madzhab Hambali berkembang luas dan menjadi salah satu madzhab yang
banyak pengikutnya.
B. Mazhab-Mazhab Sunni yang Tidak Bertahan
1. Mazhab Auzai
Mazhab ini didirikan oleh Imam Abu Amru Abdul Rahman ibn
Muhammad al-AuzaI al-Dimasyqi yang lahir di Balabaka pada tahun 88
H. Masa mudanya dihabiskan sebagai pengembara untuk mencari dan
menuntut ilmu hadist kepada Ata bin Abi Rabah dan al-Zuhriyy. Setelah
menjadi ulama hadist yang ternama, ramai dari kalangan ulama hadist
merupakan salah seorang ulama dan imam mujtahid yang tegas dalam
menegakkan kebenaran, biarpun ketika berhadapan dengan pemerintah
dan khalifah. Beliau seorang yang mempunyai daya ingatan yang amat
kuat. Para ulama sepakat mengatakan beliau adalah seorang yang amat
pakar dalam bidang ilmu hadist dan fikih. Beliau hidup dalam keadaan
yang amat sederhana. Beliau tergolong dalam kalangan tabii al-tabii.
Sufian Bin Uyainah pernah berkata tentang Sufian al-Tsauri Aku tidak
pernah melihat orang yang alim tentang halal dan haram lebih daripada alTsaauri.
10
M. Hasbi Ash-Shiddieqy, Pengantar Ilmu Fiqh (Jakarta: Bulan Bintang, 1993), hlm. 124.
Huzaemah Tahido Yanggo, Pengantar Perbandingan Mazhab (Jakarta: Logos, 1997), hlm. 81.
12
Abu Ameenah Bilal Philips, Asal-Usuldan Perkembangan Fiqh, (Bandung: Nusamedia dan
Nuansa, 2005), hlm 93-94
13
Huzaemah Tahido Yanggo, Op.cit., hlm 82.
11
17
20
BAB III
KESIMPULAN
Perbedaan pemikiran dan metode penetapan hukum para ulama setelah
rasulullah dan sahabat wafat melahirkan mazhab-mazhab dalam fikih yang
memiliki corak metodologi dan produk hukum Islam (fikih) tersendiri. Mazhabmazhab tersebut sebagian tidak dapat bertahan dalam masyarakat karena terdapat
dominasi mazhab yang lebih besar, imam mazhab kurang aktif dalam penyebaran
mazhab dan fanatisme sebagian kelompok terhadap mazhab tertentu.
DAFTAR PUSTAKA
Ash-Shiddieqy, Hasbi. 1993. Pengantar Hukum Islam. Jakarta: Bulan Bintang.
Muhammad Yusuf dkk. 2005. Fiqh & Ushul Fiqh. Yogyakarta: Pokja Akademik
UIN Sunan Kalijaga.
Philips, Abu Ameenah Bilal. 2005. Asal-Usuldan Perkembangan Fikih. Bandung:
Nusamedia dan Nuansa.
Syaikhu, H. 2013. Perbandingan Mazhabfikih Perbedaan Pendapat di Kalangan
Imam Mazhab. Yogyakarta: Aswaja Presindo.
Yanggo, Huzaemah Tahido. 1997. Pengantar Perbandingan Mazhab. Jakarta:
Logos.