Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH

STUDI AL QUR’AN DAN HADITS

PERADABAN ARAB DAN BARAT SEBELUM ISLAM

Dosen Pembimbing : DR. H. Shofwan Anwar Abdur Rauf, M.A.

Disusun Oleh:
Kelik Wardiyono
NIM 184031046

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SURAKARTA


PROGRAM MAGISTER PENDIDIKAN ISLAM
SURAKARTA

1
2019
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ................................................................................................... 2


BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 3
A. Latar Belakang Masalah................................................................. 3
B. Rumusan Masalah........................................................................... 4
C. Tujuan ............................................................................................ 4
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................. 3
A. Peradaban Arab Sebelum Islam...................................................... 5
1. Definisi Peradaban Arab........................................................... 5
2. Kondisi Kehidupan Agama....................................................... 8
3. Kondisi Politik.......................................................................... 11
4. Kondisi Ekonomi...................................................................... 12
5. Kondisi Sosial Masyarakat....................................................... 13
B. Peradaban Barat Sebelum Islam..................................................... 16
1. Definisi Peradaban Barat ......................................................... 16
2. Kondisi Kehidupan Agama....................................................... 17
3. Kondisi Politik.......................................................................... 20
4. Kondisi Ekonomi...................................................................... 21
5. Kondisi Sosial Masyarakat....................................................... 22
BAB III PENUTUP.......................................................................................... 26
A. Kesimpulan.................................................................................. 26
B. Penutup........................................................................................ 27

DAFTAR PUSTAKA

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Alloh menurunkan Islam kepada Nabi Muhammad saw sebagai agama
bagi seluruh bangsa dan rahmat bagi semesta alam. Masa sebelum Islam,
dunia sudah melalui berbagai macam peradaban baik di dunia barat maupun di
dunia timur. Peradaban Barat direpresentasikan oleh peradaban Yunani dan
Romawi, sedangkan Peradaban Timur direpresentasikan dengan peradaban
Mesir, Mesopotamia dan Persia. Sebelum Islam datang, Peradaban Romawi
dan Peradaban Persia adalah dua superpower dunia yang menentukan jalannya
sejarah, di sisi lain Islam diturunkan Alloh swt di Jazirah Arab yang saat itu
tidak mendapat perhatian dunia dengan semestinya.
Seorang filsuf dan negarawan Irlandia, sebagaimana dikutip Muhammad
Mojlum Khan menyatakan bahwa seseorang tidak dapat melihat masa depan
anak keturunannya tanpa melihat latar belakang nenek moyang mereka.
Novelis kenamaan Inggris, Aldous Huxley menulis bahwa orang-orang tidak
banyak mempelajari sejarah, padahal yang diajarkan sejarah merupakan hal
terpenting dari semua pelajaran.1 Bapak Filsafat Sejarah, Abdurrahman Bin
Khaldun dalam karyanya Muqaddimah fi al Tarikh menulis bahwa sejarah
merupakan disiplin ilmu yang memiliki sejumlah besar pendekatan yang
digunakan dalam berbagai aspek dengan tujuan yang berbeda-beda, sejarah
membuat kita mengenal keadaan bangsa-bangsa terdahulu yang mereflesikan
karakter kebangsaan mereka. Sejarah juga membuat kita mengenal hidup para
nabi dengan kerajaan-kerajaan serta kebijakan-kebijakan para penguasanya.
Dalam perspektif Islam, sebagaimana disampaikan Muhammad Mojlum
Khan, sejarah bukan semata-mata rangkaian sejumlah peristiwa, juga bukan
wilayah bermain-main bagi orang-orang atau pribadi yang berpengaruh,
1
Muhammad Mojlum Khan, 100 Muslim Paling Berpengaruh Sepanjang Sejarah,
(Jakarta: Noura Books, 2008), hlm. xi.

3
melainkan mencakup keduanya atau lebih. Pendekatan sejarah Al Qur’an
adalah pendekatan yang integratif, holistik dan komprehensif yaitu dia
mengakui peran yang dimainkan oleh pribadi kreatif -sebagaimana dikatakan
Sir Arnold J. Toynbee-, penyebab alam atau fenomena dan juga intervensi
Ilahi secara langsung.2
Kemajuan peradaban barat di satu sisi dan kemunduran peradaban Islam
di sisi lain pada saat ini dalam ilmu pengetahuan dan teknologi tidak terlepas
dari rentetan peristiwa yang sambung-menyambung dalam sejarah dunia. Hal
demikian karena tidak ada satu pun peristiwa di dunia yang terlepas dari
konteks historis dengan peristiwa-peristiwa sebelumnya. Artinya, antara satu
peristiwa dengan peristiwa lainnya terdapat hubungan yang erat dalam
berbagai aspek kehidupan, termasuk hubungan Islam dengan situasi dan
kondisi Arab pra Islam. Keadaan agama, politik, ekonomi dan sosial
masyarakat yang terjadi di peradaban arab maupun peradaban barat sebelum
Islam lahir adalah sesuatu yang perlu dikaji, agar umat Islam menemukan
kembali faktor-faktor yang menjadikan peradaban Islam sebagai pemimpin
peradaban dunia di masa yang akan datang.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana keadaan agama, politik, ekonomi dan sosial masyarakat pada
peradaban Arab sebelum islam?
2. Bagaimana keadaan agama, politik, ekonomi dan sosial masyarakat pada
peradaban barat sebelum islam?
C. Tujuan
1. Mengetahui keadaan agama, politik, ekonomi dan sosial masyarakat pada
peradaban Arab sebelum islam.
2. Mengetahui keadaan agama, politik, ekonomi dan sosial masyarakat pada
peradaban barat sebelum islam.

2
Ibid., hlm xiii.

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Peradaban Arab Sebelum Islam


1. Definisi Peradaban Arab
Peradaban menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, sebagaimana
dikutip oleh J. Suyuthi Pulungan, berasal dari kata adab yang berarti
sopan, kesopanan, kehalusan dan kebaikan budi pekerti(tingkah laku).3
Kata itu diberi awalan per- dan akhiran -an sehingga menjadi peradaban
yang mempunyai dua makna yaitu 1) kemajuan (kecerdasan dan
kebudayaan) lahir batin dan 2) hal yang menyangkut sopan santun, budi
bahasa dan kebudayaan suatu bangsa.4 Peradaban berarti kemajuan dan
kecerdasan yang ada pada suatu bangsa.
Kata Arab menurut bahasa, sebagaimana disampaikan
Shafiyyurahman al Mubarakfury artinya padang pasir, tanah gundul dan
gersang yang tiada air dan tanamannya.5 Definisi Arab menurut Jawwad
Ali, setelah melakukan penelitian terhadap teks Assyiria, teks bersejarah
kuno yang sampai pada tangan ahli sejarah, menemukan kata dalam
bahasa Samiyah yaitu ‘a-ra-ba atau ‘arab yang bermakna kehidupan
primitiv-nomadis.6 Mengacu pada definisi ini, wilayah arab sesungguhnya
adalah wilayah pedalaman, yang penduduknya oleh bangsa Assyiria dan
sesudahnya disebut a’rab, sedangkan pedalamannya disebut dengan
arabeae dan arabae atau sejenis itu. Wilayah yang dimaksud adalah
wilayah jazirah arab yang memanjang dari pedalaman Syam hingga ujung
di dekat Sungai Eufrat di Wilayah Syam.7 Syed Ameer Ali menyebut tanah

3
J. Suyuthi Pulungan, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: Amzah, 2018), hlm. 12.
4
W.J.S. Purwadarminto, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1999),
hlm. 15-16.
5
Syaikh Shafiyyurahman al Mubarakfury, Shirah Nabawiyah, (Jakarta: Pustaka al Kautsar,
1997), hlm. 25.
6
Jawwad Ali, Sejarah Arab Sebelum Islam,Geografi, Iklim, Karakteristik dan Silsilah,
(Jakarta: PT Pustaka Alvabet, 2018). hlm. 12.
7
Ibid., hlm. 20.

5
Arab dengan sebutah Hijaz (batas) atau dikenal dengan Jazirah Arabia8
yang membentang dari Palestina ke Tanah Genting Suez-yang
bentangannya hampir sejajar dengan laut Merah. Bagian paling selatan
berbatasan dengan Provinsi Yaman. Jazirah Arab merupakan jazirah yang
terbesar di dunia, terletak di sebelah barat daya Benua Asia. Bentuknya
empat persegi panjang dengan sisi-sisi yang tidak sejajar. tiga sisinya
dikelilingi oleh air dan selebihnya dibatasi oleh gurun pasir. Di sebelah
timur, Jazirah Arab berbatasan dengan Teluk Persia, di sebelah barat
berbatasan dengan Laut Merah, sebelah selatan berbatasan dengan
Samudra Hindia dan di sebelah utara berbatasan dengan gurun pasir Suriah
dan Irak. Shafiyyurahman al Mubarakfury menyatakan bahwa luas jazirah
Arab membentang antara satu juta mil kali satu juta tiga ratus ribu mil.9
Jazirah arab secara garis besar dapat dibagi menjadi 2 bagian, yaitu
bagian tengah yang berupa gurun/padang pasir dan bagian pesisir. Ahmad
Amin, sebagaimana dikutip Dedy Supriyadi membagi jazirah Arab
menjadi 3 bagian10, yaitu:
a. Sahara Langit, yakni yang memanjang 140 mil dari utara ke selatan dan
180 mil dari timur ke barat. Sahara ini disebut juga sahara Nufud. Di
daerah ini, jarang sekali ditemukan lembah dan mata air. Angin disertai
debu telah menjadi ciri khas suasana di tempat ini. Hal itulah yang
menyebabkan daerah ini sulit dilalui.
b. Sahara Selatan, yakni yang membentang dan menyambung Sahara
Langit ke arah timur sampai selatan Persia. Hampir seluruhnya
merupakan dataran keras, tandus, dan pasir bergelombang. Daerah ini
juga disebut dengan daerah sepi (al-Rub’ al-Khali).
c. Sahara Harrat, yakni suatu daerah yang terdiri dari tanah liat berbatu
hitam. Gugusan batu-batu hitam itu menyebar di seluruh sahara ini,
seluruhnya mencapai 29 buah.
8
Syed Ameer Ali, The Spirit of Islam, (Yogyakarta: Penerbit Navilla, 2008) hlm. lxii.
9
Op. Cit., Shafiyyurahman Al Mubarakfury, hlm. 25.
10
Dedy Supriyadi, Sejarah Peradaban Islam, (Bandung : CV Pustaka Setia, 2008). hlm.
49.

6
Sedangkan ditinjau dari perkembangannya, bangsa arab dibagi
menjadi 2 kelompok
a. Kelompok Ba’idah (Extinct), yaitu orang-orang arab yang telah lenyap.
Kita memperoleh jejak mereka hanya dari Al Qur’an, misalnya kaum
‘Ad, Tsamud, Thasam dan Jadis, Imliq, Abdu Dhakhm, Jumhur Ula dan
Wabar.
b. Kelompok Al Baqiyyah (Surviving Arabs) yaitu orang-orang arab yang
masih ada sampai sekarang, kelompok ini dibagi menjadi dua bagian:
1) Golongan Al Arab Al ‘Aribah(Arabian Arabs) yaitu keturunan
Qahthan dari Nabi Hud. Qahthan dikenal sebagai bapak orang arab
yang keluar dari lenmbah sungai Eufrat dan memilih tempat tinggal
di Yaman, dan membangun kerajaan. Kerajaan tersebut diantaranya
Ma’in (2.000-850 SM), Saba’ (955-115 SM), Himyariyah (115 SM-
abad ke-3 M). Mereka kemudian tersebar ke berbagai jazirah arab,
kabilah yang terkenal adalah Kahlan, Himyar dan Jumhur).
2) Golongan al ‘Arab Al-Musta’rabah (Arabicized Arabs) yaitu
golongan yang menjadi orang arab secara naturalisasi. Mereka
adalah keturunan Adnan dari Nabi Ismail. Adnan adalah salah satu
keturunan Nabi Ismail, putra Nabi Ibrahim. Mereka tumbuh dan
berkembang di Mekah, Irak, Hijaz dan kemudian tersebar di Arabia
Tengah dan Selatan yang bercampur dengan keturunan Qahthan
melalui perkawinan dan peradaban. Percampuran ini dimulai ketika
suku Jurhum dari Qahthaniyah mendiami Mekah, mereka tinggal
bersama Nabi Ismail dan ibunya, lalu Nabi Ismail menikahi salah
seorang gadis suku Jurhum. dari merekalah kemudian berkembang
bermacam-macam suku dan kaum arab, termasuk Quraisy yang
tumbuh dari induk suku Adnan. Sebagaimana diketahui bahwa suku
Quraisy adalah suku terhormat di Mekah dan menjadi penguasa kota
itu sampai menjelang kelahiran Islam, dan Nabi Muhammad saw
berasal dari suku Quraisy11.

11
Op. Cit., J. Suyuthi Pulungan, hlm. 36-37.

7
2. Kondisi Kehidupan Agama
Kehidupan Agama bangsa Arab pra Islam, dalam rentang sejarahnya
yang panjang dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Tauhid dan Hanifiyah. Bangsa Arab sebagiannya adalah keturunan
Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail. Mekah adalah kota dimana Nabi
Ibrahim dan Nabi Ismail membangun Kakbah atas perintah Alloh swt.
Nabi Ibrahim, sebagai leluhur berbagai suku bangsa- sebagaimana
dikatakan Syed Ameer Ali12- membangun Kakbah yang merupakan
tempat ibadah paling suci dan sakral di saentero negeri. Seiring dengan
berjalannya waktu, ketauhidan mereka tercemari oleh kemusyrikan dan
takhayul. meskipun demikian, dalam tradisi bangsa arab, masih tersisa
prinsip-prinsip agama yang hanif dan syi’ar-syiarnya walaupun sudah
mengalami perubahan dari aslinya. Syiar-syiar tersebut diantaranya
adalah memuliakan Kakbah, Thawaf, Haji, Umrah,Wuquf di Arafah
dan berkurban. Sebelum kelahiran Islam, ada beberapa orang yang
menganut ajaran hanifiyah dan tauhid ini, mereka meyakini hari
kebangkitan, meyakini bahwa Allah akan memberikan pahala kepada
orang yang taat dan menyiksa orang-orang yang berbuat maksiat,
membenci penyembahan berhala yang dilakukan oleh orang Arab dan
mengecam kesesatan pikiran dan tindakan buruk lainya. Tokoh yang
terkenal diantaranya Qois bin Sa’idah al Ayadi, Ri’ab asy Syani,
Waraqoh bin Naufal dan pendeta Bahira13.
b. Penyembahan berhala. Bangsa arab jahiliyah meyakini kekuatan gaib
(Tuhan) sebagai sumber kehidupan yang mempengaruhi kebahagiaan
dan penderitaan manusia. Mereka melakukan penyembahan dan ritual
keagamaan untuk mendekatkan diri pada Tuhan, kepercayaan ini
adalah warisan Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail. Kepercayaan ini
menyimpang karena bercampur dengan kemusyrikan dan takhayul,
sehingga menjadi paham watsaniyyah yaitu paham atau agama yang
12
Op. Cit., Syed Ameer Ali, hlm. lxix.
13
Muhammad Sa’id Ramadhan Al Buthy, Shirah Nabawiyah Analisis Ilmiah Manhajiah
Sejarah Pergerakan Islam di Masa Rasulullah SAW, (Jakarta: Robbani Press, 2005), hlm. 21.

8
mensyarikatkan Allah dengan memiliki patung batu yang tidak
memiliki bentuk (anshab), patung yang terbuat dari batu (susan) dan
patung yang terbuat dari kayu, emas, perak dan logam (ashnam).
Kayakinan ini oleh Suyuthi Papulungan disebut dengan paganisme
yang politeistik, patung dan berhala itu dijadikan perantara untuk
menyembah Allah swt.14 Orang pertama yang membawa berhala ke
negeri Mekah adalah Amr Luhayyi bin Qam’ah, nenek moyang Bani
Khuza’ah, berhala ini bernama Hubal yag diletakkan di dekat Kakbah.
Pada masa kelahiran Islam, di sekitar Kakbah ada tigaratus enam puluh
berhala. Berhala-berhala yang terkenal dan disebutkan Al Qur’an
adalah Al Lata, Al ‘Uzza dan Manat, masing masing mewakili
Matahari, Venus dan Dewi Fortuna dan diidentikkan dengan anak
perempuan Tuhan. Al Lata disembah di Thaif, Al ‘Uzza menjadi
sembahan terpenting di Mekah, dan Manat merupakan sembahan
utama di Hijaz, meliputi suku Azad, Aus dan Khazraj. Pengaruh nyata
dari penyembahan itu adalah banyak orang arab jahiliyah yang
menamai anaknya dengan mengambil nama berhala, misalnya Abd al
Uzza, Zaid Al Lata, Abdu Manat dan Zaid Manat. Pada masa Islam,
pengambilan nama Allah dan nama nama yang baik menjadi hal yang
lunrah, yang menunjukkan keterikatan emosional terhadap agama yang
dianut.
c. Yahudi. Orang Yahudi yang terus menerus dikejar-kejar orang Assiria,
Yunani dan Romawi, mendapatkan keamanan dan perlindungan di
tengah-tengah orang arab. Mereka membawa serta agama mereka,
sehingga tersebar di kalangan Arab dari keturunan Himyar dan
Kindah, keturunan Kahlan yaitu bani Quraizhah, Bani Nadhir dan Bani
Qoinuqa’ yang bertempat di Wadi al Qura, Khaibar, Taima dan
Yatsrib. Kaum Yahudi menyebarkan ajaran Taurat tentang adanya
kebangkitan,balasan terhadap perbuatan manusia serta kedatangan nabi
terakhir yang membawa jaran tauhid. Orang Yatsrib yang bertetangga
14
Op. Cit., J. Suyuthi Pulungan, hlm. 43.

9
dengan kaum Yahudi, mengetahui hal ini, sehingga kelak menjadi
salah satu faktor yang membuat mereka mudah menerima Islam.15
d. Nasrani. Agama Nasrani masuk ke Jazirah Arabia disebarkan oleh
Imperium Romawi sejak abad IV masehi yang berpusat di Yaman,
Suriah, Hira dan Abyssinia. Kota yang terpenting adalah Najran.
Agama Nasrani terpecah kedalam sekte-sekte, Sekte Nestorian di
Hirah, Sekte Yakobit di Ghassan dan Syam. Di Hijaz ada dua suku
yang beragama Nasrani, yaitu Judam dan Udra, di Mekkah, penganut
Nasrani hanya beberapa orang saja16. Syed Ameer Ali menyatakan
bahwa agama Nasrani mulai memperkenalkan diri ada keluarga suku
Rabi’a bin Nizar, yang tinggal di Mesopotamia dan Bani Abd al Qois
yang tinggal di Bahrain. Di Najran, agama nasrani nnerkembang di
Bani Harith bin Ka’b, di Irak berkembang di kalangan kaum Ibad, di
Siria berkembang di kalangan orang Ghassan dan keluarga Khuz, di
Dumatul Jandal berkembang di kalangan Saconi dan Bani Kalb dan
beberapa suku yang hidup mengembara di gurun padang pasir yang
membentang antara Palestina dan Mesir17.
e. Magisme dan Sabaeisme juga tersebar di kalangan bangsa arab,
terutama di kalangan kaum Himyar. Bani Asad menyembah merkurius,
kaum Jodham memuja Jupiter, Bani Thay memuja Canopus,
Keturunan Kais Aylan memuja Sirius, sebagian kaum Quraisy memuja
tiga dewi Bulan (al Lata, Manat dan al Uzza) yang mereka anggap
sebagai putri dewa tertinggi. Pemujaan terhadap jimat, hewan,
tumbuhan, barang mati seperti sebongkah batu, terjadi di kalangan
suku bangsa Mozar.18
3. Kondisi Politik
Ahmad Hasari, sebagaimana dikutip Dedi Supriyadi menjelaskan
bahwa penduduk arab kuno adalah penduduk fakir miskin yang hidup di

15
Ibid., hlm. 46.
16
Ibid., hlm. 47.
17
Op. Cit., Syed Ameer Ali, hlm lxxi.
18
Loc., Cit., Syed Ameer Ali.

10
pinggiran desa terpencil, mereka suka berperang, membunuh dan
bergantung pada bercocok tanam dan turunnya hujan. sedangkan
Penduduk kota (madani) adalah orang orang yang melakukan perdagangan
dan sering bepergian dan mereka berpegang teguh pada aturan kabilah
atau suku.19
Pemimpin kabilah (kepala suku/syaikh al-kabilah) adalah orang yang
mempunyai otoritas hukum dan pendapat. Pemimpin kabilah juga
mendapatkan kedudukan dan hak-hak istimewa, diantaranya adalah
mendapatkan seperempat harta rampasan perang untuk diambil bagi
dirinya sendiri sebelum dibagi. Pemimpin menggunakan kekayaan itu
untuk berfoya-foya, mengumbar syahwat, memenuhi kesenangan dan
kesewenang-wenangannya.
Kabilah yang satu dengan kabilah yang lain tidak saling berdamai,
mereka akan saling menyerang karena hal-hal yang sepele. Di Kalangan
Arab Baduwi, ada kewajiban individu yang harus dipatuhi, yaitu membela
anggota keluarganya yang ada dalam bahaya, tanpa harus
mempertanyakan ia benar salah. Artinya, ia harus dibela, baik lantaran
menganiaya atau dianiaya oleh anggota suku lain.
Bangsa Arab sejak dahulu merupakan bangsa pedagang, Leboun
berkesimpulan bahwa bangsa Arab turut andil dalam peradaban dunia.
Golongan Qahthaniyun pernah mendirikan kerajaan Saba’ dan Kerajaan
Himyar di Yaman, di bagian selatan Jazirah Arab. Kerajaan Saba’ dengan
bendungan Ma’arib yang terkenal, menjadi penghubung perdagangan
Eropa dengan Timur Jauh, sedangkan kerajaan Himyar, terkenal dengan
armada niaga yang menjelajah mengarungi India, Cina, Somalia dan
Sumatera ke pelabuhan-pelabuhan Yaman. Setelah bendungan Ma’arib
runtuh, kerajaan Himyar mengalami kemunduran. Muncullah kerajaan
Hirah di bawah perlindungan Persia dan Kerajaan Ghassan di bawah
perlindungan Romawi pada abad ketiga sampai abad datangnya Islam.
Pusat perdagangan kemudian beralih ke Hijaz dengan Mekah sebagai

19
Op., Cit., Dedi Supriyadi, hlm 50.

11
pusat peradaban, walaupun kemajuan Mekah tidak sebanding dengan
kemajuan yang dicapai kerajaan-kerajaan sebelumnya20.
Peran kerajaan Hirah adalah sebagai perantara dalam mentransfer
peradaban Persia dan Yunani ke dunia Arab, seperti Teknik, seni dan
kedokteran. Kerajaan Ghassan dalam pergaulannya dengan Romawi dan
peperangan dengan Persia, membuat mereka banyak memperoleh
ppengetahuan tentang seni berperang, sistem pertahanan dan seni
arsitektur. Pada masa kejayaaan Ghassan, banyak ditemukan istana dan
rumah dari batu basalt, sejumlah monument untuk memperingati
kemenangan dalam peperangan, pemandian umum, teater, dan juga gereja.
demikian pula ilmu syair berkembang dengan pesat. Dapat disimpulkan
bahwa kemajuan peradaban arab dalam bidang politik dan pemerintahan,
arsitektur, teknologi, militer, pertanian dan perdagangan telah tinggi.21
4. Kondisi Ekonomi
Jazirah arab secara garis besar dapat dibagi menjadi 2 bagian, yaitu
bagian tengah yang berupa gurun/padang pasir dan bagian pesisir.
Penduduk jazirah bagian tengah hidup secara nomaden/berpindah-pindah
untuk mencari ladang untuk bertani dan menggembala ternak. mereka
mendirikan tenda untuk berteduh di dekat lahan pertanian atau ladang
gembalaan mereka. Hewan yang menjadi primadona di negeri arab adalah
onta dan kuda. Onta digunakan sebagai sarana transportasi dan
pengangkutan sedangkan kuda digunakan sebagai kendaraan yang cepat
untuk bergerak dari satu tempat ke tempat yang lain dan sebagai kendaraan
serbu cepat
Penduduk daerah pesisir hidup secara menetap, memiliki peradaban
yang lebih maju yang bertumpu pada perdagangan. Mereka mampu
membuat alat-alat dari besi, bahkan mendirikan kerajaan-kerajaan.
Perdagangan menjadi faktor penggerak ekonomi di Mekah pada awal
kelahiran Islam, karena Jazirah Arab terletak pada jalur perdagangan yang
menghubungkan Syam dan Samudra India. Sejak jaman dahulu, bangsa
20
Ibid., hlm. 52-53.
21
Ibid., hlm. 57-60.

12
Arab terkenal menjadi saudagar antar negara, dimana penduduk Mekah
melakukan perjalanan ke Negeri Syam pada suatu waktu dan melakukan
perjalanan ke Yaman pada waktu yang lain. Pasar-pasar yang terkenal di
Arab antara lain Ukazh, Dzil Majaz. Majinnah dan lain-lain22
5. Kondisi Sosial Masyarakat
Bangsa Arab, sebagaimana telah dijelaskan di atas, dapat digolongkan
menjadi dua kelompok yaitu Arab pesisir dan arab pedalaman. Masyarakat
pesisir, mereka tinggal menetap dan sudah mempunyai peradaban yang
tinggi. Mereka hidup dari budidaya pertanian dan perdagangan.
Masyarakat pedalaman (badui) merupakan masyarakat nomaden yang
bertumpu pada usaha peternakan dan hidup di kemah-kemah. Hubungan di
antara anggota keluarga dan masyarakatnya didasarkan atas kesatuan clan
dan persamaan hubungan darah. Hubungan ini menyebabkan solidaritas
kesukuan yang kuat sehingga mereka sanggup bertahan hidup di padang
pasir yang keras dan tidak terlepas dari ancaman serangan musuh.
Kehidupan di padang pasir yang keras membentuk bangsa arab
menjadi orang yang menyukai kebebasan dan individualisme yang tinggi,
mempunyai sikap fanatik terhadap suku yang sangat besar, keberanian
berperang yang tinggi, tabah dalam penderitaan, gemar membela yang
lemah dan gemar menonjolkan kekuatan.
Masyarakat Arab, baik di kalangan Badui maupun kalangan
kota/hadhariy sangat akrab dengan syair, bahkan banyak yang menjadi
penyair dan pandai menggubah syair. Syair-syair itu dibacakan di pasar-
pasar, seperti di Pasar Ukazh. Bahasa mereka kaya dengan ungkapan, tata
bahasa dan kiasan. Syair juga dibacakan di Istana, Raja Hirah dan
Ghassan sangat menyadari peran besar dan efektif yang dilakukan penyair
dalam pembentukan opini umum dan menjadi agen publisitas. mereka
terbiasa memberikan hadiah yang besar bagi penyair. Orang Arab
memandang penyair menduduki kelas tersendiri, disamping sebagai
penghibur raja, yaitu dengan menyanjung raja setinggi langit, penyair juga

22
Op. Cit., Shafiyyurahman Al Mubarakfury, hlm. 62.

13
berfungsi mempublikasikan sesuatu. Penyair Arab yang terkenal
diantaranya Tharafah bin al Abd, Al Harits bin Hillizah dan Amr bin
Kultsum. Mereka termasuk dalam tujuah penyair dalam Mu’allaqat.23
Masyarakat arab pra Islam yang jahiliyyah adalah merupakan struktur
masyarakat yang tidak harmonis. Ketidakharmonisan ini didukung dengan
fakta - fakta kesesatan dan kezaliman sebagai berikut24:
a. Masyarakat Arab pra Islam memandang wanita ibarat binatang piaraan
bahkan lebih hina lagi. Karena para wanita sama sekali tidak
mendapatkan penghormatan sosial dan tidak memiliki apapun. Kaum
laki-laki dapat saja mengawini wanita sesuka hatinya dan menceraikan
mereka semaunya. Bahkan ada suku yang memiliki tradisi yang sangat
buruk, yaitu suka mengubur anak perempuan mereka hidup-hidup
karena takut aib dan karena kemunafikan, atau membunuh anak laki-
laki karena takut miskin dan lapar.
b. Perzinahan merajalela dalam kehidupan sehari-hari dan mewarnai
setiap lapisan masyarakat, kecuali pada sebagian kecil masyarakat
yang masih berpegang teguh pada nilai kemuliaan dan keagungan
c. Sistem perbudakan merajalela. Budak diperlakukan majikannya secara
tidak manusiawi, Mereka tidak mendapatkan kebebasan untuk hidup
layaknya manusia merdeka. Para majikannya tidak jarang menyiksa
dan memperlakukan para budak seperti binatang dan barang dagangan,
dijual atau dibunuh.
d. Budaya meminum khamar dan judi telah menyebar ke segala lapisan
masyakat. Minum khamar dianggap sebagai cara untuk menunjukkan
kedermawanan dan cara paling mudah untuk menunjukkan
pemborosan. Judi dianggap cara untuk mengekspresikan
kedermawanan, karena dari laba judi mereka bisa memberi makan
orang-orang miskin atau mereka bisa menyisihkan uang dari orang-
orang yang mengdapatkan laba.

23
Op. Cit., J Suyuthi Pulungan, hlm. 56-57.
24
Op. Cit., Shafiyyurahman Al Mubarakfury, hlm 60-63

14
e. Adanya bermacam-macam model perkawinan. Musthafa Sa’id al-Khin
sebagimana dikutip Dedi Supriyadi menyatakan model-model
perkawinan bangsa Arab pra Islam sebagai berikut25:
1) Istibdha, yaitu suami meminta istrinya untuk berjimak dengan laki-
laki yang mulia dan memiliki kelebihan tertentu, seperti keberanian
dan kecerdasan. Suami akan menahan diri tidak bergaul dengan
istrinya, sampai istri terbukti hamil karena pergaulan dengan laki-
laki yang dimaksud.
2) Poliandri, yaitu beberapa laki-laki berjimak dengan seorang
perempuan. Perempuan yang hamil dan melahirkan anak dari
hubungan seperti ini, kemudian akan memanggil semua lelaki yang
telah menggaulinya dan menunjuk salah satu sebagai bapak anak
tersebut dan dia tidak boleh menolak
3) Maqthu’, yaituseorang laki-laki menikahi ibu tirinya setelah
bapaknya meninggal
4) Badal, yaitu tukar menukar istri tanpa bercerai terlebih dahulu
dengan tujuan memuaskan nafsu dan terhindar dari bosan.
5) Shighar, Seorang wali menikahkan anak atau saudarinya tanpa
mahar
Kondisi sosial Arab pra Islam, secara garis besar bisa dikatakan lemah
dan buta, kebodohan mewarnai segala aspek kehidupan, khurafat tidak
bisa dilepaskan, manusia hidup layaknya binatang, wanita diperlakukan
seperti binatang bahkan seperti benda mati. Hubungan antar warga
masyarakat sangat rapuh, gudang-gudang dipenuhi kekayaan dari rakyat
ataau sesekali rakyat diperlukan untuk menghadang serangan musuh.
Bangsa Arab juga memiliki akhlak yang baik di sisi lain.
Shafiyurrahman al Mubarakfury menyebutkan sisi-sisi akhlak yang baik
yang ada pada peradaban Arab pra Islam diantaranya: mempunyai sifat
dermawan yang tinggi, memenuhi janji, kemuliaan jiwa dan keengganan
menerima kehinaan dan kelaliman, pantang mundur, kelemahlembutan dan

25
Op. Cit., Dedi Supriyadi, hlm. 55-56.

15
suka menolong orang lain, kesederhanaan dalam pola kehidupan badui
yang melahirkan kejujuran, dapat dipercaya, meninggalkan dusta dan
pengkhianatan26. Kesimpulan yang bisa diambil dari kondisi sosial di atas,
meskipun peradaban Arab pra Islam cenderung primitif, namun memiliki
nilai peradaban yang tinggi.
B. Peradaban Barat Sebelum Islam
1. Definisi Peradaban Barat
Peradaban manusia di dunia datang silih berganti dalam rentang
sejarah yang panjang, baik sebelum Masehi maupun sesudah Masehi.
Rizem Aizid menyebutkan, setidaknya ada 9 peradaban besar umat
manusia sepanjang sejarah yang pernah dan muncul di dunia27.
Peradaban-peradaban besar itu adalah 1) Peradaban Mesopotamia di
Lembah Sungai Eufrat dan Tigris, 2) Peradaban Mesir Kuno di Lembah
Sungai Nil, 3) Peradaban India Kuno di Lembaah Sungai Indus dan Sungai
Gangga, 4) Peradaban Tiongkok Kuno di Lembah Sungai Kuning (Hoang
Ho), 5) Peradaban Mesoamerika di Meksiko dan Karibia, 6) Peradaban
Persia di Iran (Asia Barat Daya), 7) Peradaban Yunani Kuno di Eropa, 8)
Peradaban Romawi di Semenanjung Italia dan 9) Peradaban Islam yang
pertama kali muncul di Jazirah Arab. Dilihat dari letak peradaban -
peradaban besar dunia tersebut, maka yang kita sebut dalam peradaban
barat adalah peradaban Yunani dan Peradaban Romawi karena terletak di
benua Eropa yang sekarang. Peradaban Yunani dimulai pada abad ke -8
sampai abad ke-6 SM, yang menurut Rizem Aizid, Peradaban Yunani
dianggap sebagai peletak dasar bagi peradaban Barat dan memberi
pengaruh yang sangat kuat bagi kekaisaran Romawi dalam aspek bahasa,
politik, sistem pendidikan, filsafat, ilmu dan seni. Peradaban Yunani juga
disebut sebagai pendorong Renaisans di Eropa Barat, dan kebangkitan

26
Op. Cit., Shafiyyurahman Al Mubarakfury, hlm. 64-65.
27
Rizem Aizid, Kitab Sejarah Terlengkap Peradaban-Peradaban Besar Dunia,
(Jogjakarta: Penerbit Laksana, 2004), hlm. 9.

16
kembali pada masa Neo Klasik pada abad ke-18 dan ke-19 di Eropa dan
Amerika28.
Arnold J. Toynbee menegaskan kaitan antara peradaban barat dengan
peradaban Yunani dan Peradaban Romawi dengan menyatakan bahwa
masayarakat atau peradaban Barat berafiliasi dengan pendahulunya.
Jatuhnya Kekaisaran Romawi diikuti oleh semacam peralihan antara
hilangnya masyarakat Hellenis dan munculnya Peradaban Barat. Peralihan
ini diisi dengan kegiatan dua lembaga: Gereja Kristen, yang berdiri dan
bertahan di dalam kekaisaran Romawi dan sejumlah negara-negara baru
yang timbul yang disebut Volkerwanderung kaum barbar di luar batas
kekaisaran29.
2. Kondisi Kehidupan Agama
Kehidupan peradaban Yunani dan Romawi sebelum lahirnya agama
Kristen, kepercayaan kepada Dewa-Dewa (politeisme) yang digambarkan
wujudnya seperti manusia telah menyebar dalam masyarakat. Dewa Utama
peradaban Yunani adalah Dewa Zeus yang diikuti oleh Demeter dan
Apollo atau Dyonissus. Hal ini mengingatkan kita kepada peradaban Mesir
yang menjadikan Osiris, Isis dan Horus sebagai dewa utama bangsa Mesir.
Dewa-dewa yang lain diantaranya Dewa Pallas (dewa pelindung ilmu
pengetahuan), Dewa Hermes(Dewa Perdagangan) Poseidon (Dewa Laut),
Dewa Apollo (Dewa Matahari dan pelindung para penyair), Aphrodite
(Dewi Kecantikan), Hades (Dewa Kematian), Ares (Dewa Perang) dan
Artemis (Dewa Perburuan).30 Mitologi Yunani juga mengenal adanya
manusia setengah dewa, adapun yang terkenal diantaranya adalah:
a. Herakles yang dikenal dengan Herkules sebagai anak Zeus dan
Alkmene
b. Theseus, raja dan pahlawan Athena, anak dari Aithra
c. Perseus, suami Andromeda dan pahlawan Perseid

28
Ibid., hlm.405-406.
29
Arnold J. Toynbee, A Study of Histotry Buku Babon Studi Sejarah, (Yogyakarta:
Penerbit Indoliterasi, 2017), hlm. 20.
30
Op., Cit., Rizem Aizid, hlm. 514-415.

17
d. Iason, Raja Lolkos
e. Akhilles, pahlawan perang Troya
f. Odisseus, Raja Ithaka dan pahlawan Yunani.31
Peradaban Romawi sebelum lahirnya Agama Kristen, sangat
dipengaruhi oleh kepercayaan Peradaban Yunani. Peradaban Romawi pada
awal pendiriannya, sebagaimana pendapat Rizem Aizid, sistem
kepercayaanya adalah Animisme yang merupakan kepercayaan terhadap
roh. Bangsa Romawi memuja beberapa roh, diantaranya:
a. Vesta, roh penguasa api tungku
b. Lares, roh penjaga rumah tangga dan batas lading keluarga
c. Penates, roh penjaga lumbung.
Kepercayaan peradaban Yunani memberi pengaruh besar kepada
peradaban Romawi, ini terbukti dengan adanya adopsi dewa-dewa Yunani
dalam terminologi Romawi. Dewa Zeus diadopsi dengan nama Jupiter,
Vesta, Genius, Yuro (Hera) dan Aprodhite (diganti dengan nama Venus).
Contoh nama-nama dewa dalam keyakinan politeisme Romawi
diantaranya sebagai berikut:
a. Jupiter, Dewa tertinggi penguasa langit
b. Apollo, Dewa matahari, musik, persajakan, ramalan dan kesembuhan
c. Bellona, Dewa Perang
d. Mythra, Dewa Matahari
e. Lares, Dewa rumah tangga dan negara
f. Neptune, Dewa laut
g. Mercury dan Minerva, Dewa perdagangan
h. Venus, Dewi Kecantikan dan cinta
i. dan lain-lain32
Setelah kelahiran agama Kristen yang dibawa oleh Nabi Isa, maka
agam Kristen lambat laun menjadi agama di Romawi. Agama Kristen
yang berkembang di Romawi, pada awalnya mendapatkan perlawanan dari
istana sehingga para pengikutnya banyak yang dianiaya, ditindas bahkan
31
Ibid., hlm 471-474.
32
Ibid., hlm.492-493.

18
dibunuh. Perlakuan terhadap penganut ajaran Kristen ini, menurut Rizem
Aizid disebabkan karena ajaraan Kristen dapat menggoyahkan sendi-sendi
kekuasaan kaisar. Adapun ajaran-ajaran Kristen awal diantaranya:
a. Agama Kristen bersifat monoteisme, sedangkan ajaran agama
Romawi bersifaat Politeisme
b. Menolak pendewaan kaisar
c. Menolak perbudakan
d. Menolak wajib militer dan berperang33
Kenyataannya, sebagaimana dinyatakan oleh Syed Ameer Ali, di
kalangan bangsa Asia Kecil, Siria dan daerah sepanjang Pantai
Mediterania -terkecuali orang-orang Yahudi- gagasan tentang dewa yang
mati dan kemudian hidup lagi, dan gagasan tentang Trinitas bersifat
universal pada zaman itu.34 Syed Ameer Ali tidak menafikan pengaruh
kepercayaan kepada banyak dewa bangsa Romawi dalam teologi Kristen
setelah ia masuk ke dalam peradaban Romawi. Syed Ameer Ali
menyatakan bahwa Tritheisme (Tuhan Yang Tiga) hanyalah modifikasi
dari paganisme purba yang cocok dengan karakter orang-orang yang telah
mengadopsi ajaran Isa. Politeisme telah berakar kuat dalam keyakinan
mereka, dan Tritheisme adalah sebuah kompromi antara ajaran Isa dan
ajaran keyakinan purba untuk menyembah sejumlah pribadi35. Seiring
perjalanan waktu, ajaran Tritheisme menyatu dengan ajaran trinitas,
sehingga tidak mengherankan akhirnya muncul dalam teologi Kristen
istilah Tuhan Bapa, Tuhan Anak dan Tuhan Ruhul Kudus.
3. Kondisi Politik
Peradaban Yunani terdiri atas polis-polis (kota-kota) yang berdiri
secara mandiri. Polis yang paling terkenal adalah Athena dan Sparta.
Athena adalah polis yang menerapkan sistem demokrasi yang
diperkenalkan oleh Solon (638 -559 SM) dimana kekuasaan ada di tangan
Dewan Rakyat. Pelaksanaan pemerintahan dilakukan oleh 9 Archon yang
33
Ibid., hlm. 493.
34
Op., Cit., Syed Ameer Ali, hlm. xlvi.
35
Ibid., hlm. liv.

19
setiap tahun diganti. Para Archon diawasi oleh Aeropagus (Mahkamah
Agung), yang anggotanya berasal dari mantan Archon. Sistem demokrasi
yang diterapkan di Athena sangat berpengaruh dalam pola pemikiran
manusianya, sehingga Athena mengahasilkan banyak filsuf. Para Filsuf itu
diantaranya Thales, Anaximander, Anaximenes, Pythagoras, Heraclitus,
Parmenides, Hippocartus, Socraates, Plato, Aristoteles dan lain-lain.
Sparta adalah polis dengan pola pemerintahan militeristik yang
dikenalkan oleh Lycurgus tahun 625 SM. Pemerintahan dipeang oleh dua
orang raja, sedangkan pelaksana tertinggi dipegang oleh dewan yang
bernama ephor yang terdiri atas lima orang. Setiap ephor memiliki dewan
tua yang berusia lebih dari 60 tahun, yang bertugas untuk mempersiapkan
UU yang diajukan kepada dewan rakyat (perwakilan deri semua warga
kota). Polis-polis dalam peradaban Yunani terlibat dalam persaingan dan
perebutan hegemoni kekuasaan atas wilayah Yunani, sehingga tidak
mengherankan jika sering terjadi peperangan antar polis tersebut. Athena
dikalahkan oleh Sparta dalam perang peloponnesos, yang karena
kekalahan dalam perang tersebut, Athena menjadi pusat perkembangan
ilmu pengetahuan dan filsafat kenegaraan di sekitar laut tengah.36
Peradaban Romawi secara politik dapat dibagi menjadi 3 periode,
yaitu periode kerajaan (750 SM - 500 SM), periode republik (500 SM - 27
SM) dan periode kekaisaran (27 SM - 395 M). Peradaban Romawi pada
periode kerajaan dipimpin oleh seorang raja yang mempunyai kekuasaan
absolut. Raja merangkap panglima perang, hakim tertinggi dan kepala
agama. dRaja dalam menjalankan pemerintahannya dibantu oleh senat
yang terdiri atas 300 orang dari kaum bangsawan dan rakyat biasa. Periode
Republik Romawi, pemerintahan dipegang oleh seorang konsul yang
berasal dari golongan bangsawan dengan masa jabatan dua tahun. Empat
orang dewan yang mempunyai hak veto ditunjuk untuk mengawasi
jalannya pemerintahan. Urusan agama dipegang oleh badan tingkat pusat
yang disebut pontifex maximus. Lembaga politik yang ada pada periode

36
Op., Cit., Rizem Aizid, hlm. 410-411.

20
republik adalah Konsul yang terdiri 2 orang, Senat yang terdiri dari orang
patricia sebanyak 300 orang dan Majelis yang terdiri dari perwakilan
patricia (aristokrat) dan plebea (rakyat rendah). Periode kekaisaran terjadi
karena perebutan kekuasaan antara senat dengan panglima perang,
akhirnya muncullah Triumvirat I yang terdiri dari Pompeyus, Crasus dan
Julius Caesar pada tahun 44 SM. Tahun 43 SM terjadi kekacauan lagi
sehingga muncul Triumvirat II yang terdiri atas Anthonius, Lepidus dan
Octavianus. Perang saudara terjadi, dan simenangkan oleh Octavianus,
sehingga dia mengangkat dirinya menjadi kaisar yang merangkap kepala
agama dan panglima tertinggi. Kekaisaran didasarkan atas pewarisan tahta
secara turun temurun, akhirnya pada masa kaiisar Konstantin, ibu kota
Romawi dipindahkan ke Byzantium sehingga akhirnya terkenal dengan
nama Konstantinopel. Tahun 395 Masehi, untuk menghindari perpecahan,
Kaisar Theodosius membagi Romawi menjadi dua, Romawi Barat dengan
ibukota di Roma dan Romawi Timur dengan ibukota Konstantinopel.37
4. Kondisi Ekonomi
Peradaban Yunani, karena letak geografis yang berupa lembah-
lembah yang subur, masyarakat hidup dari pertanian. Mereka menanam
gandum, anggur, pohon zaitun. Para perempuan bekerja menggiling
gandum sendiri, membakar roti, memintal benang serta menjahit pakaian
untuk keluarga. Pembuatan barang-barang keramik, tembikar,
penyamakan kulit dan pembuatan sepatu serta minyak wangi juga menjadi
bagian tak terpisahkan dari perekonomian Yunani. Barang-barang tersebut
di atas selain digunakan untuk mencukupi kebutuhan sendiri, mereka juga
memperdagangkan, selain perdagangan barang dari timah, kereta perang,
senjata dan baju baja. Kontribusi perekonomian juga didapatkan dari hasil
rampasan perang dan pembajakan laut.38
Peradaban Romawi, seperti pada peradaban Yunani, sudah mengenal
sistem pertanian yang maju, diantaranya adalah pembuatan aquaduk
(pengairan bergantung) sehingga mampu menghasilkan anggur, sayuran,
37
Ibid., hlm.486-491.
38
Ibid., hlm. 417.

21
gandum, jagung, zaitun serta beternak biri-biri. Selain pertanian,
pembuatan barang-barang dari emas, timah, tembikar, lampu minyak dan
gelas tiup menjadi soko guru perekonomian selain dari hasil rampassan
perang.39
5. Kondisi Sosial Masyarakat
Kondisi Sosial masyarakat Yunani, menurut Raghib as-Sirjani setelah
meneliti filsafat Plato, terdiri atas para filsuf, balatentara, pekerja dan
petani. Aplikasinya dalam masyarakat, para tentara punya aturan yang
ketat, tidak punya hak kepemilikan, tidak boleh membentuk kelurga, tidak
boleh punya istri dan anak. Para tentara menjadikan perempuan sebagai
milik bersama, sehingga anak yang lahir tidak diketahui siapa bapaknya.
Para petani dan pekerja bertugas untuk bekerja keras menyediakan
kebutuhan hakim dan tentara, tidak punya hak secara bebas dan
diperlakukan layaknya budak. Filsuf Aristoteles membagi masyarakat
Yunani menjadi manusia merdeka dan budak, dimana kaum merdeka
berhak berbuat apa saja terhadap kaum budak. Hal ini menyebabkan,
sebagaimana pernyataan Will Durrant, Peradaban Yunani bukanlah
peradaban yang baik dalam hal akhlak. Alasan terhadap pernyataan ini
adalah kekeringan akal mereka telah banyak menghalalkan kemerosotan
akhlak, hingga salah seorang di antara mereka hampir tidak mempunyai
sisi manusiawi dengan manusia lain. Mereka menghalalkan hubungan seks
tanpa batas, membunuh anak-anak dengan alasan meringankan kepadatan
penduduk dan sumber rejeki yang dapat menyebabkan kemiskinan kota
dan keringnya bumi.40
Peradaban Romawi telah sampai pada peradaban dan tatanan
masyarakat yang melahirkan kekuatan hingga menjadi negara adidaya.
Namun, sebelum diutus kenabian, mereka telah terjerumus dalam lubang
yang dalam, yang mengarah pada seluruh tingkatan kerusakan dalam
setiap sisi peradaban. Peradaban Romawi mempunyai dua kelompok
39
Ibid., hlm 482.
40
Raghib as-Sirjani, Sumbangan Peradaban Islam Pada Dunia, (Jakarta: Pustaka Al-
Kautsar, 2014), hlm. 18-20.

22
masyarakat, yaitu majikan dan budak. Majikan berhak mendapatkan
seluruh haknya, sedangkan budak tidak punya hak secara mutlak. Para
majikan berhak memukul, memenjarakan, memutuskan hukum untuk
dibunuh oleh binatang buas di padang pasir, membiarkannya mati
kelaparan, bahkan membunuhnya dengan atau tanpa sebab. Seorang budak
yang melarikan diri kemudian tertangkap, maka tuanya berhak membakar
atau menyalibnya. Wanita hamil dalam kalangan Romawi, ditetapkan
keadaanya seperti benda yang tidak bernyawa. Mereka dianggap tidak
mendapatkan kehidupan akhirat karena najis, tidak boleh memakan daging
dan tidak boleh tertawa, dilarang berbicara, sampai mereka meletakkan di
atas bibirnya gembok dari besi.41
Keadaan sosial setelah agama Kristen lahir tidak begitu banyak
berubah. Pihak gereja akhirnya mulai menguasai kebanyakan urusan dan
yang paling menonjol adalah ruang lingkup pemikiran dalam imperium
Romawi. Manakala kebanyakan ilmu-ilmu eksperimen di dunia timur
digunakan untuk kemewahan dunia, maka orang-orang ahli agama
mengarahkan pemikirannya untuk menentang ilmu-ilmu tersebut. Pihak
Gereja menundukkan ilmu pengetahuan tersebut di bawah doktrin teks-
teks kitab suci. Ilmu tentang matematika, kedokteran, astronomi
merupakan bid’ah yang tidak perlu dipelajari. Gereja membuang sebagian
kitab-kitab keilmuan tersebut, menyimpan sebagian lainnya di gua-gua
sehingga lenyap ditelan jaman. Gereja juga menetapkan aturan pemeluk
agama Masehi tidak boleh membaca buku-buku yang dipandang berbeda
dengan agama atau yang membuka kedok keburukan/kesalahan gereja.
Ditetapkan pula aturan mengkafirkan orang yang mengatakan bumi ini
bulat.42
Gereja, dengan seperangkat aturan-aturan yang ditetapkannya telah
memutus perkembangan peradaban dengan membabi buta. Hal ini
ditambah lagi dengan adanya perpecahan di tubuh gereja dimana muncul
sekte-sekte baru. Syed Ameer Ali menyatakan bahwa adanya kemunculan
41
Ibid., hlm. 32.
42
Ibid., hlm. 27-30.

23
sekte dalam agama Kristen, semakin menimbulkan perpecahan dan
peningkatan kejahatan. Asia Barat, Afrika Utara dan di berbagai tempat di
Eropa terus menjadi padang pembantaian dan pembunuhan dari setiap
jenis kebiadaban atas nama Isa. Seluruh dunia Kristen Eropa tenggelam
dalam kegelapan dan gereja Kristus terkoyak oleh perpecahan dan
pembid’ahan. Pemahaman keagamaan rakyat tidak lebih maju dari pada
pemahaman keagamaan kaum pagan. Ruh orang mati masih banyak dipuja
dan patung orang-orang yang dihormati masa hidupnya menjadi objek
penyembahan. Kultus terhadap santo dan relik masih lazim dilakukan.
Akhirnya Agama Kristen kembali menjadi Agama Pagan43.
Kebebasan berpikir dan berpendapat dari dalam pikiran manusia
terjadi pada bangsa-bangsa yang tunduk di bawah kekuasaan Kristen. Syed
Ameer Ali menggambarkan peristiwa relasi antara ilmu pengetahuan
dengan Agama sebagai berikut:
Di jalanan Alexandria, di depan mata dunia beradab, seorang
perempuan terhormat dibunuh dengan sadis oleh seorang Kristen.
Pembunuh itu memakai gelar seorang santo dalam sejarah dunia
Kristen-pembunuhan ini pada jaman modern telah mendapatkan
pembelanya. Draper menceritakan dengan meyakinkan, kekejaman
yang tiada tara itu, yang akan menjadi satu noda paling hitam dalam
sejarah agama Kristen. Seorang perempuan cantik dan bijak, yang
ruang kuliahnya selalu penuh dibanjiri oleh orang-orang Alexandria
yang kaya dan modis, diserang ketika ia keluar dari ruang kuliahnya
oleh gerombolan orang Kristen fanatik. Di tengah tempik sorak
mengerikan kaum fanatik itu, ia ditarik keluar dari keretanya dan
kemudian ditelanjangi di depan umum. Tak berdaya karena takut, ia
diseret ke dalam gereja terdekat dan kemudian dibunuh dengan
menggunakan tongkat pemukul. Jasad telanjang nan malang itu
dilecehkan dan kemudian dipotong-potong. Kebiadaban itu belum
lengkap hingga mereka memereteli daging perempuan itu
menggunakan kulit kerang hingga dagingnya terlepas dari tulangnya,
dan melemparkan sisanya ke dalam api. Dunia Kristen menghormati
dan memuliakan sang durjana yang menghasut terjadinya kekejaman
yang mengerikan dan menjijikan itu. Dan, darah Hypatia sang martir
itu hanya dibalas oleh pedang Amru! (Amru ibn al ‘Asi atau ‘As
dalam sejarah Arab). 44

43
Op., Cit., Syed Ameer Ali, hlm. lvi-lvii.
44
Ibid., hlm. lvii-lviii.

24
Kehidupan sosial di Romawi, sebagaimana diuraikan Syed Ameer Ali
menunjukkan degradasi dan demoralisasi. Nilai-nilai kebajikan baik
publik maupun privat, tidak lagi dihargai dalam konsepsi sosial.
Kekejaman, penghasutan, huru-hara, kerusuhan yang kejam, dimana para
pendeta mempunyai peran yang besar, merupakan kejadian sehari-hari.
Kemesuman dan pelacuran merajalela dalam seluruh strata sosial, tidak
ada tempat yang aman atau sakral dari perampokan. Ikatan masyarakat
tercerai berai.45 Kesimpulan yang diambil dari uraian di atas, Peradaban
Romawi dimulai dengan kebebasan berbuat seperti keledai, sampai
lenyaplah dasar-dasar keutamaan, runtuhlah pilar-pilar akhlak, yang
digambarkan oleh Gibbon dengan menyatakan bahwa di akhir kurun
keenam, pemerintah berada pada kerusakan dan kerendahan sampai titik
yang terendah.46

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Uraian tentang Peradaban Arab dan Peradaban Barat sebelum Islam di
atas dapat penulis simpulkan sebagai berikut:
1. Keadaan agama, politik, ekonomi dan sosial masyarakat pada peradaban
Arab sebelum islam.
a. Agama masyarakat peradaban Arab sebelum Islam ada bermacam-
macam; Tauhid dan Hanafiyyah, Penyembahan berhala, Yahudi,
Nasrani, Magisme dan Sabaeisme.

45
Ibid., hlm. lviii.
46
Op., Cit., Raghib as-Sirjani, hlm. 32.

25
b. Politik yang berlaku di peradaban Arab didasarkan atas kesukuan/clan
dan hubungan darah dimana pemimpin kabilah memegang kekuasaan
otoritas dan pendapat.
c. Ekonomi masyarakat peradaban arab sebelum Islam dapat dibedakan
menjadi dua, masyarakat pesisir yang merupakan penduduk
kota/hadhariy dominan berprofesi sebagai pedagang sedangkan
masyarakat pedalaman/badui hidup nomaden untuk bertani dan
menggembalakan ternak.
d. Kehidupan sosial masyarakat pada masyarakat pesisir mempunyai
peradaban yang telah maju, mereka tinggal menetap. Masyarakat
pedalaman/badui mereka masih tergolong primitif dengan pola
kehidupan nomaden dan hidup di kemah. Masyarakat Arab sebelum
Islam adalah masyarakat yang sangat terkenal dengan budaya lisan
mereka yang berupa syair, menyebarnya perzinahan, perbudakan,
minum khamr dan perjudian, tidak menghormati derajat wanita dan
anak-anak perempuan serta terjadinya berbaagai macam perkawinan
yang tidak sesuai dengan syariat Islam yaitu Istibdha’, Poliandri,
Maqthu’, Badal dan Sighar.

2. Keadaan agama, politik, ekonomi dan sosial masyarakat pada peradaban


Barat sebelum islam,
a. Agama masyarakat peradaban Barat sebelum Islam secara umum
adalah Animisme dan Politeisme. Mereka mempercayai roh-roh dan
menjadikan dewa-dewa sebagai objek penyembahan. Dewa-dewa yang
dijadikan objek penyembahan sangat banyak, tetapi pada umumnya,
masyarakat Peradaban Barat mengakui adanya tiga dewa utama
diantara dewa-dewa tersebut.
b. Kondisi politik peradaban barat dapat terbagi menjadi dua. Peradaban
Yunani menerapkan demokrasi dalam pelaksanaan pemerintahannya,
sedangkan Peradaban Yunani dalam sejarahnya pernah menerapkan
tiga pola pemerintahan; kerajaaan, republik dan kekaisaran.

26
c. Perekonomian di Peradaban Barat sebelum Islam didasarkan atas
pertanian dan perdagangan selain dari harta rampasan perang.
Pemanfaatan teknologi dalam pembuatan perkakas-perkakas
kebutuhan rumah tangga jauh lebih maju jika dibandingkan dengan
peradaban timur.
d. Kondisi sosial di Peradaban Barat, baik di Yunani dan Romawi terdiri
atas dua golongan besar, yaitu majikan yang mempunyai kewenangan
mutlak, dan budak yang tidak mempunyai hak secara mutlak. Hal ini
menyebabkan adanya kemerosotal moral, akhlak dan sosial
kemasyarakatan di antara anggota masyarakat. Agama Kristen yang
muncul di Peradaban Barat pun tidak sanggup mengubah secara
signifikan kondisi sosial ini, bahkan di kemudian hari menjadi faktor
pemutus perkembangan peradaban secara membabi buta, sehingga
Peradaban Barat jatuh sampai titik nadir peradaban umat manusia.
B. Penutup
Fakta-fakta yang terjadi dalam sisi Agama, Politik, Ekonomi dan Sosial
Masyarakat baik di Peradaban Arab maupun Peradaban Barat sebelum Islam
akhirnya membentuk Psikologi Peradaban pada masa kini. Peradaban Arab
sebelum Islam, yang didalamnya tidak ada pertarungan antara logika agama
dan logika keilmuan, bahkan kedua logika itu berjalan seiring dalam
sejarahnya, menghasilkan pola interaksi timbal balik antara agama dan ilmu
pengetahuan. Peradaban Barat sebelum Islam, dengan trauma adanya
pertarungan gereja dengan ilmu pengetahuan, akhirnya menghasilkan
masyarakat yang memisahkan agama dari sendi-sendi kehidupan, terutama
ilmu pengetahuan. Sekulerisasi ilmu yang terjadi pada Peradaban Barat hari
ini, adalah akibat dan keniscayaan atas apa yang terjadi pada sejarah
Peradaban Barat sebelumnya.

27
DAFTAR PUSTAKA

Arnold J. Toynbee. A Study of Histotry Buku Babon Studi Sejarah. Yogyakarta:


Penerbit Indoliterasi, 2017.

Dedy Supriyadi. Sejarah Peradaban Islam. Bandung : CV Pustaka Setia, 2008.

Jawwad Ali. Sejarah Arab Sebelum Islam,Geografi, Iklim, Karakteristik dan


Silsilah. Jakarta: PT Pustaka Alvabet, 2018.

J. Suyuthi Pulungan. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: Amzah, 2018.

Muhammad Mojlum Khan. 100 Muslim Paling Berpengaruh Sepanjang Sejarah.


Jakarta: Noura Books, 2008.

28
Muhammad Sa’id Ramadhan Al Buthy. Shirah Nabawiyah Analisis Ilmiah
Manhajiah Sejarah Pergerakan Islam di Masa Rasulullah SAW. Jakarta: Robbani
Press, 2005.

Raghib as-Sirjani. Sumbangan Peradaban Islam Pada Dunia. Jakarta: Pustaka Al-
Kautsar, 2014.

Rizem Aizid. Kitab Sejarah Terlengkap Peradaban-Peradaban Besar Dunia.


Jogjakarta: Penerbit Laksana, 2004.

Syaikh Shafiyyurahman al Mubarakfury. Shirah Nabawiyah. Jakarta: Pustaka al


Kautsar, 1997.

Syed Ameer Ali. The Spirit of Islam. Yogyakarta: Penerbit Navilla, 2008.

W.J.S. Purwadarminto. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka,


1999.

29

Anda mungkin juga menyukai