Anda di halaman 1dari 12

Situasi Keagamaan Pra-Islam dan Mekah Pra-islam

Dibuat untuk memenuhi tugas

Mata Kuliah : Tariksh Al-Qur’an

Dosen Pengampu : Nor Faridatunnisa, S. Thi., M.Hum.

Oleh :

Syifa

NIM. 2213130013

Muhammad Erik Wijaya

NIM. 2213130064

PROGRAM STUDI ILMU AL-QURAN DAN TAFSIR

JURUSAN USHULUDDIN

FAKULTAS USHULUDDIN, ADAB DAN DAKWAH

INSTITUT AGAMA ISLAM PALAGKA RAYA

TAHUN 2023 M / 1444 H


DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ....................................................................................................... 2


KATA PENGANTAR ......................................................................................... 3
BAB I .................................................................................................................. 4
PENDAHULUAN ............................................................................................... 4
Latar Belakang ................................................................................................. 4
Rumusan Masalah ............................................................................................ 5
Tujuan .............................................................................................................. 5
BAB II ................................................................................................................. 6
PEMBAHASAN .................................................................................................. 6
Situasi Keagamaan Pra-Islam ........................................................................... 6
Situasi Mekkah Pra-Islam ................................................................................. 7
BAB III.............................................................................................................. 11
PENUTUP ......................................................................................................... 11
Kesimpulan .................................................................................................... 11
Saran .............................................................................................................. 11
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 12
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh

Segala puji bagi Allah SWT Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Shalawat serta salam selalu tercurah kepada Nabi Besar Muhammad SAW serta
para pengikutnya. Kami bersyukur kepada Allah SWT. Karena, berkat limpahan
taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah kami yang berjudul
“Peradaban Islam Di Asia Tenggara.”

Demikian makalah ini dibuat, kami menyadari didalam penyusunan dan


pembuatan makalah ini masih banyak kesalahan dan kekurangan. Maka dari itu
kritik dan saran sangat kami harapkan untuk mencapai kesempurnaan makalah ini.
Atas kritik dan saran kami ucapkan terimakasih. Kami berharap makalah ini dapat
memberikan manfaat kepada kita semua. Aamiin.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh

Palangka Raya, 3 September 2023

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Lahirnya pembahasan tentang sejarah peradaban dansejarah
kebudayaan islam oleh ahli-ahli sejarah barat maupun timur diawali
dengan uraian sejarah bangsa Arab sebelum Islam, mengingat negeri dan
bangsa Arab adalahyang pertama kali mengenal dan menerima Islam,
maka suatu fakta Islam diturunkan di kawasan jazirah Arab. Sejarah
perkembangan masyarakat Arab dalam kenyataan tidak dapat dilepaskan
dari sejarah perkembangan Islam. Bangsa Arab adalah bangsa yang
dibesarkan Islam dan juga Islam didukung dan disebarluaskan oleh Arab.
Dengan jelas sejarah menunjukkan bahwa kemajuan bangsa arab mampu
menjadi bangsa besar, kuat dan bersatu adalah berkat kesetiaan dan
keikhlasanya terhadap Islam, Demikian pula, Islam cepat tersiar tersebar
luas ke penjuru dunia berkat peranan Islam.
Kepercayaan merupakan hal yang sangat mendasar dalam
kehidupan manusia sebagai jalan untuk menuju kehidupan yang abadi.
Dalam kehidupan yang sekarang ini terdapat berbagai macam kepercayaan
yang tidak lepas dari sejarah masa lampau, dimana pada masa jahiliyah
atau sebelum Islam datang di dunia ini terdapat berbagai macam agama
yaitu; Agama Yahudi, Kristen, Majusi Panagisme dan Hunafa’. Sebelum
Islam penduduk Arab menganut agama yang bermacammacam, dan jasirah
Arab telah dihuni oleh beberapa ideologi, keyakinan keagamaan. Bangsa
arab sebelum Islam telah menganut agama yang mengikuti sebagai tuhan
mereka. Kepercayaan ini diwarisi turun temurun sejak Nabi Ibrahim as dan
Ismail as. al-Qur’an menyebut agam itu dengan Hanif, yaitu kepercayaan
yang mengakui keesaan Allah sebagai pencipta alam, Tuhan
menghidupkan dan mematikan, Tuhan yang memberi rezeki dan
sebagainya.
B. Rumusan Masalah
Dalam makalah ini, kami akan menguraikan tentang situasi-situasi
keagamaan pada pra-Islam dan situasi Mekah pra-Islam

C. Tujuan
Mengetahui apa saja situasi yang dihadapi oleh bangsa Arab pada saat
keagamaan pra-Islam dan situasi Mekkah prra-Islam
BAB II

PEMBAHASAN
A. Situasi Keagamaan Pra-Islam
Bangsa Arab merupakan bangsa yang bertempat tinggal dan
mendiami semenanjung terbesar di dunia, yaitu Semenanjung Arabia yang
terletak di Asia Barat Daya dengan luas wilayahnya 1.027.000 mil persegi.
Sebagian besar wilayah Arab ditutupi oleh padang pasir dan merupakan
salah satu tempat terpanas di dunia. Tidak ada sungai yang bisa dilayari
atau air sungai yang akan terus menerus mengalir ke laut, yang ada hanya
lembah-lembah yang digenangi air ketika musim hujan. 1
Negeri Arab pada umumnya adalah padang pasir. Tetapi tidak
berarti secara keseluruhan merupakan padang pasir yang gersang dan
tandus yang tidak ditumbuhi tanaman dan tidak berair. Berdasarkan
karakter permukaannya, padang pasir tersebut beragam. Sebagian di
antaranya berupa padang pasir yang ditutupi debu dan pasir halus, lalu
sebagian di antaranya berupa pegunungan dan perbukitan, dan ada juga
sebagiian daripadanya merupakan dataran rendah, di samping
merupakan dataran tinggi.2
Masyarakat Arab pra-Islam merupakan kancah peperangan terus
menerus. Sehingga kebudayaan mereka tidak berkembang. Itulah salah
satu penyebab bahan-bahan sejarah Arab pra-Islam sangat langka untuk
ditemukan di dunia Arab dan dalam bahasa Arab. Pengetahuan tentang
Arab pra-Islam diperoleh melalui syair-syair yang beredar di kalangan
para perawi syair. Contohnya, pada masa pra-Islam selalu diadakan
perlombaan syair di pasar Ukaz, kemudian syair-syair yang dinyatakan
menang langsung digantung di dinding Ka’bah oleh panitianya. Walaupun
syair-syair yang melalui tradisi lisan, tetapi tetap menekankan pada unsur

1
Gusniarti Nasution dkk., “SITUASI SOSIAL KEAGAMAAN MASYARAKAT ARAB PRA ISLAM,”
TSAQIFA NUSANTARA: Jurnal Pembelajaran dan Isu-Isu Sosial 1, no. 1 (29 Maret 2022): 5,
https://doi.org/10.24014/tsaqifa.v1i1.16541.
2
Hasan Ibrahim Hasan, Sejarah dan Kebudayaan Islam, Jilid 1 (Jakarta, t.t.), 5.
fakta. Terlepas dari kondisi lingkungannya, sedapat-dapatnya tidak
mengalami perubahan dalam proses berfikir manusia.3
Kondisi kehidupan Arab menjelang kelahiran Islam dikenal
menggunakan sebutan zaman jahiliyah. Hal ini dikarenakan kondisi sosial
politik dan keagamaan rakyat Arab pada waktu itu. Hal tersebut
ditimbulkan lantaran pada masa sebelum Islam lahir, Arab tidak
mempunyai nabi, kitab suci, ideologi kepercayaan serta tokoh besar yang
membimbing mereka.
Masyarakat Arab lama (sebelum Islam) memiliki keyakinan
animisme, ialah sebuah paham yang beranggapan bahwa setiap benda
mempunyai roh, dan roh tersebut memiliki kekutan ghaib yang disebut
Mana dan dikenal sebagai “Kaum Watsani” yaitu kaum yang
mengganggap Tuhan mereka dalam bentuk patung-patung sesembahan
yang mereka anggap sebagai perantara dengan Tuhan. Mereka percaya
Sejarah Peradaban Islam (Pra Islam sampai Bani Umayyah) akan Tuhan
yang Esa, Namun mereka juga meyakini adanya roh-roh penguasa yang
dianggap dan diperlakukan sebagai Tuhan. 4
Berbeda dengan Islam yang mengajarkan untuk meng-Esakan
Allah dan hanya kepada-Nya beribadah tanpa perantara apapun. Sebelum
Islam datang penduduk Arab menganut agama yang bermacam-macam,
dan Jazirah Arab telah dihuni oleh beberapa ideologi, keyakinan
(keagamaan). Bangsa Arab sebelum Islam telah menganut agama yang
mengakui Allah sebagai tuhan. mereka. Kepercayaan ini diwarisi secara
turun-temurun sejak nabi Ibrahim as dan Ismail as. Al-Qur’an menyebut
agama itu dengan Hanif, yaitu kepercayaan yang mengakui keesaan Allah
sebagai pencipta alam, Tuhan menghidupkan dan mematikan, Tuhan yang
memberi rezeki dan sebagainya.

B. Situasi Mekkah Pra-Islam


Mekkah adalah salah satu daerah yang memiliki sejarah yang
panjang sebagai pusat perdagangan dan kota suci. Mekkah juga termasuk

3
Wilael, “Sejarah Islam Klasik” (Riau, UIN Syaris Kasim, t.t.), 78.
4
Musyarif, Sejarah Peradaban Islam (Pra-Islam sampai Bani Umayyah (Jakarta, t.t.), 7–8.
kota yang sangat penting dan terkenal diantara kota-kota negeri Arab yang
lain. Dikarenakan tradisinya maupun karena letak geografinya. 5 Sebagai
pusat agama (penyembahan berhala), Makkah dilengkapi dengan ka’bah
yang selalu didatangi oleh berbagai suku dari seluruh penjuru Arab paling
tidak setahun sekali pada saat musim haji dan umrah. Untuk menghormati
orang-orang yang melaksanakan ibadah haji dan umrah, bangsa Arab
bersepakat tidak melakukan peperangan di bulan-bulan haram (ashhur al-
hurum), yakni Dhulqaidah, Dhulhijjah, Muharram dan Rajab. Di samping
itu, bangsa Arab juga bersepakat untuk tidak melakukan peperangan di
sekitar Ka’bah.
Penduduk asli mekkah adalah kaum jurhum, akan tetapi kaum
jurhum tidak menjaga kesucian tanah haram sepeninggal nabi ismail a.s,
sehingga banyak terjadi di masa mereka perbuatan-perbuatan keji dan
kerusakan-ketusakan, banyak diantara mereka yang mencuri harta dalam
bangunan ka‟bah yang dihadiahkan oleh orang-orang, bahkan
diriwayatkan air zamzam pernah mengering ketika masa mereka, dan
ketika masa itu pula sumur zamzam pernah tertimbun tidak diketahui lagi
bekasnya. 6
Dalam tradisi kesukuan, Makkah dipimpin oleh seorang kepala
suku yang disebut sayyid atau shaykh. Kepala suku biasanya dipilih
melalui musyawarah yang melibatkan seluruh kepala suku di Makkah.
Kepala suku yang terpilih biasanya berasal dari suku yang paling
berpengaruh dan dari keturunan orang terhormat. Berdasarkan fakta inilah
Watt menyatakan bahwa anggapan pemimpin itu dipilih berdasarkan
pertimbangan keturunan (genetis) memang telah ada di kalangan suku-
suku di Makkah.7
Makkah sebagai tempat kelahiran Islam, berada dipinggir gurun
pasir yang sangat luas. Gurun ini dihuni penduduk yang disebut dengan
5
Badri Yatim, Sejarah peradaban Islam: Dirasah Islamiyah II, Ed. 1., cet. 27 (Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada, 2016), 9.
6
Phillip K. Hitty, History of the Arabs, terjemah oleh R. Cecep Lukman Yasin dan Dedi Slamet
Riyadi dengan judul yang sama (Jakarta: Serambi Ilmu Semesta, 2014), 4.
7
Biyanto Biyanto, “Suksesi Kepemimpinan Arab Pra-Islam dan Periode al-Khulafâ’ al-Râshidûn,”
ISLAMICA: Jurnal Studi Keislaman 1, no. 1 (22 Januari 2014): 78,
https://doi.org/10.15642/islamica.2006.1.1.76-85.
Badui. Suku Badui berwatak keras. Keuletan dan ketabahan adalah
keistimewaan mereka, sedangkan kekurangannya adalah berebut
kekuasaan dengan berbagai cara. Karena kondisi gurun yang tidak
menguntungkan dan kurangnya sumber daya alam, mereka pada akhirnya
kesulitan untuk menjalani kehidupan. Semua anggota suku menganggap
diri mereka menjadi satu anggota keluarga dan memilih pimpinan mereka,
yaitu Syaikh sebagaimana yang disebutkan diatas tadi. Dan mereka
memakai satu istilah khusus, yang dinamakan Bani, sebutan yang dipakai
sebagai nama depan mereka.
Di samping itu ada juga hakim yang bertugas mengadili sesama
kabilah apabila ada perselisihan. Dalam abad ke-5 M, Suku Quraisy
merebut kekuasaan Makkah dan Ka’bah dari Khuza’ah. Makkah
mengalami kemajuan di bawah kekuasaan suku Quraisy. Untuk mengurus
Makkah dan mengamankan para peziarah yang datang ke kota Makkah,
suku Quraisy mendirikan semacam pemerintahan. Selain itu, suku Quraisy
mengatur urusan yang berkenaan dengan Ka’bah. Ada sepuluh (10)
jabatan tinggi yang dibagikan kepada kabilah dari suku Quraisy yaitu:
1. Hijabah (penjara kunci ka’bah). bertugas mengurusi ka’bah, seperti
menjaga, membuka, dan menutup serta menjaga keamanan dan
ketertiban Ka’bah.
2. Siqayah (penjara air Mata Zamzam)
3. Diyat (Kekuasaan hakim sipil dan criminal). suatu majelis yang
mengurusi masalah pengadilan, baik pidana maupun perdata.
4. Sifarah (kuasa usaha Negara atau duta)
5. Liwa (jabatan ketentaraan). majelis yang mengurusi angkatan
perang negeri Makkah, yang mempunyai angkatan bersenjata yang
terdiri dari pasukan perang dan penjaga keamanan, dan tugas yang
lainnya.
6. Rifadah (pengurus pajak bagi fakir miskin)
7. Nadwah (jabatan ketua dewan)
8. Khaimman (pengurus balai musyawarah)
9. Khazinah (jabatan administrasi keuangan)
10. Azlim (penjaga panah peramal) untuk mengetahui pendapat para
dewa-dewa.
Struktur suku inilah kemudian yang mengatur seluruh aspek kehidupan
masyarakat Arab Pra Islam sehingga menciptakan penyesuaian-
penyesuaian individu atas relitas objektif masyarakat. 8 Faktor utama
misalnya kesenjangan dalam pemasukan antar suku, misalnya suku
Quraisy sebagai penjaga pintu Ka’bah dan penjaga air zam-zam akan
mendapatkan uang yang lebih banyak ketimbang suku-suku yang lain di
luar Quraisy, sehingga kemudian suku ini berhasil mendominasi di Arab
Pra Islam dan melanjutkan tradisi-tradisi kebudayaan yang terdahulu.

8
Hawwin Muzakk, “KONSTRUKSI SOSIAL DAN MENGGALI NILAI-NILAI POSITIF PADA MASA ARAB
PRA ISLAM,” t.t., 6–7.
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
Diakhir tulisan dapat disimpulkan bahwa pada masa keagamaan
pra-Islam banyak sekali bangsa Arab yang mengannut kepercayaan
animisme, ialah sebuah paham yang beranggapan bahwa setiap benda
mempunyai roh, dan roh tersebut memiliki kekutan ghaib. Sedangkan pada
masa Mekkah pra-Islam itu situasinya masih sama dengan yang
sebelumnya, yang dimana bangsa Arab masih belum mengenal sosok
Allah. Oleh karena itu, situasi sosial agama masyarakat Arab pra Islam
sangat bobrok atau yang dikenal dengan zaman jahiliyah. Oleh karena itu,
dengan kedatangan agama Islam, maka situasi sosial agama masyarakat
Arab berubah dan menjadi lebih teratur sesuai dengan norma-norma
agama Islam. Dengan demikian agama Islam menjadi sangat berpengaruh
dalam merubah tatanan situasi sosial agama dalam kehidupan masyarakat
Arab.

B. Saran
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih memiliki kekurangan
dan masih jauh dari kata sempurna. oleh karena itu, besar harapan penulis
agar para pembaca dapat memberikan kritik atau saran yang membangun
agar penulis dapat melakukan perbaikan demi kesempurnaan makalan ini.
DAFTAR PUSTAKA

Biyanto, Biyanto. “Suksesi Kepemimpinan Arab Pra-Islam dan Periode al-


Khulafâ’ al-Râshidûn.” ISLAMICA: Jurnal Studi Keislaman 1, no.
1 (22 Januari 2014): 76.
https://doi.org/10.15642/islamica.2006.1.1.76-85
Hasan, Hasan Ibrahim. Sejarah dan Kebudayaan Islam. Jilid 1. Jakarta, t.t.
Hitty, Phillip K. History of the Arabs, terjemah oleh R. Cecep Lukman Yasin dan
Dedi Slamet Riyadi dengan judul yang sama. Jakarta: Serambi
Ilmu Semesta, 2014.
Musyarif. Sejarah Peradaban Islam (Pra-Islam sampai Bani Umayyah. Jakarta,
t.t.
Muzakk, Hawwin. “KONSTRUKSI SOSIAL DAN MENGGALI NILAI-NILAI
POSITIF PADA MASA ARAB PRA ISLAM,” t.t.
Nasution, Gusniarti, Nabila Jannati, Violeta Inayah Pama, dan Eniwati Khaidir.
“SITUASI SOSIAL KEAGAMAAN MASYARAKAT ARAB
PRA ISLAM.” TSAQIFA NUSANTARA: Jurnal Pembelajaran dan
Isu-Isu Sosial 1, no. 1 (29 Maret 2022): 85.
https://doi.org/10.24014/tsaqifa.v1i1.16541.
Wilael. “Sejarah Islam Klasik.” UIN Syaris Kasim, t.t.
Yatim, Badri. Sejarah peradaban Islam: Dirasah Islamiyah II. Ed. 1., cet. 27.
Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2016.

Anda mungkin juga menyukai