Anda di halaman 1dari 20

“SEJARAH PERKEMBANGAN BANGSA ARAB

SEBELUM ISLAM DAN RIWAYAT HIDUP


NABI MUHAMMAD SAW”
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Sejarah Kebudayaan Islam

Disusun oleh :
Kelompok 2 :
Raimah Nacha
Syahira Annisa

Dosen Pengampu : Fatimah Ahmad, M.Pd

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


SEMESTER III-B

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM


JAMIYAH MAHMUDIYAH
TANJUNG PURA
LANGKAT
2022
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT, atas nikmat yang telah diberikan  baik berupa
nikmat kesehatan ataupun nikmat kesempatan sehingga penulisan makalah ini
dapat diselesaikan.
Shalawat dan salam kita haturkan kepada Nabi Muhammad SAW yang
telah meletakkan peradaban kemanusiaan yang diridhoi  Allah SWT.
Penulis tahu, bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak  terdapat
kekurangan dari sisi isi pembahasan, penulisan kalimat dan sebagainya, beranjak
dari kesadaran itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat konstruktif
sebagai penambahan pengetahuan bagi penulis dalam menyusun makalah
selanjutnya.
Terima kasih yang sebesar-besarnya kepada dosen mata kuliah ini yang
telah memberikan ilmunya serta bimbingannya kepada kami sehingga makalah ini
dapat diselesaikan dengan baik.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Latar belakang....................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..............................................................................................1
C. Tujuan penulisan................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................2
A. Keadaan Bangsa Arab Sebelum Datangnya Islam............................................2
B. Kepercayaan Masyarakat Arab Sebelum Islam.................................................4
C. Kondisi Sosial Masyarakat Mekkah Sebelum Islam.........................................8
D. Kondisi Ekonomi Dan Politik Masyarakat Mekkah Sebelum Islam...............10
BAB III PENUTUP.............................................................................................14
A. Kesimpulan......................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................16

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penulisan sejarah atau historiografi sangat menarik untuk dibahas dalam
dunia keilmuan. Selain pendekatan studi dalam pelaporan hasil penelitian
sejarah, historiografi juga merupakan sebuah studi tentang teknik yang biasa
digunakan para penulis sejarah dalam karyanya. Apalagi, jika historiografi
dikaitkan dengan masa bangsa Arab pra-Islam, tentu hal ini akan
menimbulkan perbedaan dan ciri khas pada setiap masa, baik corak, bentuk,
isi dan metodenya. Sikap dan sifat masyarakat Arab pra-Islam dikenal jauh
dari berperadaban bahkan jauh dari kata manusiawi.
Peristiwa peperangan antar kabilah terjadi di mana-mana akibat
perebutan kekuasaan dan lain-lain. Tidak heran ketika masa ini biasanya
disebut masa jahilyah. Selain itu, masyarakat Arab pra-Islam juga mempunyai
perhatian yang begitu besar terhadap silsilah dan kesukuan.Terlepas dari
kekurangan yang dimiliki masyarakat Arab pra-Islam, ternyata mereka
mempunyai ingatan yang kuat dan pelafalan yang hebat. Sehingga itu, mereka
unggul di bidang sastra dan kurang dalam hal penulisan. Melalui tradisi sastra
yang begitu melekat inilah membuat masyarakat Arab praIslam
menyombongkan kabilah-kabilahnya. Dari berbagai uraian di atas, langkah
untuk mengetahui sejarah perjalanan dan warisan asli masyarakat Arab pra-
Islam yaitu diarahkan pada tradisi lisan. Untuk itu, penulis akan mencoba
membahas dalam tulisan ini tentang historiografi penulisan sejarah pra-Islam
dengan tetap bersandar pada teori- teori yang sudah ada sebelumnya.
B. Rumusan masalah
a. Keadaan bangsa Arab sebelum datangnya Islam
b. kepercayaan masyarakat Arab sebelum Islam
c. Kondisi sosial masyarakat Mekkah sebelum Islam
d. Kondisi ekonomi dan politik masyarakat Mekkah sebelum Islam

1
C. Tujuan Penulisan
a. Keadaan bangsa Arab sebelum datangnya Islam
b. kepercayaan masyarakat Arab sebelum Islam
c. Kondisi sosial masyarakat Mekkah sebelum Islam
d. Kondisi ekonomi dan politik masyarakat Mekkah sebelum Islam

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Keadaan bangsa Arab sebelum datangnya Islam


Para ahli sejarah menyebut masa sebelum kehadiran Islam yang dibawa
oleh Rasulullah Saw sebagai masa jahiliyah. Secara bahasa masa jahiliyah
berasal dari kata jahil, yang diturunkan dari kata dasar Arab jahala yang
berarti bodoh.
Bangsa Arab sebelum Islam sudah mengenal dasar-dasar beberapa
cabang ilmu pengetahuan, bahkan dalam hal seni sastra mereka telah
mencapai tingkat kemajuan pesat. Negeri Arab adalah sebuah Semenanjung di
ujung Barat Daya Benua Asia. Di sebelah Utara berbatasan dengan Syam,
Palestina, dan al-Jazirah. Di sebelah Selatan berbatasan dengan Teluk Aden
dan Samudra India. Di sebelah Timur berbatasan dengan Teluk Oman dan
Teluk Persia; dan di sebelah Barat berbatasan dengan Selat Bab AlMandib,
Laut Merah dan Terusan Zues.
Keadaan Arab khususnya daerah Makkah terdiri atas gurun pasir yang
panas dan gersang. Hal ini mempengaruhi sikap dan perilaku masyarakat
Makkah sehingga tercermin dalam kehidupan sosial budaya mereka. Orang-
orang Makkah dikenal sebagai bangsa pengembara yang nomaden. Mereka
sering berpindah pindah dengan mengandalkan kendaraan yang berupa unta
dan kuda.
Kebiasaan mengembara membuat orang-orang Arab Makkah senang
hidup bebas tanpa aturan dan hukum yang dapat mengikat mereka sehingga
mereka menjunjung tinggi nilai-nilai kebebasan. Mereka senang hidup
mengelompok yang tergabung dalam kabilah atau suku yang sangat banyak
jumlahnya.
Kekuatan, keperkasaan, keuletan dan keberanian merupakan modal
utama untuk dapat bertahan di alam gurun pasir. Mereka tidak menyukai anak-
anak wanita karena wanita dinilai makhluk lemah, tidak mampu berperang,

3
dan tidak kuat melakukan pekerjaan yang berat. Seakan suatu bencana besar
dan sebagai aib jika tidak mempunyai anak laki-laki.
Namun, selain memiliki watak, perangai, dan perilaku keras, penduduk
arab mempunyai jiwa seni sastra yang tinggi, terutama dalam bentuk syair dan
sajak. Kepandaiannya dalam mengubah sajak atau syair merupakan
kebanggaan orang Arab. Para penyair kenamaan sangat dikagumi dan
dihormati. Dari segi keyakinan, bangsa Arab pada masa jahiliyah terbagi
menjadi beberapa golongan:
1. Golongan yang mengingkari Sang Pencipta dan hari kebangkitan. Mereka
percaya bahwa alam, masa, dan waktulah yang membinasakan segalanya
seperti yang termaktub dalam QS. Al-Jaatsiyah (45) : 24.
2. Golongan yang mengakui adanya Tuhan, tetapi walaupun mengakui
adanya Tuhan, namun mengingkari adanya hari kebangkitan, seperti yang
termaktub dalam QS. Qaaf (50) : 15.
3. Golongan yang menyembah berhala, biasanya masing-masing kabilah
memiliki berhala sendiri-sendiri. Kabilah Kalab di Daumatul Djandal
misalnya, mereka mempunyai berhala Wad, kabilah Huzdail mempunyai
berhala Suwa‟ Kabilah Madzhaj dan kabilah-kabilah di Yaman semuanya
menyembah Yaghuts dan Ya‟uq, Kabilah Tsaqif di Thaif menyembah
Latta, Kabilah Qurays di Kinanah menyembah Uzza. Kabilah Aus dan
Khazraj menyembah Manat, dan sebagai pemimpin dari semua berhala
adalah Hubal yang ditempatkan di samping sisi Ka‟bah.
4. Golongan yang lain adalah golongan yang cenderung mengikuti ajaran
Yahudi, Nasrani, dan Shabiah, ada pula yang menyembah malaikat atau
jin.
Label jahiliyah yang diberikan kepada bangsa Arab pra Islam, bukan
berarti tidak ada kebaikan sama sekali dalam kehidupan mereka. Bangsa Arab
masih memiliki akhlakakhak mulia dan budaya positif yang menyejukkan dan
menakjubkan akal manusia. Diantara perkembangan kebudayaan masyarakat
Arab pra Islam :

4
1) Tradisi keilmuan
2) Bertani
3) Berdagang
4) Bersyair
5) Menghormati Tamu
6) Menepati Janji.1

B. kepercayaan masyarakat Arab sebelum Islam


Bangsa Arab termasuk bangsa yang banyak memeluk agama. Mayoritas
penduduknya memeluk agama Paganisme yaitu penyembahan terhadap
berhala, setiap kabilah mempunyai berhala sendiri. Berhala-berhala tersebut
dipusatkan di Ka’bah, meskipun di tempat lain juga ada. Berhala yang paling
istimewa adalah Hubal, yang dianggap sebagai dewa terbesar dan di letakkan
di Ka’bah, Lata, dewa tertua dan terletak di Thaif, Uzza, bertempat di Hijaz,
kedudukannya di bawah Hubal, dan Manat yang bertempat di Yatsrib.
Berhala-berhala itu mereka jadikan tempat menanyakan dan mengetahui nasib
baik dan nasib buruk mereka.
Agama lain yang dianut oleh kaum minoritas adalah agama Monothisme.
Agama tersebut merupakan agama Hanif yang dibawa oleh Nabi Ibrahim As,
kemudian diteruskan dakwahnya oleh Nabi Ismail. Pada mulanya bangsa Arab
mengikuti dakwah Nabi Ismail yang menyeru kepada agama bapaknya Nabi
Ibrahim, yaitu agama tauhid yang intinya menyembah hanya kepada Allah
SWT. Seiring bergulirnya waktu sekian lama, banyak di antara mereka yang
melalaikan ajaran tauhid ini. Meskipun begitu, masih ada sisa-sisa tauhid dan
beberapa syi’ar agama Nabi Ibrahim hingga jauh sebelum masa Rasulullah
diutus. Saat itu dikenal seorang tokoh bernama Amr bin Luhay, pemimpin
Bani Khuza’ah. Amr dibesarkan dalam lingkungan yang baik. Dia banyak
bersedekah dan memiliki perhatian yang baik terhadap agama. Banyak orang
menyukai dan mengikutinya karena disangka ulama besar dan wali Allah.
Sayangnya, Amr bin Luhay tidak ditakdirkan oleh Allah tetap lurus dalam

1
Elfa Tsuroyya. Sejarah Kebudayaan Islam MA Kelas X. (Jakarta : KKSK, 2020). Hlm. 5-6

5
agama tauhid. Ketika Amr bin Luhay dan beberapa orang pengikutnya pergi
ke negeri Syam dan melihat orang di negeri itu menyembah berhala, dia
menilai itu baik (istihsan) dan mengira bahwa itu adalah benar (haq).
Menurutnya semua yang ditemukan di negeri Syam baik, karena negeri Syam
merupakan negeri tempat turunnya para Rasul dan kitab-kitab Allah SWT.
Amr bin Luhay pulang ke Makkah dengan membawa berhala yang bernama
Hubal kemudian berhala itu diletakkan di dalam Ka’bah. Amr bin Luhay
mengajak penduduk Makkah menyekutukan Allah SWT, dan ajakan itu
mendapat sambutan dari para penjaga Ka’bah dan Ahlul Haram. Inilah awal
penduduk Arab menyembah berhala setelah dibersihkan oleh Nabi Ibrahim
As.
Tokoh kemusyrikan itu bernama Amr bin Luhay. Kendati pun dia telah
tiada, tetapi pengaruh dan pengikutnya masih banyak dan terus berkembang.
Jumlah patung pun semakin banyak. Di antara patung-patung besar yang
diunggulkan oleh orang Arab Jahiliyah bahkan sempat direkam dalam al-
Qur’an, beberapa namanya di antaranya adalah Hubal yang diletakkan di
dalam Ka’bah, Mana di tepi Laut Merah, Lata di Thaif, dan Uzza di Wady
Nakhlah. Selain itu masih banyak berhala lain yang disembah bahkan
diletakkan di dalam Ka’bah. Karena pengaruh syirik yang ditanamkan Amr
bin Luhay, sehingga tercatat ketika peristiwa Fathul Mekkah terdapat 360
buah berhala di dalam Ka’bah.
Adapun bentuk-bentuk peribadatan yang dilakukan kepada berhala-
berhala itu beragam. Yang sering mereka lakukan adalah dengan
menyampaikan sembahyang atau peribadatan di hadapan berhala-berhala
tersebut atau memberikan berbagai macam sesajen dan menyembelih
untuknya, atau juga menyembelih hewan dengan menyebut nama-nama
berhala tersebut. Kebanyakan dari mereka mempunyai berhala-berhala sendiri
di dalam rumah masing-masing. Mereka berthawaf mengelilingi berhalanya
itu ketika akan keluar atau sesudah kembali pulang, dan kadangkala
dibawanya pula berhala tersebut bepergian. Semua berhala-berhala tersebut,
baik yang berada di dalam Ka’bah dan sekelilingnya, yang berada di masing-

6
masing kabilah, maupun yang berada di rumah-rumah, dianggap sebagai
perantara antara penganutnya dengan dewa besar. Mereka beranggapan
penyembahannya itu sebagai bentuk pendekatan kepada Tuhan.
Selain kepercayaan paganisme seperti di atas, keyakinan terhadap tahayul
dan khurafat juga menjadi perilaku beragama mayoritas masyarakat Jazirah
Arab sebelum datangnya Islam. Mereka sangat mempercayai perkataan
peramal, orang pintar (arraf), dan ahli nujum, di samping mereka juga
melakukan sendiri thiyarah atau meramal nasib dengan sesuatu. Adakalanya
juga mereka mengundi nasib dengan azlam (anak panah tanpa bulu).
Sementara itu, sebelumnya sudah ada beberapa agama dan keyakinan yang
dianut oleh sebagian kecil saja masyarakat Jazirah Arab, di antaranya yaitu
Yahudi, Nasrani, Majusi, dan Shabi’ah. Agama Shabi’ah adalah agama yang
menyembah binatang yang menurut mereka mempunyai kekuatan. Hubungan
mereka dengan orang-orang Arab yang menyembah berhala itu baik-baik saja.
Setelah agama Nasrani yang dibawa Nabi Isa As. mengalami penyebaran,
datanglah Maha raja Romawi yang membawa panji agama Nasrani. Akhirnya
agama Nasrani menyebar sampai ke Mesir, Suria, Lebanon, Palestina, Yunani
bahkan sampai ke Ethiopia. Selain Agama Nasrani yang sudah tersebar di
bawah panji kerajaan Romawi, berdiri pula agama Majusi di Persia yang
mendapat dukungan moril di Timur Jauh dan India. Sekalipun Persia dapat
mengalahkan Romawi dan dapat menguasai Syam dan Mesir dan sampai juga
di Bizantium, raja-raja Persia tidak akan menyebarkan agama Majusi atau
menggantikan tempat agama Nasrani. Pihak yang berkuasa menghormati
kepercayaan orang yang dikuasainya dengan cara memberi kebebasan untuk
melaksanakan upacara keagamaan dan bahkan membangun kembali tempat
peribadatan yang hancur akibat perang.
Ada seorang pengikut Nabi Isa yang shalih bernama Phemion. Dia pergi
dari kerajaan Romawi menuju ke Najran. Penduduk Najran banyak yang
mengikuti agama orang shalih tersebut sehingga jumlahnya semakin banyak.
Salah satunya adalah Dzun Nuwas seorang penguasa Yaman yang memeluk
agama Yahudi dan tidak menyukai rakyatnya menyembah berhala, sangat

7
gusar mendapat berita tersebut. Pergilah Dzun Nuwas ke Najran dan
memerintahkan seluruh penduduk untuk memeluk agama Yahudi, kalau
mereka menolak maka akan dibunuh. Hukuman bagi yang menolak adalah
dimasukkan ke dalam galian parit yang sudah diisi dengan api, kemudian
dibunuh dengan pedang kalaupun masih hidup akan dibuat menjadi cacat.
Menurut beberapa buku sejarah korban pembunuhan itu mencapai dua puluh
ribu orang. Tragedi berdarah itu diabadikan dalam al Qur’an surat al Buruuj
yaitu kisah Ashabul Ukhduud “orang-oarang yang membuat parit”. Salah
seorang penduduk Najran dapat lolos dari maut tersebut dan meminta
pertolongan Kaisar Yustianus Romawi. Kaisar Romawi kemudian menulis
surat kepada Najasy Abisina agar mengadakan pembalasan kepada Raja
Yaman. Abisina merupakan sekutu Imperium Romawi Timur. Raja Najasy
kemudian mengirimkan pasukan yang dipimpin oleh Aryat (Harith) dan
Abrahah al –Asyram salah seorang prajuritnya. Aryat menyerbu kerajaan
Yaman atas nama penguasa Abisina. Aryat akhirnya memimpin Yaman
sampai ahirnya dibunuh oleh Abrahah dan ahirnya menggantikan
kedudukannya. Abrahah inilah yang akhirnya memimpin pasukan gajah yang
menyerang Ka’bah di Mekkah dan ahirnya mengalami kegagalan.
Itulah agama-agama yang dianut oleh Bangsa Arab sebelum Islam
datang. Sebenarnya jika dianalisa,bahwa nenek moyang bangsa Arab sebelum
Islam datang adalah memeluk agama nabi Ibrahim yang mengajarkan
ketauhidan. Namun lambat laun ajaran ini akhirnya punah. Kepercayaan
masyarakat pra Islam terhadap agama Paganisme, Yahudi dan Majusi sangat
kuat, sehingga saat Islam datang belakangan, maka masrakat arab secara
umum menentang dengan keras kehadiran agama baru yang akan merusak
tatanan agama yang sudah lama diyakini oleh kakek neneknya terdahulu.2

2
Istikomah dan Dzulfikar Akbar Romadlon. Sejarah Kebudayaan Islam. (Jawa Timur : UMSIDA
Press, 2019). Hlm. 5-11

8
C. Kondisi sosial masyarakat Mekkah sebelum Islam
Bangsa Arab memiliki karakter yang positif seperti pemberani, ketahanan
fisik, kekuatan daya ingat, hormat akan harga diri dan martabat, penganut
kebebasan, loyal terhadap pemimpin, pola hidup sederhana, ramah, ahli syair
dan sebagainya. Tapi karakter baik mereka terkikis oleh sifat buruknya.
Mereka melakukan kebiasaan-kebiasaan buruk seperti minum khamr (arak)
sampai mabuk, berzina berjudi, merampok dan sebagainya. Perbudakan,
menempatkan kaum perempuan pada kedudukan yang sangat rendah.
Perempuan dipandang ibarat binatang piaraan dan tidak memiliki kehormatan
dan kekuatan untuk membela diri.
Zaman sebelum agama Islam datang disebut zaman jahiliyah yang
artinya kebodohan atau zaman kegelapan. Disebut demikian, karena
masyarakat Arab pada waktu itu tidak mau menggunakan pikiran sehatnya
untuk menyembah Allah Swt. yang telah menciptakan mereka. Mereka dalam
kegelapan karena tidak mau mengikuti petunjuk agama yang benar yang
dibawa oleh para rasul Allah Swt. mereka juga belum memiliki aturan hidup
yang baik, tidak terdapat pemerintahan adan hukum yang tetap mereka hanya
mengikuti serta mematuhi adat istiadat dan kebiasaan yang telah berlaku
turun-temurun.
Bangsa Arab Jahiliyah suka berkelompok berdasarkan bani (marga). Bani
ini berkelompok menjadi satu kabilah (suku), jadi, kabilah itu adalah
kelompok yang terdiri atas beberapa bani (marga), seperti suku Quraisy yang
merupakan salah satu suku yang terdiri dari Bani Hasyim, Bani Muthalib, dan
Bani Kilab. Mereka hidup berkelompok dan mementingkan kelompoknya.
Sehingga di antara suku-suku itu sering terjadi persaingan yang
mengakibatkan terjadinya perselisihan.
1. Kebiasaan buruk bangsa Arab:
a. Menyembah berhala, dewa, malaikat, jin, roh, dan benda-benda langit
seperti matahari, bulan, dan bintang.
b. Percaya pada takhayul dan hantu.
c. Suka minum-minuman keras dan mabuk-mabukan.

9
d. Hidup boros dan suka berfoya-foya.
e. Suka bermain judi.
f. Suka membuat persembahan kepada patung berhala.
g. Suka berbuat riba, yaitu membungakan uang pinjaman.
h. Apabila lahir bayi perempuan, terkadang mereka membunuhnya
dengan cara menguburnya hidup-hidup, karena merasa malu dan hina.
i. Suka berkelahi bahkan sampai terjadi perang antarsuku hanya karena
hal-hal kecil.

2. Sifat baik bangsa Arab:


a. Dermawan, mereka sangat bangga jika disebut dermawan. Apabila
seseorang kedatangan tamu, sementara ia tidak memiliki harta apa pun
kecuali seekor unta, karena sifat dermawannya, ia rela menyembelih
untunya itu untuk menghormati tamunya.
b. Suka menepati janji, bagi mereka janji merupakan hutang yan harus
dibayar.
c. Memiliki tekad yang kuat, apabila bertekad melakukan sesuatu,
mereka sangat gigih berusaha untuk mencapai tekad yang dicita-
citakannya itu.
d. Menjaga harga diri, mereka rela berkorban untuk membela kehormatan
diri, keluarga, dan kelompoknya. Sifat ini menyebabkan mereka
menjadi pemberani.
e. Teguh pendirian, mereka sangat teguh dalm pendiriannya dan tidak
mudah dipengaruhi orang lain.
f. Dapat dipercaya, pada umumnya bangsa Arab jujur dan suka berkata
benar.3

3
Sayud Lukman Hakim. Sejarah Kebudayaan Islam MI Kelas III. (Jakarta : Direktorat
KSKK Madrasah, 2020). Hlm. 7-8

10
D. Kondisi ekonomi dan politik masyarakat Mekkah sebelum Islam
Makkah merupakan kota penting pada waktu itu, baik karena tradisi
maupun karena kedudukannya. Di samping berhadapan dengan agama
politeisme yang telah mengakar kuat, ajaran Nabi Muhammad saw. juga harus
melawan oposisi dari pemerintahan oligarki.
Dakwah Nabi Muhammad saw yang menyeru kepada Islam dianggap
sebagai perusakan terhadap tatanan masyarakat yang dianut oleh kalangan
bangsawan. Inilah yang menyebabkan terjadinya banyak konflik. Sikap kontra
tersebut tidak sekedar dilatarbelakangi faktor sosial dan faktor ekonomi saja.
Para bangsawan belum siap untuk menyejajarkan kedudukannya dengan
sekelompok masyarakat yang selama ini merupakan budak. Selain itu adanya
larangan menyembah berhala tidak saja berdampak dalam hal kepercayaan,
tapi juga dampak ekonomi.
Penentangan terhadap dakwah Rasulullah saw tersebut terjadi setelah
dakwah dilaksanakan secara terang-terangan. Ada lima faktor yang
mendorong orang Quraisy menentang seruan Islam, yaitu:
1. Mereka tidak dapat membedakan antara kenabian dan kekuasaan. Mereka
mengira bahwa tunduk kepada seruan Muhammad saw berarti tunduk
kepada kepemimpinan Bani Abdul Muthalib. Hal ini sangat tidak mereka
inginkan.
2. Nabi Muhammad saw menyerukan persamaan hak antara bangsawan
dengan budak. Hal ini tentu tidak disetujui oleh kelas bangsawan Quraisy;
3. Para pemimpin Quraisy tidak dapat menerima ajaran tentang kebangkitan
kembali dan pembalasan di akhirat;
4. Taklid kepada nenek moyang adalah kebiasaan yang beruratberakar pada
bangsa Arab;
5. Pemahat dan penjual patung memandang Islam sebagai penghalang rezeki.
Meskipun pemerintahan Islam pertama adalah di Madinah, namun
kontribusi kader-kader Makkah tidak dapat diabaikan. Hal ini dikarenakan
pembentukan pribadi muslim terjadi di Makkah, sehingga menjadi cikal bakal
tumbuhnya masyarakat Islam. Dapat dikatakan bahwa “benih unggul” dari

11
Makkah, sedangkan “lahan subur”-nya adalah Madinah, sehingga perpaduan
keduanya melahirkan pemerintahan Islam yang kuat.
Dalam bidang ekonomi, ada dikenal istilah ilaf, yaitu perjalanan
komersial yang merupakan tradisi masyarakat sebelum Islam di Makkah yang
dilegitimasi Alquran dalam Surah Quraisy. Musim panas ke Syria, sedangkan
musim dingin ke Yaman.4
Bangsa Arab pra-Islam memiliki kemajuan di bidang perekonomian,
khususnya dalam aspek pertanian dan perdagangan. Bahkan pada masa itu
bangsa Arab sudah mampu membuat sebuah bendungan yang besar yang
bernama Ma’arib. Dalam menyuburkan tanah dan memperbanyak hasil
produksi, mereka juga telah menggunakan berbagai macam pupuk alami,
seperti pupuk kandang dan juga penyilangan pohon tertentu untuk mendapat
bibit unggul. Sistem pengelolaan ladang dan sawah mereka juga telah
menggunakan sistem sewa tanah, bagi hasil atau bekerjasama dengan
penggarap.
Selain itu bangsa Arab Pra-Islam juga memiliki kemajuan dalam bidang
perniagaan. Hal tersebut dapat dilihat ekspor impor yang mereka lakukan.
Mereka melakukan ekspor barang- barang seperti dupa, kayu gaharu, minyak
wangi, kulit binatang, buah kismis dan lainnya dan mengimpor bahan
bangunan, bulu burung unta, logam mulia, batu mulia, sutra, gading, rempah-
rempah, intan dan sebagainya dari Afrika, Persia, Asia Selatan dan Cina.
Namun dibalik kemajuan dalam bidang pertanian dan perniagaan bangsa
Arab Pra-Islam mempunyai masalah ekonomi yang menyebabkan terjadinya
kasus penguburan anak hidup-hidup khususnya pada suku Bani Tamim dan
Bani Asad. Tradisi tersebut dilakukan dengan dasar bahwa anak (kebanyakan
perempuan) adalah penyebab kemiskinan dan aib bagi keluarga. Terdapat dua
factor yang menyebabkan mereka membunuh anak-anak yang baru lahir dan
kebanyakan adalah perempuan. Pertama adalah factor kependudukan pada

4
Abdul Hafiz Sairazi. Kondisi geografis, sosial politik dan hukum di makkah dan madinah
pada masa awal islam. Journal of Islamic and Law Studies. Vol.3, No.1, Juni 2019. Hlm. 124

12
masa itu bendungan Ma’arib Yaman hancur mengakibatkan orang-orang
pindah ke kota kota seperti Mekkah, Madinah, Damaskus dan sebagainya.
Hal tersebut mempengaruhi perekonomian yang sangat serius, banyak
keluarga yang sulit untuk mendapatkan makanan sehingga karena factor itulah
mereka kemudian membunuh anaknya. Peristiwa tersebut sesuai dengan yang
disebutkan didalam Q.S Al-Isra (17) : 31.
Faktor yang kedua adalah perempuan dianggap aib, apabila di kalangan
mereka kalah dalam peperangan, maka istri dan anak perempuannya di
perkosa beramai-ramai oleh suku yang menang dalam peperangan tersebut.
Maka menurut mereka lebih baik dibunuh terlebih dahulu.
Selain itu membungakan uang telah menjadi kebiasaan perekonomian
masayarakat Arab. Bahkan bunga dianggap sebagai komponen penting dalam
suatu perekonomian. Islam menggunakan kata riba untuk bunga yang
menyatakan bahwa membungakan adalah suatu hal yang diharamkan.
Masyarakat pra-Islam tidak membedakan antara riba dengan perdagangan.
Mereka berpendapat bahwa seorang membeli semisal kain seharga 2 dinar dan
menjualnya dengan harga 2,5 dinar, maka hal tersebut adalah transaksi yang
wajar. Demikian jika seseorang memberikan pinjaman 2 dinar dan meminta
pengembaliannya sebesar 2,5 dinar dari pinjaman, maka hal tersebut juga
dianggap wajar dan halal karena kedua transaksi tersebut dilakukan dengan
persetujuan kedua belah pihak.
Al Quran sebagai pedoman hidup meluruskan terhadap pemikiran bangsa
Arab pra-Islam dalam surat Al-Baqarah :275 yang artinya :
“keadaan mereka yang demikian itu, karean mereke berkata
(berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba. Padahal Allah
telah menghalalkan jual beli dan riba”.
Berikut beberapa contoh model kasus riba yang terjadi pada masa pra-
Islam diantaranya:
a. Seorang menjual sesuatu kepada orang lain dengan perjanjian bahwa
pembayarannya akan dilakukan pada suatu tanggal yang disetujui bersama.

13
Apabila pembeli tidak dapat membayar tepat pada waktunya, tenggang
waktu akan diberikan dengan syarat pengembaliannya lebih besar.
b. Seseorang meminjamkan uang selama jangka waktu tertentu dengan syarat
saat jatuh tempo, membayar pokok dan sejumlah tambahan.
c. Antara peminjam dan pemberi pinjaman melakukan kesepakatan terhadap
suatu tingkat riba selama jangka waktu tertentu.5

5
Muhammad Zidny Nafi’ Hasbi. Potret Kehidupan EKonomi pada Zaman Nabi. Jurnal
Jurnal Ilmu-Ilmu Keislaman dan Kemasyarakatan. Vol 3 No. 1 Juli tahun 2021. Hlm. 3-4

14
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Bangsa Arab sebelum Islam sudah mengenal dasar-dasar beberapa
cabang ilmu pengetahuan, bahkan dalam hal seni sastra mereka telah
mencapai tingkat kemajuan pesat. Negeri Arab adalah sebuah Semenanjung di
ujung Barat Daya Benua Asia. Di sebelah Utara berbatasan dengan Syam,
Palestina, dan al-Jazirah. Di sebelah Selatan berbatasan dengan Teluk Aden
dan Samudra India. Di sebelah Timur berbatasan dengan Teluk Oman dan
Teluk Persia; dan di sebelah Barat berbatasan dengan Selat Bab AlMandib,
Laut Merah dan Terusan Zues.
Bangsa Arab termasuk bangsa yang banyak memeluk agama. Mayoritas
penduduknya memeluk agama Paganisme yaitu penyembahan terhadap
berhala, setiap kabilah mempunyai berhala sendiri. Berhala-berhala tersebut
dipusatkan di Ka’bah, meskipun di tempat lain juga ada. Berhala yang paling
istimewa adalah Hubal, yang dianggap sebagai dewa terbesar dan di letakkan
di Ka’bah, Lata, dewa tertua dan terletak di Thaif, Uzza, bertempat di Hijaz,
kedudukannya di bawah Hubal, dan Manat yang bertempat di Yatsrib.
Berhala-berhala itu mereka jadikan tempat menanyakan dan mengetahui nasib
baik dan nasib buruk mereka.
Zaman sebelum agama Islam datang disebut zaman jahiliyah yang
artinya kebodohan atau zaman kegelapan. Disebut demikian, karena
masyarakat Arab pada waktu itu tidak mau menggunakan pikiran sehatnya
untuk menyembah Allah Swt. yang telah menciptakan mereka. Mereka dalam
kegelapan karena tidak mau mengikuti petunjuk agama yang benar yang
dibawa oleh para rasul Allah Swt. mereka juga belum memiliki aturan hidup
yang baik, tidak terdapat pemerintahan adan hukum yang tetap mereka hanya
mengikuti serta mematuhi adat istiadat dan kebiasaan yang telah berlaku
turun-temurun.

15
Bangsa Arab pra-Islam memiliki kemajuan di bidang perekonomian,
khususnya dalam aspek pertanian dan perdagangan. Bahkan pada masa itu
bangsa Arab sudah mampu membuat sebuah bendungan yang besar yang
bernama Ma’arib. Dalam menyuburkan tanah dan memperbanyak hasil
produksi, mereka juga telah menggunakan berbagai macam pupuk alami,
seperti pupuk kandang dan juga penyilangan pohon tertentu untuk mendapat
bibit unggul. Sistem pengelolaan ladang dan sawah mereka juga telah
menggunakan sistem sewa tanah, bagi hasil atau bekerjasama dengan
penggarap.

16
DAFTAR PUSTAKA

Sairazi, Hafiz, Abdul. Kondisi geografis, sosial politik dan hukum di makkah dan madinah pada
masa awal islam. Journal of Islamic and Law Studies. Vol.3, No.1, Juni 2019

Tsuroyya, Elfa, 2020. Sejarah Kebudayaan Islam MA Kelas X. Jakarta : KKSK

Istikomah dan Romadlon, Akbar, Dzulfikar, 2019. Sejarah Kebudayaan Islam. Jawa Timur :
UMSIDA Press

Hasbi, Nafi’, Zidny, Muhammad. Potret Kehidupan EKonomi pada Zaman Nabi. Jurnal Jurnal
Ilmu-Ilmu Keislaman dan Kemasyarakatan. Vol 3 No. 1 Juli tahun 2021

Hakim, Lukman, Sayud, 2020. Sejarah Kebudayaan Islam MI Kelas III. Jakarta : Direktorat
KSKK Madrasah

17

Anda mungkin juga menyukai