Makalah ini disusun untuk tugas mata Kuliah Sejarah Kebudayaan Islam
Kelompok 1 :
FAKULTAS TARBIYAH
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih dan Maha
Penyayang. Kami panjatkan puji syukur ke hadirat-Nya yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, serta inayah-NyA kepada kami sehingga kami bisa
menyelesaikan makalah masailul fiqiyyah yang berjudul “Riwayat Hidup Nabi
Muhammad Saw”.
Kami berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman untuk para pembaca. Mungkin masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami.
Namun, telah dengan semaksimal mungkin kami berusaha untuk
menyelesaikannya. Untuk itu jika masih banyak kekurangan kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam definisi peradaban yang dimaksud disini yakni Islam yang
diwahyukan kepada Nabi Muhammad Saw yang telah membawa bangsa Arab
yang semula terbelakang, bodoh, tidak terkenal, dan diabaikan oleh bangsa-
bangsa lain, menjadi bangsa yang maju, dan cepat mengembangkan dunia,
membina satu kebudayaan dan peradaban yang sangat penting artinya dalam
sejarah manusia hingga sekarang.
Jadi dapat disimpulkan bahwa definisi sejarah peradaban Islam yakni
kejadian-kejadian atau peristiwa yang terjadi di masa silam yang diabadikan
dimana pada saat itu Islam merupakan pokok kekuatan dan sebab timbulnya
suatu kebudayaan yang mempunyai sistem teknologi, seni bangunan, seni
rupa, sistem kenegaraan dan ilmu pengetahuan yang maju dan kompleks.
Muhammad diutus sebagai Nabi dan Rasul yang terakhir, Beliau telah
menjandi contoh bagi umat manusia dalam semua segi kehidupan. Keretakan
yang ada di dunia Arab saat itu kerap kali menimbulkan konflik dan
peperangan di kalangan mereka. Selain itu masyarakat Arab juga hidup dalam
keditaktoran, hukum tidak berfungsi ketika yang bersalah itu kelompok
terhormat, tetapi sebaliknya hukum akan berfungsi ketika yang bersalah itu
kelompok lemah.
B. Rumusan Masalah
1.Bagaimana Arab Sebelum Islam?
2.Bagaimana Riwayat,Dakwah, Dan Perjuangan Nabi Muhammad SAW?
3.Bagaimana Pembentukan Negara Madinah?
C. Tujuan Masalah
1.Untuk Mengetahui Arab Sebelum Islam
2.Untuk Mengetahui Riwayat,Dakwah,Dan Perjuangan Nabi Muhammad SAW
3.Untuk Mengetahui Pembentukan Negara Madinah
1
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Arab Sebelum Islam
Bangsa Arab pra-Islam biasanya disebut Arab jahilyah. Bangsa yang
belumberperadaban, bodoh dan tidak mengenal aksara. Namun, bukan berarti
tidak seorang pun dari penduduk masyarakat Arab yang tidak mampu membaca
dan menulis, karena beberapa orang sahabat Nabi diketahui sudah mampu
membaca dan menulis sebelum mereka masuk Islam. Ibnu Saad
mengatakan,“Bangsa Arab jahiliyah dan permulaan Islam menilai bahwa orang
yang sempurna adalah yang dapat menulis, berenang, dan melempar panah”.1
Bahkan Ibnu Habib al-Baghdadi sempat menulis nama-nama bangsawan pada
masa jahiliyah dan permulaan Islam.2 Hanya saja baca tulis ketika itu belum
menjadi tradisi, tidak dinilai penting,tidakpula menjadi tolak ukur kepintaran
dan kecendikiaan seseorang.3
Secara asal-muasalnya masyarakat keturunan Arab terbagi menjadi dua
golongan besar. Pertama, berasal dari keturunan Qathan yaitu golongan
Qathaniyun yang berada bewilayah di bagian Selatan. Kedua, dari keturunan
Ismail bin Ibrahim yaitu golongan Adnaniyun yang berada di wilayah bagian
Utara. Tetapi, dalam perjalanannya, kedua golongan ini saling berbaur akibat
dari perpindahan penduduk Jauh sebelum kedatangan Islam, jazirah Arab
bagian Utara telahditemukan tradisi baca tulis. Tradisi tulis menulis di jazirah
Arab terus berlanjut sampai datangnya Islam. Berdasarkan kabar dari sebagian
sejarawan bahwa pada saat datangnya Islam di Mekah hanya terdapat tujuh
belas orang yang dapat menulis. Namun kabar itu menurut Azami belum
lengkap mengingat Mekah merupakan kota kosmopolitan, pasar barter, dan
persimpangan jalan yang dilalui para kafilah. Lagi pula, data yang
dikemukakan ternyata belum memasukkan sejumlah nama yang juga dikenal
memiliki kemampuan tulis menulis. Meskipun sumbernya benar. Shubhiy al-
1
Asmuni, Yusran. Dirasah Islamiyah II.(Jakarta: PT. Raja Grapindo Persada, 1996)h. 55
2
Azami, Hadis Nabawi dan Sejarah Kodifikasinya. (Jakarta: PT. Pustaka Firdaus, 1994). h.234
3
Yatim, Badri. Historiografi Islam.(Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997). h.78
3
Shalih berpendapat bahwa kabar ini pasti bukan berdasarkan hasil penelitian
yang komprehensif, melainkan hanya perkiraan yang masih samar-samar.
Apalagi jika mau menengok kembali sejarah peradaban dan sastra Arab
pra Islam, maka dapat diperkirakan bahwa jumlah orang Arab yang melek
huruf, tentu lebih banyak lagi.4 Bangsa Arab, terutama Arab bagian Utara,
dikenal sebagai orang-orang yang memiliki kemampuan tinggi dalam
menggubah sebuah syair. Syairsyair itu diperlombakan kemudian yang unggul
ditulis dan digantungkan di dinding Ka’bah. Melalui tradisi sastra tersebut,
diketahui bahwa peristiwaperistiwa besar dan penting secara faktual ikut
memberi pengaruh serta mengarahkan perjalanan sejarah mereka.Nilai- nilai
yang terkandung dalam peristiwa-peristiwa penting itu, mereka abadikan
dengan berbagai cara, seperti kisah, dongeng, nasab,nyanyian dan syair.5 Orang
Arab pra-Islam dan awal kebangkitan Islam,tidak atau belum menulis sejarah.
Peristiwa-peristiwa sejarah disimpan dalam ingatan mereka. Bukan hanya
karena mereka buta aksara, tetapi juga karena mereka beranggapan bahwa
kemampuan mereka lebih terhormat.Semua peristiwa sejarah itu diingat dan
diceritakan berulagulang secara turun-temurun. Demikian pula dengan
hadishadis Nabi.
Dalam tradisi keilmuwan Islam, ilmu sejarah dianggap sebagai ilmu-
ilmu keagamaan karena pada awalnya terkait erat dengan ilmu hadis. Seperti
pada masa pra Islam dan awal Islam Bangsa Arab tidak mencatat sejarah
mereka. Mereka menyimpan catatan itu dalam bentuk hafalan, hal ini
dikarenakan mereka tidak mengenal tulisan, tapi tradisi lisan lebih dihargai dan
diutamakan ketimbang tradisi tulisan. Karena itu sejarah awal Bangsa Arab
hanya berupa ungkapan mengenai berbagai peristiwa dan perperangan yang
disimpan dalam bentuk hafalan dan ditransfer ke pihak lain melalui tradisi
4
Saifuddin. Arus Tradisi Tadwin Hadits dan Historiografi Islam,(Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2011), h.245
5
Hitti, Philip K.,History of The Arabs, R. Cecep L.Yasin dan Dedi S. Riyadi, Penerjemah. (Jakarta:
Serambi Ilmu Semesta, 2005),h.211
4
lisan.6 Jika dilihat pada konteks lain, sosialpolitik pra-Islam sangat rendah dan
tidak berkembang. Apalagi dalam konteks ini, masyarakat Arab pra-Islam telah
terbentuk kabilah. Kemudian dari beberapa kabilah terbentuknya suku. Jadi,
sebetulnya pada masa Arab pra-Islam sudah terbentuk identitas masyarakat
Arab itu sendiri. Namun, karena penekanannya pada hubungan kesukuan yang
kuat, kesetian terhadap suku harus dijaga dan solidaritasyang tinggi, maka
sering terjadi kekacauan dan peperangan diantara suku-suku yang ada.
Masyarakat Arab pra-Islam merupakan kancah peperangan terus
menerus. Sehingga kebudayaan mereka tidak berkembang. Itulah salah-satu
penyebab bahanbahan sejarah Arab pra-Islam sangat langkah untuk ditemukan
di dunia Arab dan dalam bahasa Arab. Pengetahuan tentang Arab pra-Islam
diperoleh melalui syairsyair yang beredar di kalangan para perawi syair.
Contohnya, pada masa pra-Islam selalu diadakan perlombaan syair di pasar
Ukaz, kemudian syair-syair yang dinyatakan menang langsung digantung di
dinding Ka’bah oleh panitianya. Walaupun syair-syair yang melalui tradisi
lisan, tetapi tetap menekankan pada unsur fakta. Terlepas dari kondisi
lingkungannya, sedapat-dapatnya tidak mengalami perubahan dalam proses
berfikir manusia.7 Jadi, masyarakat Arab pra-Islam memiliki tradisi atau
kebiasaan tersendiri untuk mengukir semua sejarah yang ada pada zamannya.
Mereka tidak menggunakan tulisan untuk mengabadikan sejarah, melainkan
dengan tradisi lisan yang mereka anggap lebih dihargai dan hormati.
Untuk melacak jauh kebelakang sejarah perjalanan dan warisan
turuntemurun masyarakat Arab pada masa jahiliyah.Maka kita harus
mengarahkan pada tradisi lisan yang mereka miliki.Orang-orang Arab sebelum
Islam memang telah mengenal tradisi yang menyerupai bentuk sejarah lisan.
Itulah yang disebut dengan hari-hari penting (al-Ayyam) dan silsilah (al-
Ansab) pada masyarakata Arab pra-Islam.
6
Abdullah,Yusri A., G,Historiografi Islam dari Klasik Hingga Modern,(Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2004),h.66
7
Wilael, Sejarah Islam Klasik,( Riau: Fakultas Ushuluddin UIN Syaris Kasim, 2016),h.78
5
kepada orang-orang yang paling dekat dengan beliau, yaitu anggota keluarga,
dan sahabat-sahabat karib beliau. Beliau menyeru kepada mereka yang
memiliki kebaikan dan sudah dikenal dengan baik dan begitupun sebaliknya.9
Di dalam kitab Tarikh Islam, mereka dikenal dengan sebutan al-sabiqun al-
awwalun atau “yang terdahulu dan yang pertama-tama (masuk Islam).
Mereka di antaranya Khadijah binti Khuwailid, Zaid bin Tsabit, ‘Ali bin Abi
Thalib, Abu Bakar al-Shiddiq, Utsman bin ‘Affan, al-Zubair bin Awwam,
‘Abdurrahman bin ‘Auf, Sa’ad bin Abi Waqqash,dan Thalhah bin Ubaidillah.
Mereka adalah delapan orang yang lebih dahulu masuk Islam yang kemudian
disebut kelompok pertama sebagai “fajar Islam”.10 Kelompok lain yang juga
termasuk mula-mula masuk Islam adalah Bilal bin Rabbah al-Habsyi,
kemudian disusul kepercayaan umat ini, Abu Ubaidah bin Amr bin al-Jarrah
dari Bani Harits bin Fihr, Abu Salamah bin Abdul Asad, Arqam bin Abil
Arqam al-Makhzumy, Utsman bin Madz’un dan kedua saudaranya, Qudamah
dan Abdullah, Ubadah bin Harits bin Muththalib bin Abdul Manaf, Sa’ad bin
8
Ibid., h.135.
9
Shafiyurrahman al‐Mubarakfuri, Sirah Nabawiyah, (Jakarta: Gema Insani, 2013), h.46
10
Ibid., h. 46 – 47
6
Zaid al-Adawiy dan istrinya Fathimah binti Khaththab, Khabbab bin Arat,
Abdullah bin Mas’ud al-Hadzaily, dan masih banyak lagi. Mereka semua
berasal dari kabilah Quraisy.11
b. Fase dakwah secara terang-terangan di tengah penduduk Makkah, yang
dimulai sejak tahun keempat kenabian hingga akhir tahun kesepuluh
kenabian.
Sehubungan dengan hal ini, wahyu pertama yang turun adalah Surah
al- Syu’ara ayat 24 yang berbunyi:
الس ٰم ٰو ِت َو ااْلَ ار ِض َو َما بَياَنَ ُ َماۗ ِا ان ُك ان ُ اُت ُّم او ِقنِ ا َي
َّ قَ َال َر ُّب
Artinya: “Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang
terdekat”.
Setelah ayat tersebut turun, hal pertama yang Rasulullah lakukan
adalah mengundang kerabat dekatnya, Bani Hasyim. Mereka pun datang
memenuhi undangan beliau termasuk beberapa orang dari Bani Muththalib
bin Abdul Manaf.
Setelah pertemuan itu, Rasullah berdiri di bukit Shafa lalu berseru “Ya
shabahah!” (seruan untuk menarik perhatian orang untuk berkumpul di waktu
pagi dan biasa digunakan untuk berperang). Maka berkumpullah orang-orang
Quraisy. Beliau mengajak mereka kepada Tauhid dan beriman terhadap
risalah beliau dan hari akhir. Beliau kemudian berbicara,“Bagaimana
menurut kalian jika ku beritahu kepada kalian bahwa ada sepasukan berkuda
di lembah sana hendak menyerang kalian. Apakah kalian
mempercayaiku?”.Mereka menjawab, “Ya, tentu saja. Kami tidak pernah
mengetahui kecuali Anda selalu berbicara benar.”Beliau
melanjutkan,“Sesungguhnya aku ini adalah pemberi peringatan bagi kalian
dari adzab yang sangat pedih.” Maka Abu Lahab menanggapi, “Celakalah
engkau sepanjang hari ini! Apakah hanya untuk ini engkau kumpulkan
kami?”.Maka ketika itu turunlah surat al-lahab ayat 1.
تَبَّ ات يَدَ ا ٓ َا ِ اِب لَه ٍَب َّوت َّ َۗب
11
Ibid., h.47
7
Artinya: “Binasalah kedua tangan Abu Lahab dan sesungguhnya dia akan
binasa.” (Al-Qur’an Surah Al-Lahab ayat 1).
12
Ibid,h.49-50
13
A.shalabi,sejarah dan kebudayaan islam I,(Jakarta:Pustaka al-Husna,2003),h.77-80
8
Nabi Muhammad )ﷺ, Zubair bin Awwam, Abdurrahman bin Auf, Ja’far
14
H.Munzier Suparto dan Harjani,Metode Dakwah,(Jakarta:Pranada Media,2003),h.48
15
Rianawati,SejarahPeradabanIslam,(Pontianak:STAINPress,2010),h.33
9
penghujung Mei atau awal Juni tahun 619 M, Nabi ﷺkeluar ke Thaif
yang letaknya kira-kira sejauh enam puluh mil (dari kota Makkah). Beliau
pergi ke sana lalu kembali ke Makkah dengan berjalan kaki. Beliau
disertai pembantunya, Zaid bin Haritsah. Dalam perjalanan, setiap kali
bertemu dengan suatu kabilah, beliau mengajak mereka kepada Islam.
Namun tidak satu pun memenuhi seruan beliau.17
Di Thaif, reaksi yang didapat sama dengan reaksi yang biasa nabi
dapat di Makkah, di Thaif nabi diejek, disoraki, dan dilempari batu,
akhirnya nabi memutuskan kembali ke makkah, sampai-sampai ketika
Nabi berjalan kembali ke makkah orang Thaif membuntuti nabi sambil
melemparinya dengan batu sampai terluka di bagian kepala dan badannya.
16
Patmawati,SejarahDakwahRasulullahsawdiMekahdanMadinah,(Pontianak:IAINPontianak,2010)
,h.8
17
Shafiyurrahmanal‐Mubarakfuri,op.cit.,h.87
10
Makkah dengan perasaan sedih dan hancur. Takkala beliau sampai di suatu
tempat bernama Qarnul Manazil, Allah mengutus Jibril kepadanya
bersama malaikat penjaga gunung yang menunggu perintahnya untuk
menimpahkan al- Akhasyabain (dua gunung di Makkah, yaitu Gunung
Abu Qubais dan Qu’ayqa’an) terhadap penduduk di Makkah. Tetapi nabi
menolaknya seraya berkata, “Bahkan aku berharap kelak Allah ‘azza wa
jalla akan mengeluarkan dari tulang sulbi mereka, orang-orang yang
menyembah Allah semata dan tidak menyekutukannya.”. Dari jawaban
tersebut, tampak kepribadian yang istimewa dan akhlak agung yang siapa
pun tidak bisa menyamainya.18
Pada masa ini pula, Nabi mengalami peristiwa yang cukup
menyedihkan yaitu meninggalnya dua sosok penting dalam hidupnya yaitu
pamanya Abu Thalib dan juga istrinya Sayyidatina Khadijah.
Perjanjian Aqabah di awali dengan dakwah yang dilakukan Nabi
terhadap orang-orang Yatsrib yang datang ke Mekah pada musim haji.
Sebagian mereka menerima seruan Nabi dan masuk ke dalam Islam.
Peristiwa ini merupakan titik terang dalam perjalanan dakwah nabi, karena
penerimaan masyarakat Yatsrib terhadap misi yang disampaikannya
membuka lembaran baru dalam usaha beliau menyampaikan ajaran Islam.
Akhirnya terjadilah perjanjian Aqabah I pada tahun 621 dan setahun
kemudian diadakan perjanjian Aqabah II. Isi perjanjian tersebut, mereka
mengundang nabi dan para pengikutnya datang dan tinggal di kota mereka,
dan bahkan menjadikan nabi sebagai penengah dan juru damai dalam
pertikaian-pertikaian yang terjadi di antara mereka. Mereka juga
menyatakan kesanggupan membela nabi dan para pengikutnya dan
menyertai beliau pindah dari Mekah ke kota mereka, sebagaimana halnya
mereka membela warga mereka sendiri. Dari perjanjian ini, nabi
mengirimkan kira-kira 60 keluarga ke Yatsrib terlebih dahulu, kemudian
18
Ibid.,h.89
11
19
BernardLewis,TheMiddleEast,terj.Abd.RachmanAbror,(Pontianak:STAINPress,2010),h.80
20
Patmawati,op.cit,h.9
21
WahyuIlahi dan Harjani Hefni,SejarahDakwah,(Jakarta:RahmatSemesta,2007),h.55
12
22
JamilAhmad,HundredGreatMuslims,terj,SeratusMuslimTerkemuka,(Jakarta:PustakaFirdaus,2000
),h.4
23
BadriYatim,SejarahPeradabanIslam,(Jakarta:RajawaliPress,1993),h.26
13
24
A.Syalabi,op.cit,h.103
25
Wahyullah dan Hajar n i Hefni,op.cit,h.59
14
26
BernardLewis,op.cit.,h.80
27
IraM.Lapidus,AHistoryofIslamicSocieties,terj.GhufronA.Mas’adi,SejarahSosialUmmatIslam,(Jak
arta:RajaGrafindoPersada,1999),h.38
15
Rasulullah. Mana-mana yang belum jelas dan belum terperinci dijelaskan oleh
Rasulullah dengan perbuatan-perbuatan beliau.28
Islam yang diturunkan oleh Allah SWT ke muka bumi melalui
28
A.Syalabi,op.cit.,h.104
29
Patmawati,op.cit.,h.13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bangsa Arab pra-Islam pada masa itu, dikenal jauh dari berperadaban
bahkan jauh dari kata manusiawi. Peperangan terjadi di mana-mana, judi,
mabukmabukan, mengundi nasib, berzina dan lain sebagainya. Sehingga,
masyarakatnya dikenal dengan sebutan jahiliyah. Tetapi, ada satu hal yang
sangat menonjol di dalam tradisi masyarakat Arab pra-Islam yaitu dikenal
dengan tradisi menghafal. Masyarakat Arab pra-Islam bukan berarti tidak ada
yang tau menulis akan tetapi, mereka lebih merasa terhormat ketika bisa
menghafalkan secara lisan tentang suatu peristiwa, dibandingkan dengan
menulis. Masyarakat Arab pra-Islam mempertontonkan kelebihan di bidang
sastranya melalui syairsyair yang diperlombakan.
Di periode Makkah, ada tiga fase dakwah nabi, di antaranya adalah
fase dakwah sembunyi-sembunyi, dakwah terang-terangan, dan fase dakwah
meluas ke luar kota Makkah. Dakwah Nabi di Madinah terbilang lebih banyak
daripada di Makkah. Nabimelakukan tindakan-tindakan di mana membuat
masyarakat percaya kepada beliau.Membangun masjid sampai membangun
negara yang mengusung perdamaian dankemurnian ‘aqidah dan ajaran Islam
sehingga menjadi negara maju.
Dakwah Nabi di Madinah terbilang lebih banyak daripada di Makkah.
Nabimelakukan tindakan-tindakan di mana membuat masyarakat percaya
kepada beliau.Membangun masjid sampai membangun negara yang
mengusung perdamaian dankemurnian ‘aqidah dan ajaran Islam sehingga
menjadi negara maju.
Pembentukan negara di Madinah dimulai dari suatu perjanjian antar
agama di sana sehingga Rasulullah dipercaya dapat berlaku adil dan
mengayomi semua lapisan masyarakat selama taat kepada perjanjian,
diberlakukannya hukum Islam, dan lain sebagainya.
16
DAFTAR PUSTAKA
A.Syalabi. 2003.Sejarah dan Kebudayaan Islam I. Jakarta: Pustaka al-Husna,
2003
Abdullah,Yusri A.G. 2004.Historiografi Islam dari Klasik Hingga Modern.
Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
Asmuni, Yusran. 1996. Dirasah Islamiyah II. Jakarta: PT. Raja Grapindo Persada
Azami. 1994. Hadis Nabawi dan Sejarah Kodifikasinya. Jakarta: PT. Pustaka
Firdaus
Harjani Hefni dan Wahyu Ilahi. 2007.Sejarah Dakwah. Jakarta:Rahmat Semesta
Jamil Ahmad. 2000. Hund red Great Muslims,terj .“Seratus Muslim Terkemuka.
Jakarta:Pustaka Firdaus
Lapidus,Ira M. 2000.A History of Islamic Societies ,terj .Ghufron A.
Mas’adi,Sejarah Sosial Ummat Islam.Jakarta:Raja Grafindo Persada
Lewis, Bernard. 2010. The Middle East,terj. Abd.Rachman Abror.Pontianak:
STAIN Press
Patmawati.2010. Sejarah Dakwah Rasulullah saw diMekah dan Madinah .
Pontianak :IAIN Pontianak
Philip K. 2005. History of The Arabs, (R. Cecep L. Yasin dan Dedi S.
Riyadi,Penerjemah). Jakarta: Serambi Ilmu Semesta
Rianawati. 2010. Sejarah Peradaban Islam.Pontianak:STAIN Press
Saifuddin. 2011. Arus Tradisi Tadwin Hadits dan Historiografi Islam.
Yogyakarta:Pustaka Pelajar
Suparto,H.Munzier dan Harjani Hefni. 2003.Metode Dakwah .Jakarta : Prenada
Media
Wilael. 2006. Sejarah Islam Klasik. Riau: Fakultas Ushuluddin UIN Syaris Kasim
Yatim, Badri. 1997.Historiografi Islam. Jakarta: Logos Wacana Ilmu
18