Oleh:
Drs. Albertus Purwaka, M.A.
Pogram Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, FKIP, UPR
Posel: purwaka.alb@gmail.com
1. Pengertian Kalimat
Sekurang-kurangnya kalimat dalam ragam resmi baik lisan maupun tertulis,
harus memiliki subjek (S) dan predikat (P). Kalau tidak memiliki unsur subjek dan
unsur predikat, suatu pernyataan bukanlah kalimat. Deretan kata yang seperti itu hanya
dapat disebut sebagai frasa (Arifin dan Tazai, 1995: 78). Jika predikat kalimat itu
berupa kata kerja transitif, unsur kalimat yang disebut objek juga harus hadir. Unsur
lain, yakni keterangan, kehadirannya bersifat opsional atau manasuka. Perhatikan
contoh berikut ini.
(1) siswa SMA Negeri 1 Katingan
Contoh (1) merupakan frasa karena tidak ada unsur subjek dan predikat, sedang
contoh (2) dan (3) merupakan kalimat karena memiliki unsur subjek dan predikat.
Kehadiran objek pada contoh (2) bersifat wajib karena predikat (sedang) mengerjakan
berupa kata kerja transitif. Pada contoh (3) tidak ada objek karena predikat akan menari
merupakan kata kerja taktransitif, sedang kehadiran keterangan di stadion bersifat
opsional atau manasuka.
Menurut Moeliono ( 1997: 254) kalimat adalah satuan bagian terkecil ujaran
atau teks (wacana) yang mengungkapkan pikiran yang utuh secara ketatabahasaan.
Dalam wujud lisan kalimat diiringi oleh alunan titinada, disela oleh jeda, dan diakhiri
dengan intonasi akhir. Dalam wujud tulisan berhuruf latin, kalimat dimulai dengan
huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik (.), tanda tanya (?), dan tanda seru (!);
sementara itu disertakan pula di dalamnya berbagai tanda baca yang berupa spasi
kosong, koma, titik koma, titik dua, dan atau sepasang garis pendek yang mengapit
2
bentuk tertentu. Alunan titinada, pada kebanyakan hal, tidak ada padanannya dalam
bentuk tertulis.
Rangkaian kata (1) merupakan frasa dan bukan kalimat karena tidak terdapat
unsur subjek dan predikat, sedang rangkaian kata (2) merupakan kalimat. Hal ini
disebabkan oleh frasa kursi rotan itu yang merupakan frasa nominal sebagai subjek,
dan buatan Kasongan yang juga merupakan frasa nominal sebagai predikat. Kalimat
yang predikatnya nominal sering disebut sebagai kalimat persamaan atau kalimat
3
ekuatif. Pada kalimat ekuatif, nominal atau frasa nominal yang pertama sebagai subjek,
sedangkan yang kedua sebagai predikat. Akan tetapi, jika frasa nominal pertama
dibubuhi partikel –lah, frasa nominal pertama itu menjadi predikat, sedangkan frasa
nominal kedua sebagai subjek. Perhatikan contoh berikut ini.
(1) a. Beliau dosen pembimbing saya.
b. Beliaulah dosen pembimbing saya.
(2) a. Orang itu pegawai barunya.
b. Orang itulah pegawai barunya.
Pada contoh (1a) dan (2a) subjeknya adalah beliau dan orang itu. Pada contoh
(1b) dan (2b), beliaulah dan orang itulah bukan sebagai subjek melainkan predikat.
Hubungan berjalan dan kaki pada kalimat (7) merupakan hubungan yang terpadu,
artinya tidak ada macam berjalan lain kecuali berjalan kaki. Demikian pula hubungan
naik dan haji pada kalimat (8).
b) Kalimat Ekatransitif
Kalimat yang berobjek dan tidak berpelengkap mempunyai tiga unsur wajib,
yakni subjek, predikat, dan objek. Predikat dalam kalimat ekatransitif adalah verba yang
digolongkan dalam kelompok verba ekatransitif. Dari segi makna inheren perbuatan.
Berikut ini adalah beberapa contoh kalimat ekatransitif.
(1) Pemerintah akan memasok semua kebutuhan lebaran.
(2) Nilai ujian nasional tidak menentukan kelulusan siswa.
(3) Mereka meminjam buku di perpustakaan
c) Kalimat Dwitransitif
Dalam bahasa Indoneia terdapat verba transitif yang secara semantis
mengungkapkan hubungan tiga maujud. Dalam bentuk aktif, tiap-tiap maujud itu
merupakan subjek, objek, dan pelengkap. Verba itu dinamakan verba dwitransitif.
Perhatikan kalimat berikut ini.
(1) Paman sedang mencari pekerjaan.
(2) Paman sedang mencarikan pekerjaan.
(3) Paman sedang mencarikan istrinya pekerjaan.
Dari kalimat (1) dapat diketahui bahwa yang memerlukan pekerjaan adalah
paman. Dengan ditambahkannya sufiks –kan pada verba dalam kalimat (2), kita rasakan
adanya perbedaan makna, yaitu yang melakukan perbuatan “mencari” memang paman,
tetapi pekerjaan itu bukan untuk paman sendiri, meskipun tidak disebut siapa orangnya.
Pada kalimat (3), kita lihat bahwa ada dua nomina yang terletak di belakang verba
predikat. Kedua nomina itu berfungsi sebagai objek dan pelengkap. Objek dalam
kalimat aktif berdiri langsung di belakang verba, tanpa preposisi, dan dapat dijadikan
subjek dalam kalimat pasif. Sebaliknya, pelengkap dalam kalimat dwitransitif itu berdiri
di belakang objek jika objek itu ada. Bandingkan kedua kalimat berikut.
(4) Paman sedang mencarikan istrinya pekerjaan.
(5) Paman sedang mencarikan pekerjaan.
Pada kalimat (4) istrinya adalah objek dan pekerjaan adalah pelengkap. Pada
kalimat (5), pekerjaan langsung mengikuti verba, tetapi tidak menjadi objek karena
5
tidak dapat menjadi subjek dalam kalimat padanannya yang pasif. Adanya objek (dalam
hal ini maujud yang dicarikan pekerjan) tetap tersirat dalam makna verba sehingga
ditemukan kalimat pada (4a) yang memuat maujud itu sebagai penjelasan yang
ditambahkan pada kalimat (4) melalui frasa preposisional. Perlu dicatat, bahwa objek
pada verba dwitransitif, seperti mencarikan dapat tersirat, tetapi pelengkap tidak dapat.
Karena itu, kalimat (5a) tidak berterima dalam bahasa Indonesia.
(4a) Paman sedang mencarikan pekerjaan untuk istrinya.
(5a) *Paman sedang mencarikan istrinya.
menjadi empat golongan, yaitu: kalimat suruh yang sebenarnya, kalimat persilaan,
kalimat ajakan, dan kalimat larangan. Perhatikan contoh-contoh berikut.
a. Kalimat Suruh yang Sebenarnya
(1) Ambil satu!
(2) Datanglah engkau ke rumahku!
(3) Tertawalah engkau sepus-puasnya!
b. Kalimat Persilaan
(1) Silakan Bapak beristirahat di sini!
(2) Silakan berangkat dahulu!
c. Kalimat Ajakan
(1) Mari kita ke sana!
(2) Marilah belajar ke perpustakaan!
(3) Ayo kita berolah raga!
d. Kalimat Larangan
(1) Jangan engkau datang terlambat!
(2) Jangan dibawa pulang buku itu!
(3) Jangan suka mengganggu orang!
3. Kalimat Efektif
Melalui kalimat, baik lisan maupun tertulis, seseorang menyampaikan ide,
gagasan, atau pesan kepada orang lain. Yang diharapkan melalui penyampaian itu
adalah agar mitrawicara atau pembaca memahami isi pikiran si pembicara atau si
penulis. Akan tetapi, kadang-kadang harapan itu tidak tercapai. Misalnya, ada sebagian
mitra wicara atau pembaca mengerutkan keningnya karena tidak memahami maksud
yang diucapkan atau dituliskan
Keadaan yang digambarkan tadi, mungkin disebabkan oleh kalimat-kalimat
yang diucapkan atau dituliskan itu sulit dicerna oleh pihak lain. Mereka tidak dengan
cepat menangkap makna kalimat, karena, mungkin kalimat-kalimat itu kabur, kacau,
tidak logis, atau bertele-tele. Dengan perkataan lain, pendengar atau pembaca sukar
mengerti maksud kalimat yang disampaikan karena kalimat tersebut tidak efektif.
10
Kalimat (6) dan (7) memiliki subjek ganda. Kedua kalimat itu dapat diperbaiki
seperti berikut ini.
(6a) Dalam menyusun laporan ini, saya dibantu oleh tenaga-tenaga penyuluh
pertanian lapangan.
(6b) Saya dibantu oleh tenaga-tenaga penyuluh pertanian lapangan dalam
menyusun laporan ini.
(7a) Soal itu bagi saya kurang jelas.
(7b) Bagi saya, soal itu kurang jelas.
terdiri dari bentuk yang berbeda, yaitu dibekukan dan kenaikan. Kata dibekukan
merupakan kata kerja (verba) pasif, sedang kenaikan adalah kata benda (nomina).
Kalimat (12) dapat diperbaiki dengan cara menyejajarkan kedua bentuk itu, kata
kenaikan diubah menjadi dinaikkan sehingga menjadi kalimat (12a) berikut ini.
(12a) Harga minyak dibekukan atau dinaikkan secara luwes.
Kalimat (13) salah karena tidak memiliki kesejajaran. Kata yang menduduki
predikat tidak sama bentuknya, yaitu kata pengecatan, memasang, pengujian, dan
pengaturan. Karena itu, kata memasang harus diubah menjadi pemasangan sehingga
menjadi kalimat (13a) berikut ini.
(15) (13a) Tahap terakhir penyelesaian gedung itu adalah kegiatan pengecatan
tembok, pemasangan penerangan, pengujian sistem pembagian air, dan
pengaturan tata ruangan.
Kalimat (14) juga salah karena tidak terdapat kesejajaran. Kata-kata yang tidak
sejajar pada kalimat (14), yaitu kecerdasan, keuletan, dan sabar. Agar terdapat
kesejajaran, kata sabar harus diubah menjadi kesabaran. Dengan demikian, kalimat
(14) tersebut dapat diperbaiki seperti kalimat (14a) berikut ini.
(14a) Pembangunan sebagai usaha untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat
memerlukan kecerdasan, keuletan, dan kesabaran aparat pelakunya.
Kesejajaran dapat pula berupa untaian kalimat seperti tampak pada contoh
untaian kalimat berikut ini.
Mengarang bukanlah pekerjaan yang sukar, yang membuat Anda susah dan
tersiksa. Mengarang bukanlah momok, yang membuat orang ketakutan. Mengarang
adalah pekerjaan yang menarik, yang membuat orang bahagia.
Prinsip yang perlu diperhatikan dalam kesejajaran itu adalah konsistensi, yang
dapat dipilah atas konsistensi kategori dan konsistensi struktur. Konsistensi kategori
ditampakkan pada kategori kata. Jika kesejajaran dikenakan pada verba, maka anggota
selanjutnya juga verba. Jika kesejajaran dikenakan pada struktur bentukan peN- atau
meN-, maka anggota selanjutnya juga struktur bentukan peN- atau meN-.
ditonjolkan. Kalimat itu memberikan penekanan atau penegasan pada penonjolan itu.
Ada berbagai cara untuk membentuk penekanan dalam kalimat.
3.4 Kehematan
Yang dimaksud dengan kehematan dalam kalimat efektif ialah hemat
mempergunakan kata, frase, atau bentuk lain yang dianggap tidak perlu. Kehematan
17
3.5 Kecermatan
Yang dimaksud dengan kalimat cermat adalah kalimat yang tidak menimbulkan
tafsiran ganda dan tepat dalam pemilihan kata. Pemilihan kata atau penyusunan kalimat
yang tidak cermat mengakibatkan nalar yang terkandung dalam kalimat terganggu. Hal
itu seharusnya dihindari oleh penyusun kalimat yang ingin menyampaikan informasi
secara tepat pula. Perhatikan contoh kalimat (36) berikut ini.
(36) Tugas kemanusiaan dalam suatu jabatan ialah untuk mengelola sejumlah
manusia memerlukan keprihatinan serta dedikasi yang tangguh.
19
Perhatikan contoh kalimat berikut ini yang tepat pemakaian bentuk katanya.
(37a) Rumah ini berian orang tua saya.
(37b) Pemberian hadiah ini berlangsung semalam.
3.6 Kepaduan
Dalam kalimat aktif transitif antara predikat dan objek tidak disisipkan kata
tugas, karena predikat objek merupakan kesatuan. Perhatikan contoh kalimat berikut
yang antara predikat dan objek disisipkan dengan kata tugas sehingga kalimatnya
menjadi kurang jelas.
(38) Rapat yang diselenggarakan kemarin itu membicarakan tentang nasib para
karyawan.
(39) Ia sering membicarakan mengenai rendahnya mutu lulusan sekolah-
sekolah tertentu di kotanya.
Kalimat (38) dan (39) di atas dapat diperbaiki menjadi (38a) dan (39a) seperti
berikut ini.
(38a) Rapat yang diselenggarakan kemarin itu membicarakan nasib para
karyawan.
(39a) Ia sering membicarakan soal rendahnya mutu lulusan sekolah-sekolah
tertentu di kotanya.
Dengan menghilangkan kata tugas tentang pada kalimat (38) dan menggantikan
kata mengenai dengan kata soal, sehingga menjadi kalimat (38a) dan (39a).
3.7 Kelogisan
Yang dimaksud dengan kelogisan ialah bahwa ide kalimat itu dapat diterima
oleh akal dan penulisannya sesuai dengan ejaan yang berlaku. Perhatikan kalimat-
kalimat di bawah ini.
(40) Waktu dan tempat kami persilakan.
(41) Untuk mempersingkat waktu, kita lanjutkan acara ini.
(42) Haryanto Arbi meraih juara pertama Jepang Terbuka.
(43) Hermawan Susanto menduduki juara pertama Cina Terbuka.
(44) Mayat wanita yang ditemukan itu sebelumnya sering mondar-mandir di
daerah tersebut.
21
Kalimat-kalimat di atas tidak logis (tidak masuk akal). Yang logis adalah
sebagai berikut.
(40a) Bapak Gubernur disilakan.
(41a) Untuk menghemat waktu, kita lanjutkan acara ini.
(42a) Haryanto Arbi meraih gelar juara pertama Jepang Terbuka.
(43a) Hermawan Susanto menjadi juara pertama Cina Terbuka.
(44a) Sebelum meninggal, wanita yang mayatnya ditemukan itu sering
mondar-mandir di daerah tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, E, Zaenal dan Farid Hadi. 1993. Seribu Satu Kesalahan Berbahasa. Jakarta :
Akapres.
Arifin, E. Zaenal dan S. Amran Tasai. 1995. Cermat Berbahasa Indonesia. Bandung:
Pustaka Prima.
Badudu, J.S. 1984. Pelik-Pelik Bahasa Indonesia. Bandung: Pustaka Prima.
___________. 1984. Membina Bahasa Indonesia Baku 1. Bandung: Pustaka Prima.
___________.1984. Membina Bahasa Indonesia Baku 2. Bandung: Pustaka Prima.
Kridalaksana, Harimurti. 2001. Kamus Linguistik. Jakarta: Gramedia.
Moeliono, Anton M. dkk. 1988. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai
Pustaka.
Purwaka, Albertus. 1992. ”Kalimat Efektif dan Paragraf”. Palangkaraya: Bagian Proyek
Penelitian Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah Kalimantan Tengah.
Purwaka, Albertus. 2012. ”Terampil Berbahasa Indonesia”. Palangkaraya: FKIP
Universitas Palangkaraya.
Putrayasa, Ida Bagus. 2006. Tata Kalimat Bahasa Indonesia. Bandung: Refika Aditama.
Ramlan, M. 1980. Morfologi: Suatu Tinjauan Deskriptif. Yogyakarta UP Karyono.
___________.1981. Sintaksis. Yogyakarta : UP Karyono.
Sugono, Dendy. 2003. Buku Praktis Bahasa Indonesia Jilid 1. Jakarta: Pusat Bahasa.
22
15. Sedangkan menurut Margono (2010: 121) sampel merupakan sebagai bagian dari
populasi.
16. Pengambilan sampel dengan teknik cluster random sampling juga dipilih peneliti
disebabkan karena kemampuan peneliti dilihat dari segi waktu, tenaga, pengalaman,
dan dana yang terbatas, serta populasi yang memiliki struktur dan karakteristik
yang berbeda.
17. Poster juga diartikan lembar pengumuman/plakat untuk menyampaikan informasi
yang dipasang di tempat umum atau tempat yang dapat dibaca oleh umum. Dibuat
dengan warna-warna kontras dan kuat, dengan bahasa singkat, padat, menarik, dan
persuasif (bersifat mengajak).
18. Isi dari poster niaga adalah berupa iklan.
19. Rumah tempat tinggal mahasiswa asal dari Kabupaten Barito Selatan (Barsel)
berlokasi di kompleks Universitas Palangkaraya hanya diganti atapnya sementara
bangulan lainnya belum diganti.
20. Banjirnya seperti banjir bandang dimana air naik begitu cepat dalam hitungan
menit.
21. Begitu pulang ke rumah, anak bungsunya saya sudah meninggal dunia.
22. Dari pantauan koran ini, saat rekonstruksi berlangsung yang membuat korban tak
sadarkan diri, akibat pukulan pelaku keras pada bagian punggung.
23. Gagasan Jokowi itu menjadi salah satu mimpi untuk mewujudkan Kalteng dari
kabut asap saat ini dan ke depan.
24. Sepanjang jalan, kabut asap pekat menyelimuti sepanjang jalan.
25. Marianitha menambahkan ada beberapaa titik pembagian masker tersebut, di mana
dimulai dari kawasan Pasar Besar, Jalan Ahmad Yani, Palangkaraya. Kemudian
bergerak ke arah lampu merah Polsek Pahandut. Dan depan masjid besar Nurul
Islam.
26. Banyak ahli lingkungan dan ilmuan serta pemerhati atau aktivis lingkungan di
Kalteng atau di negeri ini.
27. Dinas Pemuda dan Olah Raga Pulang Pisau mulai melakukan seleksi terhadap
peserta anggota Paskibraka, Selasa (5/4). Di mana, seleksi ini dilakukan selama dua
hari.
28. Susilo mengatakan, seleksi ini nanti diharapkan menghasilkan peserta yang terbaik.
Supaya dapat mengharumkan Kabupaten Pulpis.
29. Polres Pulang Pisau melalui Satreskoba melakukan sosialisasi pembinaan dan
penyuluhan terkait bahaya narkoba. Di mana, kali ini Satreskoba melakukan
penyuluhan di MAN Pulpis.
24
30. Di mana, narkoba merupakan salah satu zat yang sangat berbahaya bagi kesehatan
tubuh.
31. Ia menambahkan, pihak madrasah juga terus berusaaha secara maksimal melalui
pembelajaran dan bimbingan agar para siswa terhindar dari narkoba. Karena, para
siswa merupakan generasi muda yang menjadi penerus pembangunan harapan
bangsa.
32. Dikucurkannya dana desa (DD) yang nilainya semakin besar disambut positif
pemerintah desa dan masyarakat. Karena DD dinilai sangat bermanfaat untuk
kemajuan desa.
33. Menurutnya, warga Kecamatan Arut Utara kesulitan memperoleh BBM, karena
jarak yang jauh. Sehingga jadi pertimbangan banyak invertor untuk membuka
usaha di sana.
34. Pembelajaran kontekstual ini siswa belajar dengan memproses pengetahuan baru,
sesuai dengan kerangka berpikirnya dan mampu mengaitkan materi yang diajarkan
dengan situasi dunia nyata.
35. Bahasa lisan lebih ekspresif di mana mimik, intonasi, dan gerakan tubuh dapat
bercampur menjadi satu untuk mendukung komunikasi yang dilakukan.
36. Sebelumnya, Gubernur Kalteng H Sugianto Sabran menegaskan akan akan
menindak tegas pelaku kebakaran hutan dan lahan sesuai peraturan yang ada.
(Kapos, 20 Juni 2016, hlm 7 kol 5).
37. “Rapat ini memantap persiapan Pesparawi tingkat Kabupaten Gunung Mas yang
akan dilaksanakan di Sepang Simin Kecamatan Sepang pada 13 sampai 17 Juni,”
ucap Arton (Tabengan, 24 Juni 2016, hlm 8 kol 1).
38. Kamu bawa almamater tidak? (Kalimat mahasiswa pada saat akan ujian skripsi).
39. Dengan demikian, KKM penelitian yang berjudul “Penerapan Model Discovery
Learning dalam Pembelajaran Membaca untuk Menemukan Ide Pokok pada
Paragraf Deskripsi Spasial pada Siswa VII Semester II SMP Muhammadiyah
Palangkaraya Tahun Pembelajaran 2015/2016”. (Kalimat dalam skripsi)
40. Warga di Jalan Ahmad Yani, Gang 5 resah. Karena ada tiang listrik induk yang
keropos di daerah pemukiman mereka (Kapos, 30 Juni 2016, hlm 21 kol 2).
41. Meski sudah mendapat perawatan maksimal, nyawanya tak tertolong. Sedangkan
Novi Fahrizal dirujuk ke Banjarmasin oleh mengalami patah leher dan kaki,” kata
Kasat Lantas AKP Bowo Tri Handoko, kemarin (29/6). (Kapos, 30 Juni 2016, hlm
1 kol 5—6).
42. Penangkapan Junius Joni yang diduga mencuri sawit oleh jajaran Polres Katingan
berbuntut praperadilan. Pasalnya, pihak keluarga Junius Joni (Pemohon
Praperadilan) tidak pernah menerima tembusan Surat Perintah Penangkapan. Dalam
hal ini keluarga
Selamat Mengerjakan