Anda di halaman 1dari 6

UAS ACARA III

1. Sebutkan dan jelaskan upacara manusia yadnya!


- Magedong gedongan (garbhadhana samskara)
Upacara ini dilaksanakan pada saat kandungan berusia 7 bulan.
- Mapag rare (jatakarma)
Upacara menanam ari-ari. Upacara ini dilakukan pada saat bayi baru lahir dengan
selamat ke mayapada ini. Upacara ini disebut juga Mapag rare. Mapag artinya
menyambut dengan rasa tulus dan gembira, sedangkan Rare artinya bayi yang
telah lama dikandung dalam perut si ibu. Upacara mapag rare ini tidak mempunya
arti yang khusus kecuali hanya sebagai rasa gembira atas telah lahirnya si bayi
dengan selamat dan sebagai rasa syukur kepada Tuhan yang telah
menganugrahkan seorang anak dan sekaligus memohon agar bayi yang baru lahir
tersebut mendapat dirgayusa.
- Mapenelahan
Upacara kepus puser sering juga disebut dengan “Mapenelahan” atau upacara
penelahan, Bayi dalam kandungannya dijaga oleh empat saudaranya yang disebut
catur sanak. Maka dengan lepasnya tali pusat yang merupakan bagian dari ari-ari
maka habislah bagian-bagian dari catur sanak yang melekat pada bayi. Upacara
kepus puserdilaksanakan pada dasarnya adalah untuk membersihkan jiwa dan raga
si bayi. Dengan lepasnya tali pusat maka secara jasmaniah si bayi sudah bersih
dan secara rohaniah si bayi sudah bebas dari pengaruh catur sanak.
- Upacara ngekeoas hawon
Upacara ngelepas hawon (upacara roras lemeng), berfungsi untuk melukat,
membersihkan bayi dari kotoran baik dari sekala maupun niskala. Upacara yang
dilaksanakan sangat sederhana yaitu membuatkan si bayi penglukatan, membuat
banten kumara, banten di ari-ari (sanggahnya) dan juga membuat banten tataban
yang ditujukan untuk sang numadi.
- Upacara kambuhan atau mecolongan
Upacara ini dilakukan setelah bayi berusia 42 hari. Tujuannya untuk pembersihan
lahir batin si bayi dan ibunya, di samping juga untuk membebaskan si bayi dari
pengaruh-pengaruh negatif (mala).
- Upacara nelu bulanin (niskramana samskara)
Upacara yang dilakukan pada saat bayi berumur 105 hari, atau tiga bulan dalam
hitungan pawukon.
Upakara kecil: panglepasan, penyambutan, jejanganan, banten kumara dan
tataban.
Upakara besar: panglepasan, penyambutan, jejanganan, banten kumara, tataban,
pula gebal, banten panglukatan, banten turun tanah.
- Upacara otonan
Upacara yang dilakukan setelah bayi berumur 210 hari atau enam bulan pawukon.
Upacara ini bertujuan untuk menebus kesalahan-kesalahan dan keburukan-
keburukan yang terdahulu, sehingga dalam kehidupan sekarang mencapai
kehidupan yang lebih sempurna.
- Upacara ngepungin
Upacara yang dilakukan pada saat anak tumbuh gigi yang pertama. Upacara ini
bertujuan untuk memohon agar gigi si anak tumbuh dengan baik.
- Upacara menekndehab(rajasiwala)
Upacara ini dilaksanakan pada saat anak menginjak dewasa. Upacara ini bertujuan
untuk memohon ke hadapan Hyang Samara Ratih agar diberikan jalan yang baik
dan tidak menyesatkan bagi si anak.
- Upacara mepandes atau metatah
Upacara ini bertujuan untuk mengurangi pengaruh Sad Ripu yang ada pada diri si
anak.
- Upacara pawiwahan
Upacara persaksian ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa dan kepada masyarakat
bahwa kedua orang yang bersangkutan telah mengikatkan diri sebagai suami-istri.
- Upacara Mewinten
Upacara Mewinten adalah upacara inisiasi untuk dapat diperbolehkan mempelajari
kitab suci Weda. Selain mewinten juga dikenal upacara Upanayana yaitu suatu
upacara mohon restu agar pada masa brahmacari dapatdiperkenankan mempelajari
kitab suci Weda.Tujuan upacara ini adalah untuk mohon perlindungan dan bimbingan
paraDewa yang ada kaitannya dengan ilmu pengetahuan, seperti Bhatara Guru
atauSiwa, Dewa Gana, Dewi Saraswati, dan sebagainya. Jenis sajen
yangdipersembahkan adalah sajen saraswati, tataban, prayascita, dan peras.Apabila
seseorang telah mewinten, maka statusnya adalah sebagai pemangku atau pinandita
serta diwajibkan untuk memenuhi ketentuan yaitu: biasanya diusahakan berambut
panjang, kalau hendak dicukur boleh dicukur sendiri atau dari keluarga sendiri, setiap
memimpin upacara wajib memakai usana pemangku, tidak diperkenankan makan
daging sapi atau babi, tidak diperkenankan ikut mengambil mayat dan makan sajen
yang disediakan sebagai tarpana dan yang sejenisnya, diharapkan setiap hari untuk
bersuci laksana dan menjalankan trisandhya secara tertib dan berusaha menyucikan
diri lahir batin, dan selalu memperhatikan tata krama memasuki tempat-tempat suci
dan ke Pura. Pemangku adalah tergolong rohaniwan Hindu yang masih pada tingkat
ekajati. Mengenai keadaan diri, upakara pewintenan, dan agem-agemam seorang
pemangku disesuaikan dengan tingkat Pura yang diemongnya pada wilayahnya
masing-masing.
2. Sebutkan banten upacara manusia yadnya bayi usia 4 bulan dalam kandungan!
Jawab :
1. Benang hitam satu tukel, yang kedua ujungnya diikatkan pada cabang kayu dadap
2. Bambu buluh runcing (gelanggang)
3. Daun kumbang diisi air dan ikan sawah yang hidup yaitu belut, nyalian (ikan kecil-
kecil), ketam (kepiting)
4. Ceraken dibungkus dengan kain yang baru.

3. Apa pengertian banten intuk-intuk dan banten ashan? Jelaskan!

Jawab :

Banten yang digunakan dalam melaksanakan ritual perbersihan atau penyucian atas
persembahannya.

4. Sebut dan jelaskan banten/ upakara dalam upacara manusia yadnya bayi usia 7 bulan

dalam kandungan!

Jawab :

a) Pamarisuda: Byakala dan prayascita.


b) Tataban: Sesayut, pengambean, peras penyeneng dan sesayut pamahayu tuwuh.
c) Di depan sanggar pemujaan : benang hitam satu gulung kedua ujung dikaitkan pada
dua dahan dadap, bambu daun talas dan ikan air tawar, ceraken (tempat rempah-
rempah).

5. Bagaimana prosesi upacara mitoni/ tingkeban menurut pendapat anda. Jelaskan!

jawab:

a) Acara mitoni didahului dengan sungkeman calon ibu dan calon ayah kepada eyang
putri dan eyang kakung dari pihak calon ibu (CI), dilanjutkan eyang putri dan eyang
kakung pihak calon ayah (CA).
b) Sungkeman calon ibu dan calon ayah kepada eyang-eyang dan sesepuh berjumlah
tujuh (7) orang.
c) Siraman.
Urutan yang berhak menyiram :
- Suami
- Eyang putri CI
- Eyang kakung CI
- Eyang putri CA (eyang kakung dari pihak saumi/ Calon Ayah (CA) tidak melakukan
siraman karena bukan mahrom.
- Eyang sesepuh 7 orang
d) CI berganti pakaian, memakai kain lalu diikat benang lawe atau tali janur.
e) Calon ayah (CA) membelah kelapa cengkir sampai air kelapa keluar.
CA harus membelah dengan sekali ayun dan sekali tebas, hal ini diharapkan kelak CI
tidak mengalami banyak kesulitan ketika melahirkan sang anak. Pada acara adat
mitoni, prosesi ini sering dikaitkan dengan jenis kelamin si jabang bayi. Jika air
kelapa memancar keluar, pertanda bayinya laki-laki. Jika air kelapa hanya merembes,
pertanda bayi tersebut perempuan. Sekarang ini acara mitoni dan prosesi tersebut
hanya sebagai simbol dan doa keselamatan bagi si jabang bagi seiring kemajuan
jaman yang bisa memperkirakan jenis kelamin janin dengan bantuan teknologi. CA
membuka tali janur pada kain CI dengan sekali potong dengan menggunakan pisau
yang sudah diberi doa-doa, sebagai simbol membuka jalan lahir, agar dimudahkan
proses persalinannya kelak.
f) Brojolan (Simulasi melahirkan).
Dalam acara adat mitoni, diadakan rangkaian acara brojolan yang merupakan simbol
dan doa serta simulasi proses melahirkan. Cengkir dimasukkan melalui bagian dalam
kain CI oleh eyang putri CI, lalu eyang putri CA bertugas untuk menangkap di
bawahnya. Ketika cengkir itu berhasil ditangkap, CI akan mendoakan, yang artinya :
lelaki atau perempuan tak masalah. Kalau lelaki hendaknya tampan seperti kumojoyo,
dan jika perempuan semoga cantik layaknya kumoratih. Lalu, layaknya bayi
sungguhan, cengkir akan digendong oleh eyang putri CA dan dibawa lalu ditidurkan
di kamar.
g) Mantes
Dengan dibantu oleh pangrenggo busono, calon ibu (CI) dipakaikan dengan kain dan
kemben sebanyak tujuh kali . Kain dipadu-padankan dengan kemben yang telah
disesuaikan, dengan urutan yang telah ditentukan, sebanyak tujuh kali. Prosesi ini
disebut mantes.
- Kain truntum dipadankan dengan kemben merah putih
- Kain sido mukti dipadankan dengan kemben kuning hijau
- Kain sido mulyo dipadankan dengan kemben merah kuning
- Kain sido asih dipadankan dengan kemben putih biru tua
- Kain sido drajat dipadankan dengan kemben pink ungu
- Kain satriyo wibowo dipadankan dengan kemben putih hijau
- Kain lurik tumbar pecah dipadankan dengan kemben kemben lurik liwatan.

Sambil menggantikan kain demi kain, pangrenggo busono akan menanyakan kepada
tamu yang hadir pada acara mitoni tersebut apakah kain yang dipakainya sudah pantas
bagi CI. Tamu-tamu akan menjawabnya : BELUM, lalu digantilah dengan kain
berikutnya. Dan seperti itu seterusnya sampai pada kain ke tujuh, tamu akan
menjawabnya SUDAH, artinya kain yang digunakan oleh CI sudah sesuai.

h) Penutup
Calon Ayah menggunakan kain sidomukt, beskap, sabuk bangun tulap, dan blankon
warna bangun tulap. Calon ibu menakan kain sido mukti, kebaya hijau, dan kemben
bangun tulap. Calon ibu dan calon ayah keluar bergabung bersama para tamu. Acara
penutup diawali dengan pembacaan doa oleh sesepuh. Lalu eyang kakung dari calon
ayah memotong tumpeng dan diberikan pada calon ibu dan calon ayah, ditambahkan
lauk burung kepodang dan ikan lele untuk dimakan bersama-sama. Maksud dari
burung kepodang dan ikan lele ini adalah agar kelak calon bayi berkulit kuning seperti
burung kepodang dan berkepala rata seperti ikan lele. Kulit yang kuning dianggap
cantik dan bersih. Kepala yang rata bagian belakangnya dianggap bagus jika memakai
sanggul bagi perempuan.
- Acara Selanjutnya adalah dodol rujak sebagai akhir dari penutup rangkaian acara
mitoni atau tingkepan.
- Tamu yang pulang diberikan berkat / oleh-oleh. Berkat pada acara mitoni berupa
nasi kuning yang ditempatkan dalam takir pontang dan dialasi oleh layah (cobek
dari gerabah tanah liat). Takir pontang terbuat dari daun pisang dan janur kuning
yang ditutup kertas dan diselip dengan jarum. keemasan. Di beberapa daerah lain
di Jawa, berkat acara mitoni berisi nasi (juga ketupat kepel) dan lauk yang berasal
dari darat (ayam, telor), air (Ikan teri, bandeng), buah-buahan, jajan pasar dari
ketan (lepet), polopendhem dan polowijo. Berkat ini diberikan pada tamu untuk
dibawa pulang. Namun ada pula yang hanya dimakan bersama-sama di tempat.

6. Apa dan bagaimana makna filosofi upacara mitoni / tingkeban? Jelaskan!

jawab:

Upacara Tingkeban atau yang biasa dikenal dengan istilah mitoni, merupakan serangkaian
prosesi yang dilakukan saat anak masih dalam kandungan berusia tujuh bulan. Bagi
masyarakat Jawa, tingkeban menjadi doa dan pengharapan agar anak yang dikandung kelak
menjadi anak yang baik dan berbakti.

7. Sebut dan jelaskan upakara/ banten jajan pasar!

Jawab :

Jajanan pasar ini memiliki simbol yaitu sebagai saratan winadi. Artinya, jajanan pasar
memilki makna sebagi sedekah untuk keselamatan hidup, terutama selamat dalam bidang
rohani atau selamat dari gangguan lelembut (makhluk dunia astral). Jajanan pasar sebagai
pengharapan agar manusia melakukan serawung atau bergaul dengan orang lain. jajanan
pasar melambangkan kemakmuran. Dikarenakan pasar yang merupakan sumber dari jajanan
tersebut terdapat banyak barang. Dalam wadah jajanan pasar ini sering diletakkan uang
senilai satus atau seratus rupiah. Maknanya adalah kata satus yang berarti asat atau kering
dan atus berarti bersih, uang satus tersebut melambangkan permohonan manusia kepada
Tuhan agar orang yang memilki hajat terbebas dari segala dosa.

Anda mungkin juga menyukai