Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH BAHASA INDONESIA

KALIMAT EFEKTIF DAN PARAGRAF

Dosen Pengampu : Utami Ratnaswari, S.S., M.Pd.

DISUSUN OLEH :

 Ahmad Taufik (14.543-0007)


 Syura Utama Putra (14.543-0046)
 Yudi Dwi Hartono (14.543-0125)
 Abdul Rohman Ali (14 543 0127)
 Akbar Romadoni (14.543-0146)

TEKNIK ELEKTRO

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS PANCA MARGA PROBOLINGGO

2017
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bahasa adalah alat untuk berkomunikasi yang digunakan manusia dengan


sesama anggota masyarakat lain pemakai bahasa itu. Bahasa itu berisi pikiran,
keinginan, atau perasaan yang ada pada diri si pembicara atau penulis. Bahasa
yang digunakan itu hendaklah dapat mendukung maksud secara jelas agar apa
yang dipikirkan, diinginkan, atau dirasakan itu dapat diterima oleh pendengar atau
pembaca. Kalimat yang dapat mencapai sasarannya secara baik disebut dengan
kalimat efektif.
Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mengungkapkan gagasan
pemakainya secara tepat dan dapat dipahami oleh pendengar/pembaca secara tepat
pula. Kalau gagasan yang disampaikan sudah tepat, pendengar/pembaca dapat
memahami pikiran tersebut dengan mudah, jelas, dan lengkap seperti apa yang
dimaksud oleh penulis atau pembicaranya. Akan tetapi, kadang-kadang harapan
itu tidak tercapai. Misalnya, ada sebagian lawan bicara atau pembaca tidak
memahami apa maksud yang diucapkan atau yang dituliskan. Supaya kalimat
yang dibuat dapat mengungkapkan gagasan pemakainya secara tepat, unsur
kalimat yang digunakan harus lengkap dan eksplisit.
Paragraf atau alinea adalah suatu bentuk bahasa yang biasanya merupakan
hasil penggabungan beberapa kalimat. Dalam upaya menghimpun beberapa
kalimat menjadi paragraph, yang perlu diperhatikan adalah kesatuan dan
kepaduan. Kesatuan berarti seluruh kalimat dalam paragraf membicarakan satu
gagasan(gagasan tunggal).Kepaduan berarti seluruh kalimat dalam paragraf itu
kompak, saling berkaitan mendukung gagasan tunggal paragraf.
1.2 Tujuan
 Mengetahui apa dan bagaimana penggunaan Kalimat Efektif dalam
berbahasa
 Mempelajari serta mengetahui penggunaan Paragraf yang benar dalam
penulisan.

1
1.3 Rumusan Masalah
 Apa itu Kalimat Efektif ?
 Apa itu Paragraf ?
1.4 Manfaat
Mengetahui cara Penggunaan Kalimat yang benar dalam bahasa serta

Penulisan yang benar.

1.5 Sistematika Laporan

Terdiri dari :

 BAB 1 : Pendahuluan
 BAB 2 : Pembahasan
 BAB 3 : Penutup

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. KALIMAT EFEKTIF

2.1.1. PENGERTIAN KALIMAT EFEKTIF

Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mengungkapkan gagasan


penutur/penulisnya secara tepat sehingga dapat dipahami oleh pendengar/pembaca
secara tepat pula. Efektif dalam hal ini adalah ukuran kalimat yang memiliki
kemampuan menimbulkan gagasan atau pikiran pada pendengar atau pembaca.
Dengan kata lain, kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mewakili pikiran
penulis atau pembicara secara tepat sehingga pendengar/pembaca dapat
memahami pikiran tersebut dengan mudah, jelas dan lengkap seperti apa yang
dimaksud oleh penulis atau pembicaranya.

2.1.2. UNSUR-UNSUR KALIMAT EFEKTIF

Unsur kalimat adalah fungsi sintaksis yang dalam buku-buku tata bahasa
Indonesia lama lazim disebut jabatan kata dan kini disebut peran kata dalam
kalimat, yaitu subjek (S), predikat (P), objek (O), pelengkap (Pel), dan keterangan
(Ket). Kalimat bahasa Indonesia baku sekurang-kurangnya terdiri atas dua unsur,
yakni subjek dan predikat. Unsur yang lain (objek, pelengkap, dan keterangan)
dalam suatu kalimat dapat wajib hadir, tidak wajib hadir, atau wajib tidak hadir.

1. Subjek (S)

Subjek (S) adalah bagian kalimat menunjukkan pelaku, tokoh, sosok (benda),
sesuatu hal, suatu masalah yang menjadi pangkal/pokok pembicaraan. Subjek
biasanya diisi oleh jenis kata/frasa benda (nominal), klausa, atau frasa verbal.
Untuk lebih jelasnya perhatikan contoh sebagai berikut ini:

a. Ayahku sedang melukis.


b. Meja direktur besar.
c. Yang berbaju batik dosen saya.

3
d. Berjalan kaki menyehatkan badan.
e. Membangun jalan layang sangat mahal.
Kata-kata yang dicetak tebal pada kalimat di atas adalah S. Contoh S yang
diisi oleh kata dan frasa benda terdapat pada kalimat (a) dan (b), contoh S yang
diisi oleh klausa terdapat pada kalimat (c), dan contoh S yang diisi oleh frasa
verbal terdapat pada kalimat (d) dan (e).

Dalam bahasa Indonesia, setiap kata, frasa, klausa pembentuk S selalu


merujuk pada benda (konkret atau abstrak). Pada contoh di atas, kendatipun jenis
kata yang mengisi S pada kalimat (c), (d) dan (e) bukan kata benda, namun
hakikat fisiknya tetap merujuk pada benda. Bila kita menunjuk pelaku pada
kalimat (c) dan (d), yang berbaju batik dan berjalan kaki tentulah orang (benda).
Demikian juga membangun jalan layang yang menjadi S pada kalimat (e), secara
implisit juga merujuk pada “hasil membangun” yang tidak lain adalah benda juga.
Di samping itu, kalau diselami lebih dalam, sebenarnya ada nomina yang lesap,
pada awal kalimat (c) sampai (e), yaitu orang pada awal kalimat (c) dan kegiatan
pada awal kalimat (d) dan (e).

Selain ciri di atas, S dapat juga dikenali dengan cara bertanya dengan memakai
kata tanya siapa (yang)… atau apa (yang)… kepada P. Kalau ada jawaban yang
logis atas pertanyaan yang diajukan, itulah S. Jika ternyata jawabannya tidak ada
dan atau tidak logis berarti kalimat itu tidak mempunyai S. Inilah contoh
“kalimat” yang tidak mempunyai S karena tidak ada/tidak jelas pelaku atau
bendanya.

a. Bagi siswa sekolah dilarang masuk.


b. Di sini melayani obat generic.
c. Memandikan adik di pagi hari.
Contoh (a) sampai (c) belum memenuhi syarat sebagai kalimat karena tidak
mempunyai S. Kalau ditanya kepada P, siapa yang dilarang masuk pada contoh
(a) siapa yang melayani resep pada contoh (b) dan siapa yang memandikan adik
pada contoh (c), tidak ada jawabannya. Kalaupun ada, jawaban itu terasa tidak
logis.

4
2. Predikat (P)

Predikat (P) adalah bagian kalimat yang memberitahu melakukan (tindakan) apa
atau dalam keadaan bagaimana subjek (pelaku/tokoh atau benda di dalam suatu
kalimat). Selain memberitahu tindakan atau perbuatan subjek (S), P dapat pula
menyatakan sifat, situasi, status, ciri, atau jatidiri S. termasuk juga sebagai P
dalam kalimat adalah pernyataan tentang jumlah sesuatu yang dimiliki oleh S.
predikat dapat juga berupa kata atau frasa, sebagian besar berkelas verba atau
adjektiva, tetapi dapat juga numeralia, nomina, atau frasa nominal. Perhatikan
contoh berikut:

a. Kuda meringkik.
b. Ibu sedang tidur siang.
c. Putrinya cantik jelita.
d. Kota Jakarta dalam keadaan aman.
e. Kucingku belang tiga.
f. Robby mahasiswa baru.
g. Rumah Pak Hartawan lima.
Kata-kata yang dicetak tebal dalam kalimat di atas adalah P. kata meringkik
pada kalimat (a) memberitahukan perbuatan kuda. Kelompok kata sedang tidur
siang pada kalimat (b) memberitahukan melakukan apa ibu, cantik jelita pada
kalimat (c) memberitahukan bagaimana putrinya, dalam keadaan aman pada
kalimat (d) memberitahukan situasi kota Jakarta, belang tiga pada kalimat (e)
memberitahukan ciri kucingku, mahasiswa baru pada kalimat (f) memberitahukan
status Robby, dan lima pada kalimat (g) memberitahukan jumlah rumah Pak
Hartawan.

Berikut ini contoh kalimat yang tidak memiliki P karena tidak ada kata-kata
menunjuk pada perbuatan, sifat, keadaan, ciri, atau status pelaku atau bendanya.

a. Adik saya yang gendut lagi lucu itu.


b. Kantor kami yang terletak di Jln. Gatot Subroto.
c. Bandung yang terkenal kota kembang.

5
Walaupun contoh (a), (b), (c) ditulis persis seperti lazimnya kalimat
normal, yaitu diawali dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik, namun
di dalamnya tidak ada satu kata pun yang berfungsi sebagai P. Tidak ada jawaban
atas pertanyaan melakukan apa adik yang gendut lagi lucu (pelaku) pada contoh
(a), tidak ada jawaban atas pertanyaan kenapa atau ada apa dengan kantor di Jalan
Gatot Subroto dan Bandung terkenal sebagai kota kembang itu pada contoh (b)
dan (c). karena tidak ada informasi tentang tindakan, sifat, atau hal lain yang
dituntut oleh P, maka contoh (a), (b), (c) tidak mengandung P. Karena itu,
rangkaian kata-kata yang cukup panjang pada contoh (a), (b), (c) itu belum
merupakan kalimat, melainkan baru merupakan kelompok kata atau frasa.

3. Objek (O)

Objek (O) adalah bagian kalimat yang melengkapi P. objek pada


umumnya diisi oleh nomina, frasa nominal, atau klausa. Letak O selalu di
belakang P yang berupa verba transitif, yaitu verba yang menuntut wajib hadirnya
O, seperi pad contoh di bawah ini.

a. Nurul menimang …

b. Arsitek merancang …

c. Juru masak menggoreng …

Verba transitif menimang, merancang, dan menggoreng pada contoh


tersebut adalah P yang menuntut untuk dilengkapi. Unsur yang akan melengkapi P
pada ketiga kalimat itulah yang dinamakan objek.

Jika P diisi oleh verba intransitif, O tidak diperlukan. Itulah sebabnya sifat
O dalam kalimat dikatakan tidak wajib hadir. Verba intransitive mandi, rusak,
pulang yang menjadi P dalam contoh berikut tidak menuntut untuk dilengkapi.

a. Nenek mandi.

b. Komputerku rusak.

c. Tamunya pulang.

6
Objek dalam kalimat aktif dapat berubah menjadi S jika kalimatnya dipasifkan.
Perhatikan contoh kalimat berikut yang letak O-nya di belakang dan ubahan
posisinya bila kalimatnya dipasifkan.

a. 1) Martina Hingis mengalahkan Yayuk Basuki (O)


2) Yayuk Basuki (S) dikalahkan oleh Martina Hingis.
b. 1) Orang itu menipu adik saya (O)
2) Adik saya (S) ditipu oleh oran itu.
4. Pelengkap (pel)

Pelengkap (P) atau komplemen adalah bagian kalimat yang melengkapi P.


letak Pelengkap umumnya di belakang P yang berupa verba. Posisi seperti itu juga
ditempati oleh O, dan jenis kata yang mengisi Pel dan O juga sama, yaitu dapat
berupa nomina, frasa nominal, atau klausa. Namun, antara Pel dan O terdapat
perbedaan. Perhatikan cnntoh di bawah ini:

a. Ketua MPR membacakan Pancasila.


S P O
b. Banyak orpospol berlandaskan Pancasila.
S P Pel
Kedua kalimat aktif (a) dan (b) yang Pel dan O-nya sama-sama diisi oleh
nomina Pancasila, jika hendak dipasifkan ternyata yang bisa hanya kalimat (a)
yang menempatkan Pancasila sebagai O. Ubahan kalimat (a) menjadi kalimat
pasif adalah sebagai berikut:

Pancasila dibacakan oleh ketua MPR.

S P O

Posisi Pancasila sebagai Pel pada kalimat (b) tidak bisa dipindah ke depan
menjadi S dalam kalimat pasif. Contoh berikut adalah kalimat yang tidak
gramatikal.

Pancasila dilandasi oleh banyak orsospol.

7
Hal lain yang membedakan Pel dan O adalah jenis pengisinya. Selain diisi
oleh nomina dan frasa nominal, Pelengkap dapat juga diisi oleh frasa adjectival
dan frasa preposisional.

Di samping itu, letak Pelengkap tidak selalu persis di belakang P. Apabila dalam
kalimatnya terdapat O, letak pel adalah di belakang O sehingga urutan penulisan
bagian kalimat menjadi S-P-O-Pel. Berikut adalah beberapa contoh pelengkap
dalam kalimat.

a. Sutardji membacakan pengagumnya puisi kontemporer.

b. Mayang mendongengkan Rayhan Cerita si Kancil.

c. Sekretaris itu mengambilkan atasannya air minum.

d. Annisa mengirimi kakeknya kopiah bludru.

e. Pamanku membelikan anaknya rumah mungil.

5. Keterangan (ket)

Keterangan (Ket) adalah bagian kalimat yang menerangkan berbagai hal


mengenai bagian kalimat yang lainnya. Unsur Ket dapat berfungsi menerangkan
S, P, O, dan Pel. Posisinya bersifat bebas, dapat di awal, di tengah, atau di akhir
kalimat. Pengisi Ket adalah frasa nominal, frasa preporsisional, adverbia, atau
klausa.

Berdasarkan maknanya, terdapat bermacam-macam Ket dalam kalimat. Para


ahli membagi keterangan atas Sembilan macam (Hasan Alwi dkk, 1998:366) yaitu
seperti yang tertera pada tabel di bawah ini.

8
JENIS KETERANGAN DAN CONTOH PEMAKAIANNYA
No. Jenis keterangan Posisi/penghubung Contoh pemakaian
1. Tempat Di Di kamar, di kota
Ke Ke Surabaya, ke rumahnya
Dari Dari Manado, dari sawah
Pada Pada permukaan
2. Waktu - Sekarang, kemarin
Pada Pada pukul 5 hari ini
Dalam Dalam 2 hari ini
Se- Sepulang kantor
Sebelum Sebelum mandi
Sesudah Sesudah makan
Selama Selama bekerja
sepanjang Sepanjang perjalanan
3. Alat dengan Dengan pisau, dengan mobil
4. Tujuan Supaya/agar Supaya/agar kamu faham
Untuk Untuk kemerdekaan
Bagi Bagi masa depan
Demi Demi orang tuamu
5. Cara Secara Secara hati-hati
Dengan cara Dengan cara damai
Dengan jalan Dengan jalan berunding
6. Kesalingan - Satu sama lain
7. Similatif Seperti Seperti angin
Bagaikan Bagaikan seorang dewi
Laksana Laksana bintang di langit
8. Penyebab Karena Karena perempuan itu
Sebab Sebab kegagalannya
9. Penyerta Dengan Dengan adiknya
Bersama Bersama orang tuanya
Beserta Beserta saudaranya

2.1.3. CIRI-CIRI KALIMAT EFEKTIF

Untuk dapat mencapai keefektifan, suatu kalimat harus memenuhi paling tidak
enam syarat berikut, yaitu adanya:

1) Kesepadanan

Yang dimaksud dengan kesepadanan ialah keseimbangan antara pikiran


(gagasan) dan struktur bahasa yang dipakai. Kesepadanan kalimat ini
diperlihatkan oleh kesatuan gagasan yang kompak dan kepaduan pikiran yang
baik.

9
Kesepadanan kalimat itu memiliki beberapa ciri, seperti tercantum di bawah ini:

* Kalimat itu mempunyai subjek dan predikat dengan jelas.

Ketidakjelasan subjek atau predikat suatu kalimat tentu saja membuat


kalimat itu tidak efektif. Kejelasan subjek dan predikat suatu kalimat dapat
dilakukan dengan menghindarkan pemakaian kata depan di, dalam bagi untuk,
pada, sebagai, tentang, mengenai, menurut, dan sebagainya di depan subjek.

Contoh:

a. Bagi semua mahasiswa perguruan tinggi ini harus membayar uang kuliah.
(Salah)

b. Semua mahasiswa perguruan tinggi ini harus membayar uang kuliah. (Benar)

* Tidak terdapat subjek yang ganda.

Contoh:

a. Penyusunan laporan itu saya dibantu oleh para dosen.

b. Saat itu saya kurang jelas.

Kalimat-kalimat itu dapat diperbaiki dengan cara berikut :

a. Dalam menyusun laporan itu, saya dibantu oleh para dosen.

b. Saat itu bagi saya kurang jelas.

* Kalimat penghubung intrakalimat tidak dipakai pada kalimat tunggal.

Contoh:

a. Kami datang agak terlambat. Sehingga kami tidak dapat mengikuti acara
pertama.

b. Kakaknya membeli sepeda motor Honda. Sedangkan dia membeli sepeda


motor Suzuki.

10
Perbaikan kalimat-kalimat ini dapat dilakukan dengan dua cara. Pertama,
ubahlah kalimat itu menjadi kalimat majemuk dan kedua gantilah ungkapan
penghubung intrakalimat menjadi ungkapan penghubung antarkalimat, sebagai
berikut:

a. kami datang agak terlambat sehingga kami tidak dapat mengikuti acara
pertama. Atau

Kami datang terlambat. Oleh karena itu, kami tidak dapat mengikuti acara
pertama.

b. Kakaknya membeli sepeda motor Honda, sedangkan dia membeli sepeda motor
Suzuki.

Atau Kakaknya membeli sepeda motor Honda. Akan tetapi, dia membeli sepeda
motor Suzuki.

* Predikat kalimat tidak didahului oleh kata yang.

Contoh:

a. Bahasa Indonesia yang berasal dari bahasa Melayu.

b. Sekolah kami yang terletak di depan bioskop Gunting.

Perbaikannya adalah sebagai berikut:

a. Bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu.

b. Sekolah kami terletak di depan bioskop Gunting.

2) Keparalelan

Yang dimaksud dengan keparalelan adalah kesamaan bentuk kata yang


digunakan dalam kalimat itu. Artinya, kalau bentuk pertama menggunakan
nomina. Kalau bentuk pertama menggunakan verba, bentuk kedua juga
menggunakan verba.

Contoh:

11
a. Harga minyak dibekukan atau kenaikan secara luwes.

b. Tahap terakhir penyelesaian gedung itu adalah kegiatan pengecatan tembok,


memasang penerangan, pengujian sistem pembagian air, dan pengaturan tata
ruang.

Kalimat (a) tidak mempunyai kesejajaran karena dua bentuk kata yang
mewakili predikat terdiri dari bentuk yang berbeda, yaitu dibekukan dan kenaikan.
Kalimat itu dapat diperbaiki dengan cara menyejajarkan kedua bentuk itu.

Harga minyak dibekukan atau dinaikkan secara luwes.

Kalimat (b) tidak memiliki kesejajaran karena kata yang menduduki


predikat tidak sama bentuknya, yaitu kata pengecatan, memasang,pengujian, dan
pengaturan. Kalimat itu akan baik kalau diubah menjadi predikat yang nomial,
sebagai berikut:

Tahap terakhir penyelesaian gedung itu adalah kegiatan pengecatan


tembok, pemasangan penerangan, pengujian sistem pembagian air, dan
pengaturan tata ruang.

3) Ketegasan

Yang dimaksud dengan ketegasan atau penekanan ialah suatu perlakuan


penonjolan pada ide pokok kalimat. Dalam sebuah kalimat ada ide yang perlu
ditonjolkan. Kalimat itu memberi penekanan atau penegasan pada penonjolan itu.
Ada berbagai cara untuk membentuk penekanan dalam kalimat.

* Meletakkan kata yang ditonjolkan itu di depan kalimat (di awal kalimat).

Contoh: Presiden mengharapkan agar rakyat membangun bangsa dan negara ini
dengan kemampuan yang ada pada dirinya.

Penekanannya ialah presiden mengharapkan.

Contoh: Harapan presiden ialah agar rakyat membangun bangsa dan negaranya.

Penekanannya Harapan presiden.

12
Jadi, penekanan kalimat dapat dilakukan dengan mengubah posisi kalimat.

* Membuat urutan kata yang bertahap

Contoh: Bukan seribu, sejuta, atau seratus, tetapi berjuta-juta rupiah, telah
disumbangkan kepada anak-anak terlantar.

Seharusnya:

Bukan seratus, seribu, atau sejuta, tetapi berjuta-juta rupiah, telah disumbangkan
kepada anak-anak terlantar.

* Melakukan pengulangan kata (repetisi).

Contoh: Saya suka kecantikan mereka, saya suka akan kelembutan mereka.

* Melakukan pertentangan terhadap ide yang ditonjolkan

Contoh: Anak itu tidak malas dan curang, tetapi rajin dan jujur.

* Mempergunakan partikel penekanan (penegasan).

Contoh: Saudaralah yang bertanggung jawab.

4) Kehematan

Yang dimaksud dengan kehematan dalam kalimat efektif adalah hemat


mempergunakan kata, frasa, atau bentuk lain yang dianggap tidak perlu.
Kehematan tidak berarti harus menghilangkan kata-kata yang dapat menambah
kejelasan kalimat. Peghematan di sini mempunyai arti penghematan terhadap kata
yang memang tidak diperlukan, sejauh tidak menyalahi kaidah tata bahasa.

Ada beberapa kriteria yang perlu diperhatikan.

* Penghematan dapat dilakukan dengan cara menghilangkan pengulangan


subjek.

Perhatikan contoh:

13
Karena ia tidak diundang, dia tidak datang ke tempat itu.

Hadirin serentak berdiri setelah mereka mengetahui bahwa presiden datang.

Perbaikan kalimat itu adalah sebagai berikut.

Karena tidak diundang, dia tidak datang ke tempat itu.

Hadirin serentak berdiri setelah mengetahui bahwa presiden datang.

* Penghematan dapat dilakukan dengan cara menghindarkan pemakaian


superordinat pada hiponimi kata.

Perhatikan contoh:

a. Ia memakai baju warna merah.

b. Di mana engkau menangkap burung pipit itu?

Kata merah sudah mencakupi kata warna.

Kata pipit sudah mencakupi kata burung.

Kalimat itu dapat diubah menjadi

a. Ia memakai baju merah.

b. Di mana engkau menangkap pipit itu?

* Penghematan dapat dilakukan dengan cara menghindarkan kesinoniman


dalam satu kalimat.

Perhatikan kalimat-kalimat di bawah ini.

a. Dia hanya membawa badannya saja.

b. Sejak dari pagi dia bermenung.

Kata naik bersinonim dengan ke atas.

Kata turun bersinonim dengan ke bawah.

Kalimat ini dapat diperbaiki menjadi

14
a. Dia hanya membawa badannya.

b. Sejak pagi dia bermenung.

* Penghematan dapat dilakukan dengan cara tidak menjamakkan kata-kata


yang berbentuk jamak.

Misalnya:

Bentuk tidak baku : para tamu-tamu, beberapa orang-orang

bentuk baku : para tamu, beberapa orang.

5) Kecermatan

Yang dimaksud dengan cermat adalah bahwa kalimat itu tidak


menimbulkan tafsiran ganda.

Dan tepat dalam pilihan kata. Perhatikan kalimat berikut.

a. Mahasiswa perguruan tinggi yang terkenal itu menerima hadiah.

b. Dia menerima uang sebanyak dua puluh lima ribuan.

Kalimat (a) memilikimakna ganda, yaitu siapa yang terkenal, mahasiswa atau
perguran tinggi.

Kalimat (b) memiliki makna ganda, yaitu berapa jumlah uang, seratus ribu rupiah
atau dua puluh lima ribu rupiah.

Perhatikan kalimat berikut.

• Yang diceritakan menceritakan tentang putra-putri raja, para hulubalang,


dan para menteri.
Kalimat ini salah pilihan katanya karena dua kata yang bertentangan, yaitu
diceritakan dan menceritakan. Kalimat itu dapat diubah menjadi Yang diceritakan
ialah putra-putri raja, para hulubalang, dan para menteri.

6) Kepaduan

15
Yang dimaksud dengan kepaduan ialah kepaduan ialah kepaduan
pernyataan dalam kalimat itu sehingga informasi yang disampaikannya tidak
terpecah-pecah.

a. Kalimat yang padu tidak bertele-tele dan tidak mencerminkan cara berpikir
yang tidak

simetris.Oleh karena itu, kita hindari kalimat yang panjang dan bertele-tele.

Misalnya:

Kita harus dapat mengembalikan kepada kepribadian kita orang-orang


kota yang telah terlanjur meninggalkan rasa kemanusiaan itu dan yang secara
tidak sadar bertindak keluar dari kepribadian manusia Indonesia dari sudut
kemanusiaan yang adil dan beradab

b. Kalimat yang padu mempergunakan pola aspek + agen + verbal secara tertib
dalam

kalimat-kalimat yang berpredikat pasif persona.

Contoh:

Surat itu saya sudah baca.

Saran yang dikemukakannya kami akan pertimbangkan.

Kalimat di atas tidak menunjukkan kepaduan sebab aspek terletak antara agen dan
verbal. Seharusnya kalimat itu berbentuk

a. Surat itu sudah saya baca.

b. Saran yang dikemukakannya akan kami pertimbangkan.

c. Kalimat yang padu tidak perlu menyisipkan sebuah kata seperti daripada
atau tentang

16
antara predikat kata kerja dan objek penderita.

Perhatikan kalimat ini :

a. Mereka membicarakan daripada kehendak rakyat.

b. Makalah ini akan membahas tentang desain interior pada rumah-rumah adat.

Seharusnya:

a. Mereka membicarakan kehendak rakyat.

b. Makalah ini akan membahas desain interior pada rumah-rumah adat.

7) Kelogisan

Yang dimaksud dengan kelogisan ialah bahwa ide kalimat itu dapat
diterima oleh akal dan penulisannya sesuai dengan ejaan yang berlaku.

2.1.4. PENYEBAB KALIMAT TIDAK EFEKTIF

Kalimat tidak efektif adalah kalimat yang tidak memiliki atau mempunyai
sifat-sifat yang terdapat pada kalimat efektif. Banyak hal yang menyebabkan
kalimat tidak efektif, yaitu makna yang tidak logis, bentuk kata yang tidak sejajar,
menggunakan subjek ganda, bentuk jamak yang di ulang, penggunaan kata depan
yang tidak perlu, salah nalar, pengaruh bahasa daerah atau bahasa asing, dan
kontaminasi atau keracunan. Berikut ini mari kita bahas satu per satu mengenai
penyebab kalimat menjadi tidak efektif :

1. Makna tidak logis

Contoh:

- Saya saling bertatapan (tidak efektif).

- Kami saling bertatapan (efektif).

2. Bentuk kata tidak sejajar

17
Contoh:

- Kiki menonton film itu karena diketahui bahwa film tersebut bagus
(tidak efektif ).

- Kiki menonton film itu karena mengetahui bahwa film tersebut bagus
(efektif ).

3. Menggunakan subjek ganda

Contoh:

- Novel itu saya sudah baca (tidak efektif).

- Saya sudah membaca novel itu (efektif).

4. Bentuk jamak yang diulang

Contoh:

- Para hadirin dimohon berdiri (tidak efektif).

- Hadirin kami mohon berdiri (efektif).

5. Penggunaan kata depan yang tidak perlu

Contoh:

- Kepada siswa kelas VII-A dimohon berkumpul di aula (tidak efektif).

- Siswa kelas VII-A dimohon berkumpul di aula (efektif).

6. Salah nalar

Contoh:

- Waktu dan tempat kami persilahkan (tidak efektif).

- Bapak penceramah, saya persilakan untuk naik ke podium (efektif).

- Mobil Pak Ivan mau dijual (tidak efektif).

- Mobil Pak Ivan akan dijual (efektif).

18
7. Pengaruh bahasa daerah atau bahasa asing

Contoh:

- Para tamu undangan sudah pada hadir (tidak efektif).

- Tamu undangan sudah hadir (efektif).

8. Kontaminasi/keracunan

Contoh:

- Nilai ulangan bahasa Inggris Aldi sangat baik sekali (tidak efektif).

- Nilai ulangan bahasa Inggris Aldi baik sekali (efektif).

- Nilai ulangan bahasa Inggris Aldi sangat baik (efektif).

2.2. PARAGRAF

2.2.1. PENGERTIAN ALINEA ATAU PARAGRAF

Paragraf atau alinea adalah suatu bentuk bahasa yang biasanya merupakan
hasil penggabungan beberapa kalimat. Paragraf atau alinea biasanya dibuat dibaris
baru dengan 5 spasi, sehingga tulisannya terlihat menjorok ke dalam. Dalam
upaya menghimpun beberapa kalimat menjadi paragraph, yang perlu
diperhatikan adalah kesatuan dan kepaduan. Kesatuan berarti seluruh kalimat
dalam paragraf membicarakan satu gagasan(gagasan tunggal).Kepaduan berarti
seluruh kalimat dalam paragraf itu kompak, saling berkaitan mendukung gagasan
tunggal paragraf.

2.2.2. TUJUAN PEMBENTUKAN ALINEA ATAU PARAGRAF

•Memudahkan pengertian dan pemahaman terhadap satu tema.

•Memisahkan dan menegaskan perhentian secara wajar dan normal

19
2.2.3. UNSUR-UNSUR ALINEA ATAU PARAGRAF

Paragraf terdiri atas kalimat topik atau kalimat pokok dan kalimat penjelas
atau kalimat pendukung. Kalimat topik merupakan kalimat terpenting yang berisi
ide pokok alinea. Sedangkan kalimat penjelas atau kalimat pendukung berfungsi
untuk menjelaskan atau mendukung ide utama.

A. Ciri kalimat topik :

1. Mengandung permasalahan yang potensial untuk diuraikan lebih lanjut.

2. Mengandung kalimat lengkap yang dapat berdiri sendiri.

3. Mempunyai arti yang jelas tanpa dihubungkan dengan kalimat lain.

4. Dapat dibentuk tanpa kata sambung atau transisi

B Ciri kalimat pendukung :

1. Sering merupakan kalimat yang tidak dapat berdiri sendiri.

2. Arti kalimatnya baru jelas setelah dihubungkan dengan kalimat lain dalam
satu alinea.

3. Pembentukannya sering memerlukan bantuan kata sambung atau frasa


penghubung atau kalimat transisi.

4. Isinya berupa rincian, keterangan, contoh, dan data lain yang bersifat
mendukung kalimat topik

2.2.4. SYARAT-SYARAT ALINEA ATAU PARAGRAF

1. Kesatuan

Tiap alenia hanya mengandung satu gagasan pokok atau satu topik. Fungsi
alenia adalah mengembangkan gagasan pokok atau topik tersebut.

2. Koherensi

Syarat kedua yang harus dipenuhi oleh sebuah alenia ialah koherensi atau
kepaduan, yakni adanya hubungan yang harmonis, yang memperlihatkan kesatuan

20
kebersamaan antara satu kalimat dengan kalimat yang lainnya dalam sebuah
alenia.

3. Pengembangan

Pengembangan paragraf sangat berkaitan erat dengan posisi kalimat topik


karena kalimat topiklah yang mengandung inti permasalahan atau ide utama
paragraf.

Selain kalimat topik, pengembangan paragraf berhubungan pula dengan


fungsi paragraf yang akan dikembangkan misalnya sebagai paragraf pembuka,
paragraf pengembang, atau paragraf penutup. Fungsi tersebut akan mempengaruhi
pemilihan metode pengembangan karena misi ketiga paragraf tersebut dalam
karangan saling berbeda .

Didalam mengarang, terdapat enam metode pengembangan paragraf,yaitu :

1). Metode Definisi

Yang dimaksud dengan definisi adalah usaha penulis untuk menerangkan


pengertian/konsep istilah tertentu.

2). Metode Proses

Sebuah paragraf dikatakan memakai metode proses apabila isi alinea


menguraikan suatu proses. Proses ini merupakan suatu urutan tindakan atau
perbuatan untuk menciptakan atau menghasilkan sesuatu.

3). Metode Contoh

Dalam karangan ilmiah, contoh dan ilustrsi selalu ditampilkan. Contoh-


contoh terurai, lebih-lebih yang memerlukan penjelasan rinci tentu harus disusun
berbentuk paragraf.

4). Metode Sebab-Akibat

Metode sebab-akibat atau akibat-sebab (kausalitas) dipakai untuk


menerangkan suatu kejadian dan akibat yang ditimbulkannya, atau sebaliknya

21
5) . Metode Umum-Khusus

Metode umum-khusnya dan khusus-umum paling banyak dipakai untuk


mengembangkan gagasan paragraf agar tampak teratur.

6). Metode Klasifikasi

Bila kita akan mengelompokan benda-benda atau non benda yang


memiliki persamaan ciri seperi sifat, bentuk, ukuran, dan lain-lain, cara yang
paling tepat adalah dengan metode klasifikasi.

2.2.5. JENIS-JENIS ALINEA ATAU PARAGRAF

Paragraf memiliki banyak ragamnya. Untuk membedakan paragraf yang


satu dari paragraf yang lain berdasarkan kelompoknya,yaitu : jenis paragraf
menurut posisi kalimat topiknya, menurut sifat isinya, menurut fungsinya dalam
karangan.

1). Jenis paragraf menurut posisi kalimat topiknya

Kalimat yang berisi gagasan utama paragraf adalah kalimat topik. Karena
berisi gagasan utama itulah keberadaan kalmat topic dan letak posisinya dalam
paragraf menjadi penting. Posisi kalimat topik di dalam paragraf yang akan
memberi warna sendiri bagisebuah paragraf. Berdasarkan posisi kalimat topik,
paragraf dapa dibedakan atas empat macam, yaitu : paragraf deduktif, paragraf
induktif, paragraf deduktif-induktif(campuran), paragraf penuh kalimat topik.

• Paragraf Deduktif
Adalah paragraf yang letak kalimat pokoknya di tempat kan pada bagian awal
paragraf ,yaitu paragraf yang menyajikan pokok permasalahan terlebih dahulu,
yang dimulai dengan pernyataan umum yang disusun dengan uraian atau
penjelasan khusus (umum-khusus).

Contoh paragraf deduktif :

" Olahraga akan membuat badan kita menjadi sehat dan tidak mudah terserang
penyakit. Fisik orang yang berolahraga dengan yang jarang atau tidak pernah

22
berolahraga sangat jelas berbeda. Contohnya jika kita sering berolahraga fisik kita
tidak mudah lelah, sedangkan yang jarang atau tidak pernah berolahraga fisiknya
akan cepat lelah dan mudah terserang penyakit."

• Paragraf Induktif
Paragraf induktif ditandai dengan terdapatnya kalimat utama di akhir paragraf dan
diawali dengan uraian atau penjelasan bersifat khusus dan diakhiri dengan
pernyataan umum (khusus-umum).

Contoh paragraf induktif:

“Semua orang menyadari bahwa bahasa merupakan sarana pengembangan


budaya. Tanpa bahasa, sendi-sendi kehidupan akan lemah. Komunikasi tidak
lancer. Informasi tersendat-sendat. Memang bahasa merupakan alat komunikasi
yang penting, efektif dan efisien”.

• Paragraf Campuran
Paragraf campuran ditandai dengan terdapatnya kalimat utama di awal
dan akhir paragraph (deduktif-induktif). Kalimat pada akhir paragraf umumnya
menjelaskan atau menegaskan kembali gagasan utama yang terdapat pada awal
paragraf.

Contoh lain paragraf campuran :

" Pemerintah menyadari bahwa rakyat Indonesia memerlukan rumah yang


kuat,murah, dan sehat. Pihak dari pekerjaan umum sudah lama menyelidiki bahan
rumah yang murah, tetapi kuat. Tampaknya bahan perlit yang diperoleh dari
batuan gunung beapi sangat menarik perhatian para ahli. Bahan ini tahan api dan
air tanah. Usaha ini menunjukan bahwa pemerintah berusaha membangun rumah
yang kuat, murah dan sehat untuk memenuhi kebutuhan rakyat."

2). Jenis paragraf atau berdasarkan paragraf penuh kalimat topik

Seluruh kalimat yang membangun paragraf sama pentingnya sehingga


tidak satupun kalimat yang khusus menjadi kalimat topik. Kondisi seperti itu
dapat atau biasa terjadi akibat sulitnya menentukan kalimat topic karena kalimat

23
yang satu dan lainnya sama-sama penting. Paragraf semacam ini sering dijumpai
dalam uraian-uraian bersifat deskriptif dan naratif terutama dalam karangan fiksi.

Contoh paragraf penuh kalimat topik :

" Pagi hari itu aku berolahraga di sekitar lingkungan rumah. Dengan udara yang
sejuk dan menyegarkan. Di sekitar lingkungan rumah terdengar suara ayam
berkokok yang menandakan pagi hari yang sangat indah. Kuhirup udara pagi yang
segar sepuas-puasku."

3). Jenis Paragraf Menurut Sifat Isinya

Berdasarkan sifat isinya, alinea dapat digolongkan atas lima macam,yaitu:

a. Eksposisi
Berisi uraian atau penjelasan tentang suatu topik dengan tujuan memberi
informasi.

Contoh:

“ Para pedagang daging sapi di pasar-pasar tradisional mengeluhkan dampak


pemberitaan mengenai impor daging ilegal. Sebab, hampir seminggu terakhir
mereka kehilangan pembeli sampai 70 persen. Sebaliknya, permintaan terhadap
daging ayam dan telur kini melejit sehingga harganya meningkat.”

b. Argumentatif
Bertujuan membuktikan kebenaran suatu pendapat/ kesimpulan dengan
data/ fakta konsep sebagai alasan/bukti.

Contoh:

“Sebagian anak Indonesia belum dapat menikmati kebahagiaan masa kecilnya.


Pernyataan demikian pernah dikemukakan oleh seorang pakar psikologi
pendidikan Sukarton (1992) bahwa anakanak kecil di bawah umur 15 tahun sudah
banyak yang dilibatkan untuk mencari nafkah oleh orang tuanya. Hal ini dapat
dilihat masih banyaknya anak kecil yang mengamen atau mengemis di
perempatan jalan atau mengais kotak sampah di TPA, kemudian hasilnya

24
diserahkan kepada orang tuanya untuk menopang kehidupan keluarga. Lebih-
lebih sejak negeri kita terjadi krisis moneter, kecenderungan orang tua
mempekerjakan anak sebagai penopang ekonomi keluarga semakin terlihat di
mana-mana.”

c. Deskriptif
Berisi gambaran mengenai suatu hal atau keadaan sehingga pembaca
seolah-olah melihat, merasa atau mendengar hal tersebut.

Contoh:

“Gadis itu menatap Doni dengan seksama. Hati Doni semakin gencar memuji
gadis yang mempesona di hadapanya. Ya, karena memang gadis didepannya itu
sangat cantik. Rambutnya hitam lurus hingga melewati garis pinggang. Matanya
bersinar lembut dan begitu dalam, memberikan pijar mengesankan yang misterius.
Ditambah kulitnya yang bersih, dagu lancip yang menawan,serta bibir berbelah,
dia sungguh tampak sempurna.”

d. Persuasif
Karangan ini bertujuan mempengaruhi emosi pembaca agar berbuat
sesuatu. isi paragraf ini mempromosikan sesuatu dengan cara mempengaruhi atau
mengajak pembaca. Paragraf persuasif banyak dipakai dalam penulisan
iklan,terutama majalah dan Koran .

Contoh:

“ Dalam diri setiap bangsa Indonesia harus tertanam nilai cinta terhadap sesama
manusia sebagai cerminan rasa kemanusiaan dan keadilan. Nilai-nilai tersebut di
antaranya adalah mengakui dan memperlakukan manusia sesuai dengan harkat
dan martabatnya, mengembangkan sikap tenggang rasa dan nilai-nilai
kemanusiaan. Sebagai sesama anggota masyarakat, kita harus mengembangkan
sikap tolong-menolong dan saling mencintai. Dengan demikian, kehidupan
bermasyarakat dipenuhi oleh suasana kemanusian dan saling mencintai.”

e. Naratif

25
Karangan ini berisi rangkaian peristiwa yang susul-menyusul, sehingga
membentuk alur cerita. Karangan jenis ini sebagian besar berdasarkan imajinasi.

Contoh:

“ Jam istirahat. Aldi tengah menulis sesuatu di buku agenda sambil menikmati
bekal dari rumah. Sesekali kepalanya menengadah ke langit-langit perpustakaan,
mengernyitakan kening,tersenyum dan kembali menulis. Asyik sekali,seakan
diruang perpustakaan hanya ada dia.”

4). Jenis Paragraf Menurut Fungsi / Tujuannyanya dalam Karangan

Menurut fungsinya, paragraf dapat dibedakan menjadi 3 , yaitu:

a. Paragraf Pembuka
Paragraf pembuka biasanya memiliki sifat ringkas menarik, dan bertugas
menyiapkan pikiran pembaca kepada masalah yang akan diuraikan. Paragraf
pembuka biasanya bertujuan untuk mengutarakan suat aspek pokok pembicaraan
dalam karangan .

Sebagai bagian awal sebuah karangan, paragraf pembuka harus di fungsikan


untuk:

• Menghantar pokok pembicaraan.


• Menarik minat pembaca.
• Menyiapkan atau menata pikiran untuk mengetahui isi seluruh karangan.
Setelah memiliki ke tiga fungsi tersebut di atas dapat dikatakan paragraf
pembuka memegang peranan yang sangat penting dalam sebuah karangan.
Paragraf pembuka harus disajikan dalam bentuk yang menarik untuk pembaca.
Untuk itu bentuk berikut ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan menulis paragraf
pembuka,yaitu:

• Kutipan, peribahasa, anekdot


• Pentingnya pokok pembicaraan
• Pendapat atau pernyataan seseorang
• Uraian tentang pengalaman pribadi

26
• Uraian mengenai maksud dan tujuan penulisan
• Sebuah pertanyaan.
Contoh paragraf pembuka :

Pemuli baru saja usai. Sebagian orang, terutama caleg yang sudah pasti jadi,
merasa bersyukur karena pemilu berjalan lancer seperti yang diharapkan. Namun,
tidak demikian yang dirasakan oleh para caleg yang gagal memperoleh kursi di
parlemen. Mereka mengalami stress berat hingga tidak bias tidur dan tidak mau
makan.

b. Paragraf Penghubung
Paragraf penghubung berisi inti masalah yang hendak disampaikan kepada
pembaca. Secara fisik, paragraf ini lebih panjang dari pada paragraf pembuka.
Sifat paragraf-paragraf penghubung bergantung pola dari jenis karangannya.
Dalam karangan-karangan yang bersifat deskriptif, naratif, eksposisis, paragraf-
paragraf itu harus disusun berdasarkan suatu perkembangan yang logis. Bila
uraian itu mengandung pertentangan pendapat, maka beberapa paragraf disiapkan
sebagai dasar atau landasan untuk kemudian melangkah kepada paragraf-paragraf
yang menekankan pendapat pengarang.

Paragraf ini didalam karangan dapat difungsikan untuk:

• Mengemukakan inti persoalan.


• Memberikan ilustrasi.
• Menjelaskan hal yang akan diuraikan pada paragraf berikutnya.
• Meringkas paragraf sebelumnya
• Mempersiapkan dasar bagi simpulan.
3. Paragraf Penutup

Paragraf penutup biasanya berisi simpulan (untuk argumentasi) atau penegasan


kembali (untuk eksposisi) mengenai hal-hal yang dianggap penting. Paragraf ini
merupakan pernyataan kembali maksud penulis agar lebih jelas. Mengingat
paragraf penutup dimaksudkan untuk mengakhiri karangan. Penyajian harus
memperhatikan hal sebagai berikut :

27
• Sebagai bagian penutup,paragraf ini tidak boleh terlslu panjang.
• Isi paragraf harus berisi simpulan sementara atau simpulan akhir sebagai
cerminan inti seluruh uraian.
• Sebagai bagian yang paling akhir dibaca, disarankan paragraf ini dpat
menimbulkan kesan yang medalam bagi pembacanya.
Contoh paragraf penutup :

“ Demikian proposal yang kami buat. Semoga usaha kafe yang kami dirikan
mendapat ridho dari Tuhan YME serta bermanfaat bagi sesama. Atas segala
perhatiannya, kami ucapkan terima kasih.”

28
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mewakili pikiran penulis atau
pembicara secara tepat sehingga pndengar/pembaca dapat memahami pikiran
tersebut dengan mudah, jelas dan lengkap seperti apa yang dimasud oleh penulis
atau pembicaranya. Unsur-unsur dalam kalimat meliputi : subjek (S), prediket (P),
objek (O), pelengkap (Pel), dan keterangan (Ket). Ciri-ciri kalimat efektif yaitu :
Kesepadanan, keparalelan, ketegasan, kehematan, kecermatan, kepaduan,
kelogisan.

Paragraf atau alinea adalah suatu bentuk bahasa yang biasanya merupakan
hasil penggabungan beberapa kalimat. Dalam upaya menghimpun beberapa
kalimat menjadi paragraph, yang perlu diperhatikan adalah kesatuan dan
kepaduan. Kesatuan berarti seluruh kalimat dalam paragraf membicarakan satu
gagasan(gagasan tunggal). Paragraf diperlukan untuk mengungkapkan ide yang
lebih luas dari sudut pandang komposisi, pembicaraan tentang paragraf
sebenarnya ssudah memasuki kawasan wacana atau karangan sebab formal yang
sederhana boeh saja hanya terdiri dari satu paragraf. Jadi, tanpa kemampuan
menyusun paragraf, tidak mungkin bagi seseorang mewujudkan sebuah karangan.

29
DAFTAR PUSTAKA

• Ali, Lukman dkk. 1991. Petunjuk Praktis Berbahasa Indonesia. Jakarta:


Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.
• Badudu, J.S. 1983. Membina Bahasa Indonesia baku. Bandung: Pustaka
Prima.
• Finoza, Lamuddin. 2002.. Komposisi Bahasa Indonesia. Jakarta: Insan
Mulia.
• Razak, Abdul. 1985. Kalimat Efektif. Jakarta: Gramedia.
• http://kalimatefektif2013.blogspot.co.id
• http://ellopedia.blogspot.com/2010/09/paragraf.html
• http://swestimahardini.wordpress.com/2011/10/24/makalah-bahasa-
indonesia-mengenai-alinea-paragraf/

30

Anda mungkin juga menyukai