Sesudah memperoleh gelar Dr. Phil dari Munich, Iqbal kembali ke London,
memberi kuliah di musim semi 1908 tentang topic – topic keislaman, kemudian
kembali ke India pada musim panas.[9] Sejak itu ia memberikan kuliah – kuliah
tentang filsafat dan sastra inggris. Ia juga terjun sebagai pengacara. Akan tetapi
beberapa waktu kemudian ia berhenti mengajar, untuk selanjutnya ia
mengkonsentrasikan diri pada bidang hukum.[10] Pada akhir tahun 1928 dan minggu
– minggu pertama tahun 1929 ia memberikan kuliah di universitas tersebut yang
kemudian dipublikasikan dengan judul Six Lectures on the Recontruction thought in
islam (pada edisi berikutnya hanya : The Reconstruction…) merupakan esensi
falsafah karya iqbal.[11] Dalam bidang politik, karir Iqbal mencapai puncaknya
ketika di pilih menjadi presiden Liga Muslimin pada tahun 1930 ketika itulah ia
mengemukakan gagasannya yang amat monumental tentang perlunya mewujudkan
negara tersendiri bagi kaum muslimin yang terpisah dengan India yang Hindu.[12]
Pada bulan – bulan terakhir tahun 1931 iqbal mengikuti konfrensi meja bundar
II di London. Sekembalinya dari sana ia menghadiri Kongres Muslim Dunia di
Jerussalem. Pada tahun 1932 Iqbal kembali lagi ke London untuk menghadiri
Konferensi Meja Bundar III.[13] Di pagi hari tanggal 21 april 1938 ia meninggal
dunia dalam usia 67 tahun. Dan memang ia meninggal dengan senyum ketenangan,
seraya bibirnya menyebut Allah.[14]
1. Mereka hidup ditengah – tengah komunitas hindu yang mayoritas, yang secara
etnis cultural dan agama amat berbeda. Hal seperti ini menjadi kendala bagi
upaya – upaya mengejar keterbelakangan dan ketertinggalan dengan dunia barat.
Sementara itu sebab – sebab utama ketertinggalan tersebut sebagaimana
terjadi dikawasan yang lain, terjadi pula dikawasan yang didiami oleh komunitas
muslim India ini.
2. Stagnasi intelektual dalam wujud berkembang dan suburnya faham jabariyah
dan tertutupnya pintu ijtihad.
3. Stagnasi sosial karena potensi umat terserap kedalam sikap hidup zuhud dan
thariqat, serta lenyapnya faham rasional yang menjadi dasar utama ilmu
pengetahuan dan teknologi.
Iqbal tampil / memberi respon tidak saja terhadap problem spesifik
komunitas muslim India, tetapi juga terhadap problema umum yang di hadapi oleh
komunitas muslim di dunia islam secara keseluruhan. Respon yang ia berikan
terhadap problem spesifik komunitas muslim India ia kemukakan pada tahun 1930
dalam rapat tahunan liga muslim, membentuk negara tersendiri bagi komunitas
muslim yang terpisah dari India yang hindu. Ketika ia menyatakan : I Would Like To
See the Punjab, Nort West Frontior Province, Sind and Balochistan Amalgamated
Into a single state ( saya ingin melihat Punjab, daerah perbatasan barat laut, sindi
dan balukistan menyatu menjadi satu negara ).[15] Kelanjutannya pada tanggal 14
agustus 1947 lahir sebuah negara yang bernama Pakistan. Iqbal yang telah
menyatakan perlunya negara tersendiri bagi komunitas muslim tersebut kemudian di
pandang sebagai bapak Pakistan.[16]