Anda di halaman 1dari 15

TUGAS PENGANTAR ASUHAN ASUHAN KEBIDANNA

NAMA : EZI OLIVIA

NIM : 191012115201001

PRODI : S1 KEBIDANAN

DOSEN PENGAMPU : KHOLILAH LUBIS ,S.ST,M.Keb

Soal :

silahkan anda analisis secara kebidanan dan kesehtan mengenai mitos mitos adat istiadat
mengenai persalinan di tempat anda atau di tempat lain

Dalam tradisi Jawa, mitoni merupakan rangkaian upacara siklus hidup yang sampai
saat ini masih dilakukan oleh sebagian masyarakat Jawa. Kata mitoni berasal dari kata
‘am’ (awalan am menunjukkan kata kerja) + ’7′ (pitu) yang berarti suatu kegiatan
yang dilakukan pada hitungan ke-7. Upacara mitoni ini merupakan suatu adat
kebiasaan atau suatu upacara yang dilakukan pada bulan ke-7 masa kehamilan
pertama seorang perempuan dengan tujuan agar embrio dalam kandungan dan ibu
yang mengandung senantiasa memperoleh keselamatan.

Upacara-upacara yang dilakukan dalam masa kehamilan, yaitu siraman, memasukkan


telor ayam kampung ke dalam kain calon ibu oleh sang suami, ganti busana,
memasukkan kelapa gading muda, memutus lawe atau lilitan benang/janur,
memecahkan periuk dan gayung, minum jamu sorongan, dan nyolong endhog, pada
hakekatnya ialah upacara peralihan yang dipercaya sebagai sarana untuk
menghilangkan petaka, yaitu semacam inisiasi yang menunjukkan bahwa upacara-
upacara itu merupakan penghayatan unsur-unsur kepercayaan lama. Selain itu,
terdapat suatu aspek solidaritas primordial terutama adalah adat istiadat yang secara
turun temurun dilestarikan oleh kelompok sosialnya. Mengabaikan adat istiadat akan
mengakibatkan celaan dan nama buruk bagi keluarga yang bersangkutan di mata
kelompok sosial masyarakatnya.

Secara teknis, penyelenggaraan upacara ini dilaksanakan oleh dukun atau anggota
keluarga yang dianggap sebagai yang tertua. Kehadiran dukun ini lebih bersifat
seremonial, dalam arti mempersiapkan dan melaksanakan upacara-upacara kehamilan.
Serangkaian upacara yang diselenggarakan pada upacara mitoni adalah:

1. Sungkeman

Upacara mitoni diawali dengan upacara sungkeman. Sungkeman dilakukan pertama-


tama oleh calon ibu kepada calon ayah (suaminya). Kemudian, calon ibu dan ayah,
melakukan sungkeman kepada kedua pasang orang tua mereka. Intinya adalah
memohon doa restu agar proses kehamilan dan kelahiran kelak berjalan dengan lancar
dan selamat.

2. Siraman

Siraman atau mandi merupakan simbol upacara sebagai pernyataan tanda


pembersihan diri, baik fisik maupun jiwa. Pembersihan secara simbolis ini bertujuan
membebaskan calon ibu dari dosa-dosa sehingga kalau kelak si calon ibu melahirkan
anak tidak mempunyai beban moral sehingga proses kelahirannya menjadi lancar.

Air siraman adalah air yang berasal dari 7 sumber, misalnya dari rumah orang tua
istri, rumah orang tua suami, tetangga atau saudara lainnya. Pada air siraman juga
terdapat bunga 7 rupa. Setelah acara selesai, bagi tamu yang belum mempunyai
keturunan bisa mengambil air siraman yang belum terpakai, untuk digunakan sebagai
air mandi (bisa dibawa pulang). Diharapkan setelah menggunakan air tersebut, tamu
tersebut bisa ‘ketularan’ memiliki keturunan juga.

3. Pecah Telur

Setelah siraman, calon ayah melakukan upacara pecah telur. 1 butir telur ayam
kampung yang sebelumnya ditempelkan ke dahi dan perut calon ibu, dan kemudian
dibanting ke lantai. Telur tersebut harus pecah, sebagai perlambang proses persalinan
nanti dapat berjalan dengan lancar tanpa aral melintang. Dari referensi yang saya
baca, ada juga yang dengan cara memasukkan telur tersebut ke dalam kain calon ibu.

4. Memutus Lawe/benang/janur

Berikutnya, masih di tempat siraman berlangsung, adalah upacara memutuskan


lawe/benang/janur. Lawe atau Janur diikatkan ke perut calon ibu, kemudian calon
ayah memutuskan lilitan tersebut. Maknanya juga agar proses persalinan berjalan
lancar dan tidak ada halangan

5. Brojolan

Yaitu memasukkan kelapa gading muda (kelapa cengkir) yang telah dilukis Kamajaya
dan Dewi Ratih. Calon ibu dipakaikan sarung (longgar saja). Bagian pinggir sarung,
agar tetap longgar, dipegang oleh kedua calon kakek, masing-masing di sebelah kiri
dan kanan. Kemudian sang calon ayah memasukkan satu kelapa cengkir tersebut dari
atas, dan siap diterima oleh salah satu calon nenek (misalnya diawali oleh calon nenek
dari pihak calon ibu). Hal ini dilakukan 3 kali berturut-turut. Setelah itu, diikuti
dengan proses yang sama dengan kelapa cengkir kedua, dan diterima oleh calon
nenek lainnya (calon nenek dari pihak calon ayah).
Calon nenek menerima kelapa tersebut sambil membawa selendang, dan merek
kemudian menggendong kelapa tersebut (seperti menggendong bayi) dan
membawanya ke kamar tidur. Kelapa tersebut kemudian ditidurkan di atas tempat
tidur, seperti menidurkan bayi. Makna simbolis dari upacara ini adalah agar kelak
bayi lahir dengan mudah tanpa kesulitan.

6. Pecah Kelapa

Selanjutnya, calon ayah mengambil salah satu kelapa tersebut. Mengambilnya dengan
dengan mata tertutup, sehingga ia tidak tahu kelapa yang melambangkan perempuan
atau laki-laki yang diambil. Kelapa diambil dan ditempatkan di area siraman, untuk
kemudian dipecahkan. Hal ini melambangkan perkiraan jenis kelamin calon bayi
tersebut.

7. Ganti Busana

Setelah calon ibu dikeringkan dan ganti dengan pakaian kering, dilakukan acara
selanjutnya, yaitu upacara ganti busana. Akan terdapat 7 kali ganti pakaian, yang
berupa ganti kain dan kebaya. Kain dalam tujuh motif melambangkan kebaikan yang
diharapkan bagi ibu yang mengandung tujuh bulan dan bagi si anak kelak kalau sudah
lahir. Kain yang digunakan terdapat 7 macam, dimulai dengan urutan dan makna
sebagai berikut:
1. sidomukti (melambangkan kebahagiaan)

2. sidoluhur (melambangkan kemuliaan)


3. parangkusuma (melambangkan perjuangan untuk tetap hidup),
4. semen rama (melambangkan agar cinta kedua orangtua yang sebentar lagi
menjadi bapak-ibu tetap bertahan selama-lamanya/tidak terceraikan),
5. udan riris (melambangkan harapan agar kehadiran dalam masyarakat anak
yang akan lahir selalu menyenangkan),
6. cakar ayam (melambangkan agar anak yang akan lahir kelak dapat
mandiri dalam memenuhi kebutuhan hidupnya).
6. Kain terakhir yang tercocok adalah kain dari bahan lurik bermotif lasem
(melambangkan kain yang walaupun sederhana tapi pembuatannya sulit,
membutuhkan kesabaran karena dibuatnya dari lembar per lembar benang.
Melambangkan kesederhanaan cinta kasih orang tua kepada anaknya).

Pemakaian kain dibantu oleh kedua calon nenek dan ditanggapi oleh keluarga atau
tamu yang hadir (pada 6 kain dan kebaya pertama) dengan “kurang cocok…” serta
pada kain terakhir (yang ke-7) dengan tanggapan “cocok”…
Kain-kain yang dipakaikan tadi, setelah diganti dengan kain berikutnya, diletakkan di
bawah kaki calon ibu, sehingga lama kelamaan menumpuk dan melingkari kaki calon
ibu. Setelah selesai dengan pakaian ke-7, calon ayah membantu mendudukkan calon
ibu di atas tumpukan kain tersebut, sehingga tampak seperti ‘ayam mengerami
telurnya’, yang melambangkan sang calon ibu menjaga dan memelihara calon bayi
dalam kandungannya.

8. Jualan Cendol & Rujak

Selanjutnya adalah upacara jualan rujak dan cendol (dawet) oleh sang calon ayah dan
calon ibu. Calon ayah membawa payung untuk memayungi calon ibu saat berjualan,
sementara calon ibu membawa wadah untuk menampung uang hasil jualan tersebut.
Uang yang digunakan adalah uang koin yang terbuat dari tanah liat (kreweng). Sang
calon ayah menerima uang tersebut dari pembeli untuk dimasukkan dalam wadah
tersebut dan sang calon ibu melayani para pembeli.

Rujak yang merupakan rujak serut tersebut juga dibuat dari 7 macam buah-buahan.
Calon ibu yang meracik sendiri bumbu rujaknya, melambangkan apabila rasanya
kurang enak, anaknya adalah lelaki, dan sebaliknya.

9. Potong Tumpeng

Acara diakhiri dengan upacara potong tumpeng. Tumpeng yang juga merupakan
sesajen dalam upacara mitoni ini. Tumpeng isinya berupa tumpeng terbuat dari nasi,
satu tumpeng besar di tengah-tengah dan 6 tumpeng kecil di sekelilingnya, sehingga
totalnya berjumlah 7 buah tumpeng. Sajen tumpeng juga bermakna sebagai pemujaan
pada arwah leluhur yang sudah tiada.

Tumpeng dilengkapi minimal dengan: ikan, ayam (termasuk ayam goreng yang
dipotong dari ayam hidup (ayam yang dibeli dalam keadaan hidup)), perkedel, tahu
dan tempe serta sayur gudangan (urap) yang bermakna agar calon bayi selalu dalam
keadaan segar. Urap tersebut juga dibuat tanpa cabe (tidak pedas). Potong tumpeng
dilakukan oleh calon ayah dan diterima oleh calon ibu. Lalu keduanya melakukan
upacara suap-suapan.

Selain itu, juga terdapat bubur 7 rupa. Bubur merah dan bubur putih dibuat dalam 2
wadah, yang satu bubur merah dan diberi sedikit bubur putih di tengahnya, dan
sebaliknya (melambangkan benih pria dan wanita yang bersatu dalam wujud bayi
yang akan lahir). Pada upacara mitoni ini, bubur 7 rupa dilengkapi dengan bubur
candil, bubur sum-sum, bubur ketan hitam, dan lain sebagainya.
Makna Terdalam Upacara Mitoni

Kehamilan dipercaya merupakan fase di mana calon jabang bayi sudah mulai
berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya melalui perantaraan sang ibu. Hubungan
psikis antara ibu dan anak pun sudah mulai terjalin erat mulai dari fase ini. Bagi
masyarakat Jawa, kehamilan adalah bagian dari siklus hidup seorang manusia. Oleh
karena itu keberadaan si calon jabang bayi selalu dirayakan oleh masyarakat Jawa
dengan ritual yang bernama mitoni.

Mitoni sendiri berasal dari kata pitu atau tujuh. Hal itu karena mitoni diadakan ketika
usia kandungan masuk tujuh bulan. Ritual ini bertujuan agar calon bayi dan ibu selalu
mendapatkan keselamatan. Ada beberapa rangkaian upacara yang dilakukan dalam
mitoni, yaitu siraman sebagai simbol, memasukkan telor ayam kampung ke dalam
kain calon ibu oleh sang suami, ganti busana, memasukkan kelapa gading muda,
memutus lawe/lilitan benang/janur, memecahkan periuk dan gayung, minum jamu
sorongan, dan nyolong endhog (mencuri telur). Rangkaian upacara itu dipercaya
sebagai prosesi pengusiran marabahaya dan petaka dari ibu dan calon bayinya.

Ritual mitoni sarat dengan simbolisasi. Upacara siraman, misalnya, adalah simbol
pembersihan atas segala kejahatan dari bapak dan ibu si calon bayi. Sedangkan
memasukkan telur ayam kampung ke dalam kain calon ibu adalah perwujudan dari
harapan agar bayi bisa dilahirkan tanpa hambatan yang berarti. Memasukkan kelapa
gading muda ke dalam sarung dari perut atas calon ibu ke bawah adalah simbolisasi
agar tidak ada aral melintang yang menghalangi kelahiran si bayi.

Setelah itu calon ibu akan berganti pakaian dengan kain 7 motif. Para tamu diminta
untuk memilih kain yang paling cocok dengan calon ibu. Sedangkan pemutusan
lawe/lilitan benang atau janur yang dilakukan setelah pergantian kain masih bermakna
agar kelahiran berjalan dengan lancar. Lilitan itu harus diputus oleh suami.
Pemecahan gayung atau periuk mengandung makna agar saat nanti sang ibu
mengandung lagi, diharapkan kehamilannya berjalan dengan lancar.

Sedangkan upacara minum jamu sorongan (dorongan) berarti bayi bisa lahir dengan
cepat dan lancar seperti disurung (didorong). Dan yang terakhir, mencuri endhog atau
telur, merupakan perwujudan atas keinginan calon bapak agar proses kelahiran
berjalan dengan cepat, secepat maling yang mencuri. Untuk melakukan mitoni, harus
dipilih hari yang benar-benar bagus dan membawa berkah. Orang Jawa memiliki
perhitungan khusus dalam menentukan hari baik dan hari yang dianggap kurang baik.
Selain itu, biasanya mitoni digelar pada siang atau sore hari. Hari yang dianggap baik
adalah Senin siang sampai malam serta Jumat siang sampai Jumat malam.
Mitoni tidak bisa dilakukan pada sembarang tempat. Dulu mitoni biasa dilakukan di
pasren atau tempat bagi para petani untuk memuja Dewi Sri, Dewi Kemakmuran bagi
para petani. Namun mengingat dewasa ini sangat jarang ditemui pasren, maka mitoni
dilakukan di ruang tengah atau ruang keluarga selama ruangan itu cukup besar untuk
menampung banyak tamu. Anggota keluarga yang tertua seringkali dipercaya untuk
memimpin pelaksanaan mitoni.

Setelah melakukan serangkaian upacara, para tamu yang hadir diajak untuk


memanjatkan doa bersama-sama demi keselamatan ibu dan calon bayinya. Tak lupa
setelah itu mereka akan diberi berkat untuk dibawa pulang. Berkat itu biasanya berisi
nasi lengkap beserta lauk pauknya.

Lambang atau makna yang terkandung dalam unsur upacara mitoni

Upacara-upacara mitoni, yaitu upacara yang diselenggarakan ketika kandungan dalam


usia tujuh bulan, memiliki simbol-simbol atau makna atau lambang yang dapat
ditafsirkan sebagai berikut:

1. Sajen tumpeng, maknanya adalah pemujaan (memule) pada arwah leluhur


yang sudah tiada. Para leluhur setelah tiada bertempat tinggal di tempat
yang tinggi, di gunung-gunung.
2. Sajen jenang abang, jenang putih, melambangkan benih pria dan wanita
yang bersatu dalam wujud bayi yang akan lahir.
3. Sajen berupa sega gudangan, mengandung makna agar calon bayi selalu
dalam keadaan segar.
4. Cengkir gading (kelapa muda yang berwarna kuning), yang diberi gambar
Kamajaya dan Dewi Ratih, mempunyai makna agar kelak kalau bayi lahir
lelaki akan tampan dan mempunyai sifat luhur Kamajaya. Kalau bayi lahir
perempuan akan secantik dan mempunyai sifat-sifat seluhur Dewi Ratih.
5. Benang lawe atau daun kelapa muda yang disebut janur yang dipotong,
maknanya adalah mematahkan segala bencana yang menghadang
kelahiran bayi.
6. Kain dalam tujuh motif melambangkan kebaikan yang diharapkan bagi ibu
yang mengandung tujuh bulan dan bagi si anak kelak kalau sudah lahir.
7. Sajen dhawet mempunyai makna agar kelak bayiyang sedang dikandung
mudah kelahirannya.

Sajen berupa telur yang nantinya dipecah mengandung makna berupa ramalan,
bahwa kalau telur pecah maka bayi yang lahir perempuan, bila telur tidak
pecah maka bayi yang lahir nantinya adalah laki-laki.
1) Bayi pertama biasanya lahir terlambat

Betul bahwa hanya 4% bayi lahir sesuai dengan perkiraan, dan banyak anak pertama
yang lahir lebih kemudian dibanding perkiraan, namun banyak dari mereka juga lahir
lebih awal.
Ketika ilmuwan komputer Allen Downey dari Olin College of Engineering di AS
melihat lebih detail pada data dari sebuah survei yang dilakukan pada 2002 oleh Pusat
Kontrol Penanggulangan dan Pencegahan Penyakit AS, dia menemukan bahwa bayi
pertama lebih mungkin lahir tidak sesuai perkiraan, dibandingkan dengan anak
berikutnya.

Analisanya menunjukkan, dibandingkan adik-adik mereka kemudian, para bayi


sulung lebih mungkin dilahirkan lebih lambat dari perkiraan, namun bisa juga lebih
awal.

Dia menemukan bahwa bayi pertama rata-rata lahir lebih terlambat dibandingkan
dengan bayi-bayi lainnya, tetapi hanya lebih lambat 16 jam, atau sedikit lebih lambat
lagi jika dibandingkan dengan bayi-bayi yang lahir pada waktunya. Tetapi karena
yang dikaji adalah semua bayi, saya pikir lebih adil untuk menyertakan bayi prematur
juga.
 Alasan sebenarnya proses melahirkan begitu menyakitkan dan berbahaya
 Bayi lahir dengan jantung di luar tubuh, dokter sukses memasukkannya
lewat operasi
 Seorang ibu melahirkan bayi dengan indung telur sebelum menstruasi

Enam belas jam tidaklah lama, jadi asumsi bahwa bayi pertama biasanya lahir lambat
beberapa hari atau bahkan seminggu tidaklah benar. Bisa saja terjadi, dan setiap orang
punya cerita lucu mengenai bayi yang diinduksi karena belum lahir juga meski sudah
lewat bebrapa pekan dari masa perkiraan.
Sejumlah orang percaya bahwa perkiraan waktu dapat diabaikan

Bagi bayi kedua dan ketiga, hari kelahiran juga tergantung pada rentang dan jarak
antara kehamilan. Para peneliti menemukan bahwa jika pembuahan terjadi pada satu
tahun setelah kelahiran bayi pertama, kehamilan kedua seringkali lebih pendek.

Sejumlah kalangan yakin waktu perkiraan kelahiran sebaiknya diabaikan. Sebaliknya,


perempuan dapat diberikan perkiraan waktu yang lebih kemudian, dan kepadanya
dikatakan bahwa mereka akan melahirkan bayinya sebelum tanggal itu. Itu berarti
bahwa 96% pasangan dapat terhindar dari tekanan dan kecemasan yang terjadi karena
bayi mereka lahir di hari yang berbeda dengan perkiraan mereka selama beberapa
bulan terakhir.

2) Makanan pedas dapat melancarkan kelahiran


Jika perkiraan tanggal kelahiran telah terlampaui dan tidak ada tanda-tanda akan
terjadi sesuatu, maka sekitar separuh perempuan hamil kemudian beralih kepada diri
mereka sendiri. Dalam sebuah survey di AS, lebih dari seperlima dari perempuan
yang berharap segera bersalin, menyantap kari pedas.

Teori ini  mungkin meningkatkan gerakan peristalsik - gelombang seperti kontraksi


otot yang membantu makanan melewati usus - yang mungkin memicu kontraksi di
dalam rahim.

Hal ini tak pernah diuji secara sistematis dan muncul desakan agar dilakukan uji coba
secara acak yang terkontrol untuk mengetahui apa saja yang dapat dan tidak dapat
mendorong terjadinya persalinan.

Bahkan andai pun makanan pedas dapat memicu kontraksi dalam sejumlah
kehamilan, efektivitasnya mungkin tergantung pada toleransi Anda terhadap makanan
pedas. Jika Anda memakannya setiap hari mungkin dampaknya berbeda pada usus
dan kemudian pada rahim.

3) Air ketuban pecah secara dramatis

Dalam film-film, perempuan yang hamil tua secara tiba-tiba tampak mengalami
kejadian secara tiba-tiba, tanpa tanda-tanda awal, dan cairan ketuban tiba-tiba
menyembur ketika kostraksi terjadi dan mereka memegang perut mereka, sebelum
dilarikan ke rumah sakit. Faktanya, tak selalu terjadi seperti itu.
 Perlukah mengoleskan cairan vagina pada bayi yang lahir 'caesar'?
 Bayi lahir di udara, Jet Airways berikan tiket gratis seumur hidup
 Dinyatakan meninggal, seorang bayi mendadak hidup saat hendak
dimakamkan

Kontraksi dapat dimulai sebelum ketuban pecah. Kadang-kadang ketuban tidak pecah
dan petugas medis harus melakukannya secara artifisial. Dan terkadang kantung
ketuban tidak pecah sama sekali dan bayi lahir masih terbungkus kantung yang di
kenal dengan"en caul". Konon Sigmund Freud merupakan salah satu dari bayi ini.

Sebuah penelitian skala besar menemukan bahwa tiga perempat perempuan yang
ketubannya pecah akan mengalami persalinan dalam waktu 24 jam.

Namun kebanyakan, jika ketuban pecah dan masa kelahiran sudah memasuki masa
prkiraan, maka persalinan dan kelahiran tak akan lama lagi, jika tidak sedang dalam
prosesnya.
Sebuah penelitian besar menemukan bahwa tiga perempat perempuan yang
mengalami pecah ketuban melahirkan dalam waktu 24 jam, mayoritas tanpa bantuan
induksi.

Mereka yang mengharapkan drama mungkin akan kecewa, karena meski ketuban
pecah merupakan sinyal pertama bahwa persalinan akan dimulai, cairan ketuban dapat
merembes secara perlahan, bukan menyembur deras

Kepercayaan tentang Persalinan

Kepercayaaan masyarakat tentang pantang dan anjuran pada saat persalinan tidak
sebanyak seperti pada saat hamil. Pantangan tentang makanan tidak ada, sedang
pantang perbuatan biasanya untuk pihak suami yaitu sama dengan pantangan waktu
hamil. Anjuran yang diyakini harus dilakukan adalah membuka semua yang
tersumbat atau tertutup, misalnya membuka tutup tempayan mengosongkan peluru
dalam senapan, membuka bendungan air sawah. Tujuannya adalah agar persalinan
lancar, seperti yang disampaikan informan ketua adat: “...nda ada pantangan lain sama
jak waktu hamil..trus waktu mau melahirkan harus membuka semua yang tertutup
atau tersumbat macam tempayan trus peluru dalam senapang juga harus
dikeluarkan..”

Praktek Bidan Kampung Praktek yang dilakukan oleh bidan kampung selama
kehamilan adalah melakukan pengangkatan peranakan (kandungan) untuk
membetulkan letak janin dan pengurutan untuk membuat tubuh ibu merasa enak. Hal
tersebut biasanya dilakukan tiga kali selama masa kehamilan. Seperti yang dikatakan
informan berikut: “...iya biasa kalau mereka periksa ke emak minta diurut juga emak
angkat peranakannya biar letak bayinya benar....biasa tiga kali selama kehamilan”
Praktek yang dilakukan oleh bidan kampung selama proses persalinan meliputi;
pemeriksaan presentasi (letak) janin dengan memasukan tangan ke dalam vagina;
pertolongan mengeluarkan janin dengan mendorong perut ibu atau nyurung,
pemotongan dan perawatan tali pusat, membantu mengeluarkan tembuni dengan
tangan (manual placenta). Bidan kampung memastikan letak terendah janin dengan
pemeriksaan dalam (vaginal touche). Pada saat pemeriksaan dalam, tangan dukun
tidak menggunakan sarung tangan kare dan suci hama (strerilisasi). Tangan hanya
dicuci dengan air yang dicampur daun sirsak, seperti dinyatakan oleh informan bidan
kampung sebagai berikut: “....biasanya emak kalau ingin tahu kepala atau pantat yang
dibawah, caranya emak memasukkan tangan emak kedalam barang perempuan
(vagina) tu...untuk mencuci tangan emak memakai air ditambah dengan daun sirsak”
Praktek pertolongan persalinan tersebut dikonfirmasikan melalui observasi peneliti
pada observasi praktik pertolongan persalinan oleh bidan kampung. Dari hasil
observasi, pertolongan persalinan dilakukan oleh tiga orang bidan kampung. Bidan
kampung pertama bertugas sebagai bidan utama yang mendorong bayi, memotong
dan merawat tali pusat; bidan kampung kedua bertugas menerima bayi; bidan
kampung ketiga bertugas menenangkan dan memegang ibu. Bidan kampung utama
mendorong perut ibu (nyurung) tanpa melihat kelengkapan pembukaan kandungan.
Tali pusat dipotong dengan menggunakan sembil (bambu) diatas balok kayu setelah
tembuni lahir. Pemotongan harus dilakukan di atas mata tali pusat agar tidak terjadi
perdarahan. Setelah pemotongan, tidak dilakukan pengikatan. Ujung tali pusat
dibubuhi kopi dan dimanterai oleh bidan kampung utama. Pada pangkal tali pusat
juga diberi ramuan yang terdiri dari jelaga, daun nangka kering dan air ludah bidan
kampung yang makan sirih, dengan tujuan agar tali pusat cepat lepas. Hasil
wawancara mendalam dengan bidan kampung diketahui bahwa jika setelah 15 menit
placenta tidak lahir, bidan kampung akan mengeluarkan placenta dengan tangan yang
tidak menggunakan sarung tangan. Tembuni yang sudah keluar dibersihkan, diberi
garam dan disimpan dalam keranjang bambu, kemudianditenggelamkan di sungai atau
digantung di pohon kayu yang tinggi, seperti pernyataan berikut: “... kalau emak
tunggu 15 menit nda keluar, emak masukkan tangan kedalam barang perempuan tu
dengan mengikuti tali pusat, dah itu baru tembuninya emak tarik....tembuninya
dikerjakan dikasih garam terus digantung dipohon tinggi atau di tenggelamkan di
sungai..” Dari observasi diketahui bahwa bayi yang baru lahir segera dimandikan
dengan air di dalam ember. Setelah itu, bayi dibungkus dengan kain dan diserahkan
kepada ibunya. Perut ibu diberi bedak yang terbuat dari kunyit dan liak yang
ditumbuk agar ibu merasa hangat. Kemudian perut ibu dililit dengan kain setagen agar
peranakan ibu cepat kembali normal. Setelah itu ibu diberi minum tuak dicampur air
rebusan jahe, agar darah kotor cepat keluar dan merangsang keluarnya ASI (Air Susu
Ibu). Hal tersebut juga diperkuat oleh pernyataan informan DKT ibu usia subur. “..
kalau habis melahirkan dikasih minum air liak dicampur tuak...biar badan
panas..darah kotor cepat keluar” “...iya biar badan panas dan air susu cepat keluar”
Pada saat nifas praktek budaya yang dilakukan hanya melakukan pengurutan pada
ibu.

Mitos Tentang Melahirkan di Air

Melahirkan di air jadi pilihan menarik untuk ibu hamil karena dianggap
meminimalisir risiko stres pada ibu dan bayi. Tapi tetap saja, masih banyak mitos
keliru tentang melahirkan di air. Berikut ini ada beberapa mitos tentang melahirkan di
air yang harus Ibu tahu:

 Ibu tidak bisa melahirkan di air pada usia tertentu

Bila Anda benar-benar sehat dan bayi juga dalam kondisi baik-baik saja, tak
masalah kok untuk memilih melahirkan di air. Mungkin Ibu pernah
mendengar kalau wanita lebih dari usia 35 tahun tidak dianjurkan melahirkan
di air, tapi sebenarnya tidak ada aturan standar tentang melahirkan di air, dan
ini tidak benar.
Melahirkan dalam air tidak didasarkan oleh umur semata. namun, bila bayi
sungsang, Anda terdiagnosa pendarahan berat, hamil kembar, Anda harus
berdiskusi dengan dokter apakah Anda bisa melahirkan di air atau tidak.

 Ibu dan bayi rentan terkena infeksi bila persalinan dilakukan di dalam
air

Ini salah satu mitos paling umum tentang melahirkan di air. Banyak orang
cemas jika ibu mengeluarkan feses di air, itu bisa menyebabkan infeksi pada
janin. Sekitar 40 sampai 50 persen ibu hamil memang akan mengeluarkan
feses ketika bayi dilahirkan. Namun, kasus Infeksi saat melahirkan di air
kurang dari 0,01 persen. Beberapa ahli berpendapat kalau air menjadi
penghalang infeksi dan melarutkan bakteri, sehingga infeksi bisa dicegah.

 Bayi akan tenggelam bila lahir di air

Bayi menerima semua oksigen dari sirkulasi plasenta. Plasenta bertindak


sebagai sistem penyaringan dan sistem pernafasan untuk bayi di rahim. Ketika
bayi keluar dari rahim ke dalam air, sistem yang sama masih bekerja. Bayi
baru lahir yang dilahirkan dengan metode waterbirth akan menerima signal
untuk berganti dari sirkulasi fetal ke sirkulasi bayi baru lahir. Ini menyebabkan
si kecil memompa darah ke paru-paru untuk pertama kalinya.

 Semua suhu air sama saja selama melahirkan di air

Bila Anda kepanasan, bayi juga akan merasa panas dan ini bisa memicu stres
pada janin. Itu sebabnya suhu air untuk waterbirth maksimal 37 derajat dan
Anda harus tetap terhidrasi sepanjang persalinan. Bila ingin suhu air lebih
dingin tidak masalah, tapi jangan lebih panas dari suhu ini. Pastikan ada
termometer di air dan pastikan suhu Anda dan suhu air diperiksa setiap
setengah jam.

Ketika melahirkan di air, bayi akan segera muncul ke permukaan dengan kepala lebih
dulu. Dengan begitu bayi dapat mulai bernafas segera setelah lahir. Kadang ketika
bayi bergerak ke permukaan air terlalu cepat, tali pusarnya akan tertarik. Tapi ini
terjadi kurang dari 1 dibanding 200 kelahiran dengan water birth.

Lagi pula ini bukan kondisi yang akan mengancam keselamatan selama Ibu
didampingi oleh bidan yang terlatih dan sudah waspada pada risiko ini. Bidan dan ibu
disarankan untuk tidak menarik tali pusar ketika bayi diangkat dari air. Ini untuk
berjaga-jaga bila tali pusar lebih pendek dari ukuran normal.

Selain pada ibu, melahirkan di air juga memberi manfaat baik pada bayi. proses
transisi bayi dari rahim ke dunia luar menjadi kurang traumatik bila ia dilahirkan di
dalam air. Bagi bayi air hangat di kolam akan terasa seperti air ketuban di rahim ibu.
Bayi yang lahir di air menjadi lebih tenang dan tidak banyak menangis, dibanding
bayi yang lahir di atas tempat tidur.

Anda mungkin cemas bayi akan menghirup air ketika pertama kali ia bernafas, tapi
bayi yang sehat biasanya tidak langsung mengambil nafas begitu dilahirkan kok.
Proses bernafas untuk pertama kalinya terjadi saat saraf di wajah, mulut, dan hidung
bayi terstimulasi oleh udara dan perubahan suhu. Bayi yang lahir di air terlindungi
oleh refleks menyelam. Si kecil akan punya insting untukmenutup saluran
pernapasannya, sehingga ia tidak bernafas di dalam air

Bidan juga akan memonitor bayi selama persalinan di dalam air untuk memastikan ia
mendapat cukup oksigen. Para ahli meyakini bayi hanya berisiko menghirup air bila:

 Kepala diangkat ke permukaan sebelum sisa tubuh lain lahir.


 Persediaan oksigen pada plasenta terganggu.

Kondisi yang Mengharuskan Ibu Keluar dari Air Saat Water Birth

Kontraksi kurang terasa sakit ketika Anda berada di dalam kolam berisi air. Tapi bila
Anda menginginkan pereda sakit saat persalinan, seperti epidural, Anda harus keluar
dari air. Anda juga harus keluar dari air bila persalinan mengalami komplikasi. Bidan
juga akan meminta Ibu keluar dari air bila:

 Mulai terjadi pendarahan selama persalinan.


 Tekanan darah naik.
 Detak jantung bayi menunjukkan ada masalah.
 Persalinan berlangsung sangat lambat. Bidan akan meminta Anda keluar dari
air dan bergerak sebentar hingga kontraksi terjadi lagi.
 Ada mekonium (feses pertama bayi) pada air ketuban. Bila Anda di persalinan
tahap kedua dan muncul mekonium, Anda bisa tetap berada di dalam air.
Bidan akan memeriksa berapa banyak mekonium di ketuban dan memonitor
detak jantung bayi.
 Anda merasa kelelahan atau tidak sadarkan diri.

Kebanyakan water birth berlangsung lancar, tapi bila terjadi kondisi darurat, butuh
waktu bagi Anda untuk keluar dari air. Meski begitu, bidan yang terlatih biasanya bisa
mengatasi kondisi ini. Ia bisa dengan cepat mengeluarkan Anda  dan memberi
bantuan yang dibutuhkan.

Siapa yang Tidak Boleh Melahirkan di Air?

Banyak ibu hamil yang menjalani pesalinan di dalam air  merasa mengalami
pengalaman yang positif. Meski begitu, ada beberapa kondisi pada ibu hamil yang
disarankan untuk tidak melahirkan di air, seperti:
 Ibu hamil mengidap Herpes. Herpes mudah menyebar di air, jadi Anda perlu
membicarakan risikonya dengan dokter.
 Posisi bayi sungsang. Meski melahirkan dengan water birth pernah dilakukan
dengan bokong atau kaki lebih dulu, Anda perlu membahas risikonya bersama
dokter.
 Bila Anda didiagnosa mengalami pendarahan yang  banyak atau infeksi
maternal.
 Anda mengandung bayi kembar.
 Persalinan sebelum waktu perkiraan melahirkan (persalinan prematur).
Melahirkan dengan metode water birth tidak dianjurkan pada dua minggu atau
lebih sebelum tanggal perkiraan lahir.
 Bila ada mekonium dalam jumlah banyak dalam air ketuban. Mekonium
tingkat ringan hingga menengah masih wajar. Karena mekonium mengambang
di permukaan kolam, dokter bisa memonitor dan segera membersihkannya
atau membantu Anda keluar dari kolam. Mekonium akan mengenai wajah
bayi dan bahkan masuk ke hidung dan mulut ketika bayi masih di dalam air.
 Bila Anda mengalami toxemia atau preeklampsia, Anda perlu membicarakan
risiko ini dengan dokter.

Mempersiapkan Proses Melahirkan di Air

Untuk mempersiapkan water birth, hal pertama yang harus dilakukan adalah
memeriksakan diri ke dokter. Bila berencana melahirkan di rumah sakit, pastikan ada
kebijakan yang mengizinkan water birth. Kini semakin banyak jumlah rumah sakit
yang menyediakan fasilitas water birth lho.

1. Siapkan pikiran

Pastikan kembali motivasi dan harapan Anda. Tanyakan ke diri sendiri kenapa
Anda memutuskan melahirkan di air. Apakah ini keinginan sendiri atau orang
lain? Apakah Anda merasa percaya diri dan nyaman dengan hal ini?
Hilangkan pikiran kaku kalau Anda harus melahirkan dengan cara tertentu.
Jika karena kondisi darurat bayi tidak bisa lahir di air, siapkan alternatif lain
yang membuat ibu nyaman.

Kenali ketakutan Anda dan coba atasi dengan mengumpulkan banyak


informasi. Yang paling penting, percaya dan ikuti intuisi Anda. Selalu ingat
kalau tubuh ibu hamil tahu bagaimana cara untuk melahirkan bayi.

Beberapa ibu hamil merasa tidak nyaman ketika melahirkan dalam kondisi
telanjang. Karena mereka beranggapan masuk ke air berarti telanjang, mereka
jadi tidak merasa nyaman di air meskipun menginginkan melahirkan di air.
Sebenarnya ini tidak perlu jadi penghalang untuk melahirkan di air, karena ibu
bisa saja mengenakan kaos atau baju sebelum masuk ke air.
2. Makan dan minum

Minumlah untuk menghilangkan rasa haus selama proses persalinan. Minta


pasangan mengingatkan Anda untuk minum tiap beberapa jam untuk
menghindari dehidrasi, yang bisa menyebabkan kelelahan dan fungsi rahim
yang buruk. Makan dan minum selama persalinan terbukti menurunkan total
panjang persalinan hingga 90 menit. Makan makanan yang ringan dan mudah
dicerna, ya bu.

3. Bak mandi dan selang

Bak mandi atau kolam harus berukuran cukup besar agar Anda bisa duduk
dengan nyaman dan cukup dalam sehingga tinggi air bisa sampai ketiak agar
Anda bisa nyaman mengapung. Bersihkan bak mandi dengan pembersih non
abrasif dan gunakan larutan pemutih 10 persen lalu bilas sebelum digunakan.

Gunakan dua selang, dengan warna berbeda, satu untuk mengisi dan satu lagi
untuk membuang air. Air akan naik 1 sampai 2 inci saat tiap orang masuk ke
bak mandi. Isi bak mandi hingga 9 inci dari atas, lalu tambahkan air sesuai
kebutuhan, hati-hati jangan sampai tumpah meluber ke luar kolam, ya.

Coba hitung berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk mengisi bak mandi.
Bergantung berapa cepat kemajuan persalinan dan seberapa cepat bak terisi,
Anda bisa mulai mengisi bak ketika proses persalinan dimulai.

4. Air

Air yang digunakan harus bersih. Suhu air harus antara 35 sampai 38 derajat
Celsius, bergantung pada preferensi Ibu. Bila air terlalu dingin, Anda bisa
kehilangan panas tubuh dan menggigil selama persalinan. Sebaliknya, bila air
terlalu panas, Anda bisa merasa kepanasan dan cepat lelah.

5. Ruangan

Lantai harus cukup kuat untuk menahan berat bak ketika terisi. Ruangan harus
cukup luas untuk bidan menyiapkan peralatannya.

Kapan Masuk ke Air?

Jangan langsung masuk ke air di awal kontraksi. Sebaiknya tunggu hingga kontraksi
terasa cukup kuat. Beberapa ahli merekomendasikan untuk menunggu hingga Ibu
hamil mengalami pembukaan 5.

Bila proses persalinan melambat ketika Anda berada di luar air, cobalah masuk ke
air karena ini bisa menstimulasi persalinan. Bila perlahan Ibu merasa mengalami
kemajuan proses persalinan saat berada di air, keluarlah dari kolam dan aktiflah
bergerak untuk menstimulasi persalinan. Sering kali perubahan lingkungan membuat
prosespersalinan dapat berjalan lagi.

Gunakan jaring untuk segera mengangkat lendir, darah beku, kotoran, atau muntah
dari air. Tapi jangan buang energi melakukan ini, mintalah suami atau orang lian
untuk melakukannya.

Anda bisa bereksperimen dengan berbagai posisi berbeda ketika berada di air. Coba
berlutut, berjongkok, duduk, atau berbaring. Beberapa wanita ingin pasangan juga
masuk ke air, sebagian lagi memilih sendirian di dalam air.

Plasenta Bayi Saat di Dalam Air

Bayi akan mulai bernafas setelah wajahnya muncul dari air dan kulit, serta saat tali
pusar terpapar dengan udara yang lebih dingin. Sebelum hal ini terjadi, bayi akan
menerima oksigen melalui tali pusar, seperti selama ia berada di dalam rahim.

Beberapa ibu ingin tetap berada di air setelah melahirkan dan menjalin kedekatan
dengan bayi. Karenanya, mereka memilih plasenta tetap berada di air. Namun, ini
perlu didiskusikan dengan bidan terlebih dulu karena beberapa orang tidak nyaman
dengan hal ini. Ibu juga harus ingat, bila plasenta sulit keluar, Anda perlu keluar dari
air.

Infeksi dari Air

Jangan khawatir Bu, tidak pernah ditemukan insiden infeksi saat melahirkan di air. Ini
karena persalinan dan kelahiran adalah tindakan yang bergerak ke bawah dan keluar,
bukan ke atas dan ke dalam. Konsentrasi bakteri di dalam dan sekitar vagina
sebenarnya larut kok oleh air.

Anda mungkin juga menyukai