Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH ISLAM DAN BUDAYA JAWA

IMPLEMENTASI TRADISI BUDAYA JAWA PADA MASA KEHAMILAN

Dosen Pengampu: Dr. Mibtadin, S.Fil.l, M.S.I

Disusun Oleh :

Siti Efrinia Rosita

17221092

PBI 5C

PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS

FAKULTAS ADAB DAN BAHASA

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SURAKARTA

2020

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masyarakat jawa dikenal sangat teguh dalam mempertahankan dan melesatarikan
tradisi nenek moyang. Penyebaran islam oleh para ulama- khususnya Wali Sanga- salah
satunya dilakukan dengan memodifikasi kebudayaan yang berbau mistik dan takhayul
menjadi bernuansa islami. Dalam hal ini akan dicontohkan mengeni selamatan
kehamilan. 1
Upacara-upacara daur hidup, dalam masa kehamilan. Hakikatnya ialah upacara
peralihan sebagai sarana menghilangkan petaka. Jadi semacam inisiasi yang
menunjukkan bahwa upacara-upacara itu merupakan penghayatan unsur-unsur
kepercayaan lama. Pada umumnya upacara kehamilan diadakan selamatan, mulai
kandungan seorang wanita berumur satu bulan sampai sembilan bulan. Dengan harapan
agar selama mengandung mendapat keselamatan, tidak ada kesulitan. 2
Adapun rangkaian tradisi-tradisi masyarakat jawa dalam masa kehamilan
dilaksanakan mulai diketahui bahwa seorang wanita hamil sampai melahirkan
mempunyai aturan-aturan yang wajib ditaati. Diantara tradisi masa kehamilan seorang
wanita ditengah masyarakat jawa pada umumnya hanya dilakukan ketika usia kandungan
memasuki bulan ke empat atau ke tuju yang biasanya disebut dengan tradisi ngapati dan
mitoni padahal sebenarnya masih ada banyak tradisi lainnya yang tidak diketahui oleh
masyarakat umum.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan nyidam dan pantangan pada waktu masa kehamilan?
2. Kapan waktu penyelenggaraan dan perlengkapan tradisi masa kehamilan ?

1
2
PEMBAHASAN

1. Apa yang dimaksud dengan nyidam dan pantangan pada waktu masa kehamilan?

Apabila seorang wanita telah berhenti haid, dan disertai tanda nyidam, dapat
dipastikan bahwa wanita itu telah mengandung. Nyidam, bentuk kata dasar aktif dalam
bahasa jawa. Kalau kata tersebut perubahan dari kata ngidam, maka kata ini berasal dari
kata idham. Nyidam berarti menginginkan sesuatu. Kalau seorang calon ibu/ ibu ada
tanda-tanda nyidam, biasanya ingin sesuatu yang spesifik. Misalnya ingin sekali makan
buah-buhan tertentu yang masih muda dan rasanya masih asam. Mungkin itulah sebabnya
buah-buhan yang masih muda disebut nyadham. Kalau permintaan wanita tersebut tidak
dituruti, orang beranggapan bahwa kelak kalau bayinya sudah lahir akan menimbulkan
ekses kurangbaik. Misalnya anak itu akan selalu mengeluarkan air liur ( ngiler ).
Keinginan sesuatu bagi seorang wanita yang sedang hamil tidak terbatas pada buah-buhan
saja. Akan tetapi ada juga yang mempunyai keinginan lain yang harus dituruti. Selama
kehamilan seorang wanita sangat memperhatikan pantangan-pantangan. Pantangan ini
juga berlaku bagi suami atau ayah bayi yang sedang dikandung. Misalnya makan sesuatu
yang mempunyi akibat buruk, yaitu buah yang melintang bijinya. Pantangan tersebut
diartikan, agar anak yang sedang dikandung posisinya tidak melintang. Seorang laki-laki
yang isterinya sedang megandung dilarang menyakiti binatang atau membunuhnya.
Karena meeka beranggapan bahwa anaknya akan menyerupai binatang tersebut itu.
Demikian masih banyak contoh lain. 3

A. Waktu Penyelenggaraan dan Perlengkapan Upacara Kandungan

1. Masa Kehamilan satu bulan

Menurut keyakinan adat Jawa, kehamilan yang sudah berumur satu bulan ada kewajiban
untuk mengadakan selamatan. Untuk upacara selamatan bulan pertama sesajinya adalah
sebagai berikut : Abor-abor ( jenang sumsun ) terbuat dari teung beras diberi bumbu dan
santan kelapa. 4

2. Masa Kehamilan Dua Bulan

3
4
Menurut adat Jawa, masa kehamilan yang kedua, tetap harus melaksankan upacara.
Adapun bentuk sesajinya adalah sebagai berikut 5 :
 Tumpeng robyong, nasi yang dibentuk kerucut seperti gunung disertai
bermacam sayur mayur dan telur rebus.
 Bubur yang terbuat dari beras lima macam ( merah, merah putih, putih, bubur
baro-baro, yaitu bubur yang terbuat dari bekatul ( kulit ari padi ) ditaburi irisan
gula merah dan kelapa yang sudah dikukur ) bubur palang, yaitu bubur beras
putih diatasnya ditumpangi bubur merah dengan cara menyilang ( malang ).
 Pipis kenthel, terbuat dari tepung beras diberi garam, sisiran gula merh
kemudian dibungkus daun pisang kemudian dikukus.
 Jajan pasar, yaitu segala macam makanan kecil dan buah-buahan yang dibeli
dipasar.
 Kembang boreh, yaitu aneka macam bunga dengan bedak dingin ( kosmetik
tradisional )

3. Masa Kehamilan Tiga Bulan


Untuk kandungan berumur tiga bulan selamatannya ada yang mengatakan bahwa
bentuk selamatannya sama dengan masa kehamilan dua bulan 6 dan dengan
kandungan berumur empat bulan. 7
4. Masa Kehamilan Empat Bulan ( Ngapati atau Ngupati )
Sudah menjadi kebiasaan sebagian masyarakat Islam, tidak saja di Indonesia,
namun juga oleh sebagian masyarakat muslim Asia Tenggara, jika seorang istri hamil
mencapai usia 120 hari ( 4 bulan , maka diadakan ritual yang disebut dengan upacara
ngapati atau ngupati. Pada masyarakat muslim Jawa, ritual tersebut disebut ngapati,
karena tepat pada usia 4 bulan ( sasi papat ), dan juga disebut ngapati, karena salah
satu menu yang disediakan sebagai jamuannya adalah ketupat ( kupat ). Secara umum,
berbagai ritual yang terkait dengan kehamilan seorang istri, baik ngapati, mitoni, dan
sebagainya, dalam istilah arab disebut walimat al-haml.8 Tujuan dari tradisi ngapati
adalah keyakinan masyarakat bahwa 4 bulan adalah waktu penentuan terhadap empat

5
6
7
8
Siti efrinia rosita, 71
perkara yaitu rizqi, amal, kematian dan baik buruknya jabang bayi hingga mati.9
Maka menyongsong penentuan ini, hendaklah upacara ngapati ( ngupati ) yaitu
berdo’a ( sebagai sikap bersyukur, ketundukan dan kepasrahan ), mengajukan
permohonan kepada Allah agar nanti anak lahir sebagai manusia yang utuh sempurna,
yang sehat, yang dianugerahi rezeki yang baik dan lapang, berumur panjang yang
penuh dengan nilai-nilai ibadah, beruntung didunia dan akhirat.10 Selain berdo’a,
dalam ritual tersebut juga dilakukan sedekah, yang diberikan kepada tetangga terdekat
dan sanak famili. Bentuk shadaqah bermacam-macam, dari sekedar mengadakan
kenduri, menyembelih kambing, hingga membagikan uang, pakaian dan sebagainya11.
Namun pada masa kehamilan keempat ini, menurut adat jawa harus tetap diadakan
upcara, dengan bentuk sesaji sebagai berikut12 :
1) Nasi punar ( beras yang dimasak dengan santan kelapa dan diberi warna
kuning yang berasal dari kunyit ) dengan lauk pauk daging kerbau satu utuh
dan sambal goreng. Daging kerbau utuh, artinya beberapa potong daging
kerbau dengan hati, paru, dan lain-lain ( jeroan ) yang sudah dimasak.13
2) Apem, kue yang terbuat dari tepung beras diberi gula merah, ragi dan santan.
3) Empat macam ketupat ( kupat ), yaitu kupat sinto, jago, sida lunggoh dan
kupat luwar.
5. Masa Kehamilan Lima Bulan
Menurut adat Jawa pada masa kandungan lima bulan ( nglimani ) tetap melaksanakan
upacara. Adapun sesajinya adalah sebagai berikut ini 14:
 Tumpeng Robyong yang berisi nasi yang dibentuk kerucut seperti gunung
disertai bermacam-macam sayur dan telur rebus.
 Nasi kebuli, yaitu nasi yang berwarna merah coklat karena diberi manis
jangan, rasanya terasa gurih karena diberi santan dan garam.
 Nasi punar, nasi yang dimasak santan dan diberi kunyit sehingga berwarna
kuning.

9
Su’adi hasan. Jurnal “ngapati” dalam tradisi masyarakat banyuurip studi living hadits. Hlm 240
10
Safira, aldy selania muhammad daniel. Tradisi mapati dan mitoni masyarakat jawa islam
11
Siti efrinia, 73
12
D.E Relin. Filosofis Adat Jawa Sebagai Dasar Pelaksanaan Upacara Masa Kehamilan Pada Masyarakat Jawa
Dalam Era Modernisasi hlm 5
13
14
 Uler-uleran, terbuat dari cairan tepung beras diberi warna bermacam-macam
dan dibentuk seperti ulat.
 Ketan mancawarna. Terbuat dari ketan ( nasi pulut ) diberi warna bermacam-
macam. Dibuat juga entan-entan, terbuat dari kelapa halus dicampur gula
merah.
 Rujak craba terbuat dari buah-buahan mentah diberi bumbu pedas dan diberi
air sedikit.
Jamuan makan untuk para yang hadir ditempatkan di takir ponthang. Yaitu tempat
makan dari daun pisang yang disebut takir. Takir ponthang ialah takir yang dilapisi daun
kelapa muda yang masih kuning ( Janur kuning ). Untuk membuat takir dipergunakan biting,
yaitu potongan batang lidi. Sedangkan pembuatan takir ponthang sebagai lidi/biting diganti
dengan jarum, yang terdiri dari lima macam jarum, jarum emas, suasa, perak, besi dan jarum
tembaga. Isi takhir ponthang yaitu, nasi putih, nasi punar, kerbau seeor. Artinya beberapa
potong daging kerbau dilengkapi dengan hati, paru, dan lain-lain ( jeroan ), dan sebuah mata
kerbau.
6. Masa Kehamilan Enam Bulan
Untuk kandungan berumur enam bulan diadakan upacara/selamatan secara sederhana
yaitu menyajikan apem kocor, terbuat dari cairan tepung beras diberi ragi ( ramuan
pembuat tapai ). Kue apem ini tidak diberi gula merah, oleh karena itu cara
memakannya harus disertai dengan cairan gula merah yang diberi santan ( juruh ).
7. Masa Kehamilan Tuju Bulan ( Mitoni/ Tingkeban )
Tingkeban (walimatul hamli) adalah acara kehamilan yang
memasuki bulan ketiga atau ketujuh dalam masa kehamilan
seseorang yang akan menjadi ibu untuk anak pertama. Tujuh
bulanan atau tingkeban atau disebut juga mitoni yaitu upacara
tradisional selamatan terhadap bayi yang masih dalam kandungan
selama tujuh bulan. Batas tujuh bulan, sebenarnya merupakan
simbol budi pekerti agar anak yang akan lahir berjalan baik. Istilah
methuk (menjemput) dalam tradisi jawa, dapat dilakukan sebelum
bayi berumur tujuh bulan ( Etnografi ) nilai religius yang terdapat
dalam tradisi tingkeban pada masyarakat Jawa yaitu pada saat
kegiatan pembacaan ayat suci Al-Qur’an.yang dipimpin oleh
pemuka agama dan yang lain mendengarkannya. Surat yang dibaca
yaitu surat Yusuf, Luqman, Al-Waqiah, Maryam, Annisa dan surat
Yasin. Tujuan dari pembacaan Al-Qur’an adalah agar anak yang
akan lahir kelak selalu menggunakan Al-Qur’an sebagai pedoman
hidup. Selanjutnya pembacaan do’a selamat dengan harapan bayi
dalam kandungan diberikan keselamatan serta ditakdirkan selalu
dalam kebaikan kelak setelah kelahiran di dunia. Kemudian
pemberian sedekah yang dilakukan para tamu yang berupa
makanan dengan lauk pauknya atau uang sesuai dengan
kemampuan tuan rumah. ( analisis, khaerani )
Pada masa kuno pelaksanaan tingkebandalam pelaksanaannya memiliki beberapa
ritual yang perlu dilakukan secara berurutan. Berikut beberapa ritual tersebut:
1. Sungkeman Sungkeman yakni prosesi meminta maaf dan meminta restu untuk
keselamatan dan kelancaran persalinan dengan cara mencium tangan sambil
berlutut.Calon ibu dan ayah melakukan sungkeman kepada kedua orangtua dari pihak
pria dan kedua orangtua dari pihak wanita.
2. Siraman
Siraman ini bertujuan untuk menyucikan secara lahir dan batin sang ibu dan calon
bayi. Dengan balutan kain batik, sang ibu akan duduk dan dimandikan dengan sekar
setaman. Sekar setaman yaitu air suci yang diambil dari 7 mata air (sumur pitu) dan
telah ditaburi dengan aneka bunga seperti kantil, mawar, kenanga, dan daun pandan
wangi.
3. Brojolan Telur Ayam Kampung
Brojolan telur ayam kampung maksudnya adalah memasukkan telur ayam kampung
ke dalam kain calon ibu oleh sang suami melalui perut sampai menggelinding ke
bawah dan pecah. Hal ini sebagai simbol pengharapan agar bayi lahir dengan lancar
tanpa adanya halangan
4. Brojolan Cengkir Gading
Cengkir gading yaitu buah kelapa gading muda yang berwarna kuning. Brojolan
cengkir gading maksudnya adalah memasukkan sepasang buah kelapa gading muda
yang telah digambari Dewa Kamajaya dan Kamaratih, atau Rama dan Sinta, atau
Arjuna dan Sembadra ke dalam sarung dari atas perut calon ibu ke bawah. Secara
simbolis gambar tokoh tersebut dimaksudkan agar bayi yang lahir nanti memiliki rupa
yang elok serta sifat-sifat yang luhur layaknya tokoh tersebut.51 Brojolan cengkir
gading ini dilakukan oleh nenek calon bayi (ibu dari calon ibu) dan diterima oleh
nenek (ibu dari calon ayah)..
5. Memutuskan Lilitan Janur Kuning Kain batik yang dikenakan oleh calon ibu
dilingkarkan janur kuning dan diputus oleh calon ayah. Hal ini mengandung makna
untuk memutuskan segala bencana yang menghadang kelahiran bayi sehingga
kelahiran berjalan dengan lancar.
6. Membelah Cengkir Gading
Calon ayah membelah cengkir gading (kelapa gading muda) yang belahan ini
dipercaya sebagai pertanda jenis kelamin bayi yang akan dilahirkan. Jika belahannya
tepat ditengah, maka pertanda anaknya akan lahir perempuan. Jika belahannya tidak
seimbang (tidak tepat ditengah), maka pertanda anak yang akan lahir laki-laki.53
7. Ganti Kain 7 kali
Calon ibu berganti kain sebanyak 7 kali dengan kain batik 7 motif yang berbeda
dengan diiringi pertanyaan“sudah pantas atau belum ?‛ dan dijawab oleh tamu
undangan yang hadir“belum pantas”sampai yang terakhir ketujuh kali
dijawab“pantas. Pakaian dasar pertama yang dipakai adalah kain putih, kain tersebut
melambangkan bahwa bayi yang akan dilahirkan adalah suci dan mendapat berkah
dari Tuhan. Motif kain yang akan dipakai selanjutnya dipilih yang terbaik dengan
harapan agar kelak si bayi juga memiliki kebaikan-kebaikan yang tersirat dalam
lambang kain. Motif kain tersebut adalah :
a. Sidomukti (melambangkan mukti wibawa yakni berbahagia dan disegani orang
karena kewibawaannya)
b. Sidoluhur (melambangkan kemuliaan, maknanya agar anak yang dikandung kelak
menjadi orang yang sopan dan berbudi pekerti luhur).
c. Truntun (melambangkan nilai-nilai yang selalu dipegang teguh, maknanya agar
keluhuran budi orang tuanya dapat menurun kepada sang bayi).
d. Parang Kusuma (melambangkan perjuangan untuk tetap hidup, maknanya agar bayi
yang dilahirkan memiliki kecerdasan dan ketangkasan bagai tajamnya parang yang
sedang dimainkan oleh pesilat tangguh).
e. Semen Rama (melambangkan agar anak yang dilahirkan memiliki cinta kasih
kepada sesama layaknya cinta kasih Rama dan Sinta kepada rakyatnya).
f. Udan Riris (melambangkan harapan agar anak yang dilahirkan selalu
menyenangkan dalam masyarakat).
g. Cakar Ayam (melambangkan agar anak yang lahir kelak pandai mencari rejeki,
maknanya dapat mandiri dalam memenuhi kebutuhan kehidupannya).
h. Lasem (melambangkan agar anak yang dilahirkan senantiasa bertaqwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa).Diiringin (melambangkan agar anak yang dilahirkan dapat
bergaul, bermasyarakat, dan berguna bagi sesama).
8. Jualan Rujak dan Dawet
Calon ibu jualan rujak dan dawet, pembayaran dengan pecahan genting yang dibentuk
bulat seolah-olah seperti uang logam. Hasil penjualan dikumpulkan dalam kuali yang
terbuat dari tanah liat. Kuali yang berisi pecahan genting tadi dipecahkan di depan
pintu. Maknanya agar anak yang dilahirkan banyak mendapat rejeki dan banyak amal.
9. Kenduri
Kenduri sebagai syukuran untuk memanjatkan do’a agar ibu hamil dan anak yang di
lahirkan dapat selamat tanpa ada aral melintang.

8. Masa Kehamilan Delapan Bulan

Menurut adat Jawa usia kandungan yang menginjak kedelapan bulan ini,harus
diadakan upacara.Ibu Sulasih mengatakan sesaji yang digunakan dalam upacara
delapan bulanan sangat sederhana ,yaitu :-Bulus angrem (bulus mengeram).Seekor
bulus yang sedang mengerami telur-telurnya.Tiruan binatang ini terbuat dari makanan
atau kue-kue..Pendapat ini diperjelasa oleh Poeger bahwa Bulus sebenarnya kue
serabi yang terbuat dari tepung.Telur-telur bulus sebenarnya klepon terbuat dari
tepung beras ketan

9. Masa Kehamilan Sembilan Bulan

Upacara kandungan yang kesembilan bulan,menurut adat Jawa tetap dilaksanakan upacara.Menurut
GPH.Tjakraningrat ,saat bayi dalam kandungan berumur sembilan diadakan upacara procotan dan
rogohan . # upacara procotan ,sesajinya adalah sebagai berikut :-jenang procot yaitu terbuat dari
tepung beras dicampur santan dan gula merah,kemudian dimasak.Penyajiannya ditempatkan dalam
tangkir (daun pisang yang dibentuk seperti mangkok).-Ketupat sumbat,ketupat yang dibelah
dua,ditengahnya diberi abon.-Nasi goreng sembilan pasang(18),disertai pecel ayam dan sayur menir
ikan goreng.
# Upacara rogohan ,sesajinya adalah sebagai berikut:-Nasi yang di dalamnya diisi telur rebus .Nasi
tersebut ditempatkan di dalam periuk tanah.Adapun cara mengambil nasinya dengan tangan,istilah
Jawanya ngrogoh.(Betaljemur. jika bayi yang dikandung sudah saatnya lahir,tetapi ternyata belum
lahir,maka harus diupacarai. Upacaranya adalah sebagai berikut:-Dhawet plecing (minuman sejenis
cendol),yang dijual dengan menggunakan pecahan genteng (atap rumah yang dari tanah).

Simpulan

Setelah dijelaskan secara ringkas mengenai tradisi-tradisi budaya jawa pada masa kehamilan kita
mengetahui bahwa aturan-aturan tersebut dimulai saat seseorang mengetahui bahwa dirinya hamil
sampai melahirkan dimana dalam setiap bulannya dalam adat jawa diadakan selamatan dari umur
satu bulan hingga sembilan bulan dengan tata cara atau sesajinya yang berbeda-beda dan
mempunyai makna tersendiri. Pada umumnya orang jawa hanya mengetahui bahwa pelaksanaan
selamatan diadakan saat usia kandungan empat bulan atau tuju bulan saja, tetapi hal itu tidak salah
dikarenakan dalam islam pada usia kandungan tersebut bayi yang ada dalam kandungan mengalami
masa perkembangannya. Dalam masyarakat jawa tradisi keislaman untuk selamatan kehamilan tidak
hanya berdo'a saja melainkan juga bersedekah misalnya membagikan makanan, mengundang
tetangga untuk acara tasyakuran dan sebagainya.

Daftar Pustaka

Dr. Purwadi, M.Hum, Upacara Tradisional Jawa, Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2009

KH. Sholikhin Muhammad, Ritual dan Tradisi Islam Jawa, Yogyakarta : Narasi Yogyakarta, 2011

Aizid, Rizem, Islam abangan dan kehidupannya : seluk-beluk islam abangan, Yogyakarta : Dipta, 2015

Saraswati, Yuli, HUKUM MEMPERINGATI TINGKEBAN (TUJUH BULANAN KEHAMILAN) PADA TRADISI
MASYARAKAT JAWA MENURUT PANDANGAN TOKOH NAHDATUL ULAMA DAN TOKOH
MUHAMMADIYAH, 2015. Diakses pada tanggal 2 Maret 2020

D.E, Relin, Filosofis Adat Jawa Sebagai Dasar Pelaksanaan Upacara Masa Kehamilan Pada Masyarakat
Jawa Dalam Era Modernisasi, Diakses pada tanggal 2 Maret 2020

Adrina, Iswah, NELONI, MITONI ATAU TINGKEBAN: (Perpaduan antara Tradisi Jawa dan Ritualitas
Masyarakat Muslim, 2011 Diakses pada tanggal 2 Maret 2020

Khaerani, dkk, ANALISIS NILAI-NILAI DALAM TRADISI TINGKEBAN PADA MASYARAKAT JAWA DI DESA
CENDANA KECAMATAN MUARA SUGIHAN KABUPATEN BANYUASIN, 2011, Diakses pada tanggal 2
Maret 2020
Su'adi Hasan, “NGAPATI” DALAM TRADISI MASYARAKAT BANYUURIP Studi Living Hadits,2015,
Diakses pada tanggal 2 Maret 2020

Vrancken, dirk, Mitoni ceremony : A ritual for seven month of pregency, www.Javaans.net, 2018,
diakses pada tanggal 5 Maret 2020 jam 20.00 WIB

A Ritual for 7th month of pregency, webmaster@joglosemar.co.id, 1998, diakses pada tanggal 5
Maret 2020 jam 20.05 WIB

Anda mungkin juga menyukai