Anda di halaman 1dari 3

PENGETAHUAN KEBAHASAAN

PELAJARAN 2: CERITA SEJARAH

A. CIRI KEBAHASAAN TEKS BIOGRAFI TOKOH DAN PERISTIWA BERSEJARAH


a. Teks tersebut menginformasikan peristiwa apa yang telah terjadi dan siapa yang terlibat dalam
peristiwa. Untuk itu kata benda (nomina) atau pembendaan (nominalisasi) dan frasa benda
(frasa nomina) banyak digunakan.
Nominalisasi adalah proses pembentukan kata benda dari kelas kata lain menggunakan
imbuhan.
Contoh:
Kurung (verba) + an – kurungan (nomina)
Asin (adjektiva) + an – asinan (nomina)
Frasa nomina terbentuk dnegan cara memperluas nomina (kata benda). Terdapat 3 macam
frasa nomina, yaitu: frasa nomina modifikatif, frasa nomina koordinatif, dan frasa nomina
apositif.
 Frasa nomina modifikatif (mewatasi ), yaitu frasa nomina yang unsur-unsurnya membentuk
hubungan D (diterangkan) dan M (menerangkan), misalnya: orang asing, anak muda,
gedung tinggi (D-M), perdana menteri (M-D), bukan orang baru (M-D-M), dll.
 Frasa nomina koordinatif (tidak ada D dan M/tidak saling menerangkan), misalnya kakek
nenek, sawah ladang, sarana prasarana, hak dan kewajiban, dsb.
 Frasa nomina apositif adalah frasa yang diselipkan untuk memperjelas/menerangkan
nomina sebelumnya, misalnya: Soekarno, presidin pertama RI, dimakamkan di Blitar.
b. Untuk mengungkapkan peristiwa yang terjadi tentu digunakan kata kerja (verba) dan frasa kerja
(frasa verba).
Sebagaimana frasa nomina, frasa verba juga terdiri atas 3 macam, yaitu: frasa verba
modifikatif, koordinatif, dan apositif.
 Contoh frasa verba modifikatif: bekerja keras, berjalan jauh (D-M), hampir jatuh. Belum
membuka tidak makan (M-D) dsb.
 Contoh frasa verba koordinatif: makan minum, pulang pergi, datang dan pergi, dsb.
 Contoh frasa verba apositif: ia bekerja, membanting tulang, demi sesuap nasi.
c. Untuk mengungkapkan sifat atau keadaan, digunakan kata sifat (adjektiva) dan frasa kata sifat
(frasa adjektiva) terdiri atas 3 macam, yakni:
 frasa adjektiva modifikatif (mewatasi), contoh: sangat baik, sungguh hebat, amat perkasa
(M-D), tinggi sekali, hebat benar, kuning langsat (D-M), dll.
 frasa adjektiva koordinatif, contoh: hancur luluh, remuk redam, sunyi senyap, gagah
perkasa, damai sentosa, dll.
 frasa adjektiva apositif, contoh: Ia gagah, segagah Bima, dan pemberani.
d. Selain itu, karena peristiwa yang diinformasikan adalah peristiwa yang terjadi secara kronologis
dan kausal, tentu saja banyak digunakan konjungsi temporal dan kausal.
 Konjungsi temporal yang menyatakan urutan waktu, misal: mula-mula, berikutnya,
selanjutnya, kemudian, sesudah itu, akhirnya, sebelumnya dan sesudahnya, dsb. konjungsi
ini menghubungkan dua peristiwa yang sederajat. Sedangkan konjungsi yang
menghubungkan dua peristiwa yang tidak sederajat misalnya: bila, apabila, bilamana, demi,
hingga, ketika, smabil, sebelum, sampai, sedari, sejak, selama, semenjak, sementara,
waktu, sesudah, tatkala, dll.
 Karena peristiwa yang diungkapkan dalam teks sejarah itu terjadi di waktu lampau, maka
penggunaan adverbia (kata keterangan) sering digunakan, misal: pada masa itu, pada saat
itu, ketika itu, pada waktu itu, pada zaman itu, pada tahun ......... dsb.
 Kata keterangan (adverbia) juga banyak digunakan untuk menenrangkan tempat apada
teks cerita sejarah, misal: di seluruh dunia, di beberapa kawasan, di sungai Nil, di kerajaan
Majapahit, dsb.

B. CIRI KEBAHASAAN FIKSI/NOVEL SEJARAH


Fiksi sejarah ditandai oleh beberapa ciri kebahasaan sebagai berikut:
- Penggunaan bahasa yang bersifat emotif (menekankan perasaan), sehingga sering terdapat
deskripsi yang amat detail.
- Penggunaan makna konotatif/makna kias/bukan makna sebenarnya.
- Penggunaan bahasa percakapan yang tidak lengkap (misal hanya subjek saja, predikat saja,
objek saja, dst.)
- Penggunaan kata-kata nonbaku atau kata gaul/percakapan
- Penggunaan kalimat-kalimat bermajas
- Penggunaan ungkapan-ungkapan/idiom atau lambang-lambang khas dari penulis
- Penggunaan pepatah/peribahasa
- Penggunaan kalimat langsung untuk mengidupkan suasana dialog.
- Penggunaan konjungsi temporal untuk mengeksplisitkan kronologi peristiwa
- Penggunaan adverbia waktu lampau
- Penggunaan keterangan tempat yang tidak spesifik lokasi/alamatnya
- Penggunaan struktur kalimat inversi untuk menekankan perbuatan,tindakan, atau keadaan.

C. GATRA KALIMAT
Fungsi-fungsi (gatra) dalam kalimat berita adalah subjek (S) – predikat (P) – objek (O) – Pelengkap
(Pel.) – keterangan (K)
1. Subjek dalam kalimat dapat diisi kata/frasa benda (nomina). Subjek dapat juga diisi dengan
klausa, yaitu pada kalimat kompleks dengan anak kalimat menggantikan subjek.
Contoh:
- Ia menjelaskan duduk perkaranya. ‘ia” = subjek berupa nomina.
- Hari itu, kereta api datang terlambat setengah jam. “kereta api” = subjek berupa frasa
nomina.
- Bahwa harga-harga sudah mulai naik, sudah dirasakan masyarakat.
“bahwa harga-harga sudah mulai naik” = subjek berupa klausa.
Kadangkala subjek diisi dengan kata/frasa kerja (verba), kata/frasa sifat (adjektiva), kata/frasa
bilangan, dan juga frasa depan, contoh:
- Berlari pagi dapat menjadikan badan kita sehat. “berlari pagi” = subjek berupa frasa verba
- Ke luar angkasa merupakan pengalaman langka. “ke luar angkasa” = subjek berupa frasa
depan
- Beberapa jam dapat dipergunakan untuk beristirahat. “beberapa jam” = subjek berupa frasa
bilangan
- Kuning itu warnafavoritku. “kuning itu” = subjek berupa frasa adjektiva.
Subjek persona (kata ganti) orang kedua dan pertama jamak pada kalimat imperatif (kalimat
perintah) sering dihilangkan.
Contoh:
- Silakan (Anda, kalian, kamu) pelajari pada halaman berikutnya!
- Marilah (kita) belajar secara berkelompok!
Subjek dalam kalimat aktif transitif (memerlukan objek) akan menjadi pelengkap jika kalimat
tersebut dipasifkan.
Contoh:
- Ayah Amir membaca surat kabar sore. (S-P-O) jika dipasifkan menjadi
- Surat kabar sore dibaca oleh Ayah Amir (S-P-Pel.)
2. Predikat dapat diisi dengan kata/frasa verba, kata/frasa nomina, kata kopula, kata/frasa
adjektiva, kata/frasa bilangan, atau kata/frasa depan.
Contoh:
- Gempa bumi terjadi karena pergerakan pada patahan aktif. “terjadi = predikat berupa verba
- Nama kereta api itu Taksaka. “taksaka = predikat berupa kata benda
- Hotel Lynn merupakan salah satu hotel baru di Yogyakarta. “merupakan” = predikat berupa
kopula
- Konsumen harus cermat saat memilih barang. “harus cermat” = predikat berupa frasa
adjektiva.
- Yang memerlukan kamar dua orang mahasiswa. “dua orang mahasiswa” = predikat
merupakan frasa bilangan.
- Presiden ke Amerika Serikat. “ke Amerika Serikat” = predikat berupa frasa depan
3. Fungsi kalimat (gatra) di belakang predikat ada dua macam, yaitu Objek (O) dan Pelengkap
(P). Objek (O) kalimat selalu berada di belakang predikat verba yang berimbuhan me-,
sedangkan pelengkap (Pel.) berada di belakang predikat verba yang berimbuhan selain me-
dan predikat selain verba.
Contoh:
- Arsenal menjuarai turnamen pramusim. (S-P-O). Kalimat ini predikatnya verba berimbuhan
me-
- Gempa bumi berkekuatan 5,7 SR di kedalaman 72 km. (S-P-O-Pel.-K). Predikat pada
kalimat ini verba berimbuhan selain me-
- Inggris adalah/merupakan investor terbesar di Indonesia. (S-P-Pel.-K). Predikat pada
kalimat ini bukan verba, melainkan kopula. Jadi, “investor” bukan objek, melainkan
pelengkap (Pel.)
4. Selain gatra subjek, predikat, objek, dan pelengkap, terdapat gatra kalimat yang disebut
keterangan. Macam-macam keterangan cukup banyak, diantaranya: waktu, tempat, cara,
penyebab, tujuan, aposisi, tambahan, pewatas, penyerta, alat, dan kesalingan.
D. PENGEMBANGAN PARAGRAF
Paragraf merupakan wacana yang dibangun oleh suatu kalimat atau beberapa kalimat yang saling
berkoherensi, terpadu, dan hanya mengungkapkan satu gagasan pokok. Gagasan pokok terdapat
dalam kalimat pokok (kalimat utama)
Sebuah paragraf yang baik, sekurang-kurangnya memenuhi empat syarat, yaitu kepaduan
(kohesi), keterkaitan (koherensi), konsistensi (sudut pandang) dan ketuntasan.
Contoh:
(a) ASEAN didirikan atas dasar ingin menciptakan kawasan damai. (b) Anggota ASEAN
menginginkan kawasan bersatu. (c) ASEAN menjunjung prinsip kerja sama atas dasar persamaan
kedudukan. (d) Anggota ASEAN mengembangkan sikap kooperatif bukan integratif.

Pada kutipan di atas kalimat-kalimat (a), (b), (c), dan (d) tidak padu, dan tidak saling terkait. Tiap-
tiap kalimat menginformasikan hal-hal yang berbeda. Bandingkan dengan kutipan berikut.

ASEAN didirikan atas dasar ingin menciptakan kawasan damai bersatu. Di dalam ASEAN dijunjung
prinsip kerja sama atas dasar persamaan kedudukan. Kerja sama itu dikembangkan dalam sikap
kooperatif bukan integratif.

Pada kutipan di atas kalimat satu dengan lainnya sudah kohesif sekaligus koheren. Hal itu ditandai
dengan kesejajaran: (didirikan), (dijunjung), (dikembangkan) dan adanya pengulangan kata (kerja
sama). Selain dengan kesejajaran dan pengulangan, koherensi dan kohesi dapat dilakukan dengan
penggantian dan konjungsi.

Anda mungkin juga menyukai