Anda di halaman 1dari 2

Artikel

Tradisi Tujuh Bulan Kandungan/ Tingkeban

Desa Tunahan Kecamatan Keling Kabupaten Jepara Jawa Tengah

Selasa, 6 Oktober 2020

Oleh: Eka Ratana Candra (201901011)

Tingkeban atau tujuh bulan kandungan merupakan tradisi selametan yang


dilakukan pada kehamilan tujuh bulan. Namun biasanya tingkeban hanya dilakukan bila
anak yang dikandung merupakan anak pertama bagi si ibu. Asal mula tradisi tingkeban
ini pada saat zaman kerajaan Kediri masa pemerintahan jayabaya, dalam ritual ini ibu
hamil dimandikan dengan air kembang setaman menggunakan wadah air berupa
gentong dari tanah dan gayung batok kelapa. Tujuan dilakukan tingkeban supaya bayi
yang akan dilahirkan tetap diberi keselamatan. Tata upacara pelaksanaan tingkeban ini
yang pertama adalah siraman yaitu bertujuan untuk meminta doa restu supaya diberi
keselamatan ibu dan bayinya, siraman ini dilakukan oleh para sesepuh sebanyak tujuh
termasuk ayah dan ibu wanita hamil serta suami dari calon ibu.

Setelah siraman selesai dilanjutkan dengan upacara memasukan telur ayam dan
cengkir gading, calon ayah memasukan telur ayam mentah kedalam kain yang
dikenakan calon ibu melalui perut sampai pecah kemudian menyusul kedua cengkir
gading di teroboskan dari atas ke dalam kain hal ini dilakukan sebagai simbol semoga
bayi yang lahir dengan mudah tanpa halangan suatu apapun. Kemudian selanjutnya
upacara ganti pakaian, calon ibu mengenakan kain putih sebagai dasar pertama, kain
tersebut melambangkan bahwa bayi yang akan dilahirkan adalah suci. Setelah ganti
busana calon ibu duduk diatas tumpukan baju dan kain yang habis digunakan tadi, hal
ini memiliki simbol yang berarti bahwa calon ibu akan selalu menjaga kehamilan dan
anak yang dikandungnya dengan hati-hati dan kasih sayang kemudian calon ayah
menyuapi ibu dengan nasi tumpeng, bubur merah putih sebagai simbol kasih sayang
seorang suami. Selanjutnya upacara mecah kelapa tujuan mecah kelapa ini untuk
menentukan jenis kelamin laki-laki atau perempuan yang akan lahir. Setelah itu
dilanjutkan dodol rujak, upacara ini para tamu yang hadir membelinya dengan
menggunakan kereweng sebagai mata uang yang mempunyai makna agar anak kelak
mendapatkan banyak rejeki dan dapat menghidupi keluarganya.

Dalam tradisi buddhis upacara tujuh bulan kandungan (Tingkeban) merupakan


upacara yang wajib dilakukan oleh umat Buddha khususnya warga Desa Tunahan
Kecamatan Keling Kabupaten Jepara Jawa Tengah. Menurut masyarakat Desa Tunahan
upacara tingkeban tidak jauh berbeda dengan orang punya gawe dan prosesnya juga
dilakukan dengan sakral yang melibatkan sanak saudara. Dalam peringatan acara tujuh
bulan kandungan ini keluarga menyiapkan Nasi tumpeng yaitu sebagai syarat untuk
tingkeban, dan biasanya keluarga akan mengundang Romo/ Pandita dan umat-umat dari
vihara untuk melakukan doa puja bersama atau upacara tujuh bulan kandungan. Pada
saat upacara tujuh bulan kandungan akan dimulai tuan rumah melakukan penyalaan lilin
dan dupa yang ada dialtar dilanjutkan dengan bernamaskara. Kemudian dilanjutkan
dengan pembacaan doa paritta suci yang akan di pimpin oleh romo/ pandita dalam acara
tujuh bulan kandungan agama Buddha. Dalam acara tujuh bulan (tingkeban) paritta
yang akan dibacakan adalah Pubbabhaganamakara/ vandana, Tisarana, Buddhanussati,
Dhammanussati, Sanghanussati, Saccakiriya Gatha, Abhaya Paritta, Sumangala Gatha
II (dan dilanjutkan dengan pemercikan air pemberkahan oleh romo pandita). Setelah
acara selesai tuan rumah memberikan hidangan makanan dan minuman kepada umat
vihara-vihara sebagai rasa terima kasih dalam membacakan doa untuk calon bayi
supaya diberikan keselamatan agar bayi dan ibunya tetap sehat.

Anda mungkin juga menyukai