Anda di halaman 1dari 5

‫بسم اهلل الرحمن الرحيم‬

TATA CARA MEnguburKAN JENaZAH


Oleh : A. Muslimin

A. TATA CARA MENGUBURKAN JENAZAH

1. Disunnahkan membawa jenazah dengan usungan jenazah yang di panggul di atas


pundak dari keempat sudut usungan.

2. Disunnahkan menyegerakan mengusungnya ke pemakaman tanpa harus tergesa-gesa.


Bagi para pengiring, boleh berjalan di depan jenazah, di belakangnya, di samping
kanan atau kirinya. Semua cara ada tuntunannya dalam sunnah Nabi.
3. Para pengiring tidak dibenarkan untuk duduk sebelum jenazah diletakkan, sebab
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam telah melarangnya.
4. Disunnahkan mendalamkan lubang kubur, agar jasad si mayit terjaga dari jangkauan
binatang buas, dan agar baunya tidak merebak keluar.

5. Lubang kubur yang dilengkapi liang lahad lebih baik daripada syaq. Dalam masalah
ini Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam bersabda:
6. “Liang lahad itu adalah bagi kita (kaum muslimin), sedangkan syaq bagi selain kita
(non muslim).” (HR. Abu Dawud dan dinyatakan shahih oleh Syaikh Al-Albani dalam
“Ahkamul Janaaiz” hal. 145)

1
Lahad adalah liang (membentuk huruf U memanjang) yang dibuat khusus di dasar
kubur pada bagian arah kiblat untuk meletakkan jenazah di dalamnya.

Syaq adalah liang yang dibuat khusus di dasar kubur pada bagian tengahnya
(membentuk huruf U memanjang).

7. Jenazah siap untuk dikubur. Allahul musta’an.

2
8. Lebih utama keluarga musibah yang memasukkan jenazah ke dalam kubur.

9. Jenazah diangkat di atas tangan untuk diletakkan di dalam kubur.

10. Jenazah dimasukkan ke dalam kubur. Disunnahkan memasukkan jenazah ke liang


lahat dari arah kaki kuburan lalu diturunkan ke dalam liang kubur secara perlahan. Jika
tidak memungkinkan, boleh menurunkannya dari arah kiblat.
11. Ketika memasukkan jenazah ke liang lahad disunahkan membaca do’a :

‫ِ ْس ِم ِهللا َع َلى ِم َّلِة َر ُسْو ِل ِهللا َص َّلى ُهللا َع َلْيِه َو َس َّلَم‬

“Dengan menyebut Asma Allah dan berjalan di atas millah Rasulullah shallallahu
‘alaihi wassalam”
12. Disunnahkan membaringkan jenazah dengan bertumpu pada sisi kanan jasadnya
(dalam posisi miring) dan menghadap kiblat sambil dilepas tali-talinya selain tali
kepala dan kedua kaki.
13. Meletakkan bantalan dari tanah ataupun batu di bawah kepalanya agar posisi tetap
miring dan menghadap qiblat.

3
14. Setelah jenazah diletakkan di dalam rongga liang lahad dan tali-tali selain kepala dan
kaki dilepas, maka rongga liang lahad tersebut ditutup dengan batu bata atau papan
kayu/bambu dari atasnya (agak samping).

15. Lalu sela-sela batu bata-batu bata itu ditutup dengan tanah liat agar menghalangi
sesuatu yang masuk sekaligus untuk menguatkannya.

16. Ketika mulai menimbun tanah disunahkan membaca do’a :

‫ِم ْنَه ا َخ َلْق َنُك ْم َو ِفْيَه ا ُنِعْيُد ُك ْم َو ِم ْنَه اُنْخ ِر ُج ُك ْم َتاَر ًة ُاْخ َر ى‬

17. Tanah kubur disunahkan agak ditinggikan kira-kira satu jengkal sesuai dengan sabda
Rasul SAW :

}‫َاَّن الَّنِبَّي َص َّلى اُهلل َعَلْيِه َو َس َّلَم َر َفَع َقْبَر ِاْبَر اِه ْيَم ِاْبَنُه َقْد َر ِش ْبٍر {روه البيهقي‬

”Sesungguhnya Nabi saw telah meninggikan kubur Ibrahim putranya kurang lebih
satu jengkal”. (HR. Baihaqi)

4
18. Disunnahkan bagi para pengiring untuk menabur tiga genggaman tanah ke dalam liang
kubur setelah jenazah diletakkan di dalamnya. Demikianlah yang dilakukan Rasulullah
SAW. Setelah itu ditumpahkan (diuruk) tanah ke atas jenazah tersebut.
19. Kemudian ditaburi dengan batu kerikil sebagai tanda sebuah makam dan diperciki air,
berdasarkan tuntunan sunnah Nabi Muhammad SAW (dalam masalah ini terdapat
riwayat-riwayat mursal yang shahih, silakan lihat kitab “Irwa’ul Ghalil” II/206). Lalu
diletakkan batu pada makam bagian kepalanya agar mudah dikenali.
20. Setelah penguburan selesai disunahkan berhenti sejenak untuk mendo’akan si mayit
(supaya mempunyai keteguhan dalam menjawab pertanyaan kubur), yang oleh tabi’in
disikapi dengan dibacakan talqin kemudian istighfar dan berdo’a. Sesungguhnya mayit
bisa mendapatkan manfaat dari doa mereka. Sebagaimana Sabda Rasulullah SAW :

‫ َك اَن الَّنِبُّي َص َّلى اُهلل َعَلْيِه َو َس َّلَم ِاَذاَفَر َغ ِم ْن َدْفِن ْالَم ِّيِت َو َقَف‬، ‫َعْن ُعْثَم اَن ََر ِض َي اُهلل َعْنُه َقاَل‬
}‫ِاْس َتْغِف ُر ْو ا َِال ِخ ْيُك ْم َفااْسَئُلْو اَلُه الَّتْثِبْيَت َفِاَّن ْاَالَن ُيْس َئا {روه ابوداود والحكيم‬: ‫َعَلْيِه َو َقاَل‬

21. Dari Utsman, adalah Nabi SAW apabila selesai menguburkan mayat beliau berdiri
sejenak lalu bersabda, ”Mintakanlah olehmu ampunan untuk saudaramu dan
mintakanlah supaya ia diberi kekuatan dan keteguhan, karena sesungguhnya ia saat
ini sedang ditanya (Munkar Nakir).” HR. Abu Daud dan Hakim)

B. HAH-HAL YANG DILARANG

1. Meninggikan kubur yang melampaui batas, sebagaimana sabda Nabi SAW :

}‫َالَض ْع ِتْم َثاًالِاَّالَطَم َّس ْتُه َو َال َقْبٌر َم ْسُر ْو ًفا ِاَّال َس َّو ْيَتُه {روه الحماعة‬

”Janganlah engkau tinggalkan patung kecuali menghancurkannya, dan tidaklah kubur


yang melampaui batas, kecuali engkau meratakannya”. (HR. Jama’ah)

2. Menembok kubur dengan semen sehingga menjadi bangunan permanen


3. Duduk diatas kubur, sebagaimana sabda Nabi saw :

‫ى ُل اِهلل َعَل ِه َّل َعِن ْال ِّص ْالَق َاْن ْق َدَعَل ِه َا َنى َعَل ِه‬
‫َج َص ْبَر َو َي ُع ْي ْو ُيْب ْي‬ ‫ْي َو َس َم‬ ‫َنَه َرُسْو‬
”Rasulullah saw melarang mengapur kuburan, duduk diatasnya, atau membangun
(bangunan) atasnya.” (HR. Muslim)

Disampaikan dalam Tahlil Akbar


Masjid Al-Muttaqin Prasanti Metro
Kamis, 4 April 2013

Anda mungkin juga menyukai