Anda di halaman 1dari 18

FI’IL MADHI

“Ditujukan untuk memenuhi tugas”

Mata Kuliah : Bahasa Arab


Dosen : Sholihuddin Harahap, MH.I.
Jurusan : Perbankan Syariah (I-A)

Di susun Oleh
Kelompok 1 ( Satu )

- Ely Irmaya
- M. Arif Kurniawan
- Sri Choiriah
- Windiani

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM


JAM’IYAH MAHMUDIYAH
TANJUNG PURA
LANGKAT
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan
Makalah ini yang alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul “Fi’il Madhi ”

Makalah ini berisikan tentang informasi Pengertian Fi’il Madhi atau yang
lebih khususnya membahas tentang Fi’il Madhi dan contohnya,  Diharapkan
Makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita semua tentang Fi’il Madhi .

Kami menyadari bahwa Makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami
harapkan demi kesempurnaan Makalah ini. Akhir kata, kami sampaikan terima
kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan Makalah
ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha
kita. Amin.

Tanjung Pura Desember 2018

i
DAFTAR ISI

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bahasa Arab merupakan inti dari ajaran Islam karena ajaran-ajaran Islam
sebagian besar memakai bahasa Arab. Bahasa Arab dalam dunia Islam
bagaikan air bagi ikan, karena memang salah satu keunggulan bahasa Arab
adalah tentang kekhasannya yang paling cocok untuk mengungkapkan
tentang hal-hal keagamaan dan ketuhanan karena beberapa keunggulan yang
dimiliki oleh bahasa Arab itu sendiri.

Di dalam Bahasa Arab mempelajari Ilmu Nahwu sangatlah penting


karena dari situlah bisa mempelajari bahasa arab dengan mudah. Selain itu,
mempelajari Ilmu Nahwu sangat penting untuk memahami Al-Qur’an, artinya
karena menurut kaidah hukum Islam, mengerti Ilmu Nahwu bagi mereka
yang ingin memahami Al-Qur’an hukumnya fardlu ‘ain.

Dan sangat dianjurkan bagi manusia untuk menjaga lisannya dari


kesalahan dan biasa faham artinya Al-Qur’an dan Hadits maka oleh karena
itulah Ilmu Nahwu harus dipelajari dan difahami lebih didahulu dibanding
ilmu yang lain karena tanpa Ilmu Nahwu tidak akan pernah dapat dipahami.

B. Rumusan Masalah

C. Tujuan Penulisan

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Fiil Madhi
1. Pengertian Fi’il Madhi
Secara terpisah fi’il berarti kata kerja. Sedangkan madhi  berarti yang
telah lampau atau lewat. Jadi, apabila digabung fi’il madhi ialah kata kerja
yang menunjukkan terjadinya suatu pekerjaan atau peristiwa pada waktu
lampau.1
1 M. Abdul Manaf Hamid; Pengantar ilmu shorof ishtilahi-lughowi, Fathul Mubtadi’in,
Nganjuk, 2006, h.127

2
Pengertian kalimat fiil madhi secara bahasa adalah “kata kerja yang
lampau”, maksudnya adalah sebuah kata kerja yang menunjukan masa
lampau. Pengertian fiil madhi secara bahasa ini sejalan dengan
pengertiannya menurut istilah ilmu nahwu dalam bentuk bahasa arab yaitu
َ َ‫ضى َوا ْنق‬
@‫ضى‬ ٍ ‫َما َد َّل عَلى َح َد‬
َ ‫ث َم‬

Artinya : Lafadz yang menunjukan kejadian di masa lampau. Jadi,


setiap kejadian yang terjadi di masa lampau maka itulah yang dimaksud
dengan fiil madhi. Contohnya : ‫َاب‬ ُ ‫ قَ َر ْأ‬: Saya membaca buku
َ ‫ت ال ِكت‬

Kata “‫ ”قرأ‬pada kalimat di atas termasuk kalimat fiil madhi karena


kegiatan membacanya dilakukan pada masa yang sudah lewat dan
sekarang sudah tidak sedang membaca lagi, jika kegiatan membaca itu
sedang terjadi maka namanya bukan fiil madhi akan tetapi fiil mudhari
(untuk penjelasan fiil mudhari akan kita bahas pada tulisan selanjutnya).

2. Tanda-tanda / Ciri-ciri Fi’il Madhi

a) Bersambung dengan Ta’ fa’il yang berharakat fathah, dhammah, atau


kasrah. Ta’ tersebut diletakkan di belakang fi’il dan berfungsi sebagai
fa’il (pelaku perbuatan). ((@,‫َص@رْ تُ ْم‬ َ ‫ ن‬,‫َص@رْ تُ َما‬
ِ ْ‫َص@ر‬
َ ‫ ن‬,‫ت‬ َ ‫ ن‬,‫َص@رْ تُ َّن‬ ُ ْ‫صر‬
َ ‫ ن‬,‫ت‬ َ َ‫ن‬
َ ‫ ن‬,‫صرْ تُ َما‬
َ‫َصرْ ت‬ َ َ‫ ن‬seperti :
‫ت ْال َولَ َد‬
ُ ْ‫َصر‬
َ ‫ ن‬  (Aku telah menolong seorang anak laki-laki)
b) Diakhiri dengan Ta’ ta’nits  yang mati (Ta’ yang berharakat sukun,
untuk menunjukkan bahwa pelaku perbuatan itu adalah muannats /
perempuan), seperti:

‫ت ْال َولَ َد‬


ْ ‫َص َر‬
َ ‫ ن‬  (Dia satu orang perempuan telah menolong seorang anak
laki-laki)

3
c) Bersambung dengan  Na fa’il (Nun alif, yang menunjukkan fa’ilnya /
pelakunya adalah kami / kita), seperti:

‫َصرْ نَا@ ْال َولَ َد‬


َ ‫ ن‬  )kami telah menolong seorang anak laki-laki)
d) Didahului dengan ‫ قَ ْد‬yang berarti sungguh. Contoh:

ُ‫صالَة‬
َّ ‫قَ ْد قَا َم ِة ال‬   (Sungguh telah didirikan shalat)

e) Secara bentuk dapat diketahui berdasarkan seluruh wazan fi’il madhi.2

3. Bentuk Fi’il Madhi

Fiil
No Dhamir Arti Keterangan
Madhi

Dia (lk) telah menulis Bentuk asli tanpa


1 ‫ه َُو‬ َ ‫َكت‬
‫َب‬
perubahan

Keduanya (lk) telah +  ‫ ا‬pada huruf terakhir


2 ‫هُ َما‬ ‫َكتَبَـا‬
menulis

Mereka (lk) telah menulis + ‫ ـــُوْ ا‬pada huruf


3 ‫هُ ْم‬ ‫َكتَبُـوْ ْا‬
terakhir

Dia (pr) telah menulis ْ pada huruf


+ ‫ـت‬
4 ‫ِهـ َي‬ ْ َ‫َكتَب‬
‫ـت‬
terakhir

Keduanya (pr) telah + ‫ ـتـَا‬pada huruf


5 ‫هُ َمـا‬ ‫َكتَبَـتَا‬
menulis terakhir

2 A. Shohib Khaironi; Metode Mustaqilli, cara cepat untuk membaca kitab dan
menguasai bahasa arab, WCM Press, Jatibening, 2006, h. 86

4
Mereka (pr) telah menulis + َ‫ ـْــن‬pada huruf
6 ‫ه َُّن‬ َ‫َكتَ ْبـن‬
terakhir

7 Kamu (lk) telah menulis + َ‫ ـْــت‬pada huruf


َ‫اَ ْنـت‬ َ‫َكتَبْـت‬
terakhir

8 Kalian (lk) telah menulis + ‫ ـْــتُ َمـا‬Pada huruf


‫اَ ْنتُ َمـا‬ ‫َكتَ ْبتُمـَا‬
terakhir

9 Kalian (lk) telah menulis + ‫ ـْــتُ ْم‬pada huruf


‫اَ ْنتُـ ْم‬ ‫َكتَ ْبتُـ ْم‬
terakhir

10 Kamu (pr) telah menulis +‫ت‬


ِ ‫ ـْـ‬pada huruf
ِ ‫اَ ْنـ‬
‫ت‬ ِ ‫َكتَبْـ‬
‫ت‬
terakhir

11 Kalian (pr) telah menulis + ‫ ـْتُ َمـا‬pada huruf


‫اَ ْنتُ َمـا‬ ‫َكتَ ْبتُ َما‬
terakhir

12 Kalian (pr) telah menulis َّ ُ‫ ـْـت‬pada huruf


+ ‫ـن‬
َّ ُ‫ا ْنت‬
‫ـن‬ َّ ُ‫َكتَ ْبت‬
‫ـن‬
terakhir

13 Saya telah menulis ُ ْ‫ ـ‬pada huruf


+ ‫ــت‬
‫اَنَـا‬ ُ ‫َكتَب‬
‫ْـت‬
terakhir

14 Kami, kita telah menulis + ‫ ــْـنَـا‬ pada huruf


ُ‫نَحْ ن‬ ‫َكتَبْـنَا‬
terakhir3

3 A. Shohib Khaironi, Op. Cit. h. 67

5
4. Pembagian Fi’il Madhi

Pembagian Fi’il Mādi terbagi kepada dua bagian;

1) Mādhi Ma’lum (bentuk aktif), contoh:

‫كتب‬ ; Telah menulis ‫فتح‬ ; Telah membuka

‫سأ ل‬ ; Telah bertanya ‫شرب‬ ; Telah minum

‫قرأ‬ ; Telah membaca ‫فهم‬ ; Telah faham

2) Mādi Majhul (bentuk Pasif), contoh:

َ ِ‫ُكت‬
‫ب‬ ; Telah ditulis ‫فتح‬ ; Telah dibuka

‫سءل‬ ; Telah ditanya ‫شرب‬ ; Telah diminum

‫قرأ‬ ; Telah dibaca ‫فهم‬ ; Telah difaham

5. Pola Fi’il Madhi


1) Fi’il Madhi Tsulatsy, yaitu kata kerja lampau yang terdiri dari tiga
huruf. Polanya

‫فَــ َعـ َل‬ ‫ َكـفَـ َر‬,‫ـر‬


َ ‫ص‬َ َ ‫ ن‬,‫ب‬
َ ‫ض َر‬
َ

‫فَــ ِعـ َل‬ ‫ عَـلِـ َم‬،َ‫ َشـ ِهـد‬،‫فَ ِهــ َم‬

6
‫فَـعُــ َل‬ ‫بَـعُـ َد‬، ‫ َكــ ُر َم‬،‫َحــ ُر َم‬

2) Fi’il Madhi Ruba’i, yaitu kata kerja lampau yang terdiri dari empat
huruf. Antara lain bentuknya yaitu:

1 َ ‫فَع‬
‫َّــل‬ ‫ َســلَّ َم‬,‫ عَـلَّ َم‬,‫نَــ َّز َل‬

2 َ ‫أ َ ْفـ َع‬
‫ـل‬ ‫ أَ ْنــزَ َل‬,‫ أَسْــلَ َم‬,‫أَرْ َســ َل‬

3 َ ‫فَـاع‬
‫َـل‬ ‫ قَـاتَـ َل‬,‫ َخـا َس َم‬,‫َســافَ َر‬

3) Fi’il Madhi Khumasi, yaitu kata kerja lampau yang terdiri dari lima
huruf. Polanya antara lain yaitu:

1 َ ‫اِ ْنفَـ َع‬


‫ــل‬ ‫ اِ ْنقَطَـ َع‬,َ‫ اِ ْنطَلَــق‬,‫ب‬
َ َ‫اِ ْنقَـل‬

2 َ ‫اِ ْفتَ َع‬


‫ـــل‬ ‫َـب‬ َ ‫اِ ْقتَــ َر‬
َ ‫ اِجْ تَن‬,‫ اِجْ تَ َمــ َع‬,‫ب‬

3 َ ‫تَفَــع‬
‫َّـل‬ ‫ تَقَــ َّد َم‬,‫ تَــأ َ َّخــ َر‬, ‫تَ َعلَّــ َم‬

4 ‫تَفَــاعَـ َل‬ َ ‫ تَ َســـاه‬, َ‫تَ َســاقَف‬


‫ تَ َجـــاهَ َل‬,‫َـل‬

4) Fi’il Madhi Sudasi, yaitu kata kerja lampau yang terdiri dari enam
huruf. Contoh polanya di antaranya yaitu:

Pola Contoh

‫اِ ْستَ ْف َعـــ َل‬ َ ‫ اِ ْست َْخ‬,‫ اِ ْستَ ْغفَــــ َر‬,‫اِ ْستَحْ ــ َو َذ‬
‫ــر َج‬

7
Contoh Perubahan Fi’il madhi, rubai, khumasi, dan sudasi4

Sudasi Khumasi Ruba’i Dhomir

َ ‫اِ ْستَ ْف َع‬


‫ـــل‬ ‫َّـل‬
َ ‫تَفــع‬ ‫اِ ْفتَ َعـــ َل‬ ‫اِ ْنفَـ َعــ َل‬ ‫أ َ ْفـ َعـ َل‬ ‫فَعَّــ َل‬

َ َ‫اِ ْستَ ْغف‬


‫ــر‬ ‫تَقَــ َّد َم‬ ‫اِجْ تَ َمــ َع‬ ‫اِ ْنقَطَـ َع‬ ‫أَرْ َســ َل‬ ‫نَــ َّز َل‬ ‫هُ َو‬

ْ ‫ــر‬
‫ت‬ َ َ‫اِ ْستَ ْغف‬ ْ ‫تَقَــ َّد َم‬
‫ت‬ ْ ‫اِجْ تَ َمــ َع‬
‫ت‬ ْ ‫اِ ْنقَطَـ َع‬
‫ت‬ ْ َ‫أَرْ َســل‬
‫ت‬ ْ َ‫نَــ َّزل‬
‫ت‬ ‫ِه َي‬
6. Contoh kalimat Fi’il Madhi

Terdapat banyak contoh kalimat Fi’il Madhi dalam sebuah tasrifan Fi’il :
Fi’il Madhi Artinya
َ‫قَ َرأ‬ Membaca
َ ‫َكت‬
‫َب‬ Menulis
َ َ‫َجل‬
‫س‬ Duduk
‫ب‬
َ ‫ض َر‬ َ Memukul
‫َكلَ َم‬ Bertutur

B. Fiil Mudhori’
1. Pengertian Fii’l Mudhori
Fi’il Mudhari adalah kata kerja atau kalimat yang menunjukkan
makna sedang dilakukan atau yang akan dilakukakn (hal dan istikbal).
Ataupun (kata kerja bentuk sedang atau akan) kata kerja yang
menunjukan kejadian sesuatu pada saat berbicara atau setelahnya, pantas
digunakan untuk kejadian saat berlangsung atau akan berlangsung. tulah
sebabnya Fi’il Mudhori selalu diterjemahkan “sedang atau akan” misalnya
kita ambil dari Fi’il Madhi (sudah terjadi) menjadi Fi’il Mudhori (akan

4 M. Abdul Manaf Hamid, Op. Cit., h. 134-138

8
terjadi). Misalnya ‫يكتب‬ menjadi ‫“ كتب‬kataba : telah membaca menjadi
yaktubu : sedang membaca”. 5
Fiil mudhari mempunyai 14  macam Dhomir  yaitu :
Subject ‫الضمير‬
Dia seorang laki-laki  ( satu orang ) ‫هو‬
Dia laki-laki-laki ( 2 orang ) ‫هما‬
Dia para laki-laki ( 3 orang atau lebih ) ‫هم‬
Dia perempuan ( satu orang ) ‫هي‬
Dia perempuan ( 2 orang ) ‫هما‬
Dia para perempuan( 3 orang atau lebih) ‫هن‬
Kamu seorang laki-laki ‫أَنت‬
Kamu dua orang laki-laki ‫أنتما‬
Kamu sekalian laki-laki ( 3 atau lebih) ‫أنتم‬
Kamu seorang perempuan ‫ت‬ِ ‫أَن‬
Kamu dua orang perempuan ‫أنتما‬
Kamu sekalian perempuan ( 3 atau lebih ) ‫أنتن‬
Saya ‫أنا‬
Kami ‫نحن‬

Contohnya adalah dari kata kerja : Menjaga atau menghafal  : ُ‫َحفِظَ –يَحْ فَظ‬
Dia seorang laki-laki Menjaga  ( satu orang ) ُ‫يَحْ فَظ‬ ‫هو‬
Dia laki-laki-laki Menjaga ( 2 orang ) ‫يحفظان‬ ‫هما‬
Dia para laki-laki Menjaga ( 3 orang atau lebih ) ‫يحفظون‬ ‫هم‬
Dia perempuan Menjaga ( satu orang ) ‫تحفظ‬ ‫هي‬
Dia perempuan Menjaga ( 2 orang ) ‫تحفظان‬ ‫هما‬

C. Fiil Amr

5 Aceng Zakaria, 2004. ILMU NAHWU PRAKTIS . Tarongong Garut: Ibn azka press. Hal 44

9
1. Pengertian ‫فِ ِع ْل األَ َم ْر‬

ْ‫ فِ ِع@@ ل األَ َم@@ر‬adalah kata kerja yang mengandung perintah dengan


tuntutan untuk mendapatkan sesuatu hasil setelah kalimat perintah
ungkapan atau fi'il yang berisi pekerjaan yang dikehendaki oleh
Mutakallim (pembicara) sebagai orang yang memerintah agar dilakukan
oleh Mukhathab (lawan bicara) sebagai orang yang diperintah.

Perlu diingat bahwa yang menjadi Fa'il (Pelaku) dari Fi'il Amar
(Kata Kerja Perintah) adalah Dhamir Mukhathab (lawan bicara) atau
"orang kedua" sebagai orang yang diperintah untuk melakukan pekerjaan
tersebut. Dhamir Mukhathab terdiri dari: َ‫ت – أَ ْنت‬
ِ ‫ أَ ْن‬- ‫ أَ ْنتُ َما‬- ‫ أَ ْنتُ ْم‬- ‫ أَ ْنتُ َّن‬kamu
berdua lk/pr, kamu sekalian lk, kamu sekalian pr, kamu lk, kamu pr.6

Karena pelakunya yang akan mengerjakan perintah hanya orang


kedua, maka Fi’il amar hanya mempunyai 6 (enam) bentuk untuk
mukhotob dan mukhotobah

Contoh :

ْ‫ اُ ْد ُخل‬   (udkhul) = masuklah                    ْ‫ إِجْ لِس‬  (ijlis) = duduklah


2. Cara membuat ‫فِ ِع ْل األَ َم ْر‬

a. Tsula Tsiy Mujarrod

Cara membuat ْ‫فِ ِعلْ األَ َمر‬ bagi fi’il yang asli tiga huruf ialah
berpedoman kepada fi’il mudhori’nya dengan ketentuan sebagai
berikut:

6 Aceng Zakaria,.2004. ILMU NAHWU PRAKTIS . Tarongong Garut: Ibn azka press.
Hal 34.

10
a) Ya’ mudhori’ dibuang. Bila setelah dibuag ya’nya, huruf
pertamanya sukun, maka harus ditambah hamzah washol
didepannya. Harokatnya: bila huruf kedua sebelum akhir dlomah,
maka harokatnya dlomah.bila huruf kedua sebelum akhirnya
fathah atau kasroh maka harokatnya: kasroh (hamzah washol itu,
bila ditegah kalimat, maka tidak terbaca) Contoh:

ُ‫ يَ ْكتُب‬- ْ‫ أُ ْكتُب‬- ْ‫ = فَ ْكتُب‬Tulislah

b) Bila setelah dibuang ya’ mudlora’ahnya, huruf permulaanya ,


terdiri dari huruf hidup (dlomah atau fathah atau kasroh) maka
langsung itulah yang menjadi fi’il amarnya tanpa ada tambahan.
Contoh :

‫ = يَقُوْ ُل – قُ ُل‬Katakanlah

c) Apabia setelah dibuang ya mudlora’ahnya itu huruf permulaanya,


terdiri dari hamzah sukun, maka boleh mengikuti cara pertama,
atau mengikuti cara pertama, atau mengikuti cara kedua dengan
membang hamzah sukun itu7. Contoh :

ْ‫ = يَأ ُك ُل – اُ ْأ ُكلْ – اَوْ ُكل‬Makanlah

b. Tsula Tsiy Mazid dan Ruba’iy


Bagi fi’il tsula tsiy mazid dan ruba’iy, cara membuat fi’il amarnya
sama, yaitu dengan memperhatikan fi’ il madhi’ dan fi’il mudhori’nya.

7 Nurhasanah, 2013, “makalah isim dan fa’il”. Book in “Anwar, Moch. 2009. Ilmu
Nahwu. Bandung. Sinar Baru Algensindo.” Ciamis : Blogger. Hal 22

11
Jumlah huruf dan harokat fi’il amar, sama dengan fi’il madhi’nya. Hanya
saja huruf kedua sebelum akhir, mengiuti fi’il mudhori’nya. Contoh
masing-masing wazan:
a) Wazan af’ala ْ‫ اَ ْف ِعل‬- ‫ يُ ْف ِع ُل‬-‫اَ ْف َع َل‬

ْ‫ = اَرْ َس َل – يُرْ ِس ُل – اَرْ ِسل‬Kirimlah

b) Wazan fa’ala ‫فَعِّلْ فَ َع َل – يُ ْف ِّع ُل‬

‫ َعلِّ ْم‬- ‫ = عَلَّ َم – يُ َعلِّ ُم‬Ajarkanlah

3. Ciri – Ciri Fi’il Amar

a. Ciri (tanda) fi’il Amar dapat dilihat pada huruf terakhir.


a) Sukun (disukun) bagi huruf shahih selain fi’il Mudha’af
Contoh:

ْ‫َب – يَ ْكتُبُ – اُ ْكتُب‬


َ ‫َكت‬

‫ اِ ْق َر ْأ‬- ُ‫قَ َرأَ – يَ ْق َرأ‬

ْ‫س – يَجْ لِسُ – اِجْ لَس‬


َ َ‫َجل‬

b) Membuang huruf akhirnya, bagi huruf ‘ilat (alif, wawu , dan ya’)
Contoh:

ُ ‫َدعَا – يَ ْد ُعوْ – اُ ْد‬


‫ع‬

12
‫َرأَى – يَ َرى – َر‬

c) Difathah huruf akhirnya bagi yang Mudha’af, yaitu fi’il yang


kelihatannya tasydid.8
Contoh:

‫ظَ َّن – يَظُ ُّن – ظُ ُّن‬

َّ‫َمسَّ – يَ َمسَّ – َمس‬

ُّ‫ فِر‬- ُّ‫فَ َّر – يَفِر‬

b. Fi’il Amar itu bisa menerima nun Taukhid disamping menunjukan


perintah itu.
Contoh:

ِ ‫ْال َمطَالَ َع‬


Bersungguh-sungguhlah engkau belajar ‫ة‬ ِ ‫اِجْ تَ ِه َد َّن‬
‫فى‬

َّ ُ‫اُ ْس ُكت‬
Sungguh, diamlah kamu semua ‫ن‬

8 H. Abdullah Ma’shun. Kitab Al Amtsilatut – tsyrifiyah. Semarang. CV. Pustaka Al


Alawiyah Hal 33

13
14
15

Anda mungkin juga menyukai