Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

ISLAM PADA MASA AWAL


Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Sejarah Peradaban Islam dengan
Dosen Pengampu : Mahmuji, M.Pd

Di susun oleh:

Disusun oleh :
Kelompok 1
Nur Fajar R N ( 1911101047 )
Eva Al-Fathonah ( 1911101171 )
Mawardi ( 1911101309 )

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM ( S1 )


JURUSAN PENDIDIKAN ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SAMARINDA
TAHUN 2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmatnya
sehingga kami dapat merasakan menuntut ilmu di Institut Agama Islam Negeri Samarinda
dan kami dapat membuat makalah Sejarah Peradaban Islam yang membahas " Islam pada
Masa Awal ". Sholawat serta salam kami ucapkan kepada baginda Rasulullah SAW yang
selalu membawa kabar gembira untuk kita semua dan semoga kita mendapatkan syafa'atnya
di hari akhir nanti.
Kami juga berterima kasih kepada seluruh pihak yang membantu pembuatan makalah
ini khususnya bapak Mahmuji, M.Pd selaku dosen pengampu kami ucapkan terima kasih.
Dengan seluruh kerendahan hati kami meminta kritik dan saran yang membangun
kepada para pembaca makalah kami yang masih banyak memiliki kekurangan, semoga
dengan adanya makalah dari kami dapat bermanfaat bagi kami penulis khususnya dan
pembaca pada umumnya. Aamiin . cukup sekian pengantar dari kami, mohon maaf jika ada
salah salah penulisan karena kesempurnaan hanya milik Allah semata. Terima Kasih.

Samarinda, 18 Februari 2020

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Sebelum bangsa Arab kedatangan agama Islam, mayoritas bangsa Arab adalah
penganut agama Watsani ( penyembah berhala ). Dikisahkan bahwa penyebar agama Watsani
pertama ditengah-tengah masyarakat Arab adalah ‘Amr bin Luhayy Al-Khuza’i. Dialah orang
pertama yang membawa patung dari negeri Syam ke Ka’bah.1
Tanah Arab didiami oleh dua kelompok bangsa Arab yaitu : bangsa Arab Badawi
( kampong ) dan bangsa Arab kota. Bangsa Arab Badawi adalah mereka yang tinggal di
padang pasir. Mereka adalah para penggembala yang gemar berperang dan satu sama lain
suka menyerbu. Sedangkan bangsa Arab penduduk kota, mereka adalah orang-orang yang
tinggal dikota-kota yang aktif dengan pertanian dan perdagangan sehingga mereka berhasil
meraih kekayaan dan keuntungan besar.2

B. RUMUSAN MASALAH
Rumusan masalah yang dapat diambil dari latar belakang diatas adalah sebagai
berikut :
1. Bagaimana masyarakat dan kebudayaan Arab sebelum adanya islam?
2. Bagaimana kenabian Nabi Muhammad di Mekah dan Madinah?
3. Bagaimana pola kebudayaan Islam pada masa Nabi?

C. TUJUAN PENULISAN
Dari rumusan masalah diatas dapat diambil tujuan penulisan sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui keadaan masyarakat dan kebudayaan Arab sebelum adanya islam.
2. Untuk mengetahui kenabian Nabi Muhammad di Mekah dan Madinah.
3. Untuk mengetahui pola kebudayaan Islam pada Masa Nabi.

1
Hasan Ibrahim Hasan, Sejarah dan Kebudayaan Islam, ( Jakarta: Kalam Mulia, 2002 ), hlm.123
2
Ibid; hal. 113-114
BAB II
PEMBAHASAN

A. Masyarakat dan kebudayaan Arab Pra-Islam.

Sejarah perkembangan masyarakat Arab tidak dapat dipisahkan dari sejarah


perkembangan Islam. Bangsa Arab adalah suatu bangsa yang diasuh dan dibesarkan Islam,
sebaliknya Islam sebagai agama samawi, perkembangannya dipengaruhi peradaban bangsa
Arab. Segala hal tentang kehidupan orang Arab didasarkan pada lingkungan keras tempat
mereka tinggal karena ketidakmampuan gurun mendukung kebudayan bermukim orang Arab
yang terus-menerus berpindah untuk mencari daerah subur bagi kelompoknya.3
Salah satu teori etimologi sebutan “Arab” bahkan mendasarkan bahwa kata itu sendiri
berakar dari istilah bahasa Semit yang berarti ‘berkelana’ atau ‘nomaden’. Orang Arab akan
menghabiskan musim panas disekitar oasis atau sumur mana pun yang dapat diandalkan tahun
demi tahun, sambil berusaha menjaga bahan makanan dan persediaan air dengan hidup
sehemat mungkin. Setelah melewati musim panas, mereka akan bermigrasi ke Selatan, dekat
Yaman, tempat turunnya hujan pada musim semi dan tanah subur untuk ternak mereka. Saat
hujan berhenti dan musim kering mulai lagi pada musim semi, orang Arab kembali ke oasis
dan sumur untuk musim panas berikutnya. Siklus keras ini menjadi norma bagi suku Arab
Badui yang masih hidup di padang pasir Arab.4
Keluarga menjadi unit terpenting dalam masyarakat Arab. Sekelompok keluarga
bepergian bersama-sama dan disebut kabilah atau klan. Beberapa klan membentuk suku yang
dipimpin seorang kepala suku yang disebut Shaikh. Identitas dan asal suku sangat penting
dalam dunia Arab pra-Islam. Anggota suku akan mendapat perlindungan, dukungan, dan
kesempatan ekonomi. Serta konsep individualisme murni sangat tidak disukai.5
Suku-suku akan berperang untuk mempertahankan salah satu anggotanya dan perang
suku yang mengerikan umum terjadi sebelum datangnya Islam.

3
Firas Alkhataeb, Sejarah islam yang hilang, (Yogyakarta: PT Bentang Pustaka, 2016), hlm 9
4
Firas Alkhataeb, Sejarah islam yang hilang, (Yogyakarta: PT Bentang Pustaka, 2016), hlm 10
5
Firas Alkhataeb, Sejarah islam yang hilang, (Yogyakarta: PT Bentang Pustaka, 2016), hlm 11
Persaingan memperebutkan tanah berumput dan kawanan ternak kerap membawa
suku-suku pada perang yang menghancurkan, yang bisa berlangsung bertahun-tahun dan
memakan banyak korban. Bagi orang Arab, perjuangan hidup itu harus terus-menerus
dilakukan, baik melawan manusia maupun alam.6
Dalam masyarakat suku dan nomaden seperti ini, ungkapan artistik sulit disalurkan.
Sumber daya dan waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan patung dan lukisan seperti
kebudayaan kuno Mesir dan Yunani hampir tidak ada. Tetapi, hasrat alamiah manusia mencari
keindahan tak dapat dilenyapkan oleh pasir gurun. Malahan, hasrat ini menemukan bentuk
baru yaitu bahasa. Mungkin lebih dari bahasa lain di dunia, bahasa Arab itu sendiri
merupakan sebentuk ungkapan artistik.
Berbicara tentang agama, orang Arab pra-Islam hampir semuanya politeis. Tradisi
Islam meyakini Nabi Ibrahim dan anaknya Nabi Ismail, membangun Kakbah di lembah
Mekah pada masa lalu sebagai rumah pemujaan satu Tuhan. Ka’bah dibangun dalam bentuk
kotak di atas fondasi yang dibuat oleh manusia pertama yaitu Nabi Adam. Dari tempat suci
ini, Ismail bisa menyampaikan pesan monoteisme kepada bangsa Arab yang telah
mengangkatnya sebagai bagian dai bangsa Arab sendiri. Tetapi setelah berabad-abad, anak-
cucu Ismail mendistorsi ajaran monoteismenya. Patung batu dan kayu dibuat untuk
menampilkan sifat-sifat Tuhan. Selanjutnya, mereka menampilkan tuhan-tuhan yang terpisah
sama sekali.7
Menjelang kedatangan Nabi Muhammad, ada 360 tuhan di Ka’bah. Pesan Nabi
Ibrahim dan Nabi Ismail tidak seluruhnya hilang dari ingatan orang Arab, bahkan beberapa
ajaran pokoknya masih berperan penting bagi masyarakat ini. Tentu saja mereka masih
memercayai Tuhan-nya Nabi Ibrahim dan Ismail, yang dalam bahasa Arab disebut Allah.
Tetapi, mereka yakin bahwa Allah hanya salah satu dari banyak tuhan, yang ditampilkan lewat
patung.
Sistem kepercayaan ini melenceng jauh dari monoteisme ketat yang diajarkan kedua
nabi tersebut serta mencerminkan pengaruh agama Sumeria ke bagian utara. Masyarakat
Kristen dan Yahudi yang terisolasi masih ada di dalam Semenanjung Arab dan juga
menghormati nabi-nabi tersebut, tetapi itulah ujung kesamaan mereka.

6
Firas Alkhataeb, Sejarah islam yang hilang, (Yogyakarta: PT Bentang Pustaka, 2016), hlm 12
7
Firas Alkhataeb, Sejarah islam yang hilang, (Yogyakarta: PT Bentang Pustaka, 2016), hlm 13
Penganut monoteisme yang tersebar di Arab cenderung menghindari asimilasi penuh
dengan penganut politeisme Arab, dan malah menciptakan masyarakat yang picik.8
Bangsa arab pra Islam di kenal sebagai bangsa yang memiliki kemajuan ekonomi,
letak geografisnya yang strategis membuat agama islam yang di turunkan (makkah)mudah
tersebar diberbagai wilayah. Dan beberapa cirri-ciri utama tataran Arab pra Islam adalah
sebagai berikut :
1. Mereka menganut faham kesukuan (Qobilah)
2.Memiliki tata social politik yang tertutup dengan partisipasi warga yang terbatas, factor
keturunan lebih penting daripada kemampuan.
3. Mengenal hirarki social yang kuat.
4. Kedudukan perempuan cenderung di rendahkan.
Dilihat dari sumber yang di gunakan, hukum Arab pra Islam bersumber pada adat
istiadat. Dalam bidang mua’malah, diantara kebiasaan mereka adal dibolehkan transaksi
mubadalah (barter) jual beli, kerja sama pertanian (muzaroah) dan riba. Diantara ketentuan
hukum keluarga Arab pra Islam adalah diperbolehkannya berpoligini dengan perempuan
dengan jumlah tanpa batas. Serta anak kecil dan perempuan tidak dapat harta warisan.
Lingkungan alam di mana suatu bangsa hidup serta berkembang mempunyai pengaruh
yang besar dalam pembentukan tabiat, adat istiadat, sosial, ekonomi dan budaya suatu bangsa.
Dalam kaitan dengan pengaruh lingkungan bangsa Arab terhadap corak perkembangan Islam,
para sejarawan merumuskan sejumlah karakteristik tabiat bangsa Arab yang mungkin
mempengaruhi pertumbuhan Islam, antara lain:
1. Masyarakat Arab sangat cinta dan setia pada adat dan tradisi kabilahnya masing-
masing yang tercermin dalam kegemarannya menjamu tamu-tamunya atas nama
kabilah.
2. Meskipun demikian, seperti diungkapkan oleh Ibnu Khaldun bahwa pada masa
jahiliyah masyarakat Arab adalah masyarakat yang sangat tidak beradab. Gemar
melakukan perampasan dan perusuhan, tidak memiliki skill dan ilmu, tetapi
pembawaan mereka sebenarnya murni, pemberani dan sanggup berkorban untuk hal–
hal yang dipandangnya baik.

8
Firas Alkhataeb, Sejarah islam yang hilang, (Yogyakarta: PT Bentang Pustaka, 2016), hlm 14
Dari sini dapat disimpulkan bahwa masyarakat Arab pada saat itu mempunyai dua sifat
sekaligus yaitu sifat positif dan negatif. Sifat positif itulah yang akan menjadi penunjang
perkembangan Islam dan pendorong perkembangan masyarakat Arab. Sedangkan sifat negatif
akan merusak kebesaran dan persatuan mereka. Kehidupan yang sangat getir dan keras di
gurun pasir menyebabkan orang Arab mempunyai kebiasaan buruk yaitu antara lain:
1. Memandang rendah derajat manusia, dan membunuh bayi-bayi perempuan yang baru
lahir. Wanita diperjual-belikan untuk menjadi pelampiasan nafsu laki-laki.
2. Suka minum khamr yang memabukkan;
3. Suka berjudi, mencuri, merampok dan menghalalkan segala cara untuk mewujudkan
keinginan;
4. Menyembah berhala, yang diletakkan di setiap rumah dan sudut kota. Berhala yang
diagungkan oleh mereka adalah Latta, Uzza dan lain-lain.
5. Membunuh anak perempuan sejak nenek moyang, karena takut akan mendatangkan
aib bagi keluarga dan takut kelaparan.
6. Suka peperangan. Peperangan antar kabilah dapat terjadi hanya karena perkara
sepele. Misalnya seseorang dari satu kabilah menghina anggota kabilah lainnya,
perbedaan pendapat berkenaan dengan hak-hak perorangan yang segera melibatkan
kabilah masing-masing.

B. Kenabian Nabi Muhammad Saw. di Makkah dan Madinah.

1. Masa Kenabian Nabi Muhammad Saw di Mekkah.


Objek dakwah Rasulullah Saw. pada awal kenabian adalah masyarakat Arab Jahiliyah,
atau masyarakat yang masih berada dalam kebodohan. Dalam bidang agama, umumnya
masyarakat Arab waktu itu sudah menyimpang jauh dari ajaran agama tauhid, yang telah
diajarkan oleh para rasul terdahulu, seperti Nabi Adam As. Mereka umumnya beragama
watsani atau agama penyembah berhala. Berhala-berhala yang mereka puja itu mereka
letakkan di Ka’bah. Di antara berhala-berhala yang termahsyur bernama: Hubai, Khuza’ah,
Lata, Uzza dan Manar. Selain itu ada pula sebagian masyarakat Arab Jahiliyah yang
menyembah malaikat dan bintang yang dilakukan kaum Sabi’in.
Nabi Muhammad diangkat Allah Swt sebagai nabi atau rasul-Nya ditandai dengan
turunnya malaikat Jibril untuk menyampaikan wahyu yang pertama kali yakni Al-Qur’an
Surah Al-‘Alaq ayat 1-5. Turunnya ayat Al-Qur’an pertama tersebut, dalam sejarah Islam
dinamakan Nuzul Al-Qur’an.
Setelah Nabi Muhammad Saw menerima wahyu, maka secara resmi beliau telah diangkat
menjadi Rasul oleh Allah Swt. Beliau mempunyai kewajiban untuk membina umat yang telah
berada dalam kesesatan untuk menuju jalan yang lurus. Dakwah Nabi Muhammad Saw
dimulai dari wilayah Makkah di Jazirah Arab, walaupun pada akhirnya ajaran beliau adalah
untuk seluruh umat manusia.
Menurut sebagian ulama, setelah turun wahyu pertama turun pula Surah Al-Mudassir
ayat 1-7, yang berisi perintah Allah Swt agar Nabi Muhammad berdakwah menyiarkan ajaran
Islam kepada umat manusia.
Nabi Muhammad Saw berada di Mekah selama 13 tahun (610-622 M), secara berangsur-
angsur telah diturunkan kepada beliau, wahyu berupa Al-Qur’an sebanyak 4726 ayat, yang
meliputi 89 surah. Surah-surah yang diturunkan pada periode Mekah dinamakan Surah
Makkiyyah.9
2. Substansi dakwah Rasulullah Swt di Mekkah.
Substansi dakwah Rasulullah Swt di Mekkah yaitu mengembalikan manusia kepada
esensi dasarnya, yaitu sebagai makhluk kehambaaan sekaligus ketuhanan. Ajaran Islam
periode Mekah, yang harus didakwahkan Rasulullah Swt di awal kenabiannya adalah sebagai
berikut:
a. Tauhid ( mengembalikan segala sesuatunya kepada Allah Swt ) -mengenal Tuhan.
b. Hari Kiamat sebagai hari pembalasan.
c. Kesucian jiwa.
d. Persaudaraan dan Persatuan.
3. Strategi Dakwah Rasulullah pada Periode Mekkah.
Tujuan Dakwah Rasulullah Saw periode Mekah:
1.Agar masyarakat Arab meninggalkan kejahiliahannya dibidang agama, moral, dan hukum.
2.Menyakini kebenaran kerasulan Nabi Muhammad Saw dan ajaran Islam yang
disampaikannya.
3.Mengamalkan seluruh ajaran Islam dalam kehidupan sehari – hari.

9
http://id.wikipedia.org/wiki/Muhammad diakses pada 13 Februari 2020
Strategi Dakwah Rasulullah Saw dalam berusaha mencapai tujuannya:
1.Dakwah secara sembunyi – sembunyi selama 3 – 4 tahun
Cara ini ditempuh oleh Rasulullah karena beliau yakin, bahwa masyarakat jahiliah
masih kuat mempertahankan kepercayaan dan tradisi leluhur mereka. Sehingga mereka
bersedia berperang dan rela mati dalam mempertahankannya.
Orang – Orang yang telah memenuhi seruan dakwah Rasulullah SAW:
1.Khadijah binti Khuwalid (Istri Rasulullah Saw, wafat tahun ke-10 dari kenabian)
2.Ali bin Abu Thalib (Saudara sepupu Rasulullah Saw yang tinggal serumah
dengannya, masuk islam pada umur 10 tahun)
3.Zaid bin Haritsah (anak angkat Rasulullah Saw, wafat tahun 8 H/625 M)
4.Abu Bakar Ash-Shiddiq (sahabat dekat Rasulullah Saw, yang hidup dari tahun 573 –
634 M)
5.Ummu Aiman (Pengasuh Rasulullah Saw pada waktu kecil)

2. Dakwah secara Terang – Terangan.


Dakwah secara terang – terangan dimulai sejak tahun ke-4 dari kenabian, yakni setelah
turunnya wahyu yang berisi perintah Allah Swt agar dakwah itu dilaksanakan secara terang –
terangan. Wahyu tersebut berupa ayat Al – Qur’an Surah 26 ayat 214-216.
Tahap – tahap dakwah Rasulullah Saw secara terang – terangan antara lain:
a. Mengundang kaum kerabat keturunan Bani Hasyim, untuk menghadiri jamuan makan dan
mengajak mereka agar masuk Islam. Tetapi karena cahaya hidayah Allah Swt waktu itu belum
menyinari hati mereka, mereka belum menerima Islam sebagai agama mereka.
b. Rasulullah Saw mengumpulkan para penduduk kota Mekah, terutama yang berada dan
bertempat tinggal disekitar Ka’bah untuk berkumpul di Bukit Shafa, yang letaknya tidak jauh
dari Ka’bah. Rasulullah Saw memberi peringatan kepada semua yang hadir agar segera
meninggalkan penyembahan terhadap berhala – berhala dan hanya menyembah atau
menghambakan diri kepada Allah Swt, Tuhan yang Maha Esa, Pencipta dan Pemelihara alam
semesta.
Rasulullah SAW juga menegaskan, jika peringatan yang disampaikannya itu dilaksanakan
tentu akan meraih ridha Ilahi, bahagia di dunia dan di akhirat. Tetapi apabila peringatan itu
diabaikan tentu akan mendapat murka Allah Swt, sengsara di dunia dan di akhirat.
c. Rasulullah Saw menyampaikan seruan dakwahnya kepada para penduduk diluar kota
Mekah.
d. Dakwah Rasulullah Saw terhadap penduduk Yatsrib (Madinah), yang datang ke Mekah
untuk berziarah nampak berhasil. Berkat cahaya hidayah Allah Swt para penduduk Yatsrib,
secara bergelombang telah masuk Islam dihadapan Rasulullah Saw.
Gelombang pertama tahun 620 M, telah masuk Islam dari suku Aus dan Khazraj sebanyak 6
orang. Gelombang kedua tahun 621 M, sebanyak 13 orang dan pada gelombang ketiga tahun
berikutnya lebih banyak lagi.
Pada gelombang ketiga ini telah datang ke Mekah untuk berziarah dan menemui
Rasulullah SAW, umat Islam penduduk Yatsrib yang jumlahnya mencapai 73 orang
diantaranya 2 orang wanita.
4. Masa Kenabian Nabi Muhmmad Saw di Madinah.
Masa kenabian Rasulullah Saw periode Madinah berlangsung selama sepuluh tahun, yakni
dari semenjak tanggal 12 Rabiul Awal tahun pertama hijriah sampai dengan wafatnya
Rasulullah Saw, tanggal 13 Rabiul Awal tahun ke-11 hijriah. Materi dakwah yang
disampaikan Rasulullah Saw pada periode Madinah, selain ajaran Islam yang terkandung
dalam 89 surat Makiyah dan Hadis periode Mekah, juga ajaran Islam yang terkandung dalm
25 surat Madaniyah dan hadis periode Madinah. Adapaun ajaran Islam periode Madinah,
umumnya ajaran Islam tentang masalah sosial kemasyarakatan. Faktor yang mendorong
hijrahnya Nabi saw :
1. Ada tanda-tanda baik pada perkembangan Islam di Yatsrib karena pada tahun 621 M telah
datang 13 orang penduduk Yatsrib menemui Nabi saw di bukit Akabah. Pada tahun
berikutnya, 622 M datang lagi sebanyak 73 orang Yatsrib ke Mekkah yang terdiri dari suku
Aus dan Khazraj.
2. Rencana pembunuhan Nabi saw oleh kaum Quraisy yang hasil kesepakatannya adalah mereka
sangat khawatir jika Nabi Muhammad dan pengikutnya telah berkuasa di Yatsrib.
5. Substansi dan strategi dakwah rasululluah saw. Periode madinah.
Setelah Nabi hijrah ke Madinah, kota tersebut dijadikan pusat jamaah kaum muslimin, dan
selanjutnya menjadi ibukota negara Islam yang segera didirikan oleh Nabi, dengan dirubah
namanya Madinah, yang semula bernama Yastrib.
A. Pembinaan Masjid
Masjid merupakan institusi dakwah pertama yang dibina oleh Rasulullah Saw.
setibanya Nabi di Madinah. Ia menjadi nadi pergerakan Islam yang menghubungkan manusia
dengan Penciptanya serta manusia sesama manusia.
Masjid menjadi lambang akidah umat Islam atas keyakinan tauhid mereka kepada
Allah Swt.
B. Mengukuhkan Persaudaraan
Rasulullah SAW mempersadarakan kaum Muhajirin dan Ansar. Jalinan ini diasaskan
kepada kesatuan cinta kepada Allah serta pegangan akidah tauhid yang sama. Persaudaraan ini
membuktikan kekuatan kaum muslimin melalui pengorbanan yang besar sesama mereka
tanpa membeda – bedakan pangkat, bangsa dan harta.
C. Pembentukan Piagam Madinah
Madinah sebagai sebuah Negara yang menghimpunkan masyarakat Islam dan Yahudi
daripada pelbagai bangsa memerlukan kepada satu perlembagaan khusus yang menjaga
kepentingan semua pihak. Rasulullah Saw telah menyediakan sebuah piagam yang dikenali
sebagai Piagam Madinah untuk membentuk sebuah masyarakat di bawah naungan Islam.
Piagam ini mengandung 32 pasal yang menyentuh segenap aspek kehidupan termasuk akidah,
akhlak, kebajikan, undang-undang, kemasyarakatan, ekonomi dan lain-lain.
Di dalamnya juga terkandung aspek khusus yang mesti dipatuhi oleh kaum Muslimin
seperti tidak mensyirikkan Allah, tolong-menolong sesama mukmin, bertaqwa dan lain-lain.
D. Strategi Ketenteraan
Peperangan merupakan strategi dakwah Rasulullah di Madinah untuk melebarkan
perjuangan Islam ke seluruh pelosok dunia. Strategi ketenteraan Rasulullah Saw disegani oleh
pihak lawan khususnya pihak musyrikin di Mekah dan negara-negara lain.
E. Hubungan Luar
Hubungan luar merupakan orientasi penting bagai melebarkan sayap dakwah. Ini
terbukti melalui tindakan Rasulullah Saw menghantar para dutanya ke negara-negara luar
untuk menjalin hubungan baik berteraskan dakwah tauhid kepada Allah. Negara-negara itu
termasuk Mesir, Iraq, Parsi dan Cina. Sejarah turut merekamkan bahwa Sa’ad Ibn Waqqas
pernah berdakwah ke negeri Cina sekitar tahun 600 hijrah. Sejak itu, Islam bertebaran di
negeri Cina hingga saat ini.
Rasulullah SAW membuat perjanjian persahabatan perdamaian dengan kaum Yahudi
yang berdiam di kota Madinah dan sekitarnya. Tindakan ini belum pernah dilakukan oleh nabi
dan rasul sebelumnya. Isi perjanjiannya sebagai berikut :
a) Kebebasan beragama bagi semua golongan dan masing-masing golongan mempunyai
wewenang penuh terhadap anggits golongannya.
b) Semua lapisan, baik muslim maupun Yahudi harus tolong menolong dan saling mebantu
untuk melawan siapa saja yang memerangi mereka. Semua wajib mempertahankan kota bila
ada serangan dari luar
c) Kota Madinah adalah ota suci yang wajib dihormati oleh mereka yang terikat dengan
perjanjian itu. Apabila terjadi perselisihan antara muslim dan Yahudi, maka urusan itu
diserahkan kepada Allah SWT dan rasul(Al Qur’an dan sunah).
d) Mengakui dan mentaati kesatuan pimpinan untuk kota Madinah yang disetujui dipegang
oleh Nabi Muhammad SAW.

C. Pola Kebudayaan Islam pada Masa Nabi Saw.


Setelah kedatangan Islam yang dibawa oleh Rasulullah Saw. terjadi perubahan besar
dalam kehidupan bangsa Arab khususnya dan dunia pada umumnya. Hal itu terjadi pada
seluruh segi-segi kehidupan bangsa Arab dan dunia. Perubahan tersebut tidak hanya pada segi
agama, tetapi juga segi-segi yang lain, seperti social politik, ekonomi, bangsa, dan ilmu
pengetahuan.
Revolusi Islam yang bersumber dari Al-Qur’an dan Hadist telah membangun suatu
kebudayaan baru yaitu kebudayaan Islam diatas puing-puing kebudayaan Jahiliyah. Pokok-
pokok ajaran Islam yang mempengaruhi kehidupan bangsa Arab dan dunia pada umumnya
ada 3 bagian, yaitu akidah, amal, dan akhlak.
Dalam bidang akidah, bangsa Arab telah dipersatukan dengan ajaran Tauhid yaitu,
kepercayaan, tentang Allah Yang Maha Esa yang mengatur seluruh alam, menguasai segala
sesuatu, tempat berlindung dan meminta pertolongan.
Selain itu, juga kepercayaan terhadap adanya para malaikat, kitab-kitab-Nya, para rasul-
Nya, takdir baik dan buruk serta hari permbalasan.
Islam telah menetapkan lima rukun Islam, yaitu syahadat, salat, zakat, puasa, dan haji.
Dalam hal pembinaan akhlak, Nabi Muhammad Saw. adalah contoh dan suri teladan bagi
umat manusia.
Kedatangan Islam telah mengubah akhlak bangsa Arab dan dunia dari kehidupan dan
moral yang rendah dan tercela, menjadi bangsa yang memiliki budi perkerti yang tinggi.
Ajaran Islam yang di bawa Nabi Muhammad Saw. telah menimbulkan suatu perubahan
besar dan cepat. Dalam tempo hanya seperempat abad, seluruh bangsa Arab telah berubah dari
kehidupan dan adat istiadat jahiliyah dan budi pekerti yang rendah menjadi bangsa yang
berperadaban serta memiliki akhlak yang tinggi. Mereka juga telah berubah dari kehidupan
yang tidak mengenal politik dan tata kenegaraan menjadi bangsa yang sangat disegani bangsa
lain karena ketinggian ilmu dan sangat teratur pemerintahannya. Mereka akhirnya menjadi
bangsa yang besar dan kuat, kukuh mental dan fisik. 10

10
Sugiyono, Perjalanan Sejarah Kebudayaan Islam, ( Solo: PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri, 2014 ), hlm.41
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa Bangsa Arab sebelum


datangnya Islam mempunyai kebudayaan yang baik dan buruk yang telah ada ketika bangsa
Arab mengalami masa kegelapan. Kebudayaan yang buruk terutama dalam segi akhlak dan
agama mereka menyembah berhala, sering melakukan hal-hal yang dilarang oleh Allah
diantaranya minum-minuman keras, berjudi, membunuh anak perempuan yang baru lahir, dan
merendahkan harkat martabat wanita.
Objek dakwah Rasulullah Saw. pada awal kenabian adalah masyarakat Arab Jahiliyah,
atau masyarakat yang masih berada dalam kebodohan. Dalam bidang agama, umumnya
masyarakat Arab waktu itu sudah menyimpang jauh dari ajaran agama tauhid. Masa kenabian
Rasulullah Saw periode Madinah berlangsung selama sepuluh tahun, yakni dari semenjak
tanggal 12 Rabiul Awal tahun pertama hijriah sampai dengan wafatnya Rasulullah Saw,
tanggal 13 Rabiul Awal tahun ke-11 hijriah. Adapaun ajaran Islam periode Madinah,
umumnya ajaran Islam tentang masalah sosial kemasyarakatan.
Revolusi Islam yang bersumber dari Al-Qur’an dan Hadist telah membangun suatu
kebudayaan baru yaitu kebudayaan Islam diatas puing-puing kebudayaan Jahiliyah. Pokok-
pokok ajaran Islam yang mempengaruhi kehidupan bangsa Arab dan dunia pada umumnya
ada 3 bagian, yaitu akidah, amal, dan akhlak.

B. Saran

Dalam makalah ini penulis ingin memberikan saran kepada pembaca agar dapat
memahami bagaimana sejarah peradaban Islam pada masa awal, dimulai dari kehidupan
masyarakat dan kebudayaan bangsa Arab, kenabian Nabi Muhammad di Mekah dan Madinah,
serta pola kebudayaan Islam pada masa Nabi. Semoga dengan makalah ini para pembaca
menambah cakrawala ilmu pengetahuan dan tentunya makin semangat untuk mempelajari
sejarah peradaban Islam. Penulis banyak berharap para pembaca dapat memberikan kritik dan
saran yang membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini dan untuk penulisan
makalah di kesempatan-kesempatan berikutnya.
DAFTAR PUSTAKA

Alkhataeb, Firas. 2016. Sejarah islam yang hilang. Yogyakarta: PT Bentang Pustaka.
Hasan, Ibrahim Hasan. 2002. Sejarah dan Kebudayaan Islam. Jakarta: Kalam Mulia.
http://id.wikipedia.org/wiki/Muhammad diakses pada 13 Februari 2020.
Sugiyono. 2014. Perjalanan Sejarah Kebudayaan Islam. Solo: PT Tiga Serangkai Pustaka
Mandiri.

Anda mungkin juga menyukai