Anda di halaman 1dari 13

SELAPAN

Pengertian
Selapanan berasal dari bahasa Jawa yang berarti 35 hari. Selapanan adalah ritual yang
dilakukan pada bayi yang sudah menginjak usia 35 hari. Tradisi Selapanan merupakan
pengingat bahwa sang anak sudah bertambah umur, yang berarti bahwa si anak mengalami
suatu perubahan, baik perubahan fisik maupun perubahan batin atau mental. Anak yang
mendekati hari kelahirannya, mengalami perubahan fisik berupa peningkatan suhu badan,
gelisah, dan sering menangis.
Acara selamatan ini dilakukan saat sang bayi berusia 35 hari atau selapan. Perhitungan ini
dihitung berdasarkan kalendar Jawa, sehingga masyarakat Jawa menghitung hari dalam
hitungan minggu sebanyak tujuh hari (Senin – Minggu) dan hitungan pasaran dimana satu
pasaran berjumlah lima hari (Pahing, Pon, Wage, Kliwon, dan Legi). Perhitungan selapan berasal
dari perkalian antara tujuh dan lima yang menghasilkan 35 hari. Pada hari ke 35 ini didapatkan
pertemuan angka kelipatan antara tujuh dan lima. Pada hari ini juga, hari weton si bayi akan
berulang. Sebagai contoh, bila sang bayi lahir pada Kamis Pahing, maka selapanannya akan
jatuh tepat pada hari Kamis Pahing pula.
Tujuan
1. Memanjatkan syukur atas karunia Tuhan

2. Mendoakan anak agar terhindar dari penyakit, menjadi anak yang berbakti kepada orang tua

3. Agar terhindar dari bencana

4. Mendoakan agar menjadi anak yang bermanfaat dalam masyarakat


Tata Cara Pelaksanaan
1. Parasan/mencukur

2. Pemotongan kuku

3. Pengucapan ujub
Ketentuan kenduri/ubo rampe
1. Tumpeng weton
2. Sayur 7 macam bebas memilih apa saja namun harus ada kangkung dan kacang
panjangnya. Semua sayur direbus, dan boleh dipotong-potong kecuali kangkung dan
kacang panjang
3. Telor ayam direbus sebanyak 7 atau 11 atau 17 butir. Dikupas kulitnya, lalu disajikan
utuh atau dibelah dua atau empat tidak masalah
4. Cabai, bawang merah
5. Bumbu gudangan/urap tidak pedas, bahannya ; kelapa agak muda (kemelas) diparut
disertai bumbu-bumbu ; sereh, daun jeruk purut, tumbar, salam, laos, gula jawa,
garam, bawang merah (agak banyak), bawang putih (sedikit).
6. Kalo/saringan santan dari bamboo
7. Buah-buahan sebanyak 7 macam ; harus dengan
pisang raja
8. Kembang setaman
9. Bubur 7 rupa ; bahan dasar bubur putih atau gurih
(santan dan garam) dan bubur merah atau bubur
manis (ditambah gula jawa dan garam secukupnya)
Kembang setaman (mawar putih dan merah, kanthil,
melati, kenanga).
Ketentuan di Yogyakarta

- Golongan bangsawan: Nasi tumpeng gudangan, nasi tumpeng kecil yang ujungnya ditancapi
tusukan bawang merah dan cabe merah, bubur lima macam, jajan pasar, nasi golong, nasi gurih,
sekul asrep-asrepan, pecel ayam, pisang, kemenyan, dan kembang setaman diberi air.
- Golongan rakyat biasa: Tumpeng nasi gurih dengan lauk, nasi tumpeng among-among, nasi
golong, jenang abang putih, ingkung dan panggang ayam
Selapanan di Jawa Tengah
Ketentuan sesaji :
1. Diletakkan di dekat tempat tidur bayi
2. Bathok dilubangi dan dialasi dengan daun, pada bathok diberi katul dan arang jati kemudian ditumpangi daun
lalu diberi tumpeng dan telur
Ketentuan bancakan :
1. Diberikan kepada hadirin
2. Nasi putih diletakkan di tampah dilengkapi dengan gudangan/urap dengan bumbu kelapa putih dan tidak
pedas
3. Dibagikan menggunakan wadah daun pisang yang dipincuk.
Selapanan di Jawa Timur
Bersamaan dengan upacara selapanan ini biasanya rambut si bayi dicukur untuk pertama
kalinya. Potongan rambut itu ditanam di dalam tanah atau disimpan oleh orang tuanya, kelak
apabila bayi itu telah besar diberikan, karena menurut kepercayaan sementara orang rambut itu
mempunyai kekuatan gaib, sehingga dapat dipakai sebagai alat untuk mengebalkan diri
(Jawa: kadigdayan).

Ada sementara orang sebelum potongan rambut itu ditanam atau disimpan terlebih dahulu
dimasukkan ke dalam bokor yang berisi air dan kembang boreh. Kemudian kepala yang telah
dicukur itu diberi bedak dari beras yang dilumatkan dengan bumbu-bumbu pewangi, disamping
bedak juga diberi daun kala katu yang telah dilumatkan
Selapanan di Betawi (DKI
Jakarta)
Di usia 40 hari dilaksanakan upacara cuci tangan, yaitu dengan maksud menyampaikan tanda terima
kasih pada dukun bayi selama 40 hari membantu merawat bayi dan ibunya. Pada kesempatan ini juga
diadakan gunting rambut yang pertama kali bagi si bayi dengan hidangan selamatan berupa nasi
kuning.

Ketentuan sesaji yaitu nasi kuning, kopi pahit dan kopi manis, paso atau baskom berisi air dengan
tujuh macam bunga harum, uang logam dengan jumlah tak terbatas, minyak wangi, bedak dan handuk
atau kain untuk pengering.

Upacara cuci tangan ini bisa juga didahului oleh upacara gunting rambut dan upacara sunat. Pada
upacara sunat disediakan perlengkapan gunting, minyak kelapa dan lilin merah. Lilin merah dinyalakan
selama penyunatan dilakukan, dimaksudkan sebagai penerang bagi hati dan pikiran si bayi agar kelak
bisa menjadi seorang yang cerdas, berbudi serta tabah menghadapi tantangan hidup.
Tata cara pelaksanaan :

1. Membaca salawat
dukun bayi mencuci tangannya sendiri dengan air kembang untuk membersihkan diri dan mensucikan
hati. Perbuatan tersebut diikuti ibu si bayi dan selanjutnya dukun mengambil uang logam dari air dan
mengerik-ngerik tangan ibu bayi berkali-kali dan sebaliknya si ibu mengerik tangan dukun sampai tujuh
kali bersamaan dengan berakhirnya pembacaan salawat sebanyak tujuh kali.

2. Tangan dukun bayi dan ibu dikeringkan dengan handuk dan selanjutnya dukun dan si ibu saling
membedaki tangan mereka

3. Upacara selesai, dukun bayi dapat pulang dengan memperoleh sesajen dan uang kokobak, dan
selanjutnya seluruh perawatan bayi menjadi tanggung jawab si ibu sepenuhnya.

Anda mungkin juga menyukai