Anda di halaman 1dari 6

A.

LATAR BELAKANG
Tema utama dalam surat Luqman adalah ajakan kepada tauhid dan kepercayaan akan keniscayaan
Kiamat serta pelaksanaan prinsip-prinsip dasar agama. Al-Biqa’i berpendapat bahwa tujuan utama surah
ini adalah membuktikan betapa kitab al-Qur’an mengandung hikmah yang sangat dalam, yang mengantar
kepada kesimpulan bahwa Yang Menurunkannya adalah DiaYang Maha Bijaksana dalam firman-firman
dan perbuatan-perbuatan-Nya. Surah ini terdiri dari 33 ayat menurut perhitungan ulama Mekkah dan
Madinah, dan 34 ayat menurut ulama Syam, Kufah dan Bashrah. Perbedaan itu hanyalah perbedaan
dalam cara menghitung, bukan berarti ada yang tidak diakui keberadaan ayat-Nya.1
Pada kesempatan kali ini, penulis akan membahas mengenai hubungan pendidikan dengan surah
Luqman. Untuk itu, perlu diketahui bahwa, pembahasan tentang pendidikan dalam QS. Luqman hanya
difokuskan kepada episode kedua dalam surat Luqman yaitu wasiat-waasiat penting Luqman kepada
anaknya yang mana terdapat pada ayat ke-12 sampai dengan 19. Namun pada kali ini, penulis hanya akan
memaparkan ayat 18-19 yang mana pada keseluruhannya menceritakan tentang ajaran Luqman kepada
anaknya tentang pendidikan akhlak.
B. PEMBAHASAN
1. Surat Al Luqman: [31] 18-19
ِ ْ ْ َ َ َ ُ ُّ ُ َ َ ‫َ َ ً ۗا َّ ه‬ َْ ِ ْ ‫اكال َّلناس َاو َل َات‬
َ َّ َ ْ ِّ َ ُ َ َ
‫ ا‬۱۸( ‫باك َّل ُام ْحت ٍالاف ُح ْورا‬
‫)او اق ِصد ِ ِ ْا‬
‫افا‬ ‫ال اي ِح‬‫ضامرحا ا ِانااَّلل ا‬ ِ ‫ر‬ ْ ‫ال‬‫ا‬ ‫اف‬ ‫ش‬
ِ ِ ‫م‬ ِ ِ ‫ل تصعرخد‬ ‫وا‬
ْ ُ َ َ ْ َ ْ َ َّ َ ْ َ ْ ْ ُ ْ َ َ ْ َ
)۱۹(‫كۗا ِاناانك َراال ْص َو ِتال َص ْوتاال َح ِم ْْ ِيا‬‫مش ِيكاواغضض ِامناصو ِت ا‬

“Dan janganlah Kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah Kamu
berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong
lagi membanggakan diri (QS. Luqman:[31] 18. Dan sederhanakanlah Kamu dalam berjalan dan
lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai (QS. Luqman:[31] 19).

2. Kosa Kata

Kata
ّ
)‫(تصعر‬ ّ
tusha’ir terambil dari kata )‫ (الصعر‬ash-sha’ar yaitu penyakit yang menimpa unta dan

menjadikan lehernya keseleo sehingga memaksanya berupaya keras dan berpaling sehingga tekanan tidak
tertuju kepada syaraf lehernya yang mengakibatkan rasa sakit. Dari kata inilah ayat di atas
menggambarkan upaya keras dari seseorang untuk bersikap angkuh dan menghina orang lain.

1
Syaikh Asy-Syanqithi, Tafsir Adhwa’ul Bayan Tafsir Al Quran dengan Al Quran, (Jakarta: Pustaka Azzam,
2010), h. 579

1
Kata (‫ )فِ الرض‬fi al-ardhl di bumi: disebut oleh ayat diatas untuk mengisyaratkan bahwa asal
kejadian manusia dari tanah sehingga dia hendaknya jangan menyombongkan diri dan melangkah angkuh
di tempat itu. Sedang Ibn‟Asy‟ur menjelaskan bahwa bumi adalah tempat berjalan semua orang yang
kuat dan yang lemah, yang miskin dan yang kaya, penguasa dan rakyat jelata. Mereka semua sama
sehingga tidak wajar bagi pejalan yang sama, menyombongkan diri dan merasa melebihi orang lain.

Kata (‫ )مختال‬mukhtalan terambil dari akar kata yang sama dengan (‫ )خيال‬khayal. Karenanya kata
ini pada mulanya berarti orang yang tingkah lakunya diarahkan oleh khayalannya, bukan oleh kenyataan
yang ada pada dirinya yang mana berarti berjalan angkuh dan merasa dirinya memiliki kelebihan
dibandingkan dengan orang lain. Dan inilah yang ditunjuk oleh kata (‫ )فخورا‬fakhuran, yakni seringkali
membanggakan diri. Kedua kata ini yakni mukhtal dan fakhur mengandung makna kesombongan yang
terlihat dalam tingkah laku, sedang yang kedua adalah kesombongan yang terdengar dari ucapan-ucapan.

Kata (‫ )اغضض‬ughdhudh pada ayat ke-19 terambil dari kata (‫ )غض‬ghadhdh dengan arti
penggunaan sesuatu tidak dalam potensinya yang sempurna. Mata dapat memandang ke kanan dan ke kiri
secara bebas. Perintah ghadhdh jika ditujukan kepada mata, kemampuan itu hendaknya dibatasi.
Demikian juga suara, seseorang diminta untuk tidak berteriak sekuat kemampuannya, tetapi dengan suara
perlahan namun tidak harus berbisik.2

3. Tafsir ayat:

Dalam ayat ini dibahas enam masalah yaitu:

Pertama: firman Allah SWT, Ketika Luqman melarang anakanya dari perilaku buruk, dia pun

menjelaskan perilaku baik yang harus diterapkan. Berkata Luqman,


َ ْ
‫َامش ِيكا‬ ْ ِ ‫“ او ْاق ِص ْد‬Dan
‫اف‬ِِ
ُ َْ
sederhanalah kamu dalam berjalan,” maksudnya adalah berjalanlah biasa-biasa saja. Kata ‫د‬ ‫الق ْص ا‬
artinya berjalan antara cepat dan lambat. Artinya janganlah kamu berjalan seperti orang lunglai dan
janganlah seperti orang terlalu semangat.

َ َ ْ ْ ُ ْ َ
Kedua: Firman Allah SWT, ‫اص ْو ِتكا‬ ‫واغضض ِامن‬ “Dan lunakkanlah suaramu,” maksudnya adalah

rendahkanlah suaramu. Artinya jangan berlebihan dengan meninggikan suara dan bersuaralah sesuai

2
M.Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur’an (Jakarta: Lentera Hati, 2002), h.
311-313

2
kebutuhan, sebab suara nyaring yang dikeluarkan melebihi dari yang dibutuhkan dapat membebani diri
sendiri dan dapat menggangu orang lain. Maksud keseluruhannya adalah bersifat tawaddhu.

ْ ُ َ َ ْ َ ْ َ َّ
Ketiga: Firman Allah SWT, ‫ِان اانك َراال ْص َو ِت ال َص ْوت اال َح ِم ْْ ِيا‬ “sesungguhnya seburuk-buruk suara

ialah suaa keledai.” Lafaz ‫ ا َ ْنك ََر‬berarti paling buruk dan paling jelek. Keledai adalah perumpamaan dalam
mencela daan memaki. Begitu pula dengan suaranya.

Dalam ayat ini terdapat dalil kesamaan buruknya suara nyaring saat berdialog dan bertengkar dengan
suara keledai, sebab suara itu sama nyaringnya. Dalam sebuah riwayat shaih yang berasal dari Rasulullah
SAW disebutkan bahwa beliau bersabda:

ً َ َ ْ َ َ َ َّ َ َ َّ ‫َ َ َ ْ ُ ْ َ ْ َ ْ َ ْ َ َ َ َّ ُ ْ ه‬
‫اَّلل ِام َنااللش ْيط ِانافِاإن اهاارأتاا ا‬
‫ش ْيطاانا‬ ِ ‫ااب‬ِ ‫وِإذااس ِمععتمان ِهيقاالح ِم ْ ِيافتعوذو‬
“Apabila kalian mendengar suara keledai, maka berlindunglah kepada Allah SWT dari setan, sebab
sesungguhnya keledai itu telah melihat syetan.”

Diriwayatkan bahwa tidaklah bersuara keledai dan tidaklah menggonggong anjing kecuali dia sedang
melihat syetan. Sufyan Ats-Tsauri berkata, “Teriakan segala sesuatu adalah tasbih kecuali suara teriakan
keledai. Atha berkata, “Suara keledai adalah doa (kemudharatan) atas orang-orang zhalim.

Keempat: Ayat ini merupakan pelajaran sopan santun dari Allah SWT, yakni tidak berteriak di
hadapan orang karena meremehkan mereka atau tidak berteriak kapanpun dan di manapun. Orang Arab
biasanya merasa bangga dengan suara nyaring. Oleh karena itu, siapa di antara mereka yang lebih nyaring
suaranya, maka dia lebih dianggap terhormat dan siapa yang lebih pelan suaranya, maka dia dianggap
َ ْ َ َّ
lebih terhina. Maka dari itu, Allah SWT melarang perilaku jahiliyah ini dengan firman-Nya, ‫ِان اانك َرا‬
ْ ُ َ َْ
‫ال ْص َو ِت ال َص ْوت اال َح ِم ْْ ِيا‬ “Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai,” maksudnya,

seandainya ada sesuatu yang ditakuti karena suaranya maka itu adalah keledai, maka Dia menjadikan
mereka adalah sama. Demikian Luqman Hakim mengakhiri nasihat yang mencakup pokok-pokok
tuntunan agama. Di sana ada akidah, syariat dan akhlak, tiga unsur ajaran alquran.3

ْ ُ َ
Kelima: Firman Allah SWT, ‫“ ل َص ْوتاال َح ِم ْْ ِيا‬Ialah suara keledai.” Huruf lam di sini berfungsi untuk
taukid (penguat).

Nasihat Luqman pada kedua ayat ini berkaitan dengan akhlak dan sopan santun berinteraksi dengan
sesama manusia. Materi pelajaran aqidah, beliau selingi dengan materi pelajaran akhlak, bukan saja agar

3
Sayikh Imam Al-Qurthubi, Tafsir Al-Qurthubi Jilid 14 (Jakarta: Pustaka Azzam , 2009), h. 168-70

3
peserta didik tidak jenuh dengan suatu materi tetapi juga untuk mengisyaratkan bahwa ajaran aqidah dan
akhlak merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.4

4. Analisis Kaitan Al Luqman Ayat 18-19 Dengan Pendidikan

Penyampaian yang dilakukan Luqman Al-Hakim dapat dipahami sebagai sebuah proses pendidikan
yang dijadikan sebagai alternatif meodel pendidikan. Sedangkan sistem pendidikan Islam dipahami
sebagai proses pendidikan yang melibatkan banyak hal, atau disebut juga sebagai unsur-unsur atau
komponen-komponen pendidikan di mana satu sama lain saling berkaitan dan berhubungan dengan untuk
mencapai keberhasilan pendidikan Islam.

Secara sederhana, tujuan pendidikan Luqman dapat dirumuskan sebagai upaya untuk mewujudkan
pribadi yang memiliki kualitas iman yang prima, amal sempurna dan akhlak paripurnna. Rumusan
tersebut dapat tertuang dalam indikator bahwa menanamkan akhlak mulia dan sopan santun dalam
berinteraksi sosial. Budi pekerti yang harus diajarkan terutama budi pekerti sehari-hari, yaitu cara
berinteraksi dengan orang tua, keluarga dan orang lain. Luqman mengawali pelajaran akhlak kepada
anaknya agar tidak menyombongkan diri terhadap sessama manusia, tidak bersikap angkuh, melainkan
sederhana dalam berjalan dan lunak dalam berbicara.

Adapun kedua ayat Luqman ini, menjelaskan tentang akhlak mulia dan sopan santun dalam
berinteraksi sosial. Setidaknya ada tiga pendidikan etika berinteraksi yang diajarkan Luqman kepada
anaknya. Pertama, etika berinteraksi nonverbal, yakni tidak memalingkan muka ketika berbicara kepada
seseorang atau sebaliknya karena hal itu merupakan sebuah penghinaan dan salah satu bentuk
kesombongan. Kedua, etika berjalan, yakni sederhana dalam berjalan sehingga tidak angkuh dan
sombong. Ketiga, etika berbicara, yakni melunakkan suara ketika berbicara kepada orang lain.5

Dalam pada itu, proses pendidikan bukan hanya sebatas pendidik, peserta didik dan materi pendidikan
melainkan mencakup di dalamnya metode pendidikan yaitu cara yang digunakan dalam usaha mednidik
peserta didik. Metode pendidikan yang diterapkan oleh Luqman ialah; pertama, metode nasihat
(Mau’izah) yaitu nasihat bijaksana yang dapat diterima oleh pikiran dan perasaan orang yang
menerimanya. Mau’izah sering diartikan sebagai nasihat yang disajikan dengan cara yang menyentuh
kalbu. Kedua, dialog (Hiwar) yaitu percakapan timbal balik atau komunikasi dua arah antara dua pihak
atau lebih mengenai suatu topik tertentu dan dengan sengaja diarahkan kepada suatu tujuan yang

4
Ahsanul Fuadi & Eli Susanti, Jurnal Pendidikan Islam “Nilai-Nilai Pendidikan dalam Surah Luqman,
Vol. 2 No. 2” (Bengkulu: STAIN Curup, 2017), h. 133
5
Rohani & Hayati Nufus, Pendidikan Anak Menurut Surat Luqman Ayat 12-19 Dalam Tafsir Ibnu Katsi, al iltizam
Vol. 2 No. 1 ( Ambon: IAIN Ambon, 2017) h. 112

4
dikehendaki oleh pendidik. Ketiga: keteladanan, dalam pendidikan keteladanan merupakan metode yang
sangat efektif untuk membentuk kepribadian peserta didik, terutama pada aspek moral, spiritual dan
sosial. Keempat, pembiasaan yaitu metode yang dengan menerapkan penanaman nilai secara berulang.
Kelima, perumpamaan yaitu menjeleskan dengan gambaran yang logis dan rasional. Keenam, learning by
doing.

Berdasarkan kedua ayat di atas, Luqman Al Hakim mengajarkan akhlak dalam berinteraksi sosial
kepada anaknya, yaitu agar tidak menyombongkan diri terhadap sesama manusia, tidak bersifat angkuuh,
sederhana dalam berjalan dan lunak dalam bersuara. Semua ini ditujukan agar anak memiliki kecerdasan
berinteraksi dan berkomunikasi dengan baik.

C. KESIMPULAN

Dari uraian di atas, ayat 18-19 ini menerangkan lanjutan wasiat Luqman kepada anaknya, yaitu agar
anaknya berbudi pekerti yang baik, dengan cara Pertama, Jangan sekali-kali bersifat angkuh dan
sombong, membanggakan diri dan memandang rendah orang lain. Kedua, hendaklah berjalan secara
wajar, tidak dibuat-buatdan kelihatan angkuh atau sombong. Ketiga, lemah lembut dalam berbicara
sehingga orang yang melihat dan mendengarnya merasa senang dan tentram batinnya.

D. DAFTAR PUSTAKA
Asy-Syanqithi, Tafsir Adhwa’ul Bayan Tafsir Al Quran dengan Al Quran, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2010)

Fuadi, Ahsanul &Eli Susanti, Jurnal Pendidikan Islam “Nilai-Nilai Pendidikan dalam Surah Luqman, Vol.
2 No. 2” (Bengkulu: STAIN Curup, 2017)

Imam Al-Qurthubi, Tafsir Al-Qurthubi Jilid 14 (Jakarta: Pustaka Azzam , 2009)


Quraish, M. Shihab, Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur’an (Jakarta: Lentera Hati,
2002)

Rohani & Hayati Nufus, Pendidikan Anak Menurut Surat Luqman Ayat 12-19 Dalam Tafsir Ibnu Katsi,
al iltizam Vol. 2 No. 1 ( Ambon: IAIN Ambon, 2017)

5
6

Anda mungkin juga menyukai