Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH ILMU TAUHID

“ PENGERTIAN TAUHID DAN RUANG LINGKUPNYA”


DOSEN PEMBIMBING : DIYAN YUSRI, M. TH.

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK I :
RAIHAN ABDILLAH
MAHDALENA

PROGRAM STUDI AHWALUL SYAKHSIYAH


SEMESTER I

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM


JAM’IYAH MAHMUDIYAH
TANJUNG PURA
LANGKAT
2022

i
KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulilah senantiasa kami panjatkan kehadirat ALLAH SWT


yang telah melimpahkan ramhat dan karunia-nya, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini guna memenuhi tugas kelompok untuk Mata Kuliah
ILMU TAUHID dengan judul : “PENGERTIAN TAUHID DAN RUANG
LINGKUPNYA“.
Pada kesempatan kali ini kami menucapkan terima kasih kepada Dosen
Mata Kuliah ILMU TAUHID yang telah memberikan tugas kepada kami.
Kami jauh dari sempurna dan ini merupakan langkah yang baik dari studi
yang sesungguhnya. Oleh karena itu dengan keterbatasan waktu dan kemampuan
kami, maka kritik dan saran yang membangun senantiasa kami harapkan dan
semoga makalah ini dapat berguna bagi kami pada khususnya dan pihak lain yang
berkepentingan pada umumnya.

Tanjung Pura, Oktober 2022

Kelompok 1

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i


DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 2
C. Tujuan Masalah ............................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................... 3
A. Pengertian Tauhid Dan Ilmu Tauhid ............................................................ 3
1. Pengertian Akidah .................................................................................... 3
2. Pengertian Ilmu Tauhid ............................................................................ 5
B. Ruang Lingkup Ilmu Tauhid ........................................................................ 7
1. Ma‟rifatul Mabda‟ .................................................................................... 7
2. Ma‟rifatul Wasithah.................................................................................. 9
3. Ma‟rifatul Ma‟ad ...................................................................................... 9
C. Aspek-Aspek Ketauhidan............................................................................. 9
1. Tauhid Rububiyah .................................................................................... 9
2. Tauhid Uluhiyah ....................................................................................... 9
3. Tauhid Asma dan Sifat ........................................................................... 10
BAB III PENUTUP ............................................................................................. 11
A. Kesimpulan ................................................................................................ 11
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 12

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Akidah adalah dasar, pondasi untuk mendirikan bangunan. Semakin tinggi
bangunan yang akan didirikan, harus semakin kokoh pondasi yang kuat. Kalau
pondasinya lemah bangunan itu akan cepat ambruk. Tidak ada bangunan tanpa
pondasi. Akidah adalah masalah yang paling fundamental dalam ajaran Islam,
karena akidah adalah dasar konsepsi dari keseluruhan ajaran Islam. Sehingga
diterima atau tidaknya amal perbuatan manusia atau muslim, di sisi Allah
sangat bergantung pada akidahnya itu sendiri. Akidah adalah ajaran agama
tentang keyakinan atau kepercayaan kepada Tuhan. Semua agama samawi
mengajarkan tentang akidah sebagai dasar dan prinsip ketauhidan, sehingga
sejak dini materi akidah diajarkan kepada peserta didik.
Akidah atau keyakinan adalah suatu nilai yang paling asasi dan prinsipil
bagi manusia, sama halnya dengan nilai dirinya sendiri, bahkan melebihinya.
Hal itu terbukti bahwa orang rela mati untuk mempertahankan keyakinannya.
Akidah lebih mahal daripada segala sesuatu yang dimiliki manusia.
Demikianlah yang kita alami dan kita saksikan dari segenap masyarakat, baik
yang masih primitif maupun yang sudah modern. Sesuatu yang terlanjur
menjadi keyakinan sangat sulit untuk ditinggakan begitu saja oleh
penganutnya walaupun keyakinan tersebut dalam bentuk takhayul atau
khurafat sekalipun.
Akidah yang sudah mendarah daging bagi pemeluknya tidak bisa dibeli
atau ditukarkan dengan benda apapun. Manusia tidak dapat melepaskan
dirinya dari kepercayaan dan keyakinan. Tanpa adanya kepercayaan dan
keyakinan, mustahil manusia bisa hidup. Orang tidak akan berani makan dan
minum sebelum lebih dahulu yakin dan percaya bahwa makanan dan
minuman itu tidak membahayakan dirinya. Demikian pula segala kegiatan
manusia lainnya yang bertalian dengan hidup dan kehidupan. Semuanya tidak
lepas dari unsur yakin dan percaya.

1
Tauhid secara bahasa berasal dari kata wahhada - yuwahhidu yang artinya
menjadikan sesuatu satu/tunggal/esa (menganggap sesuatu esa). Secara istilah
syar’i, tauhid berarti mengesakan Allah dalam hal Mencipta, Menguasai,
Mengatur dan mengikhlaskan (memurnikan) peribadahan hanya kepada-Nya,
meninggalkan penyembahan kepada selain-Nya serta menetapkan Asma’ul
Husna (Nama-nama yang Bagus) dan Shifat Al-Ulya (Sifat-sifat yang Tinggi)
bagi-Nya dan mensucikan-Nya dari kekurangan dan cacat.
Ilmu tauhid belum dikenal pada masa Nabi Muhammad saw dan sahabat-
sahabatnya melainkan baru dikenal pada masa kemudiannya, setelah ilmu-
ilmu keislaman satu persatu muncul dan setelah orang banyak suka
membicarakan alam ghaib atau metafisika.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari ilmu tauhid ?
2. Apa saja ruang lingkup dari ilmu tauhid ?
3. Apa pengertian dari marifatul mabda, marifatul wasithah, marifatul maad ?

C. Tujuan Masalah
1. Untuk dapat mengetahui pengertian dari ilmu tauhid.
2. Untuk dapat mengetahui ruang lingkup ilmu tauhid.
3. Untuk dapat mengetahui pengertian marifatul mabda, marifatul wasithah,
marifatul maad ilmu tauhid

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Tauhid Dan Ilmu Tauhid


1. Pengertian Akidah
Secara etimologis kata akidah berasal dari bahasa Arab yang berakar
dari kata „aqada-ya‟qidu-„aqdan- „aqidatan. „Aqdan berarti simpul, ikatan,
perjanjian dan kokoh. Setelah terbentuk menjadi „Aqidah berarti
keyakinan. Relevansi antara arti kata „aqdan dan „aqidah adalah keyakinan
itu tersimpul dengan kokoh di dalam hati, bersifat mengikat dan
mengandung perjanjian. Kata „aqidah ini sering juga disebut „aqo‟id yaitu
kata plural (jama‟) dari „aqidah yang artinya simpulan.
Kata lain yang serupa adalah I‟tiqod yang mempunyai arti
kepercayaan. Secara sederhana dapat dipahami bahwa „aqidah adalah
sesuatu yang dipegang teguh dan terhunjam kuat di dalam lubuk jiwa
(Ilyas, 2011, p. 1). Aqidah merupakan fondasi utama ajaran Islam yang di
atasnya berdiri amal shalih. Keimanan (aqidah) dan amal shalih dalam al-
Qur'an sering ditempatkan secara beriringan. Hal ini karena keduanya
ibarat sebuah bangunan, aqidah adalah fondasinya dan amal shalih adalah
bangunan yang berdiri di atasnya. Fondasi keimanan yang kokoh tanpa
amal shalih tidak berarti, begitu pula amal shalih tanpa keimanan.1
Syaikh Abu Bakar Al-Jaziri menyatakan bahwa akidah adalah
kumpulan dari hukum-hukum kebenaran yang jelas yang dapat diterima
oleh akal, pendengaran dan perasaan yang diyakini oleh hati manusia dan
dipujinya, dipastikan kebenarannya, ditetapkan keshalehannya dan tidak
melihat ada yang menyalahinya dan bahwa itu benar serta berlaku
selamanya. Seperti keyakinan manusia akan adanya Sang Pencipta,
keyakinan akan ilmu kekuasaan-Nya, keyakinan manusia akan kewajiban
ketaatan kepada-Nya dan menyempurnakan akhlak-yang dimaksud aqidah
dalam bahasa Arab (dalam bahasa Indonesia ditulis akidah).

1
Mahrus, Aqidah, (Jakarta : Pustaka Progressif, 2009), Hlm. 1

3
Dalam Islam, iman atau kepercayaan yang bersumber pokoknya
pada Alquran. Aqidah merupakan suatu pusaka peninggalkan Rasulullah
yang tidak mungkin berbeda. Selain itu, aqidah adalah suatu kepercayaan
yang tidak memaksa serta mudah diterima oleh akal fikiran yang mampu
mengarahkan manusia menuju kemuliaan dan keluhuran dalam hidup.
Baik tidaknya seseorang dapat dilihat dari aqidahnya, sebab amal saleh
hanyalah pancaran dari aqidah yang sempurna. Dalam kehidupan manusia
perlu ditetapkan prinsip-prinsip dasar aqidah islamiyah agar dapat
menyelamatkan kehidupan manusia di dunia dan di akhir.
Aqîdah adalah keyakinan, kepercayaan tentang adanya wujud Allah
yang Esa, Tunggal, tiada sekutu bagi-Nya. Aqîdah merupakan dasar dari
keislamaan seseorang (Baiquni, Aziz, and Aziz, 1996, p. 31). Suatu ilmu
yang membahas tentang aqîdah umat Islam disebut aqâid. Aqaîd
berhubungan dengan masalah ketuhanan, kenabian, dan hal-hal ghaib,
seperti qadla dan qadar, hari kiamat, surga, neraka dan sebagainya yang
dibahas secara dalil naqliyah (dinukilkan dari al-Qur'an dan atau hadis)
dan aqliyah (sesuai dengan jalan pikiran manusia) (Baiquni et al., 1996,
p.47). Asal makna tauhid, ialah meyakinkan (mengi‟tikadkan), bahwa
Allah adalah “satu”, tidak ada syarikat bagi-Nya. Ilmu tauhid ialah suatu
ilmu yang membahas tentang “Wujud Allah”, sifat-sifat yang wajib tetap
pada-Nya, sifat-sifat yang boleh disifatkan kepada-Nya dan tentang sifat-
sifat yang sama sekali wajib dilenyapkan dari pada-Nya.
Ilmu tauhid juga sering disebut sebagai ilmu kalam karena dalam
memberikan dalil tentang pkok (usul) agama cenderung kepada logika
(mantiq), seperti yang biasa dilakukan oleh para pemikir dalam
menjelaskan seluk beluk hujjah tenteng pendiriannya. Tauhid adalah
pegangan pokok dan sangat menentukan bagi kehidupan manusia, karena
tauhid menjadi landasan bagi setiap amal yang dilakukan. Tauhid bukan
hanya sekedar mengenal dan mengerti bahwa pencipta ala mini adalah
Allah WST, bukan hanya sekedar mengetahu bukti bukti rasional tentang
kebenaran wujud (keberadaaan) Nya, dan wahdaniyah (keesaan) Nya, dan

4
bukan pula sekedar mengenal asma‟ wa sifat-Nya. Tauhid adalah
pemurnian ibadah kepada Allah. Yaitu, menghambakan diri hanya kepada
Allah secara murni, mentaati segala perintah-Nya, menjauhi segala
larangan-Nya setulus hati dengan rasa rendah diri, cinta, harap dan takut
kepada-Nya.
2. Pengertian Ilmu Tauhid
Tauhid merupakan aspek mendasar dalam ajaran keagamaan. Secara
etimologis tauhid berarti membahas mengenai keesan Tuhan. Berbicara
mengenai keesaan Tuhan berarti bicara soal keimanan. Iman atau percaya
kepada Tuhan adalah prinsip dasar orang beragama. Oleh karena itu
bertauhid berarti membahas mengenai persoalan keimanan kepada Tuhan
secara tuntas
Tauhid ditinjau dari etimologis merupakan bentuk masdar dari kata
wahada, yuwahhidu, tauhīdan artinya adalah mengeesakan Allah.
Keterkaitannya dengan iman atau percaya adalah membahas apa yang
dipercaya dan bagaimana mempercayainya. Maka dalam kajian tauhid
dibahas mengenai beberapa kriteria tauhid yang berisi percaya atau iman
kepada Allah. Dari definisinya, Abduh menjelaskan bahwa tauhid adalah
merupakan bagian terpenting menetapkan sifat “wahdah“ (satu) bagi Allah
dalam zat- nya dan dalam perbuatannya menciptakan alam seluruhnya dan
bahwa ia sendiri pula tempat kembali segala alam ini dan penghabisan
segala tujuan. Dari situ dapat dipahami ada pengeesaan zat, perbuatan
Allah yang menciptakan dan kepada Allah-lah semuanya kembali..2
Definisi di atas mengarahkan bahwa tauhid merupakan penjelas dari
persoalan keimanan manusia kepada Allah. Secara harfiah, dalam konteks
iman adalah membenarkan dan meyakini hanya kepada-Nya kita
beribadah dan kembali. Ilmu tauhid adalah ilmu yang membicarakan
tentang sifat- sifat Allah dan para utusan-Nya terdiri dari yang wajib, jaiz
dan mustahil. Ilmu Tauhid disebut juga ilmu ushuluddin (dasar-dasar atau

2
Syeh Muhammad Abduh, Risalah Tauhid, Cetakan Ketujuh, (Jakarta : Bulan Bintang,
1979), Hlm. 19

5
pokok-pokok agama) atau ilmu kalam (berasal dari masalah kalam/ucapan
Allah). Selain itu, ilmu ini juga membicarakan pokok-pokok agama. Oleh
karena itu ilmu tersebut disebut ilmu ushuluddin, disebut ilmu kalam
karena ilmu tersebut juga membicarakan tentang kalamullah yang sering
diperdebatkan oleh banyak orang dalam hal kalamullah, termasuk yang
qadim atau yang hadits.
Wilayah pembatasan tauhid adalah zat-zat Allah dan sifat Rasul-Nya
yang mulia, sehingga menjadi kewajiban kita mempelajari ilmu
keushuluddinan ini. Secara umum tauhid dapat diklasifikasikan menjadi
tiga bagian yakni, Tauhid rububiyah adalah keyakinan bahwa Allah SWT
adalah Rabb seluruh langit dan bumi. Ia juga pemilik segala perintah dan
urusan di alam semesta, tidak ada sekutu bagi-Nya dan yang menolak
ketetapan-Nya. Dia-Lah pemberi rezeki semua yang hidup, pengatur
segala urusan dan perintah.
Dia pula satu-satunya yang merendahkan dan meninggikan, pemberi
dan penghambat, menimpakan bahaya dan memberi manfaat, memuliakan
serta menghinakan. Bentuk tauhid semacam ini tidak ada yang
mengingkarinya kecuali penganut paham-paham materialisatheis. seperti
kaum dahriyyun pada masa lalu dan komunisme pada masa sekarang.
Selanjutnya, tauhid uluhiyyah adalah meng-Esakan Allah. Dalam
beribadah, tunduk dan taat secara mutlak, tidak disembahkan atau diibadati
selain dari Allah. Tidak ada satupun di bumi atau di langit dapat
menyekutukan-Nya. Terakhir, tauhid asma‟ wa shifat merupakan beriman
bahwa Allah memiliki nama dan sifat yang baik (asma‟ul husna) yang
sesuai dengan keagunganNya. Umat Islam mengenal 99 asma‟ul husna
yang merupakan nama sekaligus sifat Allah.(Syaikh, 2000, p. 28).
Tauhid menjadi dasar seorang muslim beriman kepada Allah. Hakikat
tauhid merupakan bentuk konkrit dari konsep penyembahan. Ibadah yang
dimaksud adalah bentuk penghambaan manusia kepada Allah dengan
senantiasa mentaati segala perintah-Nya dan menjauh segala larangannya.
Dengan tauhid yang kuat maka seorang muslim akan mampu

6
melaksanakan seluruh perintah Allah dengan keyakinan yang kuat pula.
Nilai keesaan Allah merupakan awal dari kewajiban-kewajiban manusia
terhadap Tuhan Nya tersebut. Manusia diciptakan di muka bumi ini hanya
mempunyai satu tugas yaitu menyembah Allah dengan segala bentuk
ibadahnya (At-Tamami, 2011, pp. 1–4).
Adapun urgensi tauhid untuk manusia bersifat menjelaskan secara
detail mengenai aspek dasar kepercayaan manusia kepada Allah. Sebab hal
mendasar dari manusia merupakan makhluk yang bertauhid. Mutahhari
mengutip dari Max Mueller, manusia purba adalah manusia tauhid.
Adapun menyembah atau ibadah yang diajarkan oleh Nabi dan lainnya
bukan ibadah, melainkan tatacara beribadah yang baik dan benar.
Menyembah dan memuja inilah yang diartikan sebagai agama inti dari
persoalan tauhid (Mutahhari, 2012, pp. 303–304).
Lebih jelasnya dalam tauhid, manusia yang meyakini dan mengakui
bahwa Allah SWT semata, Rabb (Tuhan) segala sesuatu dan rajanya.
Sesungguhnya hanya Dia yang Maha Pencipta, Maha Pengatur alam
semesta. Hanya Dia lah yang berhak disembah, tiada sekutu bagi-Nya.
Dan setiap yang disembah selain-Nya adalah batil. Sesungguhnya Dia
SWT bersifat dengan segala sifat kesempurnaan, Maha Suci dari segala aib
dan kekurangan. Dia SWT mempunyai nama-nama yang indah dan sifat-
sifat yang tinggi. inilah yang kemudian menjadi titik urgensi dalam
memahami tauhid.3

B. Ruang Lingkup Ilmu Tauhid


1. Ma’rifatul Mabda’
Ruang pembahasan ilmu tauhid yang pertama yaitu Ma‟rifatul mabda‟.
Yaitu suatu ilmu membahas tentang keberadaan dzat Allah dan hal-hal
yang berhubungan dengan Allah serta qadla‟ dan qadar-Nya, yang

3
Al-„Ustaimi, M. I. S, al-Qaul al-Mufid ‘alaKitab al-Tauhid. (Riyadh: Dar Ibn Jawziy,
1997), Hlm. 112

7
terangkum dalam pembahasan rukun iman, yakni iman kepada Allah dan
iman kepada qadla‟ dan qadar.
a) Iman Kepada Allah SWT
Iman kepada Allah SWT adalah percaya sepenuhnya akan
kebenaran keberadaan Allah SWT tanpa keraguan sedikitpun. Serta,
mentaati dan menjalankan segala perintah-Nya serta menjauhi segala
larangan-Nya dengan sepenuh hati dengan penuh rasa rendah diri,
cinta, harap dan takut kepada-Nya. Iman kepada Allah SWT meliputi
tiga hal, yaitu:
1) Dzat Allah SWT
Allah adalah wajibul wujud dan tak ada batasan bagi
kesempurnaan-Nya. tidak ada manusia yang sanggup mengetahui
dzat Alla SWT karena dzat Allah swt tidak lah tersusun dari unsur,
tidak terbatas. Karena itu mustahil bagi manusia mengetahui dzat
Allah SWT, akal manusia tidak akan sanggup mencapai hakekat
Allah SWT.
2) Sifat
3) Af‟al
Af‟al adalah perbuatan AllahSWT. Segala yang ada di dunia
ini adalah perbuatan AllahSAW. Untuk mengetaui tentang af‟a
Allah adalah dengan melakukan Syuhud (memandang/menyaksikan)
dan meyakini bahwa segala perbuatan kita baik perbuatan yang
baik maupun perbuatan yang buruk adalah berasal dari Allah SWT.
b) Iman Kepada Qadla‟ dan Qadar.
Qadar ialah masdar dari kata qadarat is-sya‟u artinya kepastian
sesuatu. Aqdarahu qadran artinya, kepastian itu berhasil dengan
pemastiannya. Iman kepada qadla dan qadar berarti bahwa seseorang
mempercayai dengan sepenuh hati bahwa Allah SWT telah telah
mentakdirkan segala makhluk baik takdir yang baik maupun takdir
yang buruk..

8
2. Ma’rifatul Wasithah
Ruang pembahasan ilmu yang selanjutnya adalah Ma‟rifatul Wasithah.
Yaitu membahas tentang utusan Allah seperti Malaikat, Nabi/Rasul, dan
Kitab Suci, yang terangkum dalam rukun iman, yaitu iman kepada
malaikat-malaikat Allah SWT, iman kepada kitab-kitab Allah SWT, dan
iman kepada Rasul-rasul Allah SWT.
3. Ma’rifatul Ma’ad
Ma‟rifatul Ma‟admerupakan bagian dari ruang lingkup ilmu tauhid
yang membahas tentang hari kiamat, tanda-tanda hari kiamat serta hikmah
beriman kepada hari kiamat. Yang dimaksud hari kiamat adalah hancurnya
seluruh dunia beserta alam semesta ini dan seluruh makhluk hidup yang
ada didalamnya. Yang selanjutnya akan berganti kepada alam yang baru
yaitu akhirat.
Beriman kepada hari kiamat adalah percaya dengan sepenuhya bahwa
alam dan segala isinya akan dihancurkan oleh Allah SWT, dan semua
makhluk yang ada didunia akan mati, kemudian dibangkitkan dari alam
kuburnya untuk diperhitungkan segala amal kebaikan dan kejahatannya
dan hidup kekal di alam akhirat.4

C. Aspek-Aspek Ketauhidan
1. Tauhid Rububiyah
Tauhid rububiyah ialah mengesakan dalam pengaturan kerajaan. Itu
adalah pernyataan bahwa sesunggguhnya Allah ialah tuhan pengatur
segala sesuatu, Dia pemiliknya, Dia pencipta aturannya dan pemberi
rezekinya
2. Tauhid Uluhiyah
Tauhid uluhiyah adalah peng-Esaan Allah SWT dalam ketuhanan.
Ketauhidan dibina atas dasar ikhlas karena Allah SWT semata, yang

4
Ahmad, M. A. Q. Metodologi Pengajaran Agama Islam, Terj. H.A. Mustofa. (Jakarta:
Rineka Cipta, 1997), Hlm. 98

9
mempunyai kebulatan cinta,takut, mengharap, tawakal gemar, hormat, dan
doa hanya karena Allah SWT sendiri-Nya
3. Tauhid Asma dan Sifat
Tauhid asma dan sifat adalah penyataan ikrar bahwa sesungguhnya
Allah SWT Maha Tahu kepada segala sesuatu, Maha Kuasa terhadap
segala sesuatu, dan sesungguhnya Dia Maha Hidup dan Maha Tegak, tiada
alpa dan tiada tertidur lena, bagiNya segala kehendak terlaksana, hikmah
yang tandas dan tuntas.5

5
Al-Banna, H. Aqidah Islam (M. H. Baidaei, trans.), (Bandung : Al-Ma‟arif, 1980), Hlm. 43

10
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari pembahasan di atas yang membahas mengenai tauhid yaitu sebuah
ilmu yang mempelajari bagaimana beriman kepada sang pencipta dengan baik
dan benar tauhid dari segi bahasa mentauhidkan sesuatu berarti menjadikan
sesuatu itu esa. Dari segi syari tauhid ialah mengesakan Allah didalam
perkara-perkara yang Allah sendiri tetapkan melalui Nabi-Nabi Nya yaitu dari
segi Rububiyyah, Uluhiyyah dan Asma Was Sifat.

11
DAFTAR PUSTAKA

1
Mahrus. (2009). Aqidah. Jakarta: Pustaka Progressif
1
Abduh, Syeh Muhammad.1979. Risalah Tauhid. Cetakan Ketujuh.Jakarta: Bulan
Bintang.
1
Al-„Ustaimi, M. I. S. (1997). al-Qaul al-Mufid „alaKitab al-Tauhid. Riyadh: Dar
IbnJawziy.
1
Ahmad, M. A. Q. (2008). Metodologi Pengajaran Agama Islam, Terj. H.A.
Mustofa. Jakarta: Rineka Cipta.
1
Al-Banna, H. (1980). Aqidah Islam (M. H. Baidaei, trans.). Bandung: Al-Ma‟arif.

12

Anda mungkin juga menyukai