Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

SEJARAH PERADABAN ISLAM


(PERADABAN ARAB PRA ISLAM)

Dosen Pengampu:
Muhammad Muhsin Arumawan M.Pd

Oleh :
Nurul Hanifah (210108110019)
Bella Pramudya Lestari (210108110021)
Uzlifatul Izzah Agfiyah (210108110063)

Jurusan Tadris Matematika


Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim
Malang
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa kita haturkan atas kehadirat Allah SWT yang
senantiasa mencurahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyusun makalah Sejarah Peradaban Islam dengan tema “Peradaban Arab Pra
Islam” untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Sejarah Peradaban Islam.

Sholawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad


SAW atas teladan yang selama ini dicontohkan dan yang kita nantikan syafaatnya
kelak. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Muhammad Muhsin
Arumawan M.Pd selaku dosen pengampu mata kuliah ini.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat sebagaimana mestinya dan


menambah pengetahuan bagi para pembaca. Tentunya dalam makalah ini masih
banyak terdapat kekurangan, oleh karena itu kami sangat mengharapkan kritik dan
saran bagi para pembaca sehingga kami dapat memperbaiki makalah ini menjadi
lebih baik.

Malang, 14 Februari 2022

Penulis,

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN COVER

KATA PENGANTAR............................................................................................ii

DAFTAR ISI.........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1

A. Latar Belakang.............................................................................................1

B. Rumusan Masalah........................................................................................2

C. Tujuan Penulisan..........................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................3

A. Sejarah Peradaban Arab Pra Islam...............................................................3

B. Kondisi Geografis Peradaban Arab Pra Islam.............................................5

C. Kondisi Politik Peradaban Arab Pra Islam..................................................6

D. Kondisi Kepercayaan Peradaban Arab Pra Islam........................................9

E. Kondisi Ekonomi Peradaban Arab Pra Islam............................................11

F. Kondisi Sosial Dan Budaya Peradaban Arab Pra Islam............................12

BAB III PENUTUP..............................................................................................15

A. Kesimpulan................................................................................................15

B. Saran...........................................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................17

iii
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Peradaban Islam merupakan suatu peradaban kemanusiaan terkaya di


dunia. Budaya yang muncul bersamaan dengan agama Islam, mempunyai
sejarah gemilang meski terjadi pasang surut sepanjang sejarah. Banyak
sekali hasilnya dari zaman dahulu sampai sekarang mengenai kebudayaan
Islam yang terus menerus berkembang, misalkan saja dalam sejarah
kehidupan Rasulullah SAW. Yang telah menyebarkan agama Islam di dunia
ini.
Masa sebelum datangnya Islam yang dikenal dengan zaman jahiliyah.
Dalam Islam, periode jahiliyah diangap sebagai suatu kemunduran dalam
kehidupan beragama. Pada saat itu masyarakat Arab jahiliyah memiliki
kebiasaan yang buruk seperti meminum minuman keras, berjudi,
menyembah berhala, mengubur anak perempuan secara hidup-hidup, dan
menyembah berhala. Ketika nabi Muhammad SAW(570 M). Mekkah
merupakan sebuah kota yang sangat penting dan terkenal diantara kota-kota
di Negri Arab, karena tradisinya maupun karena letaknya. Kota ini
melewati jalur perdagangan yang ramai terhubung di Yaman dibagian
selatan dan di Syiria dibagian utara.
Dalam makalah ini, kami akan membahas tentang kondisi Bangsa Arab
sebelum kedatangan agama Islam. Secara terperinci akan dijelaskan pula
tentang sejarah kondisi geografis, politik, kepecayaan, ekonomi, sosial dan
budaya.

1
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan tersebut, rumusan
masalah dari makalah ini adalah:

1. Bagaimana sejarah peradaban Arab pra islam?

2. Bagaimana kondisi geografis peradaban Arab pra islam?

3. Bagaimana kondisi politik peradaban Arab pra islam?

4. Bagaimana kondisi kepercayaan peradaban Arab pra islam?

5. Bagaimana kondisi ekonomi peradaban Arab pra islam?

6. Bagaimana kondisi sosial dan budaya peradaban Arab pra islam?

C. Tujuan Penulisan
Mengacu pada rumusan masalah di atas, makalah ini memiliki tujuan
penulisan untuk mengetahui serta memahami:

1. Sejarah peradaban Arab pra islam

2. Kondisi geografis peradaban Arab pra islam

3. Kondisi politik peradaban Arab pra islam

4. Kondisi kepercayaan peradaban Arab pra islam

5. Kondisi ekonomi peradaban Arab pra islam

6. Kondisi sosial dan budaya peradaban Arab pra islam

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Sejarah Peradaban Arab Pra Islam

Peradaban Arab pra-Islan disebut dengan era jahiliyah atau disebut juga dengan
era kobodohan. Sebutan ini bukan hanya disebabkan kebodohannya dari berbagai
sisi dan tidak beradabnya saja, akan tetapi disebabkan tidak adanya pengetahuan
tentang agama, tata cara bermasyarakat, berpolitik dan juga pengetahuannya
mengenai Esanya Allah SWT. Selain itu dari sisi fisik, manusia zaman itu lebih
sempurna jika sibandingkan orang Eropa dari beberapa bagian organ tubuhnya,
begitu juga dari segi pertanian dan perekonomian yang sudah lebih maju. Selain
dari faktor teologisnya, masyarakat zaman itu juga mempunyai berbagai
karakteristik yang khusus yang membuatnya semakin bodohnya.1
Bangsa Arab sudah mempunyai peradaban yang jauh lebih jauh sebelumnya
datangnya Islam. Beberapa ahli mengatakan bahwasannya aspek peradaban Arab
mencakup pada Agama. Perpolitikan, perekonomian, dan seni budaya. Sejarawan
muslim membagi penduduk Arab menjadi tiga kategori yaitu:
1. Arab Ba’idah(Arab Kuno), yaitu kaum dahulu yang sejarahnya hilang dan
belum dapat dilacak dengan utuh dan terperinci.
2. Arab Aribah(Arab Pribumu), yaitu bangsa Arab yag asalnya dari turunan
Yarup Yasjup bin Qathan, yang dikenal dengan Qathaniyah.
3. Arab Musta’arabah(Arab Pendatang), yaitu bangsa Arab yang asalnya dari
keturunan Ismiliay yang dikenal dengan Arab Adnaniyyah.2

Diantara preseden buruk yang melekat pada Arab pra-Islam adalah kondisi dan
kedudukan wanita yang dipandang sebelah mata. Meskipun ditemukan beberapa
kepala suku wanita di Mekkah, Madinah, Yaman. Akan tetapi jumlah mereka amat
sedikit sekali dimata masyarakat. Wanita tidak ada harganya dan tidak lebih
berharga dari barang dagangan di pasar. Wanita dianggap barang dan hewan ternak
1
Azmar Hidayat, Peradaban Masyarakat Arab Pra Islam Vol. 2, No. 1 (2021)
2
H. P. Azmar Hidayat Vol. 2, No 1 (2021)
3
yang tidak memiliki hak mereka tidak dapat menjadi pewaris suami atau orang tua.
Bangsa Arab pra-islam terkenal dengan tradisi penguburan anak perempuan
secar hidup. Namun perlu dipahami bahwa tradisi tersebut tidak terjadi diseluruh
suku Arab, hanya beberapa suku dan kabilah saja yang menerapkan tradisi tersebut.
Tradisi tersebut dilakukan dengan dasar bahwa anak perempuan merupakan
penyebab kemiskinan dan aib bagi keluarga. Apabilah mereka kalah dalam
peperangan, maka istri dan anak perempuan mereka yang akan dirampas oleh
musuh.
Bangsa Arab juga dikenal hidup dalam kabilah-kabilah, mereka hidup
berdampingan antar kabilah dengan perjanjian damai yang disebut juga dengan Al-
Ahlaf. Kepala kabilah Arab, selain tegas dan keras, terkenal juga dengan
bertanggung jawab, murah hati, menghormati tamu, dan ringan tangan dalam
menolong mereka yang membutuhkan bantuannya.
Bangsa Arab pra-Islam memiliki kemajuan dibidang perekonomian, khususnya
dalam aspek pertanian dan perdangan. Masyarakat Arab telah mengenal dan
menggunakan peralatan pertanian semi-modern seperti alat bajak, cangkul, garu
dan tongkat kayu untuk menanam. Penggunaan hewan ternak sebagai pemawa air
dan penarik bajak. Mereka juga mampu membangun sistem irigasi yang baik,
meskipun bendungan ma”arib yang mereka bangun akhirnya rusak dan tidak
berfungsi. Mereka juga telah menggunakan berbagai macam pupuk alami, seperti
pupuk kandang dan juga penyilangan pohon tertentu untuk bibit unggul.
Disamping pertanian, mereka juga terkenal dalam urusan perdagangan.
Perdagangan yang dilakukan juga tidak terbatas sesama Arab. Kemajuan mereka
dilihat dari kegiatan ekspor dan impor yang telah dilakukan para pedagang Arab
Selatan dan Yaman sejak 200 tahun sebelum lahirnya Islam. Mereka melakukan
ekspor barang-barang seperti dupa, kayu gaharu, minyak wangi, kulir binatang,
buah kismis dan lainnya dan mengimpor bahan bangunan, seperti bulu burung unta,
logam mulia, batu mulia, sutra, gading, rempah-rempah, intam dan sebaginya dari
Afrika, Persia, Asia Selatan dan Cina.
Hal tersebut didukung dengan fakta bahwa Mekkah memiliki peran strategis
karena merupakan jalur persilangan ekonomi internasional, yang menghubungkan
jalur-jalur ke mancanegara. Meskipun demikian beberapa ahli menyebutkan bahwa
kegiatan pertanian dan perdagangan tersebut masih jauh bahkan tidak memiliki roh
atau semangat kemanusiaan sepertikeadilan dan persamaan. Sistem kapitalis dan
4
monopoli telah jauh-jauh dari dijalankan di tannah Arab yang melahirkan
kesenjangan ekonomi yang mencolok antara yang kaya dan yang miskin dan
memperlebar jurang pemisah antara mereka.
Dalam bidang ilmu pengetahuan, bangsa arab telah terkenal dengan karya
sastranya. Pasar-pasar tahunan seperti ukaz, dzul majaz dan mihnah mengadakan
perlombaan rutin dalam syair-syair dan puisi-puisi Arab. Pemenang perlombaan
tersebut mendapat kehormatan dengan ditulisnya sya’irnya dengan tinta emas dan
digantungkan di ka’bah. Mereka juga dianugerahi kelebihan berupa kemampuan
menghafal yang sangat tinggi, khususnya hafalan terhadap sya,ir-sya,ir dan
kronologi sejarah nenek moyang mereka.
Dari segi teologis, bangsa arab juga telah mengenal berbagai macam agama
seperti Paganisme, Kristen, Yahudi, Majusi, dan Agama Tauhid. Konsep agama
Tauhid juga cukup terasa dalam budaya Arab kala itu dengan penyebutan Allah
sebagai Tuhan dan pengkultusan Ka’bah sebagaia Bait Allah dan adanya ritual haji
tiap tahunnya. Namun budaya paganisme terasa lebih kental dalam bangsa Arab
pra-Islam dengan banyaknya petung-patung yang disembah dan diletakkan disekitar
Ka’bah sebagai manifestasi tuhan-tuhan sembahan mereka sedikitnya terdapat 360
buah patung disekeliling Ka’bah yang mewakili tiap-tiap kabilah dan suku tertentu.3

B. Kondisi Geografis Peradaban Arab Pra Islam


Kondisi geografis adalah koondisi yang berkenaan dengan geografi. Geografi
adalah ilmu tentang permukaan bumi, iklim, penduduk, flora dan fauna, serta hasil
yang diperoleh dari bumi. Dari segi teminologi, Arab artinyan padang pasir, tanah
yang gundul, dan gersang tidak mempunyai tanaman dan air.
Bangsa Arab bertempat tinggal dan mendiami simenanjung terbesar di dunia,
yaitu simenanjung Arabia. Terletak di Asia barat dayaa yan luasnya 1.027.000 mil
persegi,sebagian besar ditutupi padang pasir dan merupakan salah satu tempat
terpanas di dunia. Tidak terdapat sungai yang dapat dilayari atau airnya yang terus
menerus mengalir ke laut, yang ada hanya lembah-lembah yang digenangi air di
waktu musim saja.4
Jazirah Arab sendiri dibatasi dari gurun sinai juga laut merah dibagian
baratnya, untuk bagian timurnya berbatasan dengan teluk Arab dan sebagin

3
Yahya Vol. 16 No.1, Juni 2019
4
Dr. H. Syamruddin Nasution 2013
5
besarnya dengan negara Irak bagian selatannya, bagian utaranya dibatasi oleh laut
Arab yang disambungkan dengan laut India, dibagian utarannya dibatasi negeri
Syam dan sebagian kecilnya dengan Irak, meskipun kemungkinan terdapat
beberapa yang membedakan untuk menentukan perbatasannya.
Jaziarah Arab mempunyai peran yang penting dikarenakan letak geografisnya.
Selain itu diperhatikan melalui kondisi internalnya, lokasi ini dikelilingi gurun pasir
disegal sudut,. Disebabkan kondinya yang mnjadikan Jazirah Arab menyerupai
benteng pertahanan kuat dan kokoh, seolah-olah tidak mengizinkan bangsa lain
untk menjajahnya, ataupunmenguasai tanah airnya. Maka dapat terlihat
nasyarakatnya yang hidupnya dengan kebebasan dan kemerdekaan dari seluruh
urusan hal ini sudah terjadi sejak dulu.
Selain itu hubungannya dengan luar Arab terletaknya pada benua yang telah
diketahui dari dulu, yang mengaitkan antara lautannya kepada daratan. Bagian
baratnya adalah pintu masuk ke benua Eropa, sedangkan bagian timurnya adalah
gerbang untuk bangsa non-Arab, timur tengag, terus terbentang ke China dan India.
Masing-masing benya dipertemukan lautnya kepada Arab dan ketika kapal berlayar
nantinya bersandarnya di Arab pula.
Disebabkan letak geografis Arab, bagian selatan dan utaranya ditetapkan
sebagai tempat berlabuhnya banyak bangsa untuk salimg menukar perniagaan,
kesenian, keagamaan, dan juga peradaban.5

C. Kondisi Politik Peradaban Arab Pra Islam


Politik dan Pemerintahan Terdapat dua Negara adi kuasa di masa Jahiliyah,
yaitu kerajaan Bizantium Romawi di barat dan kerajaan Persia di timur. Selama
zaman Jahiliyah, seluruh Simenanjung Arabia, menikmati kemerdekaan penuh,
kecuali daerah utara (Palestina, Libanon, Yordania dan Syam) berada dibawah
kekuasaan Bizantium dan Irak berada di bawah kekuasaan Persia. Mungkin karena
kegersangannya, dua negara adi kuasa Bizantium dan Persia tidak tertarik menjajah
Arab, kecuali daerah utara yang tunduk di bawah kekuasaan mereka. Di kalangan
orang Arab Badwi tidak ada pemerintahan.
Kesatuan politik mereka bukanlah bangsa, tetapi suku yang dipimpin kepala
suku yang disebut Syaikh. Mereka sangat menekankan hubungan kesukuan
sehingga kesetiaan atau solidaritas kelompok menjadi sumber kekuatan bagi suatu
5
Azmar Hidayat Vol. 2, No. 1 (2021)
6
kabilah atau suku. Bagi masing-masing suku terdapat seorang pemimpin (Syaikh).
Dalam memilihpemimpin kriteria yang dipakai adalah pemberani, pemurah, cerdas,
arief dan bijaksana. Karena tidak adanya pemerintahan pusat hubungan antar suku
selalu dalam konflik. Peperangan antara suku sering terjadi. Hal-hal yang sepele
bisa menimbulkan peperangan. Misalnya terkenal peperangan yang terjadi antara
Bani Bakr dan Bani Taghlib yang berlangsung selama 40 tahun, disebut perang
Basus. Terjadi hanya karena Unta milik anggota salah satu suku dilukai oleh
anggota suku lainnya. Dunia Arab ketika itu merupakan kancah peperangan yang
terjadi terus-menerus. Meskipun masyarakat Badwi mempunyai pemimpin, namun
mereka hanya tunduk kepada Syaikh itu dalam hal yang berkaitan dengan
peperangan, pembagian harta rampasan dan pertempuran tertentu. Di luar itu,
Syaikh tidak berkuasa mengatur anggota kabilahnya. Akibat peperangan terus-
menerus, kebudayaan mereka tidak berkembang, kerana itu bahan-bahan sejarah
Arab pra Islam sangat langka didapatkan di dunia Arab. Sejarah mereka hanya
dapat diketahui dari masa kira-kira 150 tahun menjelang lahirnya agama Islam. 6
Meskipun begitu hampir seluruh penduduk Arab adalah penyair. Maka tidak
mengherankan bila seni sastra, terutama puisi sangat berkembang. Para penyair
memiliki kedudukan terhormat di kalangan sukunya. Melalui puisipuisi merekalah,
sejarah bangsa Arab sebelum Islam dapat ditelusuri. Karena para penyair itu selain
pemberi nasehat dan juru bicara suku, dia juga ahli sejarah dan intelektual
sukunya.7
Tetapi di kalangan bangsa Arab penetap sudah ada pemerintahan. Pusat
pemerintahan mereka adalah kota Makkah. Sudah banyak suku-suku yang pernah
memerintah di Makkah. Mereka itu adalah suku Amaliqah, suku Bani Jurhum,
Suku Bani Khuza’ah dan suku Quraisy. Suku Amaliqah berkuasa di Makkah
sebelum Nabi Isma’il datang ke situ. Mereka dikalahkan dan diusir oleh suku
Jurhum dari Makkah. Ketika suku Jurhum berkuasa Nabi Isma’il datang ke
Makkah. Pernikahan Nabi Isma’il dengan salah satu anak gadis suku Jurhum
menurunkan keturunan Adnan. Urusan pemerintahan kemudian dibagi dua.
Masalahmasalah politik dan perang dipegang orang-orang Jurhum, sedangkan
masalah keagamaan dan kepengurusan Ka’bah diserahkan kepada Nabi Isma’il.
Pada saat banu Jurhum berkuasa di Makkah, banu Khuza’ah datang ke Makkah dari

6
Ahmad Syalabi, Sejarah dan Kebudayaan Islam, J. 1 (Jakarta: Pustaka Al-Husna, 1983), hal. 29.
7
K.Ali A., Study of Islamic History (Delhi: Idarah Adabiyah Delhi, 1980), hal. 19.
7
Saba’ Arabia selatan. Ketika banu Jurhum tenggelan dalam kenikmatan hidup
dimanfaatkan suku Khuza’ah untuk merebut kekuasaan dari tangan banu Jurhum.
Terpaksa banu Jurhum meninggalkan Makkah bersama-sama dengan anak-anak
Nabi Isma’il. Kini kekuasaan berpindah dari tangan banu Jurhum ke tangan banu
Khuza’ah, terjadi kira-kira tahun 207 SM. Sebelum banu Jurhum meninggalkan
Makkah terlebih dahulu mereka memasukkan pusaka-pusaka kraton ke dalam
sumur zam-zam dan ditimbun dengan tanah dan kelak sumur zam-zam ini baru
dapat digali kembali dikemudian hari pada masa pemerintahan Abdul Muththalib
(kakek Nabi Muhammad s.a.w.) Kekuasaan politik kemudian dapat direbut dan
berpindah kembali ke suku Jurhum keturunan Adnan di bawah pimpinan Qushai.
Sejak Qushai memegang tampuk pemerintahan beliau menata kembali kehidupan di
Makkah baik dalam bangunan fisik maupun mengatur kehidupan masyarakat,
termasuk bangunan Ka’bah yang sudah tua diperbaharuinya dan di samping Ka’bah
dibangun “Darun Nadwah” untuk empat permusyawaratan dan penyelenggaraan
pemerintahan.
Suku keturunan Adnan inilah yang kemudian mengatur urusan-urusan politik
dan urusan-urusan yang berhubungan dengan Ka’bah. Semenjak itu, suku Quraisy
menjadi suku yang mendominasi kehidupan masyarakat Arab. Ada sepuluh jabatan
tinggi yang dibagi-bagikan kepada kabilah-kabilah asal suku Quraisy ini. Di
antaranya adalah
(1) Hijabah, penjaga kunci-kunci ka’bah,
(2) Siqayah, pengawas mata air zam-zam untuk dipergunakan oleh para
penziarah
(3) Diyat, kekuasaan hakim sipil dan kriminal,
(4) Sifarah, pengurus pajak untuk orang miskin,
(5) Nadwah, jabatan ketua dewan,
(6) Khaimunah, pengurus balai musyawarah,
(7) Khazinah, jabatan adminstrasi keuangan, dan
(8) Azlam, penjaga panah peramal untuk mengetahui pendapat dewadewa.
Dalam pada itu sudah menjadi kebiasaan bahwa anggota yang tertua mempunyai
pengaruh paling besar dan memakai gelar Rais.8

D. Kondisi Kepercayaan Peradaban Arab Pra Islam

8
Syed Amir Ali, Api Islam (Jakarta: Bulan Bintang, 1978) hal. 97-99.
8
Agama Dan Kepercayaan Mayoritas penduduk Jazirah Arab di masa Jahiliyah
menyembah berhala, sedangkan minoritas di antara mereka ada orang Yahudi di
Yatsrib, orang Kristen Najran di Arabia Selatan dan sedikit yang beragama Hanif di
Makkah. Agama berhala dibawa pertama kali dari Syam ke Makkah oleh ‘Amru
bin Luhay, dan diterima sebagai agama baru oleh Bani Khuza’ah, satu keturunan
dengan ‘Amru, di saat itu pemegang kendali Ka’bah. Kemudian agama berhala ini
berkembang pesat sehingga menjadi agama mayoritas penduduk kota Makkah. 9
Setiap kabilah mempunyai berhala sendiri. Jenis dan bentuk berhala bermacam-
macam, tergantung pada persepsi mereka tentang tuhannya. Berhala-berhala
tersebut dipusatkan mereka di Ka’bah. Orang Quraisy sebagai penguasa terakhir
untuk Ka’bah memiliki beberapa berhala, yang terbesar di antaranya adalah Hubal.
Tercatat, bahwa Hubal adalah patung yang palingdiagungkan. Terbuat dari batu
aqiq berwarna merah dan berbentuk manusia. 10 Tiga berhala terkenal lainnya Pada
saat itu, seperti :
1. Manat, mereka tempatkan di Musyallal di tepi laut merah dekat Qudaid.
2. Lata, mereka tempatkan di Tha’if.
3. Uzza, mereka tempatkan di Wady Nakhlah.
Setelah itu, kemusyrikan semakin merebak dan berhala-berhala yang lebih
kecil bertebaran di setiap tempat di Hijaz. Yang menjadi fenomena terbesar dari
kemusyrikan bangsa Arab kala itu yakni mereka menganggap dirinya berada pada
agama Ibrahim.
Ada beberapa contoh tradisi dan penyembahan berhala yang mereka lakukan,
seperti :
1. Mereka mengelilingi berhala dan mendatanginya, berkomatkamit di
hadapannya, meminta pertolongan tatkala kesulitan, berdo’a untuk memenuhi
kebutuhan, dengan penuh keyakinan bahwa berhala-berhala itu bisa
memberikan syafaat di sisi Allah dan mewujudkan apa yang mereka
kehendaki.
2. Mereka menunaikan Haji dan Thawaf di sekeliling berhala, merunduk dan
bersujud di hadapannya.
3. Mereka mengorbankan hewan sembelihan demi berhala dan menyebut
namanya.

9
Hasan Ibrahim Hasan, Sejarah dan Kebudayaan Islam, c. 2, j.1 (Jakarta: Kalam Mulia, 2006), hal. 123
10
Ibid., hal. 123
9
Berhala-berhala itu mereka jadikan tempat menanyakan dan mengetahui nasib
baik dan nasib buruk. Dengan demikian, Ka’bah yang dibangun Nabi Ibrahim dan
anaknya Isma’il menjadi berubah fungsi, dulu sebagai tempat beribadah bagi agama
hanif, kini orang Arab dari berbagai penjuru setiap tahun datang berkunjung ke
Makkah, seperti yang diajarkan Nabi Ibrahim, tetapi untuk menyembah berhala
yang mereka tempatkan di situ. Agama Yahudi dibawa masuk ke semenanjung
Arabia oleh orang Israel dari Palestina. Mereka menetap di Yaman, Khaibar dan
Yatsrib. Karena pengaruh merekalah orang-orang Arab, suku Aus dan Khazraj
bergegas masuk Islam menyongsong Nabi ke Makkah. Sebab antara mereka selalu
terjadi percekcokan dan perselisihan. Agama Kristen dianut suku-suku yang
terdapat di sebelah utara Jazirah Arab yang dikembangkan pendetapendeta kerajaan
Bizantium. Di Yaman, sebelah selatan Jazirah Arab terutama Najran terdapat
penduduk Arab beragama Kristen. Agama Kristen di sebelah selatan ini datang dari
kerajaan Habsyi (Ethiopia)
Sementara itu, terdapat perorangan yang meninggalkan penyembahan berhala
serta kebiasaan jahiliyah lainnya, serta percaya akan adanya Tuhan Yang Maha Esa
serta hari berbangkit. Di antaranya Waraqah ibn Nanfal, seorang tua yang hafal
Injil, yang percaya bahwa Muhammad adalah Nabi yang disebut dalam kitab suci
itu. Di kalangan orang Badwi, mereka menyembah pohon, bulan dan bintang, sebab
menurut mereka kehidupan mereka diatur oleh bulan dan bintang bukan matahari,
bahkan matahari menurut mereka merusak tanaman dan ternak mereka. Semua
gambaran agama dan kebiasaan ini adalah syirik dan penyembahan terhadap
berhala menjadi kegiatan sehari-hari, keyakinan terhadap khayalan dan khurafat
selalu menyelimuti kehidupan mereka. Begitulah agama dan kebiasaan mayoritas
bangsa Arab masa itu. Sementara sebelum itu sudah ada agama Yahudi, Masehi,
Majusi, dan Shabi’ah yang masuk ke dalam masyarakat Arab, tetapi itu hanya
sebagian kecil dianut oleh penduduk Arab, karena kemusyrikan dan penyesatan
aqidah terlalu berkembang pesat.

10
E. Kondisi Ekonomi Peradaban Arab Pra Islam
Dilihat dari kondisi geografis bangsa Arab terbagi menjadi dua bagian, yaitu
yang pertama adalan daerah pedalaman di padang pasir yang biasa disebut suku
badui dan yang kedua adalah daerah perkotaan pesisir pantai. Masyarakat Arab
yang tinggal di pedalaman memiliki kebiasaan yang berpindah-pindah tempat untuk
mendapatkan mata air dan padang rumput dikarenakan keadaan daerahnya yang
berupa padang pasir. Mata pencaharian penduduk pedalaman pun memelihara
ternak unta, domba, dan kuda serta berburu. Sedangkan masyarakat Arab yang
tinggal di perkotaan mereka menetap di tempat tinggal mereka dan mereka lebih
berbudaya dan berkembang dibandingkan Arab badui. Mata pencaharian penduduk
Arab di kota adalah pertanian, kerajinan dan perdagangan.
Perbedaan antara kedua penduduk tersebut menyebabkan adanya aksi dan
reaksi antara penduduk badui dan penduduk kota yang dimotivasi oleh desakan
kuat untuk memenuhi kebutuhan pribadi. Penduduk badui bersikeras untuk
mendapatkan makanan pokok dan sesuatu yang tidak mereka miliki kepada
penduduk kota. Mereka terkadang mengambilnya secara barter (baik-baik) ataupun
dengan kekerasan seperti merampok. Gurun pasir yang merupakan daerah operasi
mereka sebagai perampok, memiliki kesamaan karakteristik dengan laut.11
Kondisi ekonomi peradaban Arab pra islam menjelang Rosulullah lahir
dianggap sudah cukup baik. Dimana perdagangan menjadi unsur yang sangat
penting dalam perekonomian masyarakat Arab pra islam. Pada masa
pemerintahan Saba’ dan Himyar di Jazirah Arab selatan, kegiatan perdagangan
orang Arab meliputi darat dan laut. Kegiatan perdagangan di laut mereka pergi ke
India, Tiongkok dan Sumatra, dan kegiatan perdagangan di darat ialah di Jazirah
Arab.12
Namun setelah bangsa Habsyi dan bangsa Persia menjajah Yaman,
perdagangan di laut dikuasai oleh mereka, sedangkan perdagangan darat
berpindah ke tangan orang Mekkah. Adapun beberapa faktor yang menyebabkan
Mekkah berkembang dalam bidang perdagangannya antara lain:
1. Banyak orang Yaman yang kembali pulang ke Yaman sedang
mereka berpengalaman dalam perdagangan.
2. Bangunan Ka’bah yang ada di Mekkah setiap tahunnya pasti banyak

11
Philip K. Hitti, History of the Arabs, hal 28
12
Ahmad Syalabi, op.cit., hal. 52
11
jama’ah haji yang datang ke sana sebagai pusat kegiatan agama
sehingga menjadikan Mekkah menjadi kota yang masyhur dan
menjadi jalur perdagangan internasional.13
3. Letak Kota Mekkah berada di tengah-tengah tanah Arab antara utara
dan selatan.
4. Daerahnya yang gersang membuat penduduknya senang merantau
untuk berdagang.14
Adapun empat tempat perdagangan orang Quraisy, yaitu ke utara dan
selatan, mereka pergi ke Syam dan Yaman, kemudian ke barat dan timur mereka
pergi ke Habsy dan Persia. Sedangkan pusat perdagangan mereka adalah di
Mekkah. Dalam melakukan perjalanan dagang orang Quraisy mendapatkan
keamanan dari empat putra Abd Al-Manaf yaitu Hasyim ke Syam, Abd Syam ke
Habsyi, Abd Mutholib ke Yaman dan Nufal ke Persia.
Dalam pemerintahan Hasyim bin Abdi Manaf bin Qushai Mekkah menjadi
kota perdagangan yang sangat maju dikarenakan kecakapannya sebagai tokoh
negarawan. Dia telah melakukan banyak usaha-usaha untuk mengembangkan
pemerintahan Quraisy. Diantaranya mengadakan persetujuan-persetujuan dagang
dengan negara tetangga, seperti Ghissani dan Bizantium, juga membuka jalur
perdagangan baru dan membentuk dua qobilah dagang yang dikirim. 15 Masing-
masing ke Yaman pada musim dingin dan ke Syiria pada musim panas. (Q.S Al-
Quraisy)

F. Kondisi Sosial dan Budaya Peradaban Arab Pra Islam


Kondisi geografis Jazirah Arab yang gersang dan tandus berpengaruh dalam
bentuk fisik dan karakter mereka. Dalam bentuk fisik penduduk Arab terkenal
dengan orang yang bertubuh kekar, kuat, dan memiliki daya tahan tubuh yang
tangguh. Namun dalam sifat atau karakter mereka memiliki watak yang positif dan
negatif. Dalam sikap positifnya penduduk Arab dikenal sebagai orang yang
dermawan, karena dengan kedermawanan itu mereka diberi kemuliaan dikagumi
dan dihargai. Maka dari itu motif dari kedermawanan itu hanya untuk dihargai dan
dikagumi bukan untuk kebaikan. Adapun sikap positif lainnya yaitu sifat berani dan

13
Montgomery Watt, Muhammad at Mecca, 1956, Oxford: Oxford University Press, hal. 2-3
14
Ahmad Syalabi, op.cit., hal. 53
15
Syamruddin Nasution, Sejarah Bangsa Arab Sebelum Islam (Pekanbaru, Yayasan Pusaka Riau, 2013) hal
24-25
12
kepahlawanan, hal itu hal yang sangat mutlak dibutuhkan sebagai penduduk yang
mempertahankan hidupnya di padang pasir yang tandus dan gersang. Keberanian
merupakan unsur yang paling tinggi di kalangan mereka untuk dapat
mempertahankan kehormatan suku. Sebab suku yang penakut akan menjadi mangsa
bagi suku yang pemberani. Selain itu sikap negatif dari bangsa Arab yaitu
berperang baik antar suku maupun antar daerah demi mempertahankan hidupnya.
Selain itu mereka memiliki sifat sombong, angkuh dan merasa paling hebat, darah
di kalangan masyarakat mempunyai nilai yang sangat tinggi karena jika ada salah
satu anggota suku yang tumpah darahnya maka seluruh anggota suku tersebut
menuntut pembalasan. Sifat negatif yang lainnya yaitu mereka suka mabuk dan
berjudi dengan itu akan menunjukkan kekayaannya sedangkan bagi orang yang
miskin itu sebagai tempat pelarian menghilangkan masalah hidupnya.
Bangsa Arab sebelum islam datang dikenal dengan bangsa jahiliyah. Jahiliyah
yang dimaksud di sini adalah bukan buta huruf melainkan bodoh yang dimaksud
adalah rendahnya tauhid dan moral yang sangat buruk pada masa itu. Di mana
sebagian besar penduduknya menyembah berhala, melakukan pembunuhan, mabuk,
perjudian dan perzinahan menjadi hal yang sangat biasa. Wanita pada zaman
tersebut dipandang sangat rendah derajatnya hingga sebagian besar dari mereka jika
mempunyai anak perempuan maka mereka kubur hidup-hidup bayinya. Seorang
wanita pada zaman itu juga tidak mempunyai hak waris baik dari suami, kelurga
ataupun yang lainnya. Hal itu dikarenakan derajat wanita dipandang sangat rendah
tidak memiliki hak apapun karena dianggap tidak memiliki peran penting.
Hubungan antara laki-laki dan perempuan di Arab sebelum datangnya islam
pun sangat bebas tidak mengenal batasan dan di luar dari kewajaran, seperti :
1. Pernikahan secara spontan, artinya seorang laki-laki jika ingin menikahi
seorang wanita hanya perlu bilang ke walinya dan membawa mas kawin
seketika itu juga setelah itu dapat menikahinya.
2. Seorang laki-laki datang ke wanita-wanita pelacur sesuai kehendaknya
3. Seorang wanita dapat berhubungan dengan lebih dari satu laki-laki
(poliandri)
4. Pernikahan Istibdha’, seorang laki-laki menyuruh istrinya berhubungan
dengan laki-laki lain dengan harapan dapat memperoleh keturunan dan suami
dapat mengambil istrinya kapanpun dia mau. 16 Begitupun sebaliknya seorang
16
Siti Zubaidah, Sejarah Arab Pra Islam (Medan, Perdana Publishing, 2016) hal 11
13
wanita memperbolehkan suaminya berhubungan dengan wanita lain untuk
memperoleh keturunan
5. Seorang laki-laki dapat menikah dengan berapapun wanita yang mereka
sukai dan menceraikannya kapan pun dia mau.
6. Ibu tiri (janda) kawin dengan anak tirinya, baik seorang istri itu dicerai
ataupun ditinggal mati suaminya
7. Saudara laki-laki terkadang juga mengawini saudara perempuannya.17

Kebudayaan bangsa Arab sebelum islam tidak memiliki perkembangan


diakibatkan oleh banyaknya perang yang terjadi antar suku di masa itu. Oleh sebab
itu jarang ditemukan bahan sejarah Arab pra islam. Namun dengan adanya perang
juga membuat penduduk kota di Arab berkarya membuat alat-alat dari besi bahkan
sampai mendirikan kerajaan-kerajaan. Ahmad Shalabi menyebutkan sejarah
mereka hanya dapat diketahui dari masa kira-kira 150 tahun menjelang lahirnya
agama islam.18 Pengetahuan itu diperoleh dari syair-syair yang beredar di kalangan
para perawi syair. Dengan itulah sejarah dan kondisi Arab pra islam dapat
diketahui. Bangsa Arab dikenal dengan ciri khas kefasihan lidahnya, pengetahuan
tentang senjata, dan kemahiran menunggang kuda. Ciri khas kefasihan lidah ini
yang mengantarkan para penduduk senang akan seni sastra, terutama syair dan puisi
yang sangat berkembang pesat saat itu.
Penyair memiliki kedudukan yang sangat tinggi dan terhormat di kalangan
sukunya yaitu sebagai penasihat dan juru bicara sukunya. Penyair di sini memiliki
peranan yang sangat besar dan penting dengan adanya syair sejarah bangsa Arab
dapat diketahui. Syair merupakan seni yang sangat diunggulkan bagi bangsa Arab.
Tidak heran jika penduduk Arab senang berkumpul di suatu tempat untuk
mendengarkan syair-syair mereka baik itu di pasar maupun dalam satu kafilah.
Adapun pasar yang menjadi tempat berkumpulnya para penyair antara lain yaitu
pasar Ukaz, pasar Majinnah dan pasar Zul Majaz

17
Syamruddin Nasution, Sejarah Bangsa Arab Sebelum Islam (Pekanbaru, Yayasan Pusaka Riau, 2013) hal
26
18
Ahmad Syalabi, Sejarah dan Kebudayaan Islam, J. 1 (Jakarta: Pustaka Al-Husna, 1983), hal. 29.
14
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Sejarah peradaban Arab pra islam sudah dimulai jauh sebelum
datangnya islam. Sejarawan muslim membagi bangsa Arab menjadi tiga
kategori, yaitu: Arab ba’idah (Arab kuno), Arab aribah (Arab Pribumi) dan
Arab musta’arabah (Arab Pendatang). Zaman peradaban Arab sebelum
islam Arab dikenal dengan zaman jahiliyyah rendahnya tauhid yang
menyebabkan buruknya moral kaum di zaman tersebut. Sebagian
penduduknya menyembah berhala, banyak terjadi pembunuhan dan
perzinahan, mabuk dan judi pun sudah menjadi kebiasaan. Wanita pada
zaman tersebut derajatnya sangat rendah bahkan ada beberapa dari mereka
ketika memiliki anak perempuan mereka kubur hidup-hidup bayi tersebut.
Namun tidak semua penduduknya memiliki moral yang sangat rendah.
Kondisi geografis bangsa Arab terbagi menjadi dua yaitu daerah
padang pasir yang dikenal dengan penduduk pedalaman (badui) dan di
daerah pesisir pantai dikenal degan penduduk perkotaan. Dikarenakan
perbedaan letak geografis mata pencaharian mereka pun berbeda orang
badui biasanya menggembala ternak dan orang perkotaan mata
pencahariannya adalah berdagang. Sistem politik di Arab sebelum islam
bukanlah bangsa melainkan suku yang dipimpin oleh kepala suku (Syekh).
Peradaban Arab sebelum islam berkembang sebuah seni sastra berupa syair
dimana kedudukan penyair sangat dihargai dan dihormati di kalangan
mereka.

15
B. Saran

Berdasarkan makalah yang telah kami susun mengenai Peradaban Arab


Pra Islam, kami sebagai penulis menyadari bahwa makalah ini banyak sekali
kesalahan dan sangat jauh dari kesempurnaan. Kami berharap semoga
makalah ini dapat memberi tambahan materi serta wawasan bagi para
pembaca.

16
DAFTAR PUSTAKA

Ali, Syed Amir. 1978. Api Islam. Jakarta: Bulan Bintang


Hasan, Ibrahim. 2006 Sejarah dan Kebudayaan Islam. Jakarta: Kalam Mulia
Hitti, Philip K. 2010. History of The Arabs, terj. R. Cecep Lukman Yasin dan Dedi
Slamet
Nasution, Syamruddin. 2013. Sejarah Peradaban Islam. Pekanbaru: Yayasan
Pustaka Riau
Riadi. Jakarta: Serambi Ilmu Semesta
Shalabi, Ahmad. 1983. Sejarah dan Kebudayaan Islam, buku I, terj. M. Sanusi
Latief. Jakarta: Pustaka Al-Husna
Syalaby, Ahmad. Mausu’ah al-Tharikh al-Islamiyi wa al-Hadharah al-Islamiyah,
Juz 1
Watt, Montgomery. 1956. Muhammad at Mecca. Oxford: Oxford University Press
Hidayat, Azmar dkk. 2021. Jurnal Pendidikan Islam. Medan: Copyright
Kurnia, Yuangga Yahya. 2019. Jurnal Peradaban Islam. Ponorogo: Al-Tsaqafa
Zubaidah, Siti. 2016. Sejarah Peradaban Islam. Medan: Perdana Publishing

17

Anda mungkin juga menyukai