MERAWAT JENAZAH
Apabila menjumpai seseorang yang telah menghembuskan nafasnya yang terakhir, maka
diharuskan untuk melakukan hal-hal seperti berikut:
( )
.
b. Menutup seluruh badan sang mayat dengan pakaian selain yang dikenakannya.
, ( ,
. )
Disunnahkan menutupi mayyit dengan kain setelah wafatnya. Berdasarkan hadits riwayat
'Aisyah rodliyyallohu 'anha : Sesungguhnya Nabi sholalloohu 'alaihi wa sallam, ketika
mangkat diselimuti dengan kain jubah yang bergaris-garis.
Muttafaq 'Alaihi ]
( : ,
, , )
, " " :
.
Dan seyogyanya, secepatnya merawat jenazah mayyit, ketika sudah nyata akan
kematiannya. Seperti sabda Nabi Sholalloohu 'alaihi wa sallama : Tidaklah bagus
menahan mayyit orang islam dihadapan (ditengah-tengah )keluarganya.
Imam Ahmad bin Hanbal rahimahullohu mengatakan : Kemuliaan mayyit itu kalau
segera (dirawat), dan tidaklah mengapa menahannya ketika menanti kehadiran walinya,
atau selainnya, apabila jaraknya dekat, dan jika tidak dikawatirkan mayyit segera berubah
(rusak).
Apabila seorang meninggal dunia, maka wajib bagi sekelompok muslim untuk segera
memandikannya. Dalam memandikan mayat, hendaknya menjaga hal-hal sebagai berikut:
Pada lapis yang pertama dibubuhi wewangian khusus, kemudian letakkan jenazah diatas
kafan tersebut dalam posisi terlentang. Lalu letakkan kapas yang telah dibubuhi
wewangian pada selakangan jenazah. Hendaklah menyediakan kain yang telah dibubuhi
kapas untuk menutupi aurat jenazah dengan melilitkannya (seperti popok )kemudian
hendaklah membubuhi wewangian pada lekuk wajah jenazah .Kemudian lembaran
pertama dilipat dari sebelah kanan terlebih dahulu ,menyusul lembaran kedua dan ketiga
seperti halnya lembaran yang pertama .Kemudian menambatkan tali-tali pengikatnya
yang berjumlah tujuh utas tali. Lalu gulung lebihan kain kafan pada ujung kepala dan
kakinya agar tidak lepas ikatannya, kemudian lipat kea rah kaki dan arah kepala.
Jenazah wanita dikafani dengan lima helai kain yaitu kain sarung untuk menutupi bagian
bawahnya, kerudung untuk menutupi bagian kepalanya, baju kurung (yang terbuka sisi
kanan dan kirinya) serta dua helai kain yang digunakan untuk menutupi sekujur
tubuhnya.[1]
Mensholatkan jenazah orang Islam adalah fardhu kifayah. Mensholatkan jenazah dengan
cara sebagai berikut:
a. Imam hendaklah berdiri setentang dengan kepala jenazah, apabila jenazahnya laki-
laki, dan berdiri tepat pada bagian tengah jenazah apabila jenazahnya perempuan
b. Kemudian imam takbir empat kali. Setelah takbir pertama, membaca taawudz,
kemudian surat al-fatihah
c. Pada takbir kedua, membaca sholawat nabi sebagaimana yang biasa dibaca dalam
tashyahud
d. Kemudian setelah takbir ketiga, membaca doa. Setelah takbir keempat juga membaca
doa lalu mengucapkan sekali salam kekanan. Pada setiap takbir mengangkat kedua
tangan.[2]
V. PENGUBURAN JENAZAH
Menguburkan jenazah dengan cara memasukkan jenazah ke liang lahat dari arah kaki
kuburan, lalu diturunkan kedalam liang kubur secara perlahan, jika tidak memungkinkan
boleh menurunkan dari arah kiblat .Dalam meletakkan jenazah kedalam liang kubur,
hendaknya membaringkan jenazah dengan posisi lambung kanan dibawah dan wajahnya
menghadap kea rah kiblat. Sementara kepala dan kedua kainya bertumpu pada sisi kanan
dan menghadap kiblat.
Pertama :
Meninggikan kuburan sekadar sejengkal dari permukaan tanah dan tidak diratakan
dengan tanah, agar dikenali makamnya dan tidak ditelantarkan.
Kedua :
Ketiga :
Hendaknya memberi tanda pada makam dengan batu atau sejenisnya agar diketahui bagi
keluarganya.
Keempat :
1) MEMANDIKAN JENAZAH
Hukum memandikan jenazah adalah fardlu kifayah, artinya kewajiban ini dibebankan
kepada semua mukalaf di tempat itu, tetapi apabila dilakukan oleh sebagian orang,
gugurlah kewajiban seluruh mukalaf.
Ketika memandikan jenazah, tidak semua orang boleh hadir. Mereka yang hadir aadalah
orang yang diperlukan kehadirannya. Oleh sebab itu, ada syarat tertentu yang harus
diperhatikan, antara lain:
a. Untuk jenazah laki-laki, orang yang utama memandikan adalah orang yang diberi
wasiat, kemudian bapak, kakek, keluarga terdekat, mahram dari pihak laki-laki, dan
boleh juga istrinya.
b. Untuk jenazah perempuan, yang memandikan adalah ibunya, neneknya, atau
keluarga terdekat dari pihak wanita serta suaminya.
c. Jika jenazah anak laki-laki, boleh perempuan memandikannya. Jika anak perempuan
boleh laki-laki memandikannya,
d. Jika perempuan yang mati dan semuanya yang hidup laki-laki dan tidak ada
suaminya atau sebaliknya, jenazah tersebut tidak dimandikan, tetapi ditayamumkan
oleh salah seorang dari mereka dengan memakai lapis tangan. Rosulullah saw
bersabda sebagai berikut.
,
,
,
Artinya: Jika seseorang perempuan meninggal di lingkungan laki-laki dan tidak ada
perempuan lain atau laki-laki meninggal di lingkungan perempuan-perempuan dan tidak
ada laki-laki selainnya maka hendaklah mayat-mayat itu ditayamumkan, lalu
dimakamkan. Keduanya itu sama halnya dengan orang yang tidak mendapatkan air.
(HR. Abu Dawud dan al-Baihaqi)
a. Ambil kain penutup dan gantikan dengan kain basahan sehingga aurat utamanya
tidak kelihatan.
b. Mandikan jenazah pada tempat yang tertutup.
c. Pakailah sarung tangan dan bersihkan jenazah dari segala kotoran.
d. Ganti sarung tangan yang baru, lalu bersihkan seluruh badannya dan tekan perutnya
perlahan-lahan jika jenazah tidak hamil.
e. Tinggikan kepala jenazah agar air tidak mengalir ke arah kepala.
f. Masukkan jari tangan yang telah dibalut dengan kain basah ke mulut jenazah, gosok
giginya, dan bersihkan hidungnya. Kemudian, wudlukan seperti wudlu untuk sholat.
g. Siramkan air ke tubuh yang sebelah kanan dahulu. Kemudian ke sebelah kirinya.
h. Mandikan jenazah dengan air sabun dan air mandinya yang terakhir dicampur
dengan wangi-wangian.
i. Perlakukan jenazah dengan lembut ketika membalik dan menggosok anggota
tubuhnya.
j. Memandikan jenazah satu kali jika dapat membasuh ke seluruh tubuhnya, itulah
yang wajib. Sunnah mengulanginya beberapa kali dalam bilangan ganjil.
k. Jika keluar najis dari jenazah itu setelah dimandikan dari badannya, wajib dibuang
dan dimandikan kembali. Jika keluar najis setelah di atas kafan, tidak perlu untuk
diulang mandinya ,tetapi cukup untuk membuang najisnya saja.
l. Keringkan tubuh jenazah setelah dimandiakan dengan kain atau handuk sehingga
tidak membasahi kafannya.
m. Selesai mandi, sebelum dikafani berilah wangi-wangian yang tidak mengandung
alkohol. Pembaerian wewangian untuk jenazah sebaiknya menggunakan kapur barus.
5) MENGKAFANI JENAZAH
Mengafani jenazah adalah menutupi atau membungkus jenazah dengan sesuatu yang
dapat menutupi tubuhnya walau hanya sehelai kain. Hukum mengafani jenazah muslim
dan bukan mati syahid adalah fardlu kifayah.
a. Kain yang digunakan hendaklah bagus, bersih, dan menutupi seluruh tubuh.
b. Kain kafan hendaklah berwarnah putih.
c. Jumlah kain kafan bagi laki-laki hendaklah tiga lapis, sedengkan perempuan lima
lapis.
d. Sebelum digunakan untuk membungkus, kain kafan hendaknya diberi wangi-
wangian.
e. Tidak berlebihan dalam mengafani jenazah.
a. Bentangkan kain kafan sehelai demi sehelai, yang paling bawah lebih lebar dan luas.
Sebaiknya masing-masing helai diberi kapur barus.
b. Angkatlah jenazah dalam keadaan tertutup dengan kain dan letakkan di atas kain
kafan memanjang lalu ditaburi dengan wangi-wangian.
c. Tutuplah lubang-lubang yang mungkin masih mengeluarkan kotoran dengan kapas.
d. Selimutkan kain kafan sebelah kanan yang paling atas, kemudian ujung lembar
sebelah kiri. Selanjutnya, lakukan selembar demi selembar dengan cara yang lembut.
e. Ikatlah dengan tali yang sudah disiapkan sebelumnya dibawah kain kafan tiga atau
lima ikatan. Lepaskan ikatan setelah dibaringkan di liang lahat.
f. Jika kain kafan tidak cukup menutupi seleruh badan jenazah, tutupkanlah bagian
auratnya .Bagian kaki yang terbuka boleh ditutup dengan rerumputan atau daun kayu
atau kertas dan semisalnya. Jika tidak ada kain kafan kecuali sekadar untuk menutup
auratnya saja, tutuplah dengan apa saja yang ada. Jika banyak jenazah dan kain
kafannya sedikit, boleh dikafankan dua atau tiga orang dalam satu kain kafan.
Kemudian, kuburkan dalam satu liang lahat ,sebagaimana dilakukan terhadap
syuhadak dalam perang uhud/
Kain kafan perempuan terdiri atas lima lembar kain kafan putih, yaitu:
a. Lembar pertama yang paling bawah untuk menutupi seluruh badannya yang lebih
lebar.
b. Lembar kedua untuk kerudung kepala.
c. Lembar ketiga untuk baju kurung.
d. Lembar keempat untuk menutup pinggang hingga kaki.
e. Lembar kelima untuk pinggul dan pahanya.
f. Mengafani jenazah perempuan sebagai berikut:
1. Susunlah kain kafan yang sudah dipotong-potong untuk masing-masing bagian
dengan tertib. Kemudian angkatlah jenazah dalam keadaan tertutup dengan kain
dan letakkna diatas kain kafan sejajar, serta taburi dengan wangi-wangian atau
dengan kapur barus.
2. Tutup lubang-lubang yang mungkin masih mengeluarkan kotoran dengan kapas.
3. Tutupkan kain pembungkus pada kedua pahanya.
4. Pakaikan sarung ( cukup disobek saja, tidak di jahit)
5. Pakaikan baju kurungnya (cukup disobek saja, tidak di jahit )
6. Dandanilah rambutnya tiga dandanan, lalu julurkan kebelakang.
7. Pakaikan penutup kepalanya ( kerudung )
8. Membungkusnya dengan lembar kain terakhir dengan cara menemukan kedua
ujung kain kiri dan kanan lalu digulung ke dalam. Setelah itu ,ikat dengan
sobekan pinggir kain kafan yang setelahnya telah disiapkan di bagian bawah
kain kafan, tiga atau lima ikatan, dan dilepaskan ikatany setelah diletakkan di
dalam liang lahat. Setelah itu, siap untuk di sholatkan.
8) MENSHOLATKAN JENAZAH
Telah disepakati para ulama bahwa menyalatkan jenazah hukumnya adalah fardlu
kifayah .Seperti yang diriwayatkan oleh Rasulullah.
Artinya:
Sholat jenazah mempunyai rukun-rukun yang apabila salah satu diantaranya tidak
dipenuhi maka ia batal dan tiadak dianggap sah oleh syarak. Diantara rukun menyalatkan
jenazah sebagai berikut:
sebelum menyalatkan jenazah, hendaklah wudlu terlebih dahulu seperti sholat biasa.
Kemudian, berniat hendak menyolatkan jenazah.
Niat menegakkan sholat jenazah karena Allah swt baik jenazah laki-laki ,perempuan
maupun anak-anak (hadir atau gaib ). Niat dibaca dalam hati.
Artinya:
3. Mengangkat tangan untuk takbir ketiga, lalu mendoakan si jenazah. Dengan doa
seperti berikut.
Artinya:
Ya Allah, ampunilah dia, berilah dia rahmad dan kesejahteraan ,maafkanlah dia,
hormatilah kedatangannya, luaskanlah tempat tinggalnya ,bersihkanlah dia dengan air
dan salju serta embun. Bersihkanlah dia dari segala dosanya, sebagaimana kain putih
yang bersih dari segala kotoran ,gantilah buat dia rumah yang lebih baik dari rumahnya
yang dahulu ,gantilah buat dia ahli keluarganya yang lebih baik dari pada ahli
keluarganya yang dahulu, peliharalah dia dari bencana kubur dan siksa api neraka.
[HR. Muslim 2/663]
.
.
"Ya Allah! Ampunilah kepada orang yang hidup di antara kami dan yang mati, orang
yang hadir di antara kami dan yang tidak hadir, laki-laki maupun perempuan. Ya Allah!
Orang yang Engkau hidupkan di antara kami, hidupkan dengan memegang ajaran Islam,
dan orang yang Engkau matikan di antara kami, maka matikan dengan memegang
keimanan. Ya Allah! Jangan menghalangi kami untuk tidak memperoleh pahalanya dan
jangan sesatkan kami sepeninggalnya." [HR. Ibnu Majah ,480 /1 Ahmad 2/368]
.
.
"Ya, Allah !Sesungguhnya Fulan bin Fulan dalam tanggunganMu dan tali
perlindunganMu .Peliharalah dia dari fitnah kubur dan siksa Neraka. Engkau adalah
Maha Setia dan Maha Benar. Ampunilah dan belas kasihanilah dia. Sesungguhnya
Engkau, Tuhan Yang Maha Pengampun lagi Penyayang." [HR. Ibnu Majah .Lihat Shahih
Ibnu Majah 1/251 dan Abu Dawud 3/211].
Ya, Allah, ini hambaMu, anak hambaMu perempuan (Hawa), membutuhkan rahmatMu,
sedang Engkau tidak membutuhkan untuk menyiksanya, jika ia berbuat baik
tambahkanlah dalam amalan baiknya, dan jika dia orang yang salah, lewatkanlah dari
kesalahan-nya.[HR. Hakim dan beliau menshohihkannya, serta Imam Dzahabi
mensetujuinya]
4. Mengangkat tangan dan takbir keempat, lalu diam sejenak atau membaca doa.
Doa merupakan rukun sholat jenazah yang telh disepakati para fukaha.
Disunnahkan doa setelah takbir keempat, meskipun seseorang telah berdoa setelah
takbir . doa untuk jenazah laki-laki seperti berikut:
Artinya:
Ya Allah, janganlah Engkau halangi kami dari mendapat pahalanya ,janganlah Engkau
jadikan fitnah kami setelah dia tiada, ampunilah kami dan dia.
5. Mengucapkan salam
Berdiri merupakan rukun menyalatkan jenazah menurut jumhur ulama. Oleh sebab itu,
tidak sah menyalatkan jenazah sambil berkendaraan.
9) MENGUBURKAN JENAZAH
Setelah disholatkan, jenazah segera dikuburkan. Jenazah sebaiknya dipikul oleh empat
orang jamaah. Sebelum proses penguburan sebaiknya lubanng kubur dipersiapkan
terlebih dahulu, dengan kedalaman minimal 2 m agar bau tubuh yang membusuk tidak
tercium ke atas dan untuk menjaga kehormatannya sebagai manusia. Selanjutnya, secara
perlahan jenazah dimasukkan ke dalam kubur di tempatkan pada lubang lahat, dengan
dimiringkan ke arah kiblat. Selanjutnya, tali pengikat jenazah bagian kepala dan kaki
dibuka agar menyentuh tanah langsung.
Agar posisi jenazah tidak berubah, sebaiknya diberi ganjalan dengan bulatan tanah atau
bulatan tanah kecil. Selanjutnya, lubang tanah ditutup dengan kayu atau bambu sehingga
waktu penimbunan tubuh jenazah tidak terkena dengan tanah.[3]
C. KESIMPULAN
a. Tata cara dalam mengurus jenazah perlu diperhatikan seperti apa dan bagaimana
prosedur yang harus dilakukan, mengingat jenazah tersebut akan dikubur dan ruhnya
akan bertemu dengan Rabbnya, maka sebisa mungkin kondisi dari jenazah tersebut
harus dalam keadaan baik.
b. Hidup dan mati adalah hak Allah swt. Apabila Allah swt telah menghendaki
kematian seseorang, tidak seorang pun dapat menghindari dan lari dari takdir-Nya.
c. Manusia adalah ciptaan Allah swt yang sempurna diantara ciptaan Allah swt yang
bagus. Allah swt akan memulihkan manusia yang beramal saleh dan memberi
balasan atas apa yang dilakukan di dunia. Yang beramal saleh akan mendapat
balasan dengan kebaikan dan barakah-Nya. Sementara itu ,yang tidak beramal saleh
akan menerima azab-Nya.
d. Orang yang mati wajib dihormati karena ia adalah makhluk Allah swt yang mulia.
Oleh sebab itu, sebelum jenazah meninggalkan dunia menuju alam baru (kubur )
hendaklah dihormati dengan cara dimandikan, dikafani, disholatkan, dan dikuburkan.
e. Hukum mengurus, mengantarkan, dan mendoakan jenazah adalah sunnah.
f. Pengurusan mayat disunnahkan dilakukan dengan kelembutan dan kasih sayang
karena roh jenazah masih menyaksikan keluarga yang ditinggalkan.
D. TAMBAHAN
Sahabat Ibnu Umar mengukup mayyit dengan ULUWWAH (kayu gaharu yang
digunakan sebagai pengharum dengan tidak dihaluskan atau dicampuri dengan kapur
barus), beliau mengatakan: Inilah cara yang dilakukan Rasulullah ketika mengukup
jenazah.
: :
.
. - 48 /4 ... [
]1412 :
Dari Nafi', beliau berkata: Apabila Ibnu Umar mengukup Mayyit, maka ia mengukupnya
dengan ULUWWAH yang tidak dihaluskan, dan dengan kapur barus yang dicampurkan
dengan uluwwah. Kemudian ia berkata: Inilah cara yang dilakukan Rasulullah
sholalloohu 'alaihi wa sallama ketika mengukup jenazah.
HR. Muslim no. 4148. Dan disebutkan dalam Kitab Asy Syamaailu Asy Syariifah
karangan Imam Suyuthi dengan Syarh Al Munawiy, no hadits]1412 :
Yang dimaksud ULUWWAH menurut Imam Ibnul Qoyyim Al Jauziyyah dalam Kitab
Ath Thib An Nabawinya adalah Kayu Gaharu yang digunakan sebagai pengharum.
. () . . ()
.
]265 : [
Kayu Gaharu India itu ada dua macam. (Pertama) : Adalah kayu gaharu yang digunakan
untuk pengobatan, yang dinamakan KUST, ada yang mengatakan namanya QUSTH.
(Yang Kedua) : Adalah yang digunakan sebagai pengharum, kayu ini disebut dengan
ULUWWAH. [Kitan Ath Thiib An Nabawiy karangan Imam Ibnul Qoyyim Al
Jauziyyah, hal. 256]
Tatacara mengukup mayyit Al Imam Al Kamal ibn Al Hamaam Al Hanafiy dalam Kitab
beliau Faidl Al Qodir mengatakan:
. : : ) (
]327 /1 : [