Anda di halaman 1dari 4

keterangan

Nama : Tifa Naqiya


: Konsep Manusia
No : 34
: Konsep Ruang
Kelas : X MIPA E
: Konsep Waktu

MENGENANG SEJARAH SINGKAT


GERAKAN 30 SEPTEMBER 1965/PKI
Gerakan 30 September 1965 / PKI atau G30S/PKI adalah peristiwa pengkhianatan
terhadap Bangsa Indonesia terbesar yang pernah terjadi. Peristiwa ini terjadi malam hari tepat
saat pergantian dari tanggal 30 September (Kamis) menjadi 1 Oktober (Jumat) 1965 saat tengah
malam. Peristiwa ini melibatkan anggota PKI dan pasukan Cakrabirawa.
Gerakan ini bertujuan untuk menggulingkan Soekarno dan mengubah Indonesia menjadi
negara komunis. Gerakan ini diprakarsai oleh Dipa Nusantara Aidit yang merupakan ketua dari
PKI saat itu. DN. Aidit saat itu melancarkan hasutan-hasutan kepada rakyat Indonesia untuk
mendukung PKI menjadikan Indonesia sebagai “Negara Yang Lebih Maju” dengan menciptakan
persekutuan konsepsi NASAKOM (Nasionalis, Agama, dan Komunis). DN Aidit dinyatakan
sebagai dalang dari G30S/PKI oleh Pemerintah Republik Indonesia pada masa Presiden
Soeharto.
Pada awalnya PKI meniupkan isu tentang adanya Dewan Jenderal di kubu Angkatan
Darat yang sedang mempersiapkan sebuah kudeta. PKI memberikan dokumen Diel Tris yang
ditandatangani Duta Inggris di Indonesia. Isi dari dokumen itu ditafsirkan sebagai isyarat adanya
operasi pihak Inggris. Meskipun, kebenaran dari dokumen itu diragukan. Jenderal Ahmad Yani
lalu menyanggah keberadaan Dewan Jenderal ini ketika Presiden Soekarno bertanya kepadanya.
Suasana pertentangan antara PKI dan AD beserta golongan lain non PKI semakin
memanas. Apalagi pada bulan Juli sebelumnya, Soekarno tiba-tiba jatuh sakit. Tim dokter Cina
yang didatangkan DN Aidit untuk memeriksa Soekarno menyimpulkan bahwa Presiden RI
tersebut kemungkinan akan meninggal atau lumpuh.
Maka dalam rapat polik biro PKI pada tanggal 28 September 1965. Pimpinan PKI pun
memutuskan untuk bergerak. Dipimpin oleh Letnan Kolonel Untung, perwira yang dekat dengan
PKI. Pasukan pemberontak melaksanakan Gerakan 30 September atau Peristiwa G30S PKI.
Gerakan ini meluncur di Jakarta dan Yogyakarta dimana gerakan ini mengincar para Dewan
Jendral dan perwira tinggi. Gerakan di Jakarta sebenarnya bermaksud untuk menculik para
jendral dan membawanya ke Lubang Buaya. Namun, beberapa prajurit Cakrabirawa ada yang
memutuskan untuk membunuh beberapa jendral di tempat dia diculik. Dan mereka yang
meninggal saat gerakan ini adalah:

1) Letnan Jendral Anumerta Ahmad Yani (Meninggal di rumahnya di Jakarta Pusat.


sekarang rumahnya menjadi Museum Sasmita Loka Ahmad Yani)
2) Mayor Jendral Raden Soeprapto
3) Mayor Jendral Mas Tirtodarmo Haryono
4) Mayor Jendral Siswondo Parman
5) Brigadir Jendral Donald Isaac Panjaitan
6) Brigadir Jendral Sutoyo Siswodiharjo
7) Brigadir Polisi Ketua Karel Satsuit Tubun (Meninggal di rumahnya)
8) Kolonel Katamso Darmokusumo (Korban G30S/PKI di Yogyakarta)
9) Letnan Kolonel Sugiyono Mangunwiyoto (Korban G30S/PKI di Yogyakarta)
10) Kapten Lettu Pierre Andreas Tendean (Meninggal di kediaman Jendral Abdul Haris
Nasution)
11) Ade Irma Suryani Nasution (Putri Abdul Haris Nasution yang meninggal di kejadian ini)

Atas kejadian ini, rakyat menuntut Presiden Soekarno dengan segera membubarkan PKI.
Dan dengan sangat terpaksa, Soekarno akhirnya membubarkan PKI yang merupakan kekuatan
terbesar yang mendukung gerakan “Ganyang Malaysia” milik Soekarno. Soekarno kemudian
memerintahkan Mayor Jendral Soeharto untuk membersihkan unsur pemerintahan dari pengaruh
PKI. Perintah itu pun dikenal dengan nama Surat Perintah 11 Maret 1966 yang sesuai dengan
pernyataan Soekarno berisi mengenai pengamanan diri pribadi presiden, pengamanan jalannya
pemerintahan, pengamanan ajaran presiden dan pengamanan wibawa presiden.
Pasukan yang dipimpin oleh Soeharto berhasil mengambil kembali kontrol atas semua
fasilitas yang sebelumnya direbut oleh Gerakan 30 September. Soeharto mengumumkan bahwa
ia sekarang mengambil alih tentara dan akan berusaha menghancurkan pasukan kontra-
revolusioner dan menyelamatkan Soekarno. Ia kemudian melayangkan ultimatum lagi yang kali
ini ditujukan kepada pasukan yang berada di Halim. Tidak berapa lama, Soekarno meninggalkan
Halim dan tiba di istana presiden di Bogor. Untuk jasad ke-7 orang yang terbunuh dan dibuang
di Lubang Buaya sendiri baru ditemukan pada tanggal 3 Oktober, dan dikuburkan secara layak
pada tanggal 5 Oktober.

Identifikasi konsep manusia, ruang, dan waktu

Konsep Manusia dalam artikel “Mengenang Sejarah Singkat Gerakan 30 September 1965/PKI” :

 Anggota PKI (sebagai subjek utama)


 Pasukan Cakrabirawa (sebagai subjek utama)
 Soekarno
 Dipa Nusantara Aidit (D.N. Aidit)
 Rakyat Indonesia
 Pemerintah Republik Indonesia
 Duta Inggris
 TNI AD
 Golongan non PKI
 Tim Dokter Cina
 Letnan Kolonel Untung
 Pasukan pemberontak
 Para korban G30S/PKI : Letnan Jendral Anumerta Ahmad Yani, Mayor Jendral Raden
Soeprapto, Mayor Jendral Mas Tirtodarmo Haryono, Mayor Jendral Siswondo Parman,
Brigadir Jendral Donald Isaac Panjaitan, Brigadir Jendral Sutoyo Siswodiharjo, Brigadir
Polisi Ketua Karel Satsuit Tubun, Kolonel Katamso Darmokusumo, Letnan Kolonel
Sugiyono Mangunwiyoto, Kapten Lettu Pierre Andreas Tendean, Ade Irma Suryani
Nasution.
 Rakyat Indonesia
 Mayor Jendral Soeharto
 Pasukan yang dipimpin oleh Soeharto

Konsep Ruang dalam artikel “Sejarah Singkat Gerakan 30 September 1965/PKI” :

 Indonesia
 Jakarta (tempat dilaksanakan G30S/PKI)
 Yogyakarta (tempat dilaksanakan G30S/PKI)
 Lubang buaya (tempat dibuangnya jasad korban)
 Tempat penculikan, yaitu kediaman para korban, seperti rumah Letnan Jendral Anumerta
Ahmad Yani di Jakarta Pusat, kediaman Jendral Abdul Haris Nasution, kediaman
Kolonel Katamso Darmokusumo di Yogyakarta, kediaman Letnan Kolonel Sugiyono
Mangunwiyoto di Yogyakarta
 Halim
 Istana Presiden di Bogor

Konsep waktu dalam artikel “Sejarah Singkat Gerakan 30 September 1965/PKI” :

 malam hari tepat saat pergantian dari tanggal 30 September (Kamis) menjadi 1
Oktober (Jumat) 1965 saat tengah malam (terjadinya G30S/PKI)
 bulan Juli (Soekarno jatuh sakit)
 tanggal 28 September 1965 (rapat polik biro PKI)
 tanggal 3 Oktober (penemuan ke-7 orang terbunuh dan dibuang di Lubang Buaya)
 tanggal 5 Oktober (pemakaman korban yang ditemukan)

Anda mungkin juga menyukai