Anda di halaman 1dari 8

KEBUDAYAAN ORANGACEH TERHADAP IBU HAMIL

DAN POST PARTUM

Disusunoleh :

Annisa Marini (1811002)


Elisa Oktaviana (1811006)
Shinta Maudy Herista (1811019)
Yudhaty Andra Nugraheni (1811020)

Program Studi S1 PendidikanNers


STIKes Patria HusadaBlitar
2019
Adat Aceh Apabila Istri Dalam Keadaan Hamil

A. MASA HAMIL
Berikut tradisi yang dilakukan masyarakat Aceh terhadap ibu hamil menurut
masanya:
1. Masa kehamilan 0-3 bulan
Pada bulan ketiga kehamilan, mertua bersama keluarga terdekat membawa
berbagai jenis buah-buahan.Buah-buahan tersebut diolah oleh keluarga menjadi lincah
(rujak).Kemudian disajikan kepada tamu dan dibagikan kepada tetangga sekitar.Bagi
ibu hamil dimaksudkan untuk menambah selera makan ibu hamil sehingga
kesehatannya lebih prima.
2. Masa kehamilan 4-7 bulan
Pada bulan kelima suami ditepung tawari (rah ulee) oleh ibu mertuanya.Ketan dan
kue-kue disediakan, kemudian dikirim ke rumah orang tua suami dan dibagikan kepada
keluarga terdekat.
Pada bulan keenam orangtua suami membawa nasi disertai lauk pauk dalam
jumlah terbatas (bu cue), secara diam-diam tanpa diberi tahu terlebih dahulu kepada
keluarga istri.
Pada bulan ketujuh terdapat dua acara yaitu peumanoe tujoh buleun.Pada saat ini
diadakan acara yang disebut dengan keumaweuh oleh keluarga istri. Keumaweuh adalah
membawa bu gateng yang melibatkan keluarga suami atau mertua dengan mengantar
nasi, lauk-pauk serta berbagai macam penganan seperti meusekat, wajek, dodoi, bhoi,
timphan, keukarah, makanan boh manok, sama loyang, peunajoh tho dan lain-lain
dalam jumlah yang besar. Kegiatan adat ini dilakukan untuk memperkuat silaturrahmi
dan ukhuwah islamiyah antar keluarga suami dan istri.Menumbuhkan semangat
kebersamaan dan kepekaan sosial di masyarakat. Dari sisi psikologis dapat memperkuat
rasa percaya diri dan meningkatkan nilai gizi ibu hamil.
3. Masa kehamilan 8-9 bulan
Membawa makanan yang disukai oleh ibu hamil.Pemeriksaan kesehatan secara
kontinyu dengan bidan di kampung.
4. Pantangan adat ibu hamil, diantaranya:
 Suami diharapkan tidak pulang larut malam.
 Wanita hamil pantang duduk di atas tangga rumah (bak ulee rinyeun).
 Wanita hamil pantang melihat gambar binatang yang menyeramkan, seperti: kera,
gambar kecelakaan dan gambar yang tidak islami.
 Ba bu atau mee bu
Hamil anak pertama, adat bagi mertua(maktuan) dari pihak suami mempersiapkan
untuk membawa atau mengantarkan nasi hamil kepada menantunya.Nasi yang diantar
biasanya dibungkus dengan daun pisang muda berbentuk pyramid.Terlebih dahulu daun
tersebut dilayur pada api yang merata ke semua penjuru daun, kalau tidak merata, mitos
dalam masyarakat Aceh kelak apabila anak telah lahir maka akan terdapat tompel pada
bahagian badannya. Di samping nasi juga terdapat lauk pauk daging dan buah-buahan
sebagai kawan nasi.Barang-barang ini dimasukkan ke dalam idang atau kateng
(wadah).Idang ini diantar kepada pihak menantu perempuan oleh pihak kawom atau
kerabat dan jiran (orang yang berdekatan tempat tinggal).
Upacara ba bu atau Meunieum berlangsung dua kali. Ba bu pertama disertai boh
kayee (buah-buahan), kira-kira usia kehamilan pada bulan keempat sampai bulan
kelima. Acara yang kedua berlangsung dari bulan ketujuh sampai dengan bulan
kedelapan.Ada juga di kalangan masyarakat acara ba bu hanya dilakukan satu kali saja.
Semua itu tergantung kepada kemampuan bagi yang melaksanakannya
 Bi bu bidan (memberi nasi untuk ibu bidan) masyarakat suku Aneuk Jamee
Kabupaten Aceh Selatan
Maksudnya seorang anak yang baru kawin dan hamilnya sudah 6 bulan sampai 7
bulan anak tersebut harus sudah dicarikan ibu bidan untuk membantu proses
kelahirannya.
 Upacara kenduri (kebiasaan masyarakat)
Ibu bidan akan dijemput oleh utusan keluarga ke rumah bidan lalu dibawa
kerumah yang melakukan hajatan. Acara serah terima, melewati beberapa persyaratan
antara lain :
1. Pihak keluarga yang melakukan hajatan mendatangi ibu bidan dengan membawa
tempat sirih (bate ranub) sebagai penghormatan kepada ibu bidan dan sebagai tanda
meulakee (permohonan).
2. Setelah ibu bidan hadir di rumah hajatan, maka keluarga yang melakukan
permohonan tersebut dengan acara adat menyerahkan anaknya yang hamil tersebut agar
diterima oleh bidan sebagai pasiennya.
3. Sebagai ikatan bagi bidan pihak keluarga menyerahkan seperangkap makanan yang
sudah dimasak, untuk dibawa pulang ke rumah bidan, lengkap dengan lauk pauknya
sesuai dengan kemampuan keluarga yang melakukan hajatan disertai juga dengan
menyerahkan selembar kain dan uang sekedarnya.
Acara puncak bi bu bidan adalah kenduri dengan didahului pembacaan tahlil dan
doa, acara tersebut biasanya dilakukan pada jam makan siang dan ada juga pada malam
hari setelah shalat Isya. Setelah upacara selesai maka ibu bidan diantar kembali ke
rumahnya, mulai saat itu anaknya yang hamil telah menjadi tanggungjawabnya ibu
bidan.
 Pada saat bayi telah lahir disambut dengan azan bagi anak laki-laki dan qamat bagi
anak perempuan.
 Teman bayi yang disebut adoi (ari-ari) dimasukkan ke dalam sebuah periuk yang
bersih dengan disertai aneka bunga dan harum-haruman untuk ditanam di sekitar rumah.
Selama satu minggu tempat yang ditanam ari-ari tersebut dibuat api unggun, hal ini
untuk menghindari terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan seperti : Adanya orang ilmu
hitam yang memanfaatkan benda tersebut, tangisan bayi diwaktu malam dan dari
serangan binatang pemangsa seperti anjing.
 Pada hari ke tujuh setelah bayi lahir, diadakan upacara cukuran rambut dan peucicap,
kadang-kadang bersamaan dengan pemberian nama. Acara peucicap dilakukan dengan
mengoles manisan pada bibir bayi disertai dengan ucapan :
“Bismillahirahmanirrahim, manislah lidahmu, panjanglah umurmu, mudah rezekimu,
taat dan beriman serta terpandang dalam kawom”.
 Upacara turun tanah
Dilakukan setelah bayi berumur satu sampai dua tahun.Pada saat upacara, bayi
digendong oleh seorang yang terpandang, baik perangai dan budi pekertinya.Orang
yang mengendong tersebut memakai pakaian yang bagus maka sewaktu bayi diturunkan
dari rumah, bayi dipayungi dengan sehelai kain yang dipegang pada setiap sudut kain
oleh empat orang.Di atas kain tersebut dibelah kelapa, dengan maksud agar bayi tidak
takut mendengar bunyi petir.Belahan kelapa dilempar kepada sanak famili dan wali
karongnya.Salah seorang keluarga bergegas-gegas menyapu tanah dan yang lainnya
menampi beras, ini dilakukan apabila bayinya perempuan. Namun apabila bayinya laki-
laki, maka yang harus dikerjakan adalah mencangkul tanah, mencincang batang pisang
atau tebu, memotong rumput, naik atas pohon seperti : pinang, kelapa, mangga, dll.
Pekerjaan ini dimaksudkan agar anak perempuan menjadi rajin dan bagi laki-laki
menjadi ksatria.Setelah semua selesai, selanjutnya bayi ditaktehkan (diajak berjalan) di
atas tanah dan akhirnya dibawa keliling rumah sampai bayi dibawa pulang kembali
dengan mengucapkan assalamualaikum waktu masuk ke dalam rumah.Namun untuk
saat sekarang ini masyarakat tidak mengikutinya lagi.

B. MASA POST PARTUM


 Pengobatan Tradisional Luar
Pengobatanyang dilakukan pada bagian luar tubuh manusia. Digolongkan menjadi
dua, yaitu :
1. Perapian untuk ibu nifas disebut dengan bedaring/bedapur oleh masyarakat setempat
yang artinya duduk di dekat api. Ibu nifas yang duduk membelakangi api sepanjang hari
dan malam selama 44 hari.

Jenis kayu bakar yang digunakan tidak boleh sembarangan. Ada empat jenis kayu
bakar yang dapat digunakan untuk bedaring, yaitu kayu temung, delime (jambu), geluni,
dan bengkuang (pandan duri). Apabila empat jenis kayu bakar tersebut diganti dengan
jenis kayu lain, menurut masyarakat setempat nantinya si ibu nifas atau anaknya akan
mengalami sakit.
2. Ramuan tradisional luar tersebut dapat digolongkan menjadi tiga jenis, yaitu :
 Bedak matah : Terbuat dari rempah-rempah seperti beras, kunyit, baing (Jahe),
bawang putih, bungle, lebe, lempuyang, awasacih, mungkur (jeruk purut), dan
minyak goreng. Semua bahan tersebut dipotong lalu digiling di atas piring
dengan menggunakan gelas kaca. Bedak matah digunakan oleh ibu nifas pada
hari pertama setelah melahirkan sampai hari ketiga. Bedak matah ini akan
dioleskan ke seluruh tubuh ibu nifas mulai dari ujung kaki sampai ke
wajah.bedak param, dantampal.
 Bedak param : Terbuat dari rempah-rempah seperti tepung beras, kunyit, baing
(jahe), lada pedih (merica), awasacih, bungle, lebe, mungkur (jeruk purut), dan
jiremanis. Bedak matah dibuat pada hari persalinan, sedangkan bedak param
dibuat pada masa hamil. Bedak matah berbentuk cair dan rempah-rempah tidak
tergiling halus, sedangkan bedak param berbentuk seperti kue kering yang dapat
dicairkan dengan air. Sejak hari ketiga pasca-melahirkan sampai 44 hari.
 Sejak hari pertama pascapersalinan sampai 44 hari yang disebut dengan tampal.
Tampal hanya dioleskan pada bagian tubuh tertentu seperti seliben (dahi)), tuyuh
kemiring (di bawah daun telinga), dan tuyuh mata gong (di bawah mata kaki).
Tampal juga terbuat dari rempah-rempah yang terdiri dari tepung beras atau
tepung ketan, kunyit, baing (jahe), mungkur (jeruk purut), bungle, dan jire item.
Pengobatan Tradisional Dalam
Pengobatan tradisional dalam adalah cara pengobatan yang dilakukan dengan cara
memasukkan suatu benda ke dalam tubuh. Cara memasukkan benda tersebut dengan
cara diminum, dimakan atau dengan cara memasukkan ke dalam bagian tubuh organ
reproduksi wanita (vagina).
 Pengobatan tradisional dalam dengan cara diminum atau dimakan dikenal dengan
istilah wak kuning oleh masyarakat Gayo. Wak dalam bahasa Gayo mempunyai arti
obat, sedangkan kuning berarti kunyit. Wak kuning adalah obat yang terbuat dari
kunyit. Namun, wak kuning tidak hanya terbuat dari kunyit, melainkan ada juga
rempah-rempah lain yang terdapat dalam wak kuning seperti baing (jahe), lempuyang,
tekur (kencur), kulit manis, gule ilang (gula merah), awasacih, lada perih (merica),
bunga lawang, jire manis, asam jawa, dan serai. Wak kuning ini diminum oleh ibu nifas
sebanyak tiga gelas atau lebih selama 44 hari.
Selain minum wak kuning, ada juga pengobatan tradisional dalam yang digunakan
dengan cara memasukkan ke dalam organ reproduksi wanita (vagina) yang disebut
dengan wak tuyuh atau wak kunul Wak merupakan bahasa Gayo Lues yang artinya
obat, sedangkan tuyuh artinya bawah. Jadi, wak tuyuh berarti ‘obat bawah’.Istilah ‘obat
bawah’ ini digunakan untuk menyebutkan vagina agar terdengar lebih sopan.Sementara
itu, kunul mempunyai arti duduk. Dengan kata lain, wak kunul berarti ‘obat duduk’.
Istilah ‘obat duduk’ ini digunakan karena setelah melahirkan ibu disarankan untuk
duduk dengan cara merapatkan kedua pahanya agar luka yang terdapat pada vagina
cepat sembuh.Wak kunul atau wak tuyuh ini terdapat dua jenis berdasarkan cara
menggunakannya, yaitu dengan cara dioleskan di bagian luar bibir vagina dan dengan
cara dimasukkan ke dalam organ tersebut. Wak Kunul atau wak tuyuh yang digunakan
dengan cara dioles ke bagian bibir vagina adalah kunyit yang dicampur dengan minyak
goreng.
Kusuk (urut/ pijat), pakai pilis, dan tapel
Ketidakpuasan dilakukan sejak hari pertama melahirkan dan dilanjutkan selang
hari berikutnya. Pernyataan para partisipan tentang perawatan pengurutan semua
partisipan mayoritas menggunakan parem setelah mandi. Pada seluruh bagian tubuh.
Parem ini di gunakan dengan cara di oleskan ke seluruh tubuh. Parem ini dapat
diperoleh dari pasar

Anda mungkin juga menyukai