Anda di halaman 1dari 6

Brokohan utawa barokahan iku salahsijining upacara adat Jawa kanggo nyambut

kelairan bayi. Upacara adat iki nduwe makna ungkapan syukur lan sukacita amarga
proses klairan iku slamet.
Brokohan iku asal tembunge saka basa Arab yaiku "barokah" sing maknane
ngarepake berkah. Tangga teparo ya iku mliginé para ibu ing saubengé diaturi
rawuh malah kerep tanpa diaturi rawuh padha nyambangi kulawarga sing lairan
saperlu ngucapaké rasa mèlu bungah, biyasané kanthi nggawa bingkisan arupa
wedhak, sabun, kopi, gula lan sapanunggalané. Sing tumindak minangka pangarsa
adicara Brokohan iki ya iku Dhukun Bayi [1]. Sesajèn upacara sing dibutuhaké ya
iku:

 Tumrap golongan bangsawan: dhawet, endhog mentah, jangan menir, sega


ambeng, sega karo lawuh, jeroan kebo, pecel karo lawuh ayam, kembang
setaman, klapa lan beras.
 golongan rakyat biyasa: sega ambengan sing dumadi saka sega jangan,
lawuh pèyèk, sambel gorèng, témpé, mihun, jangan menir lan pecel ayam.

Upacara nyenyuwun supaya bayi dadi bocah sing apik sing diwiwiti kanthi
mendhem ari-ari lan nyadiakaké sesajèn brokohan sing didum marang para
tangga[2]. Upacara brokohan tujuwané kanggo keslametan prosès kelairan uga
pangayoman kanggo bayi, kanthi pangarep-arep supaya bayi sing lair bisa dadi
bocah sing apik. Upacara diwiwiti saka mendhem ari-ari sing diterusaké andum
sesajèn brokohan kanggo sedulur lan para tangga.

Tradisi kelahiran dalam budaya Jawa salah satunya adalah tradisi Sepasaran.
Upacara Sepasaran ini ditujukan untuk memohon keselamatan bagi bayi.
Perlengkapan upacara yang dibutuhkan adalah sebagai berikut:
- Golongan bangsawan: bubur lima macam, jajan pasar, nasi tumpeng gudangan,
nasi golongan.
- Golongan rakyat biasa: sego tumpeng janganan, jenang abang putih, jenang
baro-baro dan jajan pasar.

Upacara Sepasaran dilakukan pada waktu bayi memasuki hari ke lima setelah
kelahiran. Sepasaran dilaksanakan setelah maghrib dan dihadiri oleh bayi, ibu
bapaknya dan anggota keluarga terdekat. Terdapat makanan pantangan yaitu
sambal, sayur bersantan, telur, ikan tawar dan telur asin.

Selapanan dilakukan 35 hari setelah kelahiran bayi. Pada hari ke 35 ini, hari lahir
si bayi akan terulang lagi. Misalnya bayi yang lahir hari Rabu Pon (hari weton-
nya), maka selapanannya akan jatuh di Hari Rabu Pon lagi. Pada penanggalan Jawa,
yang berjumlah 5 (Wage, Pahing, Pon, Kliwon, Legi) akan bertemu pada hari 35
dengan hari di penanggalan masehi yang berjumlah 7 hari. Logikanya, hari ke 35,
maka akan bertemu angka dari kelipatan 5 dan 7. Di luar logika itu, selapanan
mempunyai makna yang sangat kuat bagi kehidupan si bayi. Berulangnya hari
weton bayi, pantas untuk dirayakan seperti ulang tahun. Namun selapanan
utamanya dilakukan sebagai wujud syukur atas kelahiran dan kesehatan bayi.

Yang pertama dilakukan dalam rangkaian selapanan, adalah potong rambut atau
parasan. Pemotongan rambut pertama-tama dilakukan oleh ayah dan ibu bayi,
kemudian dilanjutkan oleh sesepuh bayi. Di bagian ini aturannya, rambut bayi
dipotong habis. Potong rambut ini dilakukan untuk mendapatkan rambut bayi yang
benar-benar bersih, diyakini rambut bayi asli adalah bawaan dari lahir, yang
masih terkena air ketuban. Alasan lainnya adalah supaya rambut bayi bisa
tumbuh bagus, oleh karena itu rambut bayi paling tidak digunduli sebanyak 3 kali.
Namun pada tradisi potong rambut ini, beberapa orang ada yang takut untuk
menggunduli bayinya, maka pemotongan rambut hanya dilakukan seperlunya, tidak
digundul, hanya untuk simbolisasi.

Setelah potong rambut, dilakukan pemotongan kuku bayi. Dalam rangkaian ini,
dilakukan pembacaan doa-doa untuk keselamatan dan kebaikan bayi dan
keluarganya. Upacara pemotongan rambut bayi ini dilakukan setelah waktu salat
Maghrib, dan dihadiri oleh keluarga, kerabat, dan tetangga terdekat, serta
pemimpin doa.

Acara selapanan dilakukan dalam suasana yang sesederhana mungkin. Sore


harinya, sebelum pemotongan rambut, masyarakat merayakan selapanan biasanya
membuat bancaan yang dibagikan ke kerabat dan anak-anak kecil di seputaran
tempat tinggalnya. Bancaan mengandung makna agar si bayi bisa membagi
kebahagiaan bagi orang di sekitarnya.

Adapun makanan wajib yang ada dalam paket bancaan, yaitu nasi putih dan
gudangan, yang dibagikan di pincuk dari daun pisang. Sayuran yang digunakan
untuk membuat gudangan, sebaiknya jumlahnya ganjil, karena dalam menurut
keyakinan, angka ganjil merupakan angka keberuntungan. Gudangan juga
dilengkapi dengan potongan telur rebus atau telur pindang, telur ini
melambangkan asal mulanya kehidupan. Selain itu juga beberapa sayuran dianggap
mengandung suatu makna tertentu, seperti kacang panjang, agar bayi panjang
umur, serta bayem, supaya bayi hidupanya bisa tenteram.

Telonan, Tradisi Jawa Timur 

Telonan yaitu upacara yang diselenggarakan pada waktu bayi berumur 3 lapan (3 x 35 hari =
105 hari). Upacara ini diselenggarakan tepat pada hari lahir (weton) anak tersebut. Mengenai
sarana (sajian) untuk selamatan telonan sama dengan selamatan selapanan.
Pantangan dan Anjuran

Seorang ibu yang mempunyai anak kecil (bayi) harus memperhatikan adanya pantangan-
pantangan dan anjuran-anjuran.

Pantangan

1.  Tidak boleh makan lombok , agar mata bayi tidak keluar kotoran (Jawa : blobok).
2. Tidak boleh makan ketela rambat agar supaya tali pusat tidak berair.
3. Tidak boleh makan sayur kluwih agar tidak mempunyai anak banyak (Jawa : aja
keluwihan anak).
4. Tidak boleh makan teri maksudnya agar jangan diberi anak banyak (Jawa : aja diteri
anak akeh).
5. Tidak boleh makan kecambah (thokolan) maksudnya dalam bahasa Jawa : aja thukul
anak maneh (jangan cepat-cepat tambah anak lagi).
6. Tidak boleh minum cendol, maksudnya dalam bahasa Jawa : aja endhol-endhol anak
maneh (jangan banyak anak).
7. Dilarang mengangkat benda-benda berat atau bekerja berat.
8. Tidak boleh makan ikan asin supaya air susu tidak berbau amis.
9. Sebelum bayi berumur 7 hari, ibunya dilarang bepergian
10. Tidak boleh minum air es terlalu banyak, supaya anaknya tidak pilek (batuk).
11. Tidak boleh tidur siang hari, supaya badan tetap langsing disamping itu juga bertujuan
agar darah tidak naik.
12. Tidak boleh makan sayur terong, maksudnya agar si bayi tidak mencret.
13. Tidak boleh menjemur pakaian si bayi melewati waktu magrib, maksudnya agar si
bayi tidak kena sawan (semacam penyakit yang disebabkan oleh roh-roh jahat).

Tidak boleh makan telur terlalu banyak, maksudnya agar anaknya tidak bonongen (bonongen
yaitu penyakit semacam bisul).

Tidak boleh datang ke tempat kematian (Jawa : ngla- yat), maksudnya agar tidak kena sawan
mayit (penyakit yang menurut kepercayaan disebabkan oleh mayat)

Anjuran.

Adapun anjuran-anjuran yang harus diperhatikan oleh ibu yang  mempunyai anak kecil (bayi)
adalah sebagai berikut :

1. Sejak bayi lahir hingga berumur 40 hari, ibunya harus tidur bersandar (Jawa :
sendhen) dengan kaki lurus, maksudnya supaya urat-urat pada kaki tidak menonjol
(Jawa : tamparen).
2. Kalau bepergian harus membawa benda-benda tajam, misalnya : gunting, pisau,
jarum, silet. Maksudnya supaya terhindar dari mara bahaya (roh-roh jahat).
3. Pakaian bayi jangan sampai terbakar, karena kalau terbakar menurut kepercayaan
menyebabkan suletan (penyakit kulit semacam cacar air).
4. Kalau bayi ditinggal sendirian (tidur sendirian) didekatnya atau di bawah tempat
tidurnya harus diberi benda tajam, maksudnya untuk menolak roh-roh jahat yang akan
mengganggu dibayi tersebut.
5. Kalau seorang ibu bepergian mengajak bayinya, maka ibu itu harus membawa
paduhan. Paduhan yaitu suatu syarat yang terdiri dari dlingo, bawang putih dan
kunyit. Paduan itu dibungkus kecil-kecil. Bilamana dalam bepergian itu melewati
tempat-tempat yang dianggap keramat (Jawa : wingit, misalnya : sungai, kuburan,
pundhen), paduhan itu dibuang di tempat tersebut, masing-masing tempat satu
bungkus. Maksud dari pada tindakan ini agar si bayi dan ibunya terhindar dari
gangguan syaetan atau roh-roh jahat lainnya.
6. Kalau bayi diajak menginap atau pindah rumah maka ibunya harus membawa tanah
(sebagai syarat saja) dari rumahnya. Maksudnya supaya bayi tersebut di tempat yang
baru itu, tidak selalu menangis (Jawa : rewel).
7. Sejak bayi lahir hingga berumur 40 hari, ibu yang melahirkan bayi tersebut dilarang
berhubungan dengan suaminya. Bagi wanita Islam selama 40 hari itu dinyata kan
dalam keadaan janabah, sehingga ada pantangan untuk melakukan sanggama. Apabila
dalam keadaan janabah melakukan sanggama akan membahayakan kesehatan ibu
tersebut, karena mungkin mengakibatkan pendarahan atau kena infeksi.
8. Ibu yang mempunyai bayi (habis bersalin) harus minum jamu, antara lain jamu
selapan, yaitu yang harus diminum oleh si ibu sejak melahirkan hingga bayi berumur
35/40 hari. Jamu selapan itu terdiri
dari :                                                                                -Jamu dilep, jamu ini harus
diminum oleh si ibu ketika baru saja melahirkan anak dan sehabis
mandi.                                                                                                                        
-Jamu peluntur, untuk mengeluarkan darah- darah yang kotor yang masih tertinggal
dalam
kandungan.                                                                                                                        
-Jamu wejah, untuk melancarkan air susu.
9. Ibu yang melahirkan dianjurkan untuk memakai gurita atau jawa bengkung
maksudnya supaya perut tidak goyah sehingga tempat kandungan tetap pada tem-
patnya.

Piton-Piton

Tedhak artinya turun atau menapakkan kaki, Siten dari kata siti artinya tanah
atau bumi. Jadi tedhak siten berarti menapakkan kaki kebumi.Ritual tedhak
siten menggambarkan persiapan seorang anak untuk menjalani kehidupan yang
benar dan sukses dimasa mendatang, dengan berkah Gusti, Tuhan dan bimbingan
orang tua dan para guru dari sejak masa kanak-kanak. Upacara tedhak siten juga
punya makna kedekatan anak manusia kepada Ibu Pertiwi, tanah airnya.

Dengan menjalani kehidupan yang baik dan benar dibumi ini dan sekaligus tetap
merawat dan menyayangi bumi, maka kehidupan didunia terasa nyaman dan
menyenangkan. Ini untuk mengingatkan bahwa bumi atau tanah telah memberikan
banyak hal untuk menunjang kehidupan manusia. Tanpa ada bumi,  sulit
dibayangkan bagaimana eksistensi kehidupan manusia , sang suksma yang
berbadan halus dan kasar.

Kapan diadakan upacara tedhak siten?

Pada waktu seorang anak kecil berumur tujuh selapan atau 245 hari.Selapan
merupakan kombinasi hari tujuh menurut kalender internasional dan hari lima
sesuai kalender Jawa.Oleh karena itu selapanan terjadi setiap 35 hari sekali.
Bisa jatuh hari Senin Legi, Selasa Paing dst. Sehingga upacara ini di jawa timur
lebih dikenal dengan sebutan Piton-piton.

Biasanya pelaksanaan upacara tedhak siten diadakan pagi hari dihalaman depan
rumah.Selain kedua orang tua bocah, kakek nenek dan para pinisepuh merupakan
tamu terhormat, disamping tentunya diundang juga para saudara dekat..

Seperti pada setiap upacara tradisional, mesti dilengkapi dengan sesaji yang
sesuai.Bermacam sesaji yang ditata rapi, seperti beberapa macam bunga, herbal
dan hasil bumi yang dirangkai cantik, menambah sakral dan marak suasana ritual.

Sesaji itu bukan takhayul, tetapi intinya bila diurai merupakan sebuah doa
permohonan kepada Gusti, Tuhan, supaya upacara berjalan dengan selamat dan
lancar. Juga  tujuan dari ritual tercapai, mendapatkan berkah Gusti.

Jalannya upacara

Pertama : Anak dituntun untuk berjalan maju dan menginjak bubur tujuh warna
yang terbuat dari beras ketan. Warna-warna itu adalah : merah, putih, oranye,
kuning, hijau, biru dan ungu.

Ini perlambang , anak mampu melewati berbagai rintangan dalam hidupnya.


Strata kesadarannya juga selalu meningkat lebih tinggi. Dimulai dari kehidupan
duniawi , untuk menunjang dan mengembangkan diri, terpenuhi kebutuhan
raganya, kehidupan materinya cukup, raganya sehat, banyak keinginannya
terpenuhi.Seiring pertumbuhan lahir, keperluan batin  meningkat ke kesadaran
spiritual .

Kedua : Anak dituntun menaiki tangga yang terbuat dari batang tebu Arjuna, lalu
turun lagi.Tebu merupakan akronim dari antebing kalbu, mantapnya kalbu, dengan
tekad hati yang mantap.

Tebu Arjuna melambangkan supaya si anak bersikap seperti Arjuna, seorang yang
berwatak satria dan bertanggung jawab. Selalu berbuat baik dan benar,
membantu sesama dan kaum lemah, membela kebenaran, berbakti demi bangsa
dan negara.

Ketiga : Turun dari tangga tebu, si anak  dituntun untuk berjalan dionggokan
pasir.Disitu dia mengkais pasir dengan kakinya, bahasa Jawanya ceker-ceker,
yang arti kiasannya adalah mencari makan. Maksudnya si anak setelah dewasa
akan mampu memenuhi kebutuhan hidupnya.
Keempat : Si bocah dimasukkan kedalam sebuah kurungan yang dihias apik,
didalamnya terdapat berbagai benda seperti : buku, perhiasan, telpon genggam
dlsb. Dibiarkan bocah itu akan  memegang barang apa. Misalnya dia memegang
buku, mungkin satu hari dia mau jadi ilmuwan.

Pegang telpon genggam, dia bisa jadi tehnisi atau ahli komunikasi.

Kurungan merupakan perlambang dunia nyata, jadi si anak memasuki dunia nyata
dan dalam kehidupannya dia akan dipenuhi kebutuhannya melalui
pekerjaan/aktivitas yang telah dipilihnya secara intuitif sejak kecil.

Kelima : Ayah dan kakek si bocah menyebar udik-udik, yaitu uang logam dicampur
berbagai macam bunga. Maksudnya si anak sewaktu dewasa menjadi orang yang
dermawan, suka menolong orang lain. Karena suka menberi, baik hati, dia juga
akan mudah mendapatkan rejeki. Ada juga  ibu si anak mengembannya, sambil
ikut menyebarkan udik-udik.

Keenam : Kemudian anak tersebut dibersihkan dengan dibasuh atau dimandikan


dengan air sritaman, yaitu air yang dicampuri bunga-bunga : melati, mawar,
kenanga dan kantil.

Ini merupakan pengharapan , dalam kehidupannya, anak ini nantinya harum


namanya dan bisa mengharumkan nama baik keluarganya.

Ketujuh : Pada akhir upacara, bocah itu didandani dengan pakaian bersih dan
bagus. Maksudnya supaya si anak mempunyai jalan kehidupan yang bagus dan bisa
membuat bahagia keluarganya.

Anda mungkin juga menyukai