Anda di halaman 1dari 6

Tata Cara Menguburkan Jenazah

✱ Ukuran Kuburan Jenazah


a. Dalam Kuburan Sedalam 1,5 M
b. Lebar 1m
c. Panjang 2,25 M
d. Bentuknya Persegi Panjang

✱ Disunnahkan membawa jenazah dengan usungan jenazah yang di panggul di atas pundak
dari keempat sudut usungan.

✱ Disunnahkan menyegerakan mengusungnya ke pemakaman tanpa harus tergesa-gesa.


Bagi para pengiring, boleh berjalan di depan jenazah, di belakangnya, di samping kanan
atau kirinya. Semua cara ada tuntunannya dalam sunnah Nabi.Para pengiring tidak
dibenarkan untuk duduk sebelum jenazah diletakkan, sebab Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wassalam telah melarangnya.

✱ Disunnahkan mendalamkan lubang kubur, agar jasad si mayat terjaga dari jangkauan
binatang buas, dan agar baunya tidak merebak keluar.Lubang kubur yang dilengkapi
liang lahad lebih baik daripada syaq. Dalam masalah ini Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wassalam bersabda:“Liang lahad itu adalah bagi kita (kaum muslimin), sedangkan syaq
bagi selain kita (non muslim).” (HR. Abu Dawud dan dinyatakan shahih oleh Syaikh Al-
Albani dalam “Ahkamul Janaaiz” hal. 145)
Lahad adalah liang (membentuk huruf U memanjang) yang dibuat khusus di dasar kubur
pada bagian arah kiblat untuk meletakkan jenazah di dalamnya.
Syaq adalah liang yang dibuat khusus di dasar kubur pada bagian tengahnya (membentuk
huruf U memanjang).

✱ Jenazah siap untuk dikubur. Allahul musta’an.

✱ Jenazah diangkat di atas tangan untuk diletakkan di dalam kubur.


✱ Jenazah dimasukkan ke dalam kubur. Disunnahkan memasukkan jenazah ke liang lahat
dari arah kaki kuburan lalu diturunkan ke dalam liang kubur secara perlahan. Jika tidak
memungkinkan, boleh menurunkannya dari arah kiblat.

✱ Petugas yang memasukkan jenazah ke lubang kubur hendaklah


mengucapkan: “BISMILLAHI WA ‘ALA MILLATI RASULILLAHI (Dengan
menyebut Asma Allah dan berjalan di atas millah Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wassalam).” ketika menurunkan jenazah ke lubang kubur. Demikianlah yang dilakukan
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam.

✱ Disunnahkan membaringkan jenazah dengan bertumpu pada sisi kanan jasadnya (dalam
posisi miring) dan menghadap kiblat sambil dilepas tali-talinya selain tali kepala dan
kedua kaki.

✱ Tidak perlu meletakkan bantalan dari tanah ataupun batu di bawah kepalanya, sebab tidak
ada dalil shahih yang menyebutkannya. Dan tidak perlu menyingkap wajahnya, kecuali
bila si mayat meninggal dunia saat mengenakan kain ihram sebagaimana yang telah
dijelaskan.
✱ Setelah jenazah diletakkan di dalam rongga liang lahad dan tali-tali selain kepala dan kaki
dilepas, maka rongga liang lahad tersebut ditutup dengan batu bata atau papan
kayu/bambu dari atasnya (agak samping).

✱ Lalu sela-sela batu bata itu ditutup dengan tanah liat agar menghalangi sesuatu yang
masuk sekaligus untuk menguatkannya.

✱ Disunnahkan bagi para pengiring untuk menabur tiga genggaman tanah ke dalam liang
kubur setelah jenazah diletakkan di dalamnya. Demikianlah yang dilakukan Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wassalam. Setelah itu ditumpahkan (diuruk) tanah ke atas jenazah
tersebut.

✱ Hendaklah meninggikan makam kira-kira sejengkal sebagai tanda agar tidak dilanggar
kehormatannya, dibuat gundukan seperti punuk unta, demikianlah bentuk makam
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam (HR. Bukhari).

✱ Kemudian ditaburi dengan batu kerikil sebagai tanda sebuah makam dan diperciki air,
berdasarkan tuntunan sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wassalam (dalam masalah ini
terdapat riwayat-riwayat mursal yang shahih, silakan lihat “Irwa’ul Ghalil” II/206). Lalu
diletakkan batu pada makam bagian kepalanya agar mudah dikenali.
✱ Haram hukumnya menyemen dan membangun kuburan. Demikian pula menulisi batu
nisan. Dan diharamkan juga duduk di atas kuburan, menginjaknya serta bersandar
padanya. Karena Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam telah melarang dari hal tersebut.
(HR. Muslim)

✱ Kemudian pengiring jenazah mendoakan keteguhan bagi si mayat (dalam menjawab


pertanyaan dua malaikat yang disebut dengan fitnah kubur). Karena ketika itu ruhnya
dikembalikan dan ia ditanya di dalam kuburnya. Maka disunnahkan agar setelah selesai
menguburkannya orang-orang itu berhenti sebentar untuk mendoakan kebaikan bagi si
mayat (dan doa ini tidak dilakukan secara berjamaah, tetapi sendiri-sendiri!).
Sesungguhnya mayat bisa mendapatkan manfaat dari doa mereka.

Waktu-Waktu memakamkan Jenazah

1. Waktu malam hari . Jumhur ulama berpendapat bahwa menguburkan di waktu malam
itu sama saja halnya dan tak ada ubahnya dengan di waktu siang. Rasulullah saw.
telah menguburkan seorang laki-laki yang biasa berdzikir di waktu malam dengan
secara keras. Begitupun Ali menguburkan Fathimah ra . di malam hari. Dan Abu
Bakar , Utsman, 'Aisyah dan Ibnu Mas'ud juga dikuburkan pada malam hari. Tapi
menguburkan di waktu malam itu diperbolehkan hanyalah bila tidak berakibat
hilangnya suatu pun dari hak mayat dan menyalatkannya. Jika hak itu sampai
ketinggalan, dan penyelesaiannya tidak sempurna, maka agama melarang dan tidak
menyukai menguburkannya di waktu bahkan hari. Dan diriwayatkan pula oleh Ibnu
Majah dari Jabir ra .: " Janganlah kamu menguburkan mayatmu di malam hari,
kecuali jika engkau dalam keadaan terpaksa. "
2. Memakamkan waktu terbit, waktu istiwa 'dan terbenamnya matahari. Para ulama
sependapat bahwa jika dikhawatirkan membusuknya mayat, maka bisa dikuburkan
pada ketiga waktu ini tanpa dimakruhkan. Tapi jika tak ada kekhawatiran mayat itu
akan berubah, maka menurut jumhur dapat menguburkannya pada waktu-waktu
tersebut . Adapun jika disengaja, maka hukumnya menjadi makruh. Berdasarkan
hadits yang diriwayatkan oleh Ahmad, Muslim dan Ash-habus Sunan dari 'Uqbah ,
katanya: "Ada tiga saat yang pada waktu itu kami dilarang oleh Nabi saw. buat
melakukan shalat atau menguburkan mayat, yaitu tepat waktu terbitnya matahari
sampai ia naik, ketika tepat tengah hari sampai ia tergelincir dan ketika hampir
terbenamnya matahari sampai ia terbenam. "

2. Sunnah-Sunnah Dalam Menguburkan Jenazah

1. Memperdalam kubur. Tujuan menguburkan mayat adalah untuk menutupinya dalam


sebuah lobang agar tidak menyebarkan bau dan untuk menjaganya dari binatang buas
dan burung-burung.
2. Menghadapkan mayat ke arah kiblat, mendoakannya dan melepaskan tali-tali
kain kafan : Menurut sunnah yang terjadi, harus mayat itu dibaringkan dalam
kuburnya pada sisi yang kanan, dengan mukanya ke arah kiblat. Dan orang yang
menaruhnya harus membaca: “ Bismillah wa ‘ alaa millati ( sunnati ) Rasulullah ”
Artinya: Dengan nama Allah, dan menuruti agama (sunnah) Rasulullah. "Dan
sementara itu harus diuraikannya tali temali kafan. diterima dari Ibnu Umar, katanya:
" Bahwa Nabi saw. bila meletakkan mayat ke dalam kubur, ia mengucap: 'Bismillah,
wa ala millati Rasulullah atau “ wa ‘ alaa – sunnati Rasulullah (Diriwayatkan oleh
Ahmad, Abu Daud, Turmudzi dan Ibnu Majah, juga oleh Nasa'i baik secara musnad
maupun mauquf ).
3. Menyapu kubur dengan telapak tangan tiga kali . Disunatkan bagi orang yang
menyaksikan pemakaman mayat, buat menyapu makam dari arah kepala mayat
sebanyak tiga kali. Berdasarkan pada hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah :
"Bahwa Nabi saw. menyalatkan satu jenazah, kemudian mendatangi kuburnya dan
menyapunya dari arah kepala sebanyak tiga kali."
4. Berdo'a bagi mayat selesai dimakamkan . Disunatkan memohonkan ampun bagi
mayat dan minta dikuatkan pendiriannya setelah ia selesai dimakamkan, karena pada
saat itu ia sedang dalam kubur. Diterima dari Utsman katanya: "Bila selesai
menguburkan mayat, Nabi saw. berdiri di depannya dan bersabda: "Mohonkanlah
ampun bagi saudaramu, dan mintalah dikuatkan hatinya, karena sekarang ini ia
sedang ditanya." (Diriwayatkan oleh Abu Daud dan Hakim yang menyatakannya sah, juga oleh
Bazzar yang mengatakan: " Tak ada riwayat lain dari Nabi saw. kecuali dari jalan ini. " ) Dan
diriwayatkan oleh Razin dari Ali, bahwa setelah selesai menguburkan mayat itu biasa
berdoa " - Ya Allah, ini adalah hamba-Mu yang datang berdiam kepda-Mu, dan
Engkau adalah sebaik-baik tempat berdiam, maka ampunilah dia dan lapangkanlah
tempatnya! " Ibnu Umar menganggap sunah membaca awal surat Al-Baqarah dan
akhirnya di kubur selesai mayat dimakamkan. ( Diriwayatkan oleh Baihaqi dengan sanad
yang hasan.)

Anda mungkin juga menyukai