Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

DALIL-DALIL SYARA' TERKAIT ALAM

Dosen Pengampu : Mr. Jupri M.Pd

Disusun Oleh :

Kelompok 1

Intan Zubaidah (2211040052)


Sherly Rianda (2211040222)
Niken Anatasya (2211040096)
M. Ale Khadaffi Wilyam (2211040062)
Aprijal (2211040166)
Sarah Jauza Nafishah (2211040125)
Windi Suwarni (2211040233)
Oktavia Nur Salamah (2211040210)
Desi Vitriana (2211040027)
Risa Putri Nurbaiti (2211040118)
Vika Aulia Nisa (2211040145)
Gevira Rahma Yunita (2211040043)
Ramadani Nur Eliyana (2211040111)

Kelas G/Semester 2

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI REDEN INTAN LAMPUNG

2023 M/144
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah SWT, Tuhan semesta alam yang
memberikan kita rahmat, nikmat, hidayah dan inayah-Nya, sehingga dapat
melaksanakan fungsi kita di muka bumi ini sebagai khalifah Allah dengan husnul
khotimah. Sholawat serta beriring salam senantiasa tetap tercurahkan kepada
Nabi Muhammad SAW. Makhluk Allah yang datang untuk membimbing kita
menuju kejalan yang diridhoinya dan patut menjadi teladan umat islam hingga
akhir zaman.

Terimakasih sebelum dan sesudahnya kami ucapkan kepada Dosen serta


teman-teman sekalian yang telah membantu, baik bantuan berupa moriil maupun
materil, sehingga makalah ini terselesaikan dalam waktu yang telah
ditentukan.Kami menyadari sekali, didalam penyusunan makalah ini masih jauh
dari kesempurnaan serta banyak kekurangannya.

Semoga makalah ini dapat menambah wawasan baru dalam bidang


keilmuan penulis serta pembaca pada umumnya.

Bandar lampung, 16 Maret


2023

Penulis,

ii
DAFTAR ISI

COVER
KATA PENGANTAR.................................................................................. i
DAFTAR ISI................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah........................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................... 2
1.3 Tujuan Masalah ......................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Alam Kehidupan..................................................................... 3
2.2 Dalil Syara tentang Alam daan Lingkungan Hidup.................................. 3
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ............................................................................................... 19
3.2 Saran......................................................................................................... 20
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 21

iii
1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bencana selalu menimbulkan kesedihan, penderitaan, dan kerugian. Semua
orang pasti setuju dengan pendapat ini. Di Koran dan televisi di seantero dunia
secara khusus Indonesia para korban murung dan putus asa. Aceh menangis dan
Yogya pun berduka. Tambah pangandaran Jawa Barat. Semua penuh dengan luka
dan derita.
Ada yang mengatakan, ini sudah takdir Allah. Mungkin betul. Para
ilmuwan pun mengamini karena letak geografis Indonesia memang rawan
bencana. Apalagi bencana sudah dalam rencana Tuhan seperti Q.S (Al-hadid) : 22.
Deskripsi ala Indonesia di atas sekedar untuk menghentakkan kita bahwa sudah
sedemikian parahkah alam dan lingkungan ini sehingga tak sayang terhadap
penghuninya ?. Mungkin Tuhan mulai bosan bersahabat dengan kita. Demikian
syair lagu yang sering dilantunkan oleh kalangan arti.
Lingkungan yang menjadi perbincangan dalam forum ini senada saja
maknanya dengan alam. Alam secara jelas disebutkan dalam Al-Qur’an, tepatnya
pada QS.(1): 1. Tetapi yang berbeda adalah peristilahan lingkungan hidup secara
baku, baik dari aspek ajaran maupun tradisi keilmuan Islam, kedua-duanya tidak
terdapat dalam konsep yang konkrit. Namun isyaratnya jelas di dalam al-Qur’an.
Konseptualisasi lingkungan atau alam dalam Islam merupakan pemahaman
rasional terhadap ayat-ayat kauniyah yang terbentang di hadapan manusia, di
samping ayat-ayat qauliyah yang cenderung menjelaskan tentang alam dan
seluruh isinya.
Keberadaan alam dan seluruh benda-benda yang terkandung di dalamnya
merupakan suatu kesatuan yang tidak terpisahkan. Secara keseluruhan saling
membutuhkan, dan saling melengkapi kekurangannya. Kelangsungan hidup dari
setiap unsur kekuatan alam terkait dengan keberadaan hidup kekuatan lain.
Kejadian alam dan apa yang di dalamnya saling mendukung sehingga ia disebut
alam secara keseluruhan. Alam dan apa-apa yang ada di dalamnya seperti
2

tumbuh-tumbuhan dan binatang termasuk manusia dan benda mati yang ada di
sekitarnya, serta kekuatan alam lainnya seperti angin, udara dan iklim hakekatnya
adalah bagian dari keberadaan alam.
Masalah lingkungan dikenal dua kata kunci yang sangat erat hubungannya
dengan keserasian lingkungan hidup, yaitu ekologi danekosistem. Ungkapan
ekologi, ecologi berasal dari bahasa Yunani, oikosyang berarti rumah tangga dan
kata logos yang berarti ilmu. Jadi ekologi dapat diartikan sebagai studi tentang
rumah tangga makhluk hidup. Ilmu pengetahuan yang membicarakan tentang
interaksi antara makhluk hidup dan lingkungannya, termasuk benda mati yang
ada disekitarnya. Sebab didalam ekologilah dibicarakan adanya struktur dan
interaksi antara makhluk hidup dan lingkungannya. Keberadaan makhluk hidup
tidak dapat dipisahkan dari makhluk hidup lainnya, interaksi dalam pengertian
saling membutuhkan adalah dasar berkembangnya eksistensi makhluk hidup
menjadi makhluk yang mempunyai makna dalam kehidupan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa Pengertian Alam Kehidupan?
2. Bagaimana Dalil Syara tentang Alam daan Lingkungan Hidup?

1.3 Tujuan
1. Untuk Mengetahui Pengertian Alam Kehidupan.
2. Untuk Mengetahui Dalil Syara tentang Alam daan Lingkungan Hidup.
3

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Alam Kehidupan

Islam telah memberikan pedoman terhadap semua sisi kehidupan, termasuk


lingkungan. Lingkungan sendiri merupakan bagian dari ciptaan Allah SWT dan
setiap manusia ciptaan-Nya berkewajiban untuk menjaganya.
Kehidupan yang mempunyai makna yang sebenarnya merupakan
kehidupan yang memiliki nilai kemanfaatan dalam proses berlangsungnya hidup
di alam jagad raya ini. Unsur yang terpenting dalam mewujudkan hidup yang
bermakna terletak pada seluruh makhluk hidup yang memiliki fungsi kegunaan,
baik atas dirinya maupun sesama makhluk hidup serta alam sekitarnya sebagai
tempat makhluk hidup berada, karena pada setiap makhluk hidup ada kekuatan
yang membangkitkan yang disebut energi.
Keberadaan matahari sebagai sumber energi sangat dibutuhkan oleh semua
makhluk. Tumbuh-tumbuhan membutuhkan sinar matahari sebagai upaya
mematangkan makanan yang dibutuhkan dan batang pepohonan mampu
mengatasi banjir yang akan membahayakan makhluk hidup yang lain; hewan,
tumbuhan termasuk manusia. Pada pokoknya setiap energi yang ada pada semua
makhluk hidup saling dibutuhkan oleh sesamanya makhluk hidup yang masing-
masing tergantung kepada makhluk hidup yang lainnya.

2.2 Dalil Syara tentang Alam daan Lingkungan Hidup

Kata- kata dalam hadis sangat susah menghitung jumlah kata yang
diinginkan misalnya kata dabbat, karena ketiadaan kamus hadis sebagaimana
yang dimiliki al-Qur’an misalnya mu’jam li alfadzil Qur’an.
Term-term yang dapat menjadi dasar pencarian hadis yang berkaitan
dengan lingkungan meliputi :
1. Fauna
4

Fauna, dalam al-Qur’an ditemukan kata “‫اﻟﺪواب‬/‫ ”داﺑﺔ‬dan kata “‫”اﻷﻧﻌﺎم‬. Yang
pertama berulang sebanyak 18 kali,[13]sementara yang kedua berulang sebanyak
32 kali[14]. Dabbah arti dasarnya adalah binatang yang merangkak. Juga
diartikan hewan, binatang dan ternak. Sedangkan al-An’am, arti dasarnya ternak.
Ternak disini meliputi: unta, lembu, dan kambing. Mahmud Yunus me-masukkan
kerbau.
1. Flora
Kata flora dalam kamus bahasa Indonesia, diartikan dengan “segala
tumbuh-tumbuhan yang terdapat dalam suatu daerah atau di suatu masa”. Istilah
ini kemudian dipakai untuk seluruh jenis tumbuhan dan tanaman.
Sebagai padanan dari kata flora, dalam al-Qur’an digunakan kata “‫ ”ﻧﺒﺎت‬dan
“‫”اﻟﺤﺮث‬. Yang pertama berulang sebanyak 9 kali, sementara yang kedua berulang
sebanyak 12 kali. Nabatberarti tumbuh-tumbuhan dan al-harts berarti tanaman.
2. Tanah, Air dan Udara (Angin)
Setelah fauna dan flora, maka unsur lingkungan yang sangat vital dalam
kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya ialah tanah, air dan udara (angin).
a. Tanah (bumi); dalam bahasa Arab tanah berarti “‫”اﻷرض‬. Kata “‫”اﻷرض‬
berulang sebanyak 451 kali.
b. Air; kata “‫ ”ﻣﺎء‬yang berarti air disebut sebanyak 59 kali dalam al-
Qur’an. Selain itu ada 4 bentuk lain, masing-masing disebut satu kali,
yaitu: “‫ ﻣﺎؤھﺎ‬،‫ ﻣﺎءﻛﻢ‬،‫ ﻣﺎءھﺎ‬،‫ ”ﻣﺎءك‬sehingga seluruhnya berjumlah 63 kali.
c. Udara; dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, angin antara lain
berarti : (1) gerakan atau aliran udara; (2) hawa, udara. Dalam al-
Qur’an, udara atau angin “‫ اﻟﺮﯾﺎح‬،‫”اﻟﺮﯾﺢ‬, berulang sebanyak 28 kali.
Dilansir dari berbagai sumber, inilah beberapa dalil yang menjelaskan
ajaran Islam dalam melestarikan alam dan lingkungan.
1. Merusak lingkungan menjadi salah satu sifat orang munafik
Allah SWT berfirman dalam QS. Al-Baqarah ayat 205.
َ‫ﱠُ ﻻَ ﯾُﺤِﺐﱡ ٱﻟْﻔَﺴَﺎد‬K‫وَإِذَا ﺗَﻮَﻟﱠﻰٰ ﺳَﻌَﻰٰ ﻓِﻰ ٱﻷَْرْضِ ﻟِﯿُﻔْﺴِﺪَ ﻓِﯿﮭَﺎ وَﯾُﮭْﻠِﻚَ ٱﻟْﺤَﺮْثَ وَٱﻟﻨﱠﺴْﻞَ ۗ وَٱ‬
5

Artinya: Dan apabila ia berpaling (dari kamu), ia berjalan di bumi untuk


mengadakan kerusakan padanya, dan merusak tanam-tanaman dan binatang
ternak, dan Allah tidak menyukai kebinasaan.
2. Dilarang untuk menvemari lingkungan
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu bahwa Nabi Muhammad
Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
"Jauhilah dua perbuatan yang mendatangkan laknat!" Sahabat-sahabat
bertanya, "Apakah dua perbuatan yang mendatangkan laknat itu?" Nabi
menjawab, "Orang yang buang air besar di jalan umum atau di tempat berteduh
manusia." (HR Muslim)
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu bahwa Nabi Muhammad
Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
"Janganlah seorang dari kalian kencing di air tenang yang tidak mengalir
kemudian mandi di dalamnya." (HR Bukhari dan Muslim)
3. Menanam tumbuhan sama dengan bersedekah
Dari Anas radhiyallahu ‘anhu bahwa Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi
wasallam bersabda:
"Tidak seorang pun Muslim yang menanam tumbuhan atau bercocok
tanam, kemudian buahnya dimakan oleh burung atau manusia atau binatang
ternak, kecuali yang dimakan itu akan bernilai sedekah untuknya." (HR Bukhari)
4. Berlaku baiklah kepada segala sesuatu
Dari Syaddad bin Aus berkata:
"Ada dua hal yang aku hafal dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam,
beliau berkata, 'Sesungguhnya Allah mewajibkan berlaku ihsan kepada segala
sesuatu. Bila kalian membunuh (seperti binatang berbahaya), bunuhlah dengan
cara yang baik. Bila kalian menyembelih binatang, sembelihlah dengan cara
yang baik. Hendaknya seorang dari kalian mengasah pisaunya dan memberi
kemudahan kepada sembelihannya. (HR Muslim)
5. Larangan membakar pohon
Abu Bakar Radhiyallahu ’anhu berpesan ketika mengirim pasukan ke Syam,
"... dan janganlah kalian menenggelamkan pohon kurma atau membakarnya.
6

Janganlah kalian memotong binatang ternak atau menebang pohon yang


berbuah. Janganlah kalian meruntuhkan tempat ibadah. Janganlah kalian
membunuh anak-anak, orang tua, dan wanita." (HR Ahmad)
Nah, itulah beberapa dalil dari Al-Quran dan hadis yang dapat kamu
pahami bahwa menjaga dan merawat alam dan lingkungan itu penting untuk
kelangsungan hidup di dunia. Bahkan, mereka yang menanam tumbuhan yang
bermanfaat sama dengan bersedekah. Wallahu'alam.
Mengingat banyaknya hadis yang berkaitan dengan lingkungan hidup,
maka pembahasannya pada makalah ini akan dibatasi pada beberapa hadis saja
sebagai sampel mengenai pelestarian lingkungan hidup.
6. Kewajiban Memelihara dan Melindungi Hewan
Salah satu hadis yang menganjurkan berbuat baik dengan memelihara dan
melindungi binatang dengan cara :
(a) memberikan makanannya, sebagaimana sabda Rasulullah saw ;
ِ‫ﻋَﻦْ أَﺑِﻲ ھُﺮَﯾْﺮَةَ رَﺿِﻲ اﻟﻠﱠﮭﻢ ﻋَﻨْﮭﻢ ﻗَﺎلَ ﻗَﺎلَ رَﺳُﻮلُ اﻟﻠﱠﮫ‬eُ‫… وَﻋَﻠَﻰ اﻟﱠﺬِي ﯾَﺮْﻛَﺐُ وَﯾَﺸْﺮَبُ اﻟﻨﱠﻔَﻘَﺔ‬
Artinya :
Dari Abu Hurairah, berkata: Rasulullah saw bersabda : ….“Orang yang
menunggangi dan meminum (susunya) wajib memberinya makanan”. (HR.
Bukhari)
(b) menolongnya, sebagaimana sabda Rasulullah saw :
‫ﻋَﻦْ أَﺑِﻲ ھُﺮَﯾْﺮَةَ رَﺿِﻲ اﻟﻠﱠﮫ ﻋَﻨْﮭﻢ أَنﱠ اﻟﻨﱠﺒِﻲﱠ‬eِ‫ﻗَﺎلَ ﺑَﯿْﻨَﺎ رَﺟُﻞٌ ﺑِﻄَﺮِﯾﻖٍ اﺷْﺘَﺪﱠ ﻋَﻠَﯿْﮫ‬
ْ‫اﻟْﻌَﻄَﺶُ ﻓَﻮَﺟَﺪَ ﺑِﺌْﺮًا ﻓَﻨَﺰَلَ ﻓِﯿﮭَﺎ ﻓَﺸَﺮِبَ ﺛُﻢﱠ ﺧَﺮَجَ ﻓَﺈِذَا ﻛَﻠْﺐٌ ﯾَﻠْﮭَﺚُ ﯾَﺄْﻛُﻞُ اﻟﺜﱠﺮَى ﻣِﻦَ اﻟْﻌَﻄَﺶِ ﻓَﻘَﺎلَ اﻟﺮﱠﺟُﻞُ ﻟَﻘَﺪ‬
َ‫ﺑَﻠَﻎَ ھَﺬَا اﻟْﻜَﻠْﺐَ ﻣِﻦَ اﻟْﻌَﻄَﺶِ ﻣِﺜْﻞُ اﻟﱠﺬِي ﻛَﺎنَ ﺑَﻠَﻎَ ﻣِﻨﱢﻲ ﻓَﻨَﺰَلَ اﻟْﺒِﺌْﺮَ ﻓَﻤَﻼَ ﺧُﻔﱠﮫُ ﻣَﺎءً ﻓَﺴَﻘَﻰ اﻟْﻜَﻠْﺐَ ﻓَﺸَﻜَﺮَ اﻟﻠﱠﮫُ ﻟَﮫُ ﻓَﻐَﻔَﺮ‬
ٌ‫ﻟَﮫُ ﻗَﺎﻟُﻮا ﯾَﺎ رَﺳُﻮلَ اﻟﻠﱠﮫ وَإِنﱠ ﻟَﻨَﺎﻓِﻲ اﻟْﺒَﮭَﺎﺋِﻢِ ﻷَﺟْﺮًا ﻓَﻘَﺎلَ ﻓِﻲ ﻛُﻞﱢ ذَاتِ ﻛَﺒِﺪٍ رَطْﺒَﺔٍ أَﺟْﺮ‬
Artinya :
Dari Abu Hurairah, berkata; Rasulullah saw bersabda : “suatu ketika
seorang laki-laki tengah berjalan di suatu jalanan, tiba-tiba terasa olehnya
kehausan yang amat sangat, maka turunlah ia ke dalam suatu sumur lalu minum.
Sesudah itu ia keluar dari sumur tiba-tiba ia melihat seekor anjing yang dalam
keadaan haus pula sedang menjilat tanah, ketika itu orang tersebut berkata
kepada dirinya, demi Allah, anjing initelah menderita seperti apa yang ia alami.
7

Kemudian ia pun turun ke dalam sumur kemudian mengisikan air ke dalam


sepatunya, sepatu itu digigitnya. Setelah ia naik ke atas, ia pun segera memberi
minum kepada anjing yang tengah dalam kehausan iu. Lantaran demikian, Tuhan
mensyukuri dan mengampuni dosanya. Setelah Nabi saw, menjelaskan hal ini,
para sahabat bertanya: “ya Rasulullah, apakah kami memperoleh pahala dalam
memberikan makanandan minuman kepada hewan-hewan kami ?”. Nabi
menjawab : “tiap-tiap manfaat yang diberikan kepada hewan hidup, Tuhan
memberi pahala”. (HR. Bukhari dan Muslim)
Hadis di atas memberikan ketegasan betapa Islam sangat peduli akan
keselamatan dan perlindungan hewan. Bahkan disebutkan, bahwa bagi yang
menolong hewan sekaligus memperoleh tiga imbalan, yaitu : (1) Allah berterima
kasih kepadanya; (2) Allah mengampuni dosa-dosanya; dan (3) Allah
memberikan imbalan pahala kepadanya Di samping sebagai Pencipta, Allah
adalah penguasa terhadap seluruh makhluk-Nya, termasuk binatang. Dia lah yang
memberi rezeki, dan Dia mengetahui tempat berdiam dan tempat penyimpanan
makanannya, Allah swt, berfirman dalam QS. Hud : 6
)ٍ‫وَﻣَﺎ ﻣِﻦْ دَاﺑﱠﺔٍ ﻓِﻲ اﻷَْرْضِ إِﻻﱠ ﻋَﻠَﻰ اﻟﻠﱠﮫِ رِزْﻗُﮭَﺎ وَﯾَﻌْﻠَﻢُ ﻣُﺴْﺘَﻘَﺮﱠھَﺎ وَﻣُﺴْﺘَﻮْدَﻋَﮭَﺎ ﻛُﻞﱞ ﻓِﻲ ﻛِﺘَﺎبٍ ﻣُﺒِﯿﻦ‬6(
Terjemahnya :
Dan tidak ada suatu binatang melatapun di bumi melainkan Allah-lah yang
memberi rezkinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat
penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh).
Secara implisit, ayat ini menjelaskan bahwa Allah swt, senantiasa
memelihara dan melindungi makhluk-Nya, termasuk binatang dengan cara
memberikan makanan dan memotoring tempat tinggalnya. Manusia sebagai
makhluk Allah awt, yang termulia diperintahkan untuk selalu berbuat baik dan
dilarang untuk berbuat kerusakan di atas bumi, sebagaimana firman-Nya da;a,
QS. al-Qashasah (28): 77
ِ‫وَاﺑْﺘَﻎِ ﻓِﯿﻤَﺎ ءَاﺗَﺎكَ اﻟﻠﱠﮫُ اﻟﺪﱠارَ اﻵْﺧِﺮَةَ وَﻻَ ﺗَﻨْﺲَ ﻧَﺼِﯿﺒَﻚَ ﻣِﻦَ اﻟﺪﱡﻧْﯿَﺎ وَأَﺣْﺴِﻦْ ﻛَﻤَﺎ أَﺣْﺴَﻦَ اﻟﻠﱠﮫُ إِﻟَﯿْﻚَ وَﻻَ ﺗَﺒْﻎ‬
)َ‫اﻟْﻔَﺴَﺎدَ ﻓِﻲ اﻷَْرْضِ إِنﱠ اﻟﻠﱠﮫَ ﻻَ ﯾُﺤِﺐﱡ اﻟْﻤُﻔْﺴِﺪِﯾﻦ‬77(
Terjemahnya :
8

Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu


(kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari
(keni`matan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah
telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka)
bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.
Di lain ayat, yakni QS. al-A’rāf (7) Allah berfirman :
َ‫… وَﻻَ ﺗُﻔْﺴِﺪُوا ﻓِﻲ اﻷَْرْضِ ﺑَﻌْﺪَ إِﺻْﻼَﺣِﮭَﺎ ذَﻟِﻜُﻢْ ﺧَﯿْﺮٌ ﻟَﻜُﻢْ إِنْ ﻛُﻨْﺘُﻢْ ﻣُﺆْﻣِﻨِﯿﻦ‬
Terjemahnya :
… dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi sesudah Tuhan
memperbaikinya. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika betul-betul kamu
orang-orang yang beriman”.
Ayat di atas, melarang untuk merusak lingkungan, dan justeru sebaliknya
yakni ayat tersebut menganjurkan manusia untuk berbuat baik dan atau
memelihara lingkungannya.
7. Penanaman Pohon dan Penghijauan
Salah satu konsep pelestarian lingkungan dalam Islam adalah perhatian
akan penghijauan dengan cara menanam dan bertani. Nabi Muhammad saw
menggolongkan orang-orang yang menanam pohon sebagai shadaqah. Hal ini
diungkapkan secara tegas dalam dalam hadits Rasulullah saw, yang berbunyi :
ِ‫… ﻗَﺎلَ رَﺳُﻮلُ اﻟﻠﱠﮫ‬e ٌ‫ﻣَﺎ ﻣِﻦْ ﻣُﺴْﻠِﻢٍ ﯾَﻐْﺮِسُ ﻏَﺮْﺳًﺎ أَوْ ﯾَﺰْرَعُ زَرْﻋًﺎ ﻓَﯿَﺄْﻛُﻞُ ﻣِﻨْﮫُ طَﯿْﺮٌ أَوْ إِﻧْﺴَﺎنٌ أَوْ ﺑَﮭِﯿﻤَﺔ‬
ٌ‫إِﻻﱠ ﻛَﺎنَ ﻟَﮫُ ﺑِﮫِ ﺻَﺪَﻗَﺔ‬
Artinya :
“…. Rasulullah saw bersabda : tidaklah seorang muslim menanam tanaman,
kemudian tanaman itu dimakan oleh burung, manusia, ataupun hewan, kecuali
baginya dengan tanaman itu adalah sadaqah”. (HR. al-Bukhari dan Muslim dari
Anas).
Pada QS. al-An’am (6): 99, Allah berfirman ;
‫وَھُﻮَ اﻟﱠﺬِي أَﻧْﺰَلَ ﻣِﻦَ اﻟﺴﱠﻤَﺎءِ ﻣَﺎءً ﻓَﺄَﺧْﺮَﺟْﻨَﺎ ﺑِﮫِ ﻧَﺒَﺎتَ ﻛُﻞﱢ ﺷَﻲْءٍ ﻓَﺄَﺧْﺮَﺟْﻨَﺎ ﻣِﻨْﮫُ ﺧَﻀِﺮًا ﻧُﺨْﺮِجُ ﻣِﻨْﮫُ ﺣَﺒًّﺎ‬
ٍ‫ﻣُﺘَﺮَاﻛِﺒًﺎ وَﻣِﻦَ اﻟﻨﱠﺨْﻞِ ﻣِﻦْ طَﻠْﻌِﮭَﺎ ﻗِﻨْﻮَانٌ دَاﻧِﯿَﺔٌ وَﺟَﻨﱠﺎتٍ ﻣِﻦْ أَﻋْﻨَﺎبٍ وَاﻟﺰﱠﯾْﺘُﻮنَ وَاﻟﺮﱡﻣﱠﺎنَ ﻣُﺸْﺘَﺒِﮭًﺎ وَﻏَﯿْﺮَ ﻣُﺘَﺸَﺎﺑِﮫ‬
)َ‫اﻧْﻈُﺮُوا إِﻟَﻰ ﺛَﻤَﺮِهِ إِذَا أَﺛْﻤَﺮَ وَﯾَﻨْﻌِﮫِ إِنﱠ ﻓِﻲ ذَﻟِﻜُﻢْ ﻵَﯾَﺎتٍ ﻟِﻘَﻮْمٍ ﯾُﺆْﻣِﻨُﻮن‬99(
Terjemahnya :
9

Dan Dialah yang menurunkan air hujan dari langit, lalu kami tumbuhkan
dengan air itu segala macam tumbuh-tumbuhan, maka Kami keluarkan dari
tumbuh-tumbuhan itu tanaman yang menghijau, Kami keluarkan dari tanaman
yang menghijau itu butir yang banyak; dan dari mayang kurma mengurai tangkai-
tangkai yang menjulai, dan kebun-kebun anggur, dan (Kami keluarkan pula)
zaitun dan delima yang serupa dan yang tidak serupa. Perhatikanlah buahnya di
waktu pohonnya berbuah, dan (perhatikan pulalah) kematangannya.
Sesungguhnya pada yang demikian itu ada tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi
orang-orang yang beriman.
Ada dua pertimbangan mendasar dari upaya penghijauan ini, yaitu :
(a) pertimbangan manfaat, sebagaimana disebutkan dalam QS. Abasa (80):
24-32, sebagai berikut :
)ِ‫ﻓَﻠْﯿَﻨْﻈُﺮِ اﻹِْﻧْﺴَﺎنُ إِﻟَﻰ طَﻌَﺎﻣِﮫ‬24)‫(أَﻧﱠﺎ ﺻَﺒَﺒْﻨَﺎ اﻟْﻤَﺎءَ ﺻَﺒًّﺎ‬25) ‫(ﺛُﻢﱠ ﺷَﻘَﻘْﻨَﺎ اﻷَْرْضَ ﺷَﻘًّﺎ‬26 ‫( ﻓَﺄَﻧْﺒَﺘْﻨَﺎ ﻓِﯿﮭَﺎ‬
)‫ﺣَﺒًّﺎ‬27)‫(وَﻋِﻨَﺒًﺎ وَﻗَﻀْﺒًﺎ‬28)ً‫(وَزَﯾْﺘُﻮﻧًﺎ وَﻧَﺨْﻼ‬29) ‫(وَﺣَﺪَاﺋِﻖَ ﻏُﻠْﺒًﺎ‬30)‫(وَﻓَﺎﻛِﮭَﺔً وَأَﺑًّﺎ‬31 ْ‫(ﻣَﺘَﺎﻋًﺎ ﻟَﻜُﻢ‬
)ْ‫وَﻷَِﻧْﻌَﺎﻣِﻜُﻢ‬32(
Terjemahnya :
maka hendaklah manusia itu memperhatikan makanannya. Sesungguh-nya
Kami benar-benar telah mencurahkan air (dari langit), kemudian Kami belah
bumi dengan sebaik-baiknya, lalu Kami tumbuhkan biji-bijian di bumi itu,
anggur dan sayur-sayuran, Zaitun dan pohon kurma, kebun-kebun (yang) lebat,
dan buah-buahan serta rumput-rumputan, untuk kesenanganmu dan untuk
binatang-binatang ternakmu.
b) pertimbangan keindahan, sebagaimana disebutkan dalam QS. al-Naml
(27): 60, sebagai berikut :
ْ‫أَﻣﱠﻦْ ﺧَﻠَﻖَ اﻟﺴﱠﻤَﻮَاتِ وَاﻷَْرْضَ وَأَﻧْﺰَلَ ﻟَﻜُﻢْ ﻣِﻦَ اﻟﺴﱠﻤَﺎءِ ﻣَﺎءً ﻓَﺄَﻧْﺒَﺘْﻨَﺎ ﺑِﮫِ ﺣَﺪَاﺋِﻖَ ذَاتَ ﺑَﮭْﺠَﺔٍ ﻣَﺎ ﻛَﺎنَ ﻟَﻜُﻢْ أَن‬
)َ‫ﺗُﻨْﺒِﺘُﻮا ﺷَﺠَﺮَھَﺎ أَﺋِﻠَﮫٌ ﻣَﻊَ اﻟﻠﱠﮫِ ﺑَﻞْ ھُﻢْ ﻗَﻮْمٌ ﯾَﻌْﺪِﻟُﻮن‬60(
Terjemahnya :
Atau siapakah yang telah menciptakan langit dan bumi dan yang
menurunkan air untukmu dari langit, lalu Kami tumbuhkan dengan air itu kebun-
kebun yang berpemandangan indah, yang kamu sekali-kali tidak mampu
menumbuhkan pohon-pohonnya? Apakah di samping Allah ada tuhan (yang lain)?
10

Bahkan (sebenarnya) mereka adalah orang-orang yang menyimpang (dari


kebenaran).
Maka lihatlah pada ungkapan ini “kebun-kebun yang sangat indah” yang
berarti menyejukkan jiwa, mata dan hati ketika memandangnya. Setelah Allah
swt, memaparkan nikmat-nikmat-Nya, baik berupa tanaman, kurma, zaitun, buah
delima dan semacamnya, Dia melanjutkan firman-Nya ‫أﻧﻈﺮوا إﻟﻰ ﺛﻤﺮه إذ أﺛﻤﺮ‬
‫“وﯾﻨﻌﮫ‬lihatlah/perhatikanlah buahnya di waktu pohonnya berbuah, dan (perhatikan
pula) kematangannya” (QS. 6 : 99).
Imam al-Qurtubi, mengatakan di dalam tafsirnya ; “Bertani bagian dari
fardhu kifayah, maka pemerintah harus menganjurkan manusia untuk
melakukannya, salah satu bentuk usaha itu adalah dengan menanam pohon.”
8. Menghidupkan Lahan Mati
Lahan mati berarti tanah yang tidak bertuan, tidak berair, tidak di isi
bangunan dan tidak dimanfaatkan. Allah swt, telah menjelaskan dalam QS. Yasin
(36):
َ‫وَءَاﯾَﺔٌ ﻟَﮭُﻢُ اﻷَْرْضُ اﻟْﻤَﯿْﺘَﺔُ أَﺣْﯿَﯿْﻨَﺎھَﺎ وَأَﺧْﺮَﺟْﻨَﺎ ﻣِﻨْﮭَﺎ ﺣَﺒًّﺎ ﻓَﻤِﻨْﮫُ ﯾَﺄْﻛُﻠُﻮن‬
Terjemahnya :
Dan suatu tanah (kekuasaan Allah yang besar) bagi mereka adalah bumi
yang mati, Kami hidupkan bumi itu dan Kami keluarkan daripadanya biji-bijian,
maka dari padanya mereka makan”.
Di ayat lain, tepatnya QS. al-Haj (22): 5-6 Allah swt, berfirman :
)ٍ ‫… وَﺗَﺮَى اﻷَْرْضَ ھَﺎﻣِﺪَةً ﻓَﺈِذَا أَﻧْﺰَﻟْﻨَﺎ ﻋَﻠَﯿْﮭَﺎ اﻟْﻤَﺎءَ اھْﺘَﺰﱠتْ وَرَﺑَﺖْ وَأَﻧْﺒَﺘَﺖْ ﻣِﻦْ ﻛُﻞﱢ زَوْجٍ ﺑَﮭِﯿﺞ‬5 َ‫( ذَﻟِﻚ‬
)ٌ‫ﺑِﺄَنﱠ اﻟﻠﱠﮫَ ھُﻮَ اﻟْﺤَﻖﱡ وَأَﻧﱠﮫُ ﯾُﺤْﯿِﻲ اﻟْﻤَﻮْﺗَﻰ وَأَﻧﱠﮫُ ﻋَﻠَﻰ ﻛُﻞﱢ ﺷَﻲْءٍ ﻗَﺪِﯾﺮ‬6(
Terjemahnya :
… Dan kamu lihat bumi ini kering, kemudian apabila Kami telah
menurunkan air diatasnya, hiduplah bumi itu dan suburlah dan menumbu-hkan
berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang indah. Yang demikian itu, karena
sesungguhnya Allah, Dia lah yang hak dan sesungguhnya Dia lah yang
menghidupkan segala yang mati dan sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas
segala sesuatu.
11

Kematian sebuah tanah akan terjadi kalau tanah itu ditinggalkan dan tidak
ditanami, tidak ada bangunan serta peradaban, kecuali kalau kemudian tumbuh
didalamnya pepohonan. Tanah dikategorikan hidup apabila di dalamnya terdapat
air dan pemukiman sebagai tempat tinggal.
Menghidupkan lahan mati adalah ungkapan dalam khazanah keilmuan yang
diambil dari pernyataan Nabi saw, dalam bagian matanhadis, yakni

ُ‫ﻣَﻦْ أَﺣْﯿَﺎ أَرْﺿًﺎ ﻣَﯿﱢﺘَﺔً ﻓَﮭِﻲَ ﻟَﮫ‬


(Barang siapa yang menghidupkan tanah (lahan) mati maka ia menjadi miliknya).
Dalam hadis ini Nabi saw, menegaskan bahwa status kepemilikan bagi
tanah yang kosong adalah bagi mereka yang menghidupkannya, sebagai motivasi
dan anjuran bagi mereka yang menghidupkannya. Menghidupkan lahan mati,
usaha ini dikategorikan sebagai suatu keutamaan yang dianjurkan Islam, serta
dijanjikan bagi yang mengupayakannya pahala yang amat besar, karena usaha ini
adalah dikategorikan sebagai usaha pengembangan pertanian dan menambah
sumber-sumber produksi. Sedangkan bagi siapa saja yang berusaha untuk
merusak usaha seperti ini dengan cara menebang pohon akan dicelupkan
kepalanya ke dalam neraka. Hal ini sesuai dengan sabda Rasulullah saw
sebagaimana dalam bagian matan hadis, yakni ; ِ‫ﻣَﻦْ ﻗَﻄَﻊَ ﺳِﺪْرَةً ﺻَﻮﱠبَ اﻟﻠﱠﮫُ رَأْﺳَﮫُ ﻓِﻲ اﻟﻨﱠﺎر‬
(Barang siapa yang menebang pepohonan, maka Allah akan mencelupkannya ke
dalam neraka).
Maksud hadis di atas, dijelaskan kemudian oleh Abu Daud setelah
meriwayatkan hadis tersebut, yaitu kepada orang yang memotong pepohonan
secara sia-sia sepanjang jalan, tempat para musafir dan hewan berteduh.
Ancaman keras tersebut secara eksplisit merupakan ikhtiar untuk menjaga
kelestarian pohon, karena keberadaan pepohonan tersebut banyak memberi
manfaat bagi lingkungan sekitar. Kecuali, jika penebangan itu dilakukan dengan
pertimbangan cermat atau menanam pepohonan baru dan menyiram-nya agar
bisa menggantikan fungsi pohon yang ditebang itu.
9. Udara
12

Salah satu kebutuhan pokok manusia adalah udara, dalam hal ini udara
yang mengandung oksigen yang diperlukan manusia untuk pernafasan. Tanpa
oksigen, manusia tidak dapat hidup.
Tuhan beberapa kali menyebut angin (udara) dan fungsinya dalam proses
daur air dan hujan. Firman Allah swt dalam QS. al-Baqarah (2): 164
َ‫إِنﱠ ﻓِﻲ ﺧَﻠْﻖِ اﻟﺴﱠﻤَﻮَاتِ وَاﻷَْرْضِ وَاﺧْﺘِﻼَفِ اﻟﻠﱠﯿْﻞِ وَاﻟﻨﱠﮭَﺎرِ وَاﻟْﻔُﻠْﻚِ اﻟﱠﺘِﻲ ﺗَﺠْﺮِي ﻓِﻲ اﻟْﺒَﺤْﺮِ ﺑِﻤَﺎ ﯾَﻨْﻔَﻊُ اﻟﻨﱠﺎس‬
ِ‫وَﻣَﺎ أَﻧْﺰَلَ اﻟﻠﱠﮫُ ﻣِﻦَ اﻟﺴﱠﻤَﺎءِ ﻣِﻦْ ﻣَﺎءٍ ﻓَﺄَﺣْﯿَﺎ ﺑِﮫِ اﻷَْرْضَ ﺑَﻌْﺪَ ﻣَﻮْﺗِﮭَﺎ وَﺑَﺚﱠ ﻓِﯿﮭَﺎ ﻣِﻦْ ﻛُﻞﱢ دَاﺑﱠﺔٍ وَﺗَﺼْﺮِﯾﻒِ اﻟﺮﱢﯾَﺎح‬
)َ‫وَاﻟﺴﱠﺤَﺎبِ اﻟْﻤُﺴَﺨﱠﺮِ ﺑَﯿْﻦَ اﻟﺴﱠﻤَﺎءِ وَاﻷَْرْضِ ﻵَﯾَﺎتٍ ﻟِﻘَﻮْمٍ ﯾَﻌْﻘِﻠُﻮن‬164(
Terjemahnya :
Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam
dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi
manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu
Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering) -nya dan Dia sebarkan di bumi itu
segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara
langit dan bumi; Sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah)
bagi kaum yang memikirkan.
Pada ayat lain, yakni QS. al-Rum (30): 48 Allah juga berfirman :
ُ‫اﻟﻠﱠﮫُ اﻟﱠﺬِي ﯾُﺮْﺳِﻞُ اﻟﺮﱢﯾَﺎحَ ﻓَﺘُﺜِﯿﺮُ ﺳَﺤَﺎﺑًﺎ ﻓَﯿَﺒْﺴُﻄُﮫُ ﻓِﻲ اﻟﺴﱠﻤَﺎءِ ﻛَﯿْﻒَ ﯾَﺸَﺎءُ وَﯾَﺠْﻌَﻠُﮫُ ﻛِﺴَﻔًﺎ ﻓَﺘَﺮَى اﻟْﻮَدْقَ ﯾَﺨْﺮُج‬
)َ‫ﻣِﻦْ ﺧِﻼَﻟِﮫِ ﻓَﺈِذَا أَﺻَﺎبَ ﺑِﮫِ ﻣَﻦْ ﯾَﺸَﺎءُ ﻣِﻦْ ﻋِﺒَﺎدِهِ إِذَا ھُﻢْ ﯾَﺴْﺘَﺒْﺸِﺮُون‬48(
Terjemahnya :
Allah, Dialah yang mengirim angin, lalu angin itu menggerakkan awan dan
Allah membentangkannya di langit menurut yang dikehendaki-Nya, dan
menjadikannya bergumpal-gumpal; lalu kamu lihat hujan ke luar dari celah-
celahnya, maka apabila hujan itu turun mengenai hamba-hamba-Nya yang
dikehendaki-Nya tiba-tiba mereka menjadi gembira.
Udara merupakan pembauran gas yang mengisi ruang bumi, dan uap air
yang meliputinya dari segala penjuru. Udara adalah salah satu dari empat unsur
yang seluruh alam bergantung kepadanya. Empat unsur tersebut ialah tanah, air,
udara dan api. Dalam perkembangan ilmu pengetahuan modern telah
membuktikan bahwa keempat unsur ini bukanlah zat yang sederhana, akan tetapi
merupakan persenyawaan dari berbagai macam unsur.
13

Air misalnya, terdiri dari unsur oksigen dan hidrogen. Demikian juga tanah
yang terbentuk dari belasan unsur berbeda. Adapun udara, ia terbentuk dari
sekian ratus unsur, dengan dua unsur yang paling dominan, yaitu nitrogen yang
mencapai sekitar 78,084 persen dan oksigen sebanyak 20,946 persen. Satu persen
sisanya adalah unsur-unsur lain.
Termasuk hikmah kekuasaan Tuhan dalam penciptaan alam ini, bahwa Dia
menciptakan udara dengan nitrogen dan sifatnya yang pasif sebagai kandungan
mayoritasnya, yaitu 78 persen dari udara. Kalau saja kandungan udara akan gas
nitrogen kurang dari itu, niscaya akan berjatuhan bunga-bunga api dari angkasa
luar karena mudahnya menembus lapisan bumi (hal itu yang kerap kali terjadi)
dan terbakarlah segala sesuatu yang ada pada permukaan bumi.
Fungsi lain dari udara/angin adalah dalam proses penyerbukan/
mengawinkan tumbuh-tumbuhan. Allah swt, berfirman dalam QS. al-Hijr (15): 22
sebagai berikut :
)َ‫وَأَرْﺳَﻠْﻨَﺎ اﻟﺮﱢﯾَﺎحَ ﻟَﻮَاﻗِﺢَ ﻓَﺄَﻧْﺰَﻟْﻨَﺎ ﻣِﻦَ اﻟﺴﱠﻤَﺎءِ ﻣَﺎءً ﻓَﺄَﺳْﻘَﯿْﻨَﺎﻛُﻤُﻮهُ وَﻣَﺎ أَﻧْﺘُﻢْ ﻟَﮫُ ﺑِﺨَﺎزِﻧِﯿﻦ‬22(
Terjemahnya :
Dan Kami telah meniupkan angin untuk mengawinkan (tumbuh-tumbuhan)
dan Kami turunkan hujan dari langit, lalu kami beri minum kamu dengan air itu,
dan sekali-kali bukanlah kamu yang menyimpan-nya.
Dengan Di antara sekian banyak manfaat angin adalah kemampuannya
dalam menggerakkan kapal-kapal untuk terus berlayar dengan izin Allah. Angin
berfungsi juga untuk mengalirkan air dari satu tempat ke tempat lain, dan yang
menyebabkan terbaginya hewan-hewan air ke berbagai permukaan air. Dalam
kehidupan tumbuh-tumbuhan, anginlah yang membawa benih-benih yang
menyebabkan kesuburan dan penyerbukan serta penyebaran tumbuh-tumbuhan
ke berbagai belahan bumi.
Namun angin juga bisa menjadi bencana bagi makhluk hidup ketika ia
menjadi badai misalnya, Allah telah menghancurkan kaum ‘Ad dengan angin
badai karena kekafiran dan kesombongan mereka di atas muka bumi ini, lalu
mereka berkata, “Siapakah diantara kita yang lebih kuat ?”. Allah swt, berfirman
dalam QS. al-Dzariyat (51):
14

َ‫وَﻓِﻲ ﻋَﺎدٍ إِذْ أَرْﺳَﻠْﻨَﺎ ﻋَﻠَﯿْﮭِﻢُ اﻟﺮﱢﯾﺢَ اﻟْﻌَﻘِﯿﻢ‬


(‫ﻣَﺎ ﺗَﺬَرُ ﻣِﻦْ ﺷَﻲْءٍ أَﺗَﺖْ ﻋَﻠَﯿْﮫِ إِﻻﱠ ﺟَﻌَﻠَﺘْﮫُ ﻛَﺎﻟﺮﱠﻣِﯿﻢ‬
Terjemahnya :
Dan juga pada (kisah) ‘Ad ketika Kami kirimkan kepada mereka angin
yang membinasakan. Angin itu tidak membiarkan satu pun yang dilandanya
melainkan dijadikannya seperti serbuk.
Sebagai manusia terkadang muncul ketika datang angin topan yang sangat
kencang dengan membawa debu dan hawa panas, yang akan membuat sebagian
manusia sakit, mereka lupa bahwa itu semua terjadi atas kehendak Allah dan
berjalan sesuai dengan hukum alam Nya yang tidak dapat dirubah. Sebab itulah
Nabi saw, melarang pencelaan terhadap angin, beliau bersabda :
ِ‫ﻗَﺎلَ رَﺳُﻮلُ اﻟﻠﱠﮫ‬e ‫ﻻَ ﺗَﺴُﺒﱡﻮا اﻟﺮﱢﯾﺢَ ﻓَﺈِﻧﱠﮭَﺎ ﺗَﺠِﻲءُ ﺑِﺎﻟﺮﱠﺣْﻤَﺔِ وَاﻟْﻌَﺬَابِ وَﻟَﻜِﻦْ ﺳَﻠُﻮا اﻟﻠﱠﮫَ < ﻣِﻦْ ﺧَﯿْﺮِھَﺎ‬
‫وَﺗَﻌَﻮﱠذُوا ﻣِﻦْ ﺷَﺮﱢھَﺎ‬
Artinya :
Rasulullah saw bersabda : Janganlah kalian mencela angin, karena
sesungguhnya ia berasal dari ruh Allah Ta’ala yang datang membawa rahmat dan
azab, akan tetapi mohonlah kepada Allah dari kebaikan angin tersebut dan
berlindunglah kepada Allah dari kejahatannya. (HR. Ahmad dari Abu Hurairah)
Sungguh, nikmat udara merupakan suatu nikmat yang sangat besar. Dengan
demikian, manusia dituntut untuk memanfaatkannya sesuai dengan karunia yang
telah dianugerahkan Allah kepada mereka, dengan melestarikannya bukan
dengan mencemarinya dan merusaknya, yang akan membawa mudharat bagi
dirinya dan makhluk ciptaan Allah Swt, lainnya.
10. Air
Sumber kekayaan lain yang sangat penting untuk dijaga adalah air, sumber
kehidupan bagi manusia, tumbuh-tumbuhan dan hewan. Allah Swt, berfirman
dalam QS. al-Anbiya’ (21) , yakni “‫( ”وَﺟَﻌَﻠْﻨَﺎ ﻣِﻦَ اﻟْﻤَﺎءِ ﻛُﻞﱠ ﺷَﻲْءٍ ﺣَﻲﱟ‬Dan dari air Kami
jadikan segala sesuatu hidup).
Pada hakekatnya, air adalah kekayaan yang mahal dan berharga. Akan
tetapi karena Allah menyediakannya di laut, sungai bahkan hujan secara gratis,
manusia seringkali tidak menghargai air sebagaimana mestinya.
15

Namun satu hal penting yang layak direnungkan, bahwa air bukanlah
komoditas yang bisa tumbuh dan berkembang. Ia tidak sama, misalnya dengan
kekayaan nabati atau hewani, sebab itulah Allah swt, mengisyaratkan dalam QS.
al-Mu’minun (23):
َ‫وَأَﻧْﺰَﻟْﻨَﺎ ﻣِﻦَ اﻟﺴﱠﻤَﺎءِ ﻣَﺎءً ﺑِﻘَﺪَرٍ ﻓَﺄَﺳْﻜَﻨﱠﺎهُ ﻓِﻲ اﻷَْرْضِ وَإِﻧﱠﺎ ﻋَﻠَﻰ ذَھَﺎبٍ ﺑِﮫِ ﻟَﻘَﺎدِرُون‬
Terjemahnya :
Dan Kami turunkan air dari langit menurut suatu ukuran; lalu Kami jadikan
air itu menetap di bumi, dan sesungguhnya Kami benar-benar berkuasa
menghilangkannya.
Jika makhluk hidup terutama manusia tidak bisa hidup tanpa air, sementara
kuantitas air terbatas, maka manusia wajib menjaga dan melestarikan kekayaan
yang amat berharga ini. Jangan sekali-kali melakukan tindakan-tindakan kontra
produktif, yaitu dengan cara mencemarinya, merusak sumbernya dan lain-lain.
Termasuk pula dengan tidak menggunakan air secara berlebih-lebihan (israf),
menurut ukuran-ukuran yang wajar.
a. Larangan mencemari air
Bentuk-bentuk pencemaran air yang dimaksud oleh ajaran Islam di sini
seperti kencing, buang air besar dan sebab-sebab lainnya yang dapat mengotori
sumber air. Rasululullah saw bersabda :
] ‫… اﺗﱠﻘُﻮا اﻟْﻤَﻼَﻋِﻦَ اﻟﺜﱠﻼَﺛَﺔَ اﻟْﺒَﺮَازَ ﻓِﻲ اﻟْﻤَﻮَارِدِ وَﻗَﺎرِﻋَﺔِ اﻟﻄﱠﺮِﯾﻖِ وَاﻟﻈﱢﻞﱢ‬51[
Artinya :
Jauhilah tiga macam perbuatan yang dilaknat ; buang air besar di sumber
air, ditengah jalan, dan di bawah pohon yang teduh. (HR. Abu Daud)
Rasulullah saw, juga bersabda : ُ‫ﻻَ ﯾَﺒُﻮﻟَﻦﱠ أَﺣَﺪُﻛُﻢْ ﻓِﻲ اﻟْﻤَﺎءِ اﻟﺪﱠاﺋِﻢِ اﻟﱠﺬِي ﻻَ ﯾَﺠْﺮِي ﺛُﻢﱠ ﯾَﻐْﺘَﺴِﻞ‬
ِ‫( ﻓِﯿﮫ‬Janganlah salah seorang dari kalian kencing di air yang diam yang tidak
mengalir, kemudian mandi disana. HR. Al-Bukhari)
Pencemaran air di zaman modern ini tidak hanya terbatas pada kencing,
buang air besar, atau pun hajat manusia yang lain. Bahkan banyak ancaman
pencemaran lain yang jauh lebih berbahaya dan berpengaruh dari semua itu,
yakni pencemaran limbah industri, zat kimia, zat beracun yang mematikan, serta
minyak yang mengenangi samudra.
16

b. Penggunaan air secara berlebihan.


Ada bahaya lain yang berkaitan dengan sumber kekayaan air, yaitu
penggunaan air secara berlebihan. Air dianggap sebagai sesuatu yang murah dan
tidak berharga. Karena hanya manusia-manusia yang berfikir yang mengetahui
betapa berharga kegunaan dan nilai air. Hal ini sejalan dengan QS. al-An’am (6),
yakni َ‫( وَﻻَ ﺗُﺴْﺮِﻓُﻮا إِﻧﱠﮫُ ﻻَ ﯾُﺤِﺐﱡ اﻟْﻤُﺴْﺮِﻓِﯿﻦ‬Dan janganlah kalian israf (berlebih-lebihan).
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlaku israf).
Ayat di atas, didukung juga oleh salah satu hadis, yakni
‫… أَنﱠ اﻟﻨﱠﺒِﻲﱠ ﺻَﻠﱠﻰ اﻟﻠﱠﮭﻢ ﻋَﻠَﯿْﮫِ وَﺳَﻠﱠﻢَ ﻣَﺮﱠ ﺑِﺴَﻌْﺪٍ وَھُﻮَ ﯾَﺘَﻮَﺿﱠﺄُ ﻓَﻘَﺎلَ ﻣَﺎ ھَﺬَا اﻟﺴﱠﺮَفُ ﯾَﺎ ﺳَﻌْﺪُ ﻗَﺎلَ أَﻓِﻲ‬
ٍ‫اﻟْﻮُﺿُﻮءِ ﺳَﺮَفٌ ﻗَﺎلَ ﻧَﻌَﻢْ وَإِنْ ﻛُﻨْﺖَ ﻋَﻠَﻰ ﻧَﮭْﺮٍ ﺟَﺎر‬
Artinya :
… Nabi saw, pernah bepergian bersama Sa’ad bin Abi Waqqas. Ketika
Sa’ad berwudhu, Nabi berkata : “Jangan menggunakan air berlebihan”. Sa’ad
bertanya : “Apakah menggunakan air juga bisa berlebihan ?”. Nabi menjawab:
“Ya, sekalipun kamu melakukannya di sungai yang mengalir”.
6. Menghindari Kerusakan dan Menjaga Keseimbangan Alam.
Salah satu tuntunan terpenting Islam dalam hubungannya dengan
lingkungan, ialah bagaimana menjaga keseimbangan alam/ lingkungan dan
habitat yang ada tanpa merusaknya. Karena tidak diragukan lagi bahwa Allah
menciptakan segala sesuatu di alam ini dengan perhitungan tertentu. Seperti
dalam firman Nya dalam QS. al-Mulk (67):
ٍ‫اﻟﱠﺬِي ﺧَﻠَﻖَ ﺳَﺒْﻊَ ﺳَﻤَﻮَاتٍ طِﺒَﺎﻗًﺎ ﻣَﺎ ﺗَﺮَى ﻓِﻲ ﺧَﻠْﻖِ اﻟﺮﱠﺣْﻤَﻦِ ﻣِﻦْ ﺗَﻔَﺎوُتٍ ﻓَﺎرْﺟِﻊِ اﻟْﺒَﺼَﺮَ ھَﻞْ ﺗَﺮَى ﻣِﻦْ ﻓُﻄُﻮر‬
Terjemahnya :
Allah yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. Kamu sekali-kali
tidak melihat pada ciptaan Tuhan yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak
seimbang. Maka lihatlah berulang-ulang. Adakah kamu lihat sesuatu yang tidak
seimbang,
Inilah prinsip yang senantiasa diharapkan dari manusia, yakni sikap adil
dan moderat dalam konteks keseimbangan lingkungan, tidak hiperbolis atau pun
meremehkan, sebab ketika manusia sudah bersikap hiperbolis atau meremehkan,
ia cenderung menyimpang, lalai serta merusak. Hiperbolis di sini maksudnya
17

adalah berlebih-lebihan dan melewati batas kewajaran. Sementara meremehkan


maksudnya ialah lalai serta mengecilkan makna yang ada. Keduanya merupakan
sikap yang tercela, sedangkan sikap adil dan moderat adalah sikap terpuji.
Sikap adil, moderat, ditengah-tengah dan seimbang seperti inilah yang
diharapkan dari manusia dalam menyikapi setiap persoalan. Baik itu berbentuk
materi maupun inmateri, persoalan-persoalan lingkungan dan persoalan umat
manusia, serta persoalan hidup seluruhnya.
Keseimbangan yang diciptakan Allah swt, dalam suatu lingkungan hidup
akan terus berlangsung dan baru akan terganggu jika terjadi suatu keadaan luar
biasa, seperti gempa tektonik, gempa yang disebabkan terjadinya pergeseran
kerak bumi.
Tetapi menurut al-Qur’an, kebanyakan bencana di planet bumi disebabkan
oleh ulah perbuatan manusia yang tidak bertanggung jawab. Firman Allah swt
yang menandaskan hal tersebut adalah QS. al-Rum (30):, sebagai berikut :
َ‫ظَﮭَﺮَ اﻟْﻔَﺴَﺎدُ ﻓِﻲ اﻟْﺒَﺮﱢ وَاﻟْﺒَﺤْﺮِ ﺑِﻤَﺎ ﻛَﺴَﺒَﺖْ أَﯾْﺪِي اﻟﻨﱠﺎسِ ﻟِﯿُﺬِﯾﻘَﮭُﻢْ ﺑَﻌْﺾَ اﻟﱠﺬِي ﻋَﻤِﻠُﻮا ﻟَﻌَﻠﱠﮭُﻢْ ﯾَﺮْﺟِﻌُﻮن‬
Terjemahnya
Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan
tangan manusia supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat)
perbuatan mereka, agar mereka kembali (kejalan yang benar)”.
Selanjutnya Allah awt, berfirman di dalam QS. Ali Imran (3):
ِ‫ذَﻟِﻚَ ﺑِﻤَﺎ ﻗَﺪﱠﻣَﺖْ أَﯾْﺪِﯾﻜُﻢْ وَأَنﱠ اﻟﻠﱠﮫَ ﻟَﯿْﺲَ ﺑِﻈَﻼﱠمٍ ﻟِﻠْﻌَﺒِﯿﺪ‬
Terjemahnya :
(Adzab) yang demikian itu adalah disebabkan perbuatan tanganmu sendiri,
dan bahwasanya Allah sekali-kali tidak menganiaya hamba Nya.
Di abad ini, campur tangan umat manusia terhadap lingkungan cenderung
meningkat dan terlihat semakin meningkat lagi terutama pada beberapa
dasawarsa terakhir. Tindakan-tindakan mereka tersebut merusak keseimbangan
lingkungan serta keseimbangan interaksi antar elemen-elemennya. Terkadang
karena terlalu berlebihan, dan terkadang pula karena terlalu meremehkan. Semua
itu menyebabkan penggundulan hutan di berbagai tempat, pendangkalan laut,
gangguan terhadap habitat secara global, meningkatnya suhu udara, serta
18

menipisnya lapisan ozon yang sangat mencemaskan umat manusia dalam waktu
dekat.
Demikianlah, kecemasan yang melanda orang-orang yang beriman adalah
kenyataan bahwa kezhaliman umat manusia dan tindakan mereka yang merusak
pada suatu saat kelak akan berakibat pada hancurnya bumi beserta isinya.
19

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari Penjelasan di tas dapat di simpulkan bahwa:
Berdasar uraian di atas maka disimpulkan bahwa masalah pelestarian
lingkungan hidup terungkap dalam beberapa hadis sebagai perintah bagi manusia
agar menjaga dan atau memelihara lingkungan mereka dengan baik (ihsān).
Unsur-unsur lingkungan hidup yang ditunjuk oleh hadis adalah; fauna, flora,
tanah, air, dan udara. Upaya-upaya yang harus ditempuh dalam melestarikan
lingkungan hidup adalah antara lain; memelihara dan melindungi hewan;
menanam pohon dan penghijauan; menghidupkan lahan mati; memanfaatkan
udara dan air dengan baik, serta yang terpenting adalah bagaimana agar
keseimbangan alam/ lingkungan dan habitat dijaga dan berupaya mengindari
untukmerusaknya.
Al-Qur’an sebagai hudan li al-nas sudah barang tentu, bukan hanya
petunjuk dalam arti metafisis-eskatologis, tetapi juga menyangkut masalah-
masalah praktis kehidupan manusia di alam dunia sekarang ini, termasuk di
dalamnya, patokan-patokan dasar tentang bagaimana manusia menyantuni alam
semesta dan melestarikan lingkungan sekitarnya. Oleh karena itu, energi pada
setiap makhluk hidup dibutuhkan oleh makhluk hidup yang lain, yang
menyebabkan terjadinya kelangsungan hidup. Dalam Islam saling keterkaitan ini
merupakan salah satu tujuan penciptaan Allah. Sebab Allah menciptakan sesuatu
dengan tidak sia-sia.
Berdasar pada rumusan kesimpula di atas, maka dapat diimplikasikan
bahwa persepsi hadis tentang pelestarian lingkungan merupakan isyarat tentang
adanya keteraturan yang harus dijaga oleh setiap makhluk hidup dalam satu
sistem, dan apabila sistem itu terganggu menyebabkan porak-porandanya
makhluk hidup yang kokoh dan tergantung pada ekosistem.
20

3.2 Saran
Kami menyadari bahwa makalah kami ini sangat jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kami amat sangat mengharapkan kritik dan saran dari
para pembaca agar kedepannya kami dapat memperbaiki kesalahan-kesalahan
sebelumnya.
21

DAFTAR PUSTAKA

Abadi, Muhammad ibn Ya’kub al-Fayrus. 2005. Al-Qomus Al-Muhith. Beirut:


Muassasah al-Risalah.Abdillah,
Mujiono. 2005. Fiqh Lingkungan. Yogjakarta: Unit Penerbit dan
Percetakan Akademi Manajemen Perusahaan YKPN.
Al-Biqa’i, Ibrahim Ibn ‘Umar bin Hasan al-Ribat bin ‘Ali bin Abi Bakr. 2000.
Fiqh
Nazm al-Durar fi Tanasub al-Ayat wa al-Suwar. Al-Maktabah Asy- Syamilah.Al-
Bukhari,
MuhammadIbn Ismail bin Ibrahim Al-Mughirah. T.t. Sahih Al-Bukhari.
------------. 1987. Sahih Al-Bukhari. Kairo: Dar Al-Sya’ab.
Al-Burnu, Muhammad Shidqi bin Ahmad. 1983. Mawsu’ah al-Qawaid al-
Fiqhiyyah. Beirut: Muassasat al-Risalah.
Al- Asnawi, Jamaluddin Abdurrahim ibn Hasan. 1999. Nihayatu al-usul Fi Syarhi
Minhaji al-Wushul ‘ila ‘Ilmi al-Ushul. Beirut: Dar Ibnu Hazm.
Al- Masri, Al- Imam Al-Alamah Abi Al-Fadl Jamal al-Din Muhammad Ibn
Makram Ibnu Manzur Al-Afriki. 1992. Lisan al-Arab. Bairut: Dar al-Sadir.
Asy-Syaukani. T.t. Nailul Authar. Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyyah.As-Sijistani,
Abu Daud Sulaiman bin Al-Asy’ats. T.t. Sunan Abi Daud. Beirut: Dar Al-
Kitab Al-‘Arabi.Mahmud,
Hamid. 1977. Inahum Yaqtulun al-Bi’ah. Kairo: Haiatul al-Masriyah Press.
Muhammad, Ibn Jarir at-Tabari. 1995. Jami’ al-Bayan fi Ta’wil al-Qur’an.
Libanon: Dar al-Fikr.Qardhawi,
Yusuf. 2001. Ri’ayatu al-Bi’ah fi al-Syari’ah Al-Islamiyah. Kairo: Dar al-
Syuruq.Shihab, M. Quraish. 2006. Tafsir al-Mishbah: Pesan, Kesan dan
Keserasian Al-Qur’an. Jakarta: Lentera Hati.
Sukarni. 2011. Fiqh Lingkungan Hidup. Banjarmasin: Antasari Press.Syafi’i SJ,
Ahmad. Fiqh Lingkungan; Revitalisasi Ushul Fiqh Untuk Konservasi
Dan Restorasi.Undang-Undang Republik Indonesia No.32 tahun 2009
Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
Yafie, Ali. 2006. Merintis Fiqh Lingkungan Hidup. Jakarta: Yayasan Amanah.

Anda mungkin juga menyukai