Anda di halaman 1dari 5

ADAT ISTIADAT DAN KEBIASAAN

UPACARA TINGKEBAN

Disusun oleh :
Rindi Berlian S 21419005
Kelas MP-1

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PEMASARAN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA
BANDUNG
2019
A. Pengertian Upacara Tingkeban
Upacara Tingkeban adalah salah satu tradisi selametan dalam masyarakat Jawa, disebut juga mitoni
berasal dari kata pitu yang artinya tujuh. Seperti namanya, tingkeban/mitoni dilaksanakan pada usia
kehamilan tujuh bulan. Tingkeban hanya dilakukan bila anak yang dikandung adalah anak pertama bagi si
ibu (kehamilan pertama kali), si ayah, atau keduanya.

Upacara tingkeban bermakna bahwa pendidikan bukan saja setelah dewasa akan tetapi semenjak benih
tertanam di dalam rahim ibu. Dalam upacara ini sang ibu yang sedang hamil dimandikan dengan air kembang
setaman disertai doa. Tujuannya untuk memohon kepada Tuhan YME agar selalu diberikan rahmat dan
berkah sehingga bayi yang akan dilahirkan selamat dan sehat.
Tradisi Mitoni atau Tingkeban yang sering dijumpai di tengah-tengah masyarakat adalah tradisi yang
berasal dari agama Hindu, yaitu dalam Kitab Hindu Upadesa. Di dalam kitab,disebutkan bahwa Telonan,
Mitoni, dan Tingkeban dilakukan untuk memohon keselamatan anak yang ada di dalam rahim (kandungan).
Acara ini sering juga dikenal dengan Garba Wedana (garba berarti perut, wedana berarti sedang
mengandung).
Upacara Tingkeban atau Upacara Mitoni adalah upacara adat masyarakat Jawa yang berhubungan
dengan kehamilan seorang perempuan yang memiliki tujuan memohon kepada Sang Pencipta untuk
memberi rahmat kepada Sang Ibu dan anaknya agar mendapat kehidupan yang baik,penuh
keselamatan,dan sehat selalu.Kata "Mitoni" berasal dari kata "Pitu" dari bahasa Jawa yang memiliki arti
"tujuh".
Pada umumnya, Upacara Tingkeban hanya dilaksanakan untuk kehamilan pertama bulan ke-7
saja.Upacara Tingkeban memiliki tata cara yang sudah ditentukan, baik menyangkut waktu pelaksanaan,
perlengkapan, maupun pihak-pihak yang terlibat.
Semua tata cara dalam Upacara Tingkeban mempunyai makna yang diharapkan akan membawa
kebaikan bagi ibu yang sedang mengandung maupun calon bayi yang akan dilahirkan.
Upacara tingkeban terdiri dari beberapa tahap,seperti Sungkeman,Siraman,Sesuci,Pecah
Pamor,Brojolan,Sigaran,Nyampingan,Luwaran dan Simparan,Wiyosan,Kudangan,Kembulan dan
Unjukan,Kukuban,Rencakan,Rujakan dan Dhawetan.
Setiap tahapan diiringi wicara tertentu yang selain merupakan pengungkapan maksud hati, juga
akan membuat suasana menjadi hidup.Waktu pelaksanaan Upacara Tingkeban menurut pakem adalah hari
Selasa atau Sabtu,waktu siang hingga sore (jam 11 siang sampai 4 sore waktu setempat),dan dilaksanakan
pada tanggal ganjil sebelum bulan purnama dan lebih diutamakan pada tanggal 7 atau tanggal yang ada
angka 7.
Upacara Tingkeban dilengkapi dengan peralatan-peralatan:Pengaron,Air Suci Perwita Sari,Sekar
Setaman,Nyamping 7 Buah dan Mori,dan sebagainya, serta sesaji yang antara lain:Tumpeng tujuh buah
beserta lauknya,Tumpeng Robyong dan Tumpeng Gundul, Telur penyu,Jenang Procot,Clorot,dan
sebagainya.Peralatan dan sesaji dalam Tingkeban harus disediakan secara lengkap.Hal ini dikarenakan
setiap peralatan maupun sesaji mempunyai makna sendiri-sendiri namun saling mendukung dari semua
tahapan Upacara Tingkeban.
Menurut saya,upacara ini merupakan salah satu upacara yang sangat rumit untuk dilaksanakan karena
banyak sekali ketentuan yang harus dipatuhi,tetapi saya juga berpikir bahwa semua usaha yang dilakukan
agar upacara dapat dijalankan dengan lancar sepadan dengan tujuan yang ingin diraih,yaitu memohon
berkat kepada Tuhan.
B. Maksud dan Tujuan
Telonan disebut juga pengambean, yaitu upacara pemanggilan atman (urip) atau ruh kehidupan.
Mitoni untuk melakukan ritual sambutan, yaitu penyambutan atau peneguhan letak atman (urip) atau ruh
kehidupan si bayi. Dan yang terbesar tingkeban berupa janganan,yaitu upacara suguhan terhadap “Empat
Saudara”yang menyertai kelahiran sang bayi, yaitu: darah, air, barah, dan ari-ari yang oleh orang Jawa
disebut kakang kawah adi ariari.
Tingkeban dilakukan guna memanggil semua kekuatan alam yang tidak kelihatan tapi mempunyai
hubungan langsung pada kehidupan sang bayi dan juga pada panggilan kepada Empat Saudarayang keluar
bersama saat bayi dilahirkan. Bayi dan kakang kawah ari-ari bersama-sama diupacarakan, diberi pensucian
dan suguhan agar sang bayi mendapat keselamatan dan selalu dijaga oleh unsur kekuatan alam. Ari-ari
yang keluar bersama bayi dibersihkan dengan air dan dimasukkan ke dalam tempurung kelapa, atau guci.
Guci kemudian ditanam di pekarangan, di kanan pintu apabila bayinya laki-laki, di kiri pintu apabila bayinya
perempuan. Kendil atau guci yang berisi ari-ari ditimbun dengan baik, dan pada malam harinya diberi lampu,
selama tiga bulan. (Kitab Upadesa, tentang ajaran-ajaran Agama Hindu, oleh: Tjok Rai Sudharta, MA. dan
Drs. Ida Bagus Oka Punia Atmaja, cetakan kedua 2007).
Menurut tradisi Jawa, upacara dilaksanakan pada tanggal 7, 17, dan 27 sebelum bulan purnama
pada penanggalan Jawa, dilaksanakan di kiri atau kanan rumah menghadap ke arah matahari terbit. Orang
yang memandikan si ibu jumlahnya juga ganjil, misalnya 5,7, atau 9 orang. Setelah disiram, pada si ibu
dipakaikan kain/jarik sampai tujuh kali, yang terakhir/ ketujuh yang dianggap paling pantas dikenakan. Diikuti
oleh acara pemotongan tumpeng tujuh yang diawali dengan doa kemudian makan rujak, dan seterusnya.
Hakikat dasar dari semua tradisi Jawa adalah suatu ungkapan syukur dan permohonan kepada
Yang Maha Kuasa untuk keselamatan dan kenteraman, namun diungkapkan dalam bentuk lambang-
lambang yang masing-masing mempunyai makna.
C. Kronologis Upacara Tingkeban
1. Waktu Pelaksanaan
Antara pukul 9.00 sampai dengan pukul 11.00 Calon ibu mandi dan cuci rambut yang bersih,
mencerminkan kemauan yang suci dan bersih.
Kira-kira pukul 15.00-16.00, upacara tingkepan dapat dimulai, menurut kepercayaan pada jam-jam
itulah bidadari turun mandi. undangan sebaiknya dicantumkan lebih awal pukul 14.30 WIB
2. Hari Pelaksanaan
Biasanya dipilih hari Rabu atau hari Sabtu, tanggal 14 dan 15 tanggal jawa, menurut kepercayaan
agar bayi yang dilahirkan memiliki cahaya yang bersinar, dan menjadi anak yang cerdas.
3. Pelaksana yang menyirami/memandikan
Para Ibu yang jumlahnya tujuh orang, yang terdiri dari sesepuh terdekat. Upacara dipimpin oleh ibu
yang sudah berpengalaman.
4.Perlengkapan yang diperlukan :
Satu meja yang ditutup dengan kain putih bersih, Di atasnya ditutup lagi dengan bangun tolak, kain
sindur, kain lurik, Yuyu sekandang, mayang mekak atau letrek, daun dadap srep, daun kluwih, daun alang-
alang. Bahan bahan tersebut untuk lambaran waktu siraman.
5. Perlengkapan lainnya
Bokor di isi air tujuh mata air, dan kembang setaman untuk siraman.
gambar bokor
Batok (tempurung) sebagai gayung siraman (Ciduk)
Boreh untuk mengosok badan penganti sabun.
Kendi dipergunakan untuk memandikan paling akhir.
Dua anduk kecil untuk menyeka dan mengeringkan badan setelah siraman
Dua setengah meter kain mori dipergunakan setelah selesai siraman.
Sebutir telur ayam kampung dibungkus plastik.
Dua cengkir gading yang digambari Kamajaya dan Kamaratih atau Arjuna dan Dewi Wara
Sembodro.
Busana Nyamping aneka ragam, dua meter lawe atau janur kuning
Baju dalam dan nampan untuk tempat kebaya dan tujuh nyamping, dan stagen diatur rapi.
Perlengkapan Kejawen kakung dengan satu pasang kain truntum. Calon ayah dan ibu berpakain
komplet kejawen, calon ibu dengan rambut terurai dan tanpa perhiasan.
6. Selamatan/ Sesaji Tingkepan
1. Tumpeng Robyong dengan kuluban, telur ayam rebus, ikan asin yang digoreng.
2. Peyon atau pleret adonan kue/nogosari diberi warna-warni dibungkus plastik, kemudian dikukus.
3. Satu Pasang Ayam bekakah (Ingkung panggang)
4. Ketupat Lepet (Ketupat dibelah diisi bumbu)
5. Bermacam-buah-buahan
6. Jajan Pasar dan Pala Pendem (Ubi-ubian)
7. Arang-arang kembang satu gelas ketan hitam goring sangan
8. Bubur Putih satu piring
9. Bubur Merah satu Piring
10. Bubur Sengkala satu piring
11. Bubur Procot/ Ketan Procot, ketan dikaru santan, setelah masak dibungkus dengan daun/janur
kuning yang memanjang tidak boleh dipotong atau dibiting.
12. Nasi Kuning ditaburi telur dadar, ikan teri goring, ayam,rempah
13. Dawet Ayu (cendol, santan dengan gula jawa)
14. Rujak Manis terdiri dari tujuh macam buah.
Perlengkapan selamatan Tingkepan diatas, dibacakan doa untuk keselamatan seluruh keluarga.
Kemudian dinikmati bersama tamu undangan dengan minum dawet ayu, sebagai penutup.

Anda mungkin juga menyukai