Anda di halaman 1dari 10

BAB III

KALIMAT EFEKTIF

A. PENDAHULUAN
Penulisan karya ilmiah yang baik diawali dari pemilihan kata yang tepat dan
penyusunan kalimat yang efektif. Dalam bab ini akan disajikan konsep dasar kalimat dan
kalimat efektif. Materi ini bertujuan agar mahasiswa mampu menyusun kalimat efektif.

B. KONSEP DASAR KALIMAT


1. Definisi Kalimat
Sebelum mempelajari kalimat efektif, penting kiranya untuk memahami definisi
kalimat terlebih dahulu. Pemahaman ini akan mengantarkan pembelajar kepada batasan-
batasan yang jelas tentang kalimat. Selain dari definisi, batasan ini juga meliputi unsur-unsur
kalimat dan struktur kalimat.
Beberapa ahli telah mengemukakan definisi kalimat, di antaranya adalah
Dardjowidojo dan Alwi. Menurut Dardjowidojo (1988: 254), kalimat ialah bagian terkecil
dari suatu ujaran atau teks (wacana) yang mengungkapkan pikiran yang utuh secara
ketatabahasaan. Adapun Alwi (2003:311) mengungapkan bahwa kalimat adalah satuan
bahasa terkecil, dalam wujud lisan atau tulisan yang mengungkapkan pikiran yang utuh.
Definisi di atas setidaknya menjelaskan bahwa batasan kalimat bukan hanya soal
pemenuhan bentuk dan struktur tertentu, melainkan juga “isi” yang terkandung di dalamnya,
yakni pikiran yang utuh. Penjelasan atas dua definisi di atas selaras dengan pendapat Badudu
(1994: 3-4) yang mengungkapkan bahwa kalimat memiliki dimensi bentuk dan dimensi isi
sebagai sebuah satuan.
Ini berarti dua dimensi, yaitu bentuk dan isi, tidak dapat dipisahkan. Dua dimensi
tersebut saling berhubungan antara satu dengan yang lain. Kesatuan bentuk menjadikan
sebuah kalimat memiliki kesatuan arti. Artinya, struktur yang benar pada kalimat akan
meminimalisasi kesalahan arti kalimat tersebut.
Kalimat dapat diwujudkan secara lisan dan tulisan. Dalam wujud lisan, kalimat
ditandai dengan nada naik-turun dan ekspresi pembicara. Dalam wujud tulisan, kalimat
diawali dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik (.), tanda tanya (?), dan tanda
seru (!).

2. Unsur-unsur Kalimat
Subbab ini sekaligus membuktikan definisi yang dikemukakan oleh Dardjowidjojo,
Alwi, dan Badudu tentang dua dimensi yang terdapat dalam kalimat, yakni kesatuan bentuk
dan kesatuan arti. Unsur-unsur kalimat, yakni subjek, predikat, objek, pelengkap, dan
keterangan, mengakomodasi fungsi-fungsi dalam kalimat. Tiap fungsi tersebut dalam
kalimat menunjukkan peran: subjek sebagai pelaku, predikat sebagai transitif/intransitif,
objek sebagai penderita, pelengkap sebagai sarana, dan keterangan sebagai alat/waktu.

a. Subjek (S)
Subjek (S) merupakan salah satu fungsi dalam kalimat yang merupakan bagian klausa
yang menjadi pokok kalimat. Selain itu, subjek dapat pula disertai kata ini/itu. Apabila
dibuat pertanyaan, subjek dalam sebuah kalimat dapat dicari dengan menggunakan kata
tanya siapa untuk mencari subjek yang berupa orang atau sesuatu yang bernyawa atau apa
untuk mencari subjek yang bukan berupa orang atau sesuatu yang tidak bernyawa.
Subjek dalam bahasa Indonesia biasanya berupa kata benda (nomina), kelompok kata
benda (frasa nominal), atau klausa. Namun, tidak pula menutup kemungkinan verba dan
adjektiva dapat menjadi subjek.
1) Nomina
a) Nomina
Contoh:
Bandung pernah menjadi lautan api. (S=N)
b) Frasa nominal
Contoh:
Gunung Merapi berdekatan letaknya dengan Gunung Merbabu. (S=FN)
c) Klausa
Contoh:
Gunung Krakatau yang pernah meletus tahun 1825 kini mulai terbatuk-batuk. (S=FN
{klausa})

2) Verba
a) Verba
Contoh:
Merokok merusak kesehatan.
b) Frasa verbal
Contoh:
Berjalan-jalan di pagi hari menyehatkan tubuh.

3) Adjektiva
a) Adjektiva
Contoh:
Langsing merupakan idaman setiap wanita.
b) Frasa adjektival
Contoh:
Gagah dan berani adalah sikap pejuang masa lalu.

Subjek tidak boleh diawali oleh preposisi. Peletakan preposisi di awal kalimat akan
mengubah subjek menjadi keterangan. Bandingkanlah dua kalimat di bawah ini.

(1a) *Di dalam pertemuan itu membahas berbagai masalah yang dihadapi siswa. (K-P-O)
(1b) Pertemuan itu membahas berbagai masalah yang dihadapi siswa. (K-P-O)

Kata di dalam dalam kalimat (1a) merupakan preposisi. Hal ini mengubah fungsi kata
pertemuan itu yang semula merupakan subjek dalam kalimat (1b) menjadi keterangan.
Peletakan preposisi di depan subjek membuat pembaca bertanya-tanya apakah kata/frasa
dalam kalimat tersebut tersebut merupakan subjek ataukah jstru sebagai keterangan.
b. Predikat
Predikat merupakan salah satu fungsi di dalam kalimat yang merupakan bagian klausa
yang menjadi unsur utama di dalam kalimat. Predikat dapat berupa kelas kata verba,
adjektiva, dan nomina.

1) Verba
a) Verba
Contoh:
(+) Pak Niko mengajar matematika. (P=V)
(-) Pak Niko tidak mengajar matematika. (P=V)
b) Frasa verbal
Contoh:
(+)Pak Niko sedang mengajar matematika. (P=FV)
(-)Pak Niko tidak sedang mengajar matematika. (P=FV)

2) Adjektiva
a) Adjektiva
Contoh:
(+) Sunarti rajin ke perpustakaan. (P=Adj)
(-)Sunarti tidak rajin ke perpustakaan. (P=Adj)
b) Frasa adjektival
Contoh:
(+) Sunarti sangat rajin ke perpustakaan. (P=FAdj)
(-) Sunarti sangat tidak rajin ke perpustakaan. (P=FAdj)

3) Nomina
a) Nomina
Contoh:
(+) Bapak saya dokter. (P=N)
(-)Bapak saya bukan dokter. (P=N)
b) Frasa nominal
Contoh:
(+) Bapak saya dokter gigi. (P=FN)
(-)Bapak saya bukan dokter gigi. (P=FN)

c. Objek
Objek (O) merupakan salah satu fungsi di dalam kalimat yang kehadirannya
bergantung pada jenis predikatnya. Dalam kalimat objek dapat berupa nomina dan klausa.
Objek terdapat dalam kalimat yang predikatnya berupa verba transitif.

1) Nomina
a) Nomina
Contoh:
Jaksa menghadirkan saksi. (O=N)
b) Frasa Nomina
Contoh:
Ketua MPR menghadiri pelantikan para gubernur. (O=FN)
2) Klausa
Contoh:
Para saksi mengatakan bahwa semua pengakuan yang dibuatnya dilakukan karena
tekanan aparat. (O=klausa)

Sama seperti subjek, objek juga tidak boleh didahului oleh preposisi. Preposisi yang
diletakkan di depan objek menjadikan kalimat tersebut tak gramatikal. Perhatikan kalimat
(1c) dan (1d) di bawah ini.

(1c) *Hari ini kita akan mempelajari tentang kalimat efektif.


(1d) Hari ini kita akan mempelajari kalimat efektif.

Objek kalimat (1c) dan (1d) berupa frasa nomina. Namun, kalimat (1c) yang bertanda
bintang merupakan kalimat takgramatikal karena objek diawali oleh preposisi, yaitu tentang.
Dalam hal ini kalimat (1d) lebih tepat strukturnya.

d. Pelengkap
Sama seperti objek, pelengkap merupakan unsur kalimat yang kehadirannya
tergantung kepada predikat yang terletak di depannya. Perbedaan antara pelengkap dan objek
adalah jenis verba yang mengawalinya. Berbeda dengan objek yang terletak setelah verba
transitif, dalam beberapa kasus pelengkap terletak setelah verba intransitif; dalam kasus
lainnya, pelengkap terletak setelah objek verba transitif. Pelengkap dapat berupa kelas kata
nomina, verba, dan adjektiva.

1) Nomina
a) Nomina
Contoh:
Yanto menghadiahi kemenakannya komputer. (Pel=N)

b) Frasa nomina
Contoh:
Pak Camat menghadiahi lurah Banjarsari mobil perpustakaan keliling. (Pel=FN)

2) Verba
a) Verba
Contoh:
Sunarti mengajari anaknya menyanyi. (Pel=V)

b) Frasa verba
Contoh:
Bu Tristiyawati mengajari siswanya menulis aksara Arab. (Pel FV)
3) Adjektiva
a) Adjektiva
Contoh:
Saya menganggap pimpinan itu bijaksana. (Pel=Adj)

b) Frasa adjektiva
Contoh:
Saya menganggap pimpinan itu sangat tidak bijaksana. (Pel=FAdj)

e. Keterangan
Keterangan dapat berupa nomina, adverbia, frasa numeralia, dan frasa preposisi.
1) Nomina
a) Nomina
Contoh:
Dia telah datang kemarin. (K=N)

b) Frasa nomina
Contoh:
Artis sinetron itu meninggal dunia Minggu pagi.(K=FN)

2) Adverbia
Contoh:
Agaknya saran itu mulai diperhatikan. (K=Adv)

3) Frasa numeralia
Contoh:
Waluyo datang seorang diri. (K=FNum)

4) Frasa preposisi
Contoh:
Orang tua saya pernah bekerja di perusahaan kayu lapis. (K=FPrep)
Unsur keterangan dalam kalimat dapat bersifat wajib atau manasuka. Contoh-contoh
yang terdapat di atas mengandung keterangan yang bersifat manasuka. Bedakanlah dengan
contoh di bawah ini.

(1f) Tugu Monas berada di Jakarta.


(1g) Kampus kami menghadap ke timur laut.

Kalimat yang dicetak miring dalam contoh (1f) dan (1g) merupakan keterangan yang
bersifat wajib. Keberadaannya termasuk bagian dari predikat karena keduanya merupakan
sebuah kesatuan frasa verbal.
3. Struktur Kalimat Dasar
Struktur kalimat dalam bahasa Indonesia sebenarnya sangat sederhana, yakni terdiri
dari subjek dan predikat (S-P). Struktur inti tersebut dapat diperluas menjadi beberapa tipe
kalimat dasar sebagai berikut.

a. S-P (subjek + predikat)


Contoh:
Anak itu sering melamun. (Subjek + Predikat)

b. S-P-O (subjek + predikat + objek)


Contoh:
Sukarno dan Mohammad Hatta mempersatukan bangsa ini. (Subjek + Predikat + Objek)

c. S-P-Pel (subjek + predikat + pelengkap)


Contoh:
Ajaran Mahatma Gandhi ditakuti oleh penjajah Inggris. (Subjek + Predikat +
Pelengkap)

Struktur tersebut dapat diperluas menjadi beberapa tipe kalimat berikut.


1) S-P-Pel-K
Contoh:
Ajaran Mahatma Gandhi ditakuti oleh penjajah Inggris pada masa itu (Subjek +
Predikat + Pelengkap + Keterangan)

2) S-P-K-Pel
Contoh:
Ajaran Mahatma Gandhi ditakuti pada masa itu oleh penjajah Inggris (Subjek +
Predikat + Keterangan + Pelengkap)

3) K-S-P-Pel
Contoh:
Pada masa itu ajaran Mahatma Gandhi ditakuti oleh penjajah Inggris (Keterangan
+ Subjek + Predikat + Pelengkap)

d. S-P-O-Pel (Subjek + Predikat + Objek + Pelengkap)


Contoh:
Raja Jawa menghadiahi VOC Pesisir Utara Pulau Jawa. (Subjek + Predikat + Objek +
Pelengkap)
Perluasan kalimat dasar di atas adalah sebagai berikut.
1) S-P-O-Pel-K
Contoh:
Raja Jawa menghadiahi VOC Pesisir Utara Pulau Jawa pada tahun 1700. (Subjek
+ Predikat + Objek + Pelengkap + Keterangan)

2) K-S-P-O-Pel
Contoh:
Pada tahun 1700 Raja Jawa menghadiahi VOC Pesisir Utara Pulau Jawa.
(Keterangan + Subjek + Predikat + Objek + Pelengkap)

3) S-K-P-O-Pel
Contoh:
Raja Jawa pada tahun 1700 menghadiahi VOC Pesisir Utara Pulau Jawa. (Subjek
+ Keterangan + Predikat + Objek + Pelengkap)

e. S-P-K .(Subjek + Predikat + Keterangan)


Contoh:
Jamu itu sangat baik untuk kesehatan.(Subjek + Predikat + Keterangan)
Perluasan kalimat dasar di atas adalah sebagai berikut.
1) S-K-P
Contoh:
Jamu itu untuk kesehatan sangat baik.(Subjek + Keterangan + Predikat)

2) K-S-P
Contoh:
Untuk kesehatan Jamu itu sangat baik.(Subjek + Keterangan + Predikat)

f. S-P-O-K (Subjek + Predikat + Objek + Keterangan)


Contoh:
Zulkarnain membersihkan tinta itu dengan sabun. (Subjek + Predikat + Objek +
Keterangan)

C. KONSEP DASAR KALIMAT EFEKTIF


1. Definisi Kalimat Efektif
Definisi kalimat efektif berkaitan dengan dua kata yang membentuknya, yaitu kata
kalimat dan efektif. Dalam subbab sebelumnya telah disebutkan bahwa kalimat adalah satuan
bahasa terkecil, dalam wujud lisan atau tulisan yang mengungkapkan pikiran yang utuh
(Alwi, 2013:311). Sementara itu, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi V disebutkan
bahwa kata efektif memiliki empat makna, yakni: 1) ‘ada efeknya (akibatnya, pengaruhnya,
kesannya)’; 2) ‘manjur atau mujarab (tentang obat)’; 3) ‘dapat membawa hasil; berhasil guna
(tentang usaha, tindakan); mangkus’; dan 4) ‘mulai berlaku (tentang undang-
undang,peraturan’.
Keraf (2001:36) memberi batasan tentang kalimat efektif melalui dua syarat. Pertama,
secara tepat dapat mewakili gagasan atau perasaan pembicara atau penulis. Syarat kedua,
sanggup menimbulkan gagasan yang sama tepatnya dalam pikiran pendengar atau pembaca
seperti yang dipikirkan oleh pembicara atau penulis. Secara gamblang dapat dijelaskan
bahwa apabila pemahaman pendengar/pembaca terhadap kalimat tertentu sama dengan
maksud pembicara atau penulis, ujaran tersebut termasuk ke dalam kalimat efektif.
Batasan yang dikemukakan oleh Keraf di atas menekankan bahwa dalam praktik
berbahasa, penyusunan kalimat sebenarnya memiliki penekanan terhadap fungsi bahasa,
yakni sebagai alat komunikasi, untuk menyampaikan informasi, pikiran, dan perasaan
seseorang kepada pendengar/pembaca. Adapun gramatika, selain sebagai wujud kaidah
kebahasaan yang memiliki pola-pola tertentu, juga membantu terciptanya kesepahaman
antara pembicara/penulis dan pendengar/pembaca. Hal ini akan dibuktikan pada ciri-ciri
kalimat efektif berikut ini.

2. Ciri-ciri Kalimat Efektif


Terdapat lima ciri-ciri kalimat efektif menurut (Kemdikbud, 2015: 54), yaitu
kelugasan, ketepatan, kejelasan, kehematan, dan kesejajaran.
a. Kelugasan
Kelugasan dalam kalimat efektif mensyaratkan bahwa informasi yang akan
disampaikan dalam kalimat ialah hal yang pokok-pokok saja (yang perlu atau yang penting
saja). Kelugasan juga mengandung maksud bahwa kalimat tidak boleh berbelit-belit, tetapi
disampaikan secara sederhana. Perlu diketahui bahwa ciri kelugasan ini bukan berarti kata
dalam kalimat atau kalimat harus pendek-pendek, tetapi yang lebih ditekankan adalah
ketepatan diksi (pilihan kata) dalam menampilkan pokok-pokok informasi dalam kalimat.
Sebagai contoh, bandingkanlah kalimat (1h) dan (1i) berikut ini.

(1h) *Terus meningkatnya permintaan terhadap produk kertas, mau tidak mau memaksa
industri kertas menambah produksinya dan lebih meningkatkan mutu kertas itu sendiri.
(1i) Terus meningkatnya permintaan terhadap produk kertas memaksa industri kertas
menambah produksi dan meningkatkan mutunya.

Kata/frasa yang dicetak miring dalam kalimat (1h), yakni mau tidak mau dan itu
sendiri dihilangkan dalam kalimat (1i) karena terlalu berbelit-belit. Hal ini dilakukan untuk
menaati ciri kelugasan dalam penyusunan kalimat efektif. Perlu diketahui bahwa
penghilangan frasa tersebut sama tidak mengubah makna atau pokok-pokok informasi yang
ingin disampaikan oleh penulis dalam kalimat.

b. Ketepatan
Ketepatan dalam kalimat efektif mensyaratkan bahwa informasi yang akan
disampaikan dalam kalimat itu harus jitu atau kena benar (sesuai dengan sasaran) sehingga
dibutuhkan ketelitian. Ciri kedua kalimat efektif ini diterapkan dengan tujuan untuk
menghindari multitafsir dan ketaksaan atau ambiguitas (ambiguity), yaitu kalimat memiliki
makna lebih dari satu, menjadi kabur, atau bahkan meragukan.

(1j) *Rumah seniman yang antik itu dijual dengan harga murah.
(1k) Rumah antik milik seniman itu dijual dengan harga murah.

Kalimat (1k) merupakan contoh kalimat efektif yang merupakan perbaikan kalimat
(1j). Kalimat (1k) menunjukkan ketepatan sebagai ciri kalimat efektif, terhindar dari
multitafsir dan ambiguitas. Sebaliknya, kalimat (1j) menunjukkan makna ganda. Frasa
rumah seniman yang antik itu memiliki dua makna: yang antik rumah seniman atau
seniman?

c. Kejelasan
Kejelasan dalam ciri kalimat efektif ini berkaitan dengan kejelasan struktur. Artinya,
kata/frasa yang menjadi bagian kalimat harus sesuai dengan fungsi gramatikanya. Agar lebih
jelas, silakan cermati kalimat (1l) berikut ini.

(1l) *Pasal 52 ayat (2) UU SJSN mengamanatkan kepada keempat badan tersebut untuk
melakukan penyesuaian dengan UU SJSN.

Terdapat kata dan frasa dalam kalimat (1l) yang tidak jelas strukturnya. Misalnya,
terdapat ketidakjelasan objek pada klausa Pasal 52 ayat (2) UU SJSN mengamanatkan
kepada keempat badan tersebut. dalam susunan tersebut, Pasal 52 ayat (2) UU SJSN sebagai
subjek dan mengamanatkan sebagai predikat. Namun, frasa kepada keempat badan tersebut
tidak dapat disebut sebagai objek karena mengandung preposisi. Kalimat yang memenuhi
ciri kejelasan terdapat di contoh (1m) berikut ini.

(1m) Pasal 52 ayat (2) UU SJSN memerintah keempat badan tersebut untuk melakukan
penyesuaian dengan UU SJSN. (S-P-O-K)

d. Kehematan
Kehematan dalam kalimat efektif mensyaratkan bahwa informasi yang akan
disampaikan dalam kalimat itu harus cermat, tidak boros, dan perlu kehati-hatian. Untuk itu,
perlu dihindari bentuk-bentuk yang bersinonim.

(1n) *Pemberian penghargaan dapat diberikan dalam bentuk tanda jasa, kenaikan pangkat
istimewa, uang, piagam, dan/atau bentuk penghargaan lain.
(1o) *Penghargaan dapat diberikan dalam bentuk tanda jasa, kenaikan pangkat istimewa,
uang, piagam, dan/atau bentuk lain.

Kalimat (1n) mengandung kata yang diulang, yakni kata pemberian dan diberikan dan
kata penghargaan. Agar efektif, kata-kata mubazir dalam kalimat (1n) dihilangkan sehingga
menjadi kalimat (1o).

e. Kesejajaran
Kesejajaran dalam kalimat efektif mensyaratkan bahwa bentuk dan struktur yang
digunakan dalam kalimat efektif harus paralel, sama, atau sederajat. Adapun contoh
kesejajaran bentuk dapat dicermati dalam kalimat (1p) dan (1q) berikut ini.

(1p) *Buku itu dibuat oleh Badan Bahasa dan Gramedia yang menerbitkannya.
(1q) Buku itu dibuat oleh Badan Bahasa dan diterbitkan oleh Gramedia.

Kalimat (1q) merupakan perbaikan kalimat (1p). Apabila dicermati, predikat pada
kalimat (1p) berbeda, yakni berupa kata kerja pasif (dibuat) dan kata terja aktif
(menerbitkan). Agar memenuhi ciri kesejajaran, bentuk kata kerja tersebut harus
disejajarkan, yakni keduanya berupa kata kerja pasif.

D. PENUTUP
Simpulan bab ini adalah sebagai berikut.
1. Kalimat kalimat ialah bagian terkecil dari suatu ujaran atau teks (wacana) yang
mengungkapkan pikiran yang utuh secara ketatabahasaan.
2. Unsur-unsur kalimat, antara lain subjek (S), predikat (P), objek (O), keterangan (K) dan
pelengkap (P). Ada enam struktur kalimat dasar dalam bahasa Indonesia, antara lain S-P
(subjek + predikat), S-P-O (subjek + predikat + objek), S-P-Pel (subjek + predikat +
pelengkap), S-P-O-Pel (Subjek + Predikat + Objek + Pelengkap), S-P-K .(Subjek +
Predikat + Keterangan), S-P-O-K (Subjek + Predikat + Objek + Keterangan). Struktur
dasar tersebut dapat dikembangkan atau dipadukan dengan unsur-unsur yang lain.
3. Kalimat efektif secara tepat dapat mewakili gagasan atau perasaan pembicara atau
penulis dan sanggup menimbulkan gagasan yang sama tepatnya dalam pikiran pendengar
atau pembaca seperti yang dipikirkan oleh pembicara atau penulis.
4. Terdapat lima ciri-ciri kalimat efektif, yaitu kelugasan, ketepatan, kejelasan, kehematan,
dan kesejajaran.

Anda mungkin juga menyukai