Anda di halaman 1dari 53

1.

Alat dan bahan yang dipergunakan

Alat-alat yang dipergunakan untuk memandikan jenazah adalah sebagai berikut:

Kapas
Dua buah sarung tangan untuk petugas yang memandikan
Sebuah spon penggosok
Alat penggerus untuk menggerus dan menghaluskan kapur barus Spon-spon plastik
Shampo
Sidrin (daun bidara)
Kapur barus
Masker penutup hidung bagi petugas
Gunting untuk memotong pakaian jenazah sebelum dimandikan
Air
Pengusir bau busuk
Minyak wangi

>Daun Sidr (Bidara)

2. Menutup aurat si mayit


Dianjurkan menutup aurat si mayit ketika memandikannya. Dan melepas pakaiannya,
serta menutupinya dari pandangan orang banyak. Sebab si mayit barangkali berada dalam
kondisi yang tidak layak untuk dilihat. Sebaiknya papan pemandian sedikit miring ke
arah kedua kakinya agar air dan apa-apa yang keluar dari jasadnya mudah mengalir
darinya.

3. Tata cara memandikan

Seorang petugas memulai dengan melunakkan persendian jenazah tersebut. Apabila


kuku-kuku jenazah itu panjang, maka dipotongi. Demikian pula bulu ketiaknya. Adapun
bulu kelamin, maka jangan mendekatinya, karena itu merupakan aurat besar. Kemudian
petugas mengangkat kepala jenazah hingga hampir mendekati posisi duduk. Lalu
mengurut perutnya dengan perlahan untuk mengeluarkan kotoran yang masih dalam
perutnya. Hendaklah memperbanyak siraman air untuk membersihkan kotoran-kotoran
yang keluar.

Petugas yang memandikan jenazah hendaklah mengenakan lipatan kain pada tangannya
atau sarung tangan untuk membersihkan jasad si mayit (membersihkan qubul dan dubur
si mayit) tanpa harus melihat atau menyentuh langsung auratnya, jika si mayit berusia
tujuh tahun ke atas.

4. Mewudhukan jenazah

Selanjutnya petugas berniat (dalam hati) untuk memandikan jenazah serta membaca
basmalah. Lalu petugas me-wudhu-i jenazah tersebut sebagaimana wudhu untuk shalat.
Namun tidak perlu memasukkan air ke dalam hidung dan mulut si mayit, tapi cukup
dengan memasukkan jari yang telah dibungkus dengan kain yang dibasahi di antara bibir
si mayit lalu menggosok giginya dan kedua lubang hidungnya sampai bersih.

Selanjutnya, dianjurkan agar mencuci rambut dan jenggotnya dengan busa perasan daun
bidara atau dengan busa sabun. Dan sisa perasan daun bidara tersebut digunakan untuk
membasuh sekujur jasad si mayit.

5. Membasuh tubuh jenazah

Setelah itu membasuh anggota badan sebelah kanan si mayit. Dimulai dari sisi kanan
tengkuknya, kemudian tangan kanannya dan bahu kanannya, kemudian belahan dadanya
yang sebelah kanan, kemudian sisi tubuhnya yang sebelah kanan, kemudian paha, betis
dan telapak kaki yang sebelah kanan.

Selanjutnya petugas membalik sisi tubuhnya hingga miring ke sebelah kiri, kemudian
membasuh belahan punggungnya yang sebelah kanan. Kemudian dengan cara yang sama
petugas membasuh anggota tubuh jenazah yang sebelah kiri, lalu membalikkannya
hingga miring ke sebelah kanan dan membasuh belahan punggung yang sebelah kiri. Dan
setiap kali membasuh bagian perut si mayit keluar kotoran darinya, hendaklah
dibersihkan.

Banyaknya memandikan: Apabila sudah bersih, maka yang wajib adalah memandikannya
satu kali dan mustahab (disukai/sunnah) tiga kali. Adapun jika belum bisa bersih, maka
ditambah lagi memandikannya sampai bersih atau sampai tujuh kali (atau lebih jika
memang dibutuhkan). Dan disukai untuk menambahkan kapur barus pada pemandian
yang terakhir, karena bisa mewangikan jenazah dan menyejukkannya. Oleh karena itulah
ditambahkannya kapur barus ini pada pemandian yang terakhir agar baunya tidak hilang.
Dianjurkan agar air yang dipakai untuk memandikan si mayit adalah air yang sejuk,
kecuali jika petugas yang memandikan membutuhkan air panas untuk menghilangkan
kotoran-kotoran yang masih melekat pada jasad si mayit. Dibolehkan juga menggunakan
sabun untuk menghilangkan kotoran. Namun jangan mengerik atau menggosok tubuh si
mayit dengan keras. Dibolehkan juga membersihkan gigi si mayit dengan siwak atau
sikat gigi. Dianjurkan juga menyisir rambut si mayit, sebab rambutnya akan gugur dan
berjatuhan.

Setelah selesai dari memandikan jenazah ini, petugas mengelapnya (menghandukinya)


dengan kain atau yang semisalnya. Kemudian memotong kumisnya dan kuku-kukunya
jika panjang, serta mencabuti bulu ketiaknya (apabila semua itu belum dilakukan sebelum
memandikannya) dan diletakkan semua yang dipotong itu bersamanya di dalam kain
kafan. Kemudian apabila jenazah tersebut adalah wanita, maka rambut kepalanya dipilin
(dipintal) menjadi tiga pilinan lalu diletakkan di belakang (punggungnya).

Faedah

Apabila masih keluar kotoran (seperti: tinja, air seni atau darah) setelah dibasuh
sebanyak tujuh kali, hendaklah menutup kemaluannya (tempat keluar kotoran itu) dengan
kapas, kemudian mencuci kembali anggota yang terkena najis itu, lalu si mayit
diwudhukan kembali. Sedangkan jika setelah dikafani masih keluar juga, tidaklah perlu
diulangi memandikannya, sebab hal itu akan sangat merepotkan.

Apabila si mayit meninggal dunia dalam keadaan mengenakan kain ihram dalam
rangka menunaikan haji atau umrah, maka hendaklah dimandikan dengan air ditambah
perasaan daun bidara seperti yang telah dijelaskan di atas. Namun tidak perlu dibubuhi
wewangian dan tidak perlu ditutup kepalanya (bagi jenazah pria). Berdasarkan sabda
Rasulullah shallallahu alaihi wassalam mengenai seseorang yang wafat dalam keadaan
berihram pada saat menunaikan haji.

Orang yang mati syahid di medan perang tidak perlu dimandikan, namun hendaklah
dimakamkan bersama pakaian yang melekat di tubuh mereka. Demikian pula mereka
tidak perlu dishalatkan.

Janin yang gugur, bila telah mencapai usia 4 bulan dalam kandungan, jenazahnya
hendaklah dimandikan, dishalatkan dan diberi nama baginya. Adapun sebelum itu ia
hanyalah sekerat daging yang boleh dikuburkan di mana saja tanpa harus dimandikan dan
dishalatkan.

Apabila terdapat halangan untuk memamdikan jenazah, misalnya tidak ada air atau
kondisi jenazah yang sudah tercabik-cabik atau gosong, maka cukuplah ditayamumkan
saja. Yaitu salah seorang di antara hadirin menepuk tanah dengan kedua tangannya lalu
mengusapkannya pada wajah dan kedua punggung telapak tangan si mayit.
Hendaklah petugas yang memandikan jenazah menutup apa saja yang tidak baik untuk
disaksikan pada jasad si mayit, misalnya kegelapan yang tampak pada wajah si mayit,
atau cacat yang terdapat pada tubuh si mayit dll.

B. TATA CARA MENGKAFANI JENAZAH

1. Kafan-kafan mesti sudah disiapkan setelah selesai memandikan jenazah dan


menghandukinya

Mengkafani jenazah hukumnya wajib dan hendaklah kain kafan tersebut dibeli dari harta
si mayit. Hendaklah didahulukan membeli kain kafannya dari melunaskan hutangnya,
menunaikan wasiatnya dan membagi harta warisannya. Jika si mayit tidak memiliki
harta, maka keluarganya boleh menanggungnya.

2. Mengkafani jenazah

Dibentangkan tiga lembar kain kafan, sebagiannya di atas sebagian yang lain. Kemudian
didatangkan jenazah yang sudah dimandikan lalu diletakkan di atas lembaran-lembaran
kain kafan itu dengan posisi telentang. Kemudian didatangkan hanuth yaitu minyak
wangi (parfum) dan kapas. Lalu kapas tersebut dibubuhi parfum dan diletakkan di antara
kedua pantat jenazah, serta dikencangkan dengan secarik kain di atasnya (seperti melilit
popok bayi).

Kemudian sisa kapas yang lain yang sudah diberi parfum diletakkan di atas kedua
matanya, kedua lubang hidungnya, mulutnya, kedua telinganya dan di atas tempat-tempat
sujudnya, yaitu dahinya, hidungnya, kedua telapak tangannya, kedua lututnya, ujung-
ujung jari kedua telapak kakinya, dan juga pada kedua lipatan ketiaknya, kedua lipatan
lututnya, serta pusarnya. Dan diberi parfum pula antara kafan-kafan tersebut, juga kepala
jenazah.

Selanjutnya lembaran pertama kain kafan dilipat dari sebelah kanan dahulu, baru
kemudian yang sebelah kiri sambil mengambil handuk/kain penutup auratnya. Menyusul
kemudian lembaran kedua dan ketiga, seperti halnya lembaran pertama. Kemudian
menambatkan tali-tali pengikatnya yang berjumlah tujuh utas tali. Lalu gulunglah lebihan
kain kafan pada ujung kepala dan kakinya agar tidak lepas ikatannya dan dilipat ke atas
wajahnya dan ke atas kakinya (ke arah atas). Hendaklah ikatan tali tersebut dibuka saat
dimakamkan. Dibolehkan mengikat kain kafan tersebut dengan enam utas tali atau
kurang dari itu, sebab maksud pengikatan itu sendiri agar kain kafan tersebut tidak mudah
lepas (terbuka).

[Untuk pembahasan tata cara shalat jenazah, insya Allah akan kami jadikan artikel
tersendiri]

C. TATA CARA MENGUBURKAN JENAZAH

Disunnahkan membawa jenazah dengan usungan jenazah yang di panggul di atas pundak
dari keempat sudut usungan.
Disunnahkan menyegerakan mengusungnya ke pemakaman tanpa harus tergesa-gesa.
Bagi para pengiring, boleh berjalan di depan jenazah, di belakangnya, di samping kanan
atau kirinya. Semua cara ada tuntunannya dalam sunnah Nabi.

Para pengiring tidak dibenarkan untuk duduk sebelum jenazah diletakkan, sebab
Rasulullah shallallahu alaihi wassalam telah melarangnya.

Disunnahkan mendalamkan lubang kubur, agar jasad si mayit terjaga dari jangkauan
binatang buas, dan agar baunya tidak merebak keluar.

Lubang kubur yang dilengkapi liang lahad lebih baik daripada syaq. Dalam masalah ini
Rasulullah shallallahu alaihi wassalam bersabda:

Liang lahad itu adalah bagi kita (kaum muslimin), sedangkan syaq bagi selain kita (non
muslim). (HR. Abu Dawud dan dinyatakan shahih oleh Syaikh Al-Albani dalam
Ahkamul Janaaiz hal. 145)
Lahad adalah liang (membentuk huruf U memanjang) yang dibuat khusus di dasar kubur
pada bagian arah kiblat untuk meletakkan jenazah di dalamnya.

Syaq adalah liang yang dibuat khusus di dasar kubur pada bagian tengahnya (membentuk
huruf U memanjang).

Jenazah siap untuk dikubur. Allahul mustaan.

Jenazah diangkat di atas tangan untuk diletakkan di dalam kubur.


Jenazah dimasukkan ke dalam kubur. Disunnahkan memasukkan jenazah ke liang lahat
dari arah kaki kuburan lalu diturunkan ke dalam liang kubur secara perlahan. Jika tidak
memungkinkan, boleh menurunkannya dari arah kiblat.

Petugas yang memasukkan jenazah ke lubang kubur hendaklah mengucapkan:


BISMILLAHI WA ALA MILLATI RASULILLAHI (Dengan menyebut Asma Allah
dan berjalan di atas millah Rasulullah shallallahu alaihi wassalam). ketika menurunkan
jenazah ke lubang kubur. Demikianlah yang dilakukan Rasulullah shallallahu alaihi
wassalam.

Disunnahkan membaringkan jenazah dengan bertumpu pada sisi kanan jasadnya (dalam
posisi miring) dan menghadap kiblat sambil dilepas tali-talinya selain tali kepala dan
kedua kaki.

Tidak perlu meletakkan bantalan dari tanah ataupun batu di bawah kepalanya, sebab
tidak ada dalil shahih yang menyebutkannya. Dan tidak perlu menyingkap wajahnya,
kecuali bila si mayit meninggal dunia saat mengenakan kain ihram sebagaimana yang
telah dijelaskan.
Setelah jenazah diletakkan di dalam rongga liang lahad dan tali-tali selain kepala dan
kaki dilepas, maka rongga liang lahad tersebut ditutup dengan batu bata atau papan
kayu/bambu dari atasnya (agak samping).

Lalu sela-sela batu bata-batu bata itu ditutup dengan tanah liat agar menghalangi
sesuatu yang masuk sekaligus untuk menguatkannya.

Disunnahkan bagi para pengiring untuk menabur tiga genggaman tanah ke dalam liang
kubur setelah jenazah diletakkan di dalamnya. Demikianlah yang dilakukan Rasulullah
shallallahu alaihi wassalam. Setelah itu ditumpahkan (diuruk) tanah ke atas jenazah
tersebut.
Hendaklah meninggikan makam kira-kira sejengkal sebagai tanda agar tidak dilanggar
kehormatannya, dibuat gundukan seperti punuk unta, demikianlah bentuk makam
Rasulullah shallallahu alaihi wassalam (HR. Bukhari).

Kemudian ditaburi dengan batu kerikil sebagai tanda sebuah makam dan diperciki air,
berdasarkan tuntunan sunnah Nabi shallallahu alaihi wassalam (dalam masalah ini
terdapat riwayat-riwayat mursal yang shahih, silakan lihat Irwaul Ghalil II/206). Lalu
diletakkan batu pada makam bagian kepalanya agar mudah dikenali.

Haram hukumnya menyemen dan membangun kuburan. Demikian pula menulisi batu
nisan. Dan diharamkan juga duduk di atas kuburan, menginjaknya serta bersandar
padanya. Karena Rasulullah shallallahu alaihi wassalam telah melarang dari hal tersebut.
(HR. Muslim)

Kemudian pengiring jenazah mendoakan keteguhan bagi si mayit (dalam menjawab


pertanyaan dua malaikat yang disebut dengan fitnah kubur). Karena ketika itu ruhnya
dikembalikan dan ia ditanya di dalam kuburnya. Maka disunnahkan agar setelah selesai
menguburkannya orang-orang itu berhenti sebentar untuk mendoakan kebaikan bagi si
mayit (dan doa ini tidak dilakukan secara berjamaah, tetapi sendiri-sendiri!).
Sesungguhnya mayit bisa mendapatkan manfaat dari doa mereka.

Wallahu alam bish-shawab.

Referensi:

1. Pengurusan Jenazah oleh Al Imam Muhyidiin Muhammad Al Barkawi & Wizaratu


Asy Syuuni Al Islamiyati Wal Auqafi Wad Dawati Wal Irsyadi (Departemen Agama
Islam, Urusan Waqaf, Dakwah dan Pengajaran) Riyadh, Kerajaan Saudi Arabia.
Penerjemah: Abu Yahya, penerbit: Maktabah Al-Ghuroba, cet. Pertama, Mei 2010.

2. Shalat Jenazah Disertai dengan Tata Cara Mengurusnya oleh Syaikh Abdullah bin
Abdurrahman Al Jibrin, penerjemah: Abu Ihsan Al-Maidani Al-Atsari, penerbit: At-
Tibyan, cet. Kedua, Maret 2001.
telah nampak tanda-tanda ajal telah tiba, maka tindakan yang sunah dilakukan oleh orang yang
menunggu adalah sebagai berikut:

1. Membaringkan muhtadlir pada lambung sebelah kanan dan menghadapkannya ke arah qiblat.
Jika tidak memungkinkan semisal karena tempatnya terlalu sempit atau ada semacam gangguan
pada lambung kanannya, maka ia dibaringkan pada lambung sebelah kiri, dan bila masih tidak
memungkinkan, maka diterlentangkan menghadap kiblat dengan memberi ganjalan di bawah
kepala agar wajahnya bisa menghadap qiblat.

2. Membaca surat Yasin dengan suara agak keras, dan surat Ar Radu dengan suara pelan.
Faedahnya adalah untuk mempermudah keluarnya ruh. Nabi saw. bersabda:

( .
)

Bacakanlah surat yasin atas orang-orang (yang akan) mati kalian. (HR. Abu Dawud)

Bila tidak bisa membaca keduanya, maka cukup membaca surat Yasin saja.
3. Mentalqin kalimat tahlil dengan santun, tanpa ada kesan memaksa. Nabi Muhammad saw.
bersabda:

( .)

Tuntunlah orang (yang akan) mati diantara kamu dengan ucapan laailaha illallah. (HR. Muslim)

( .)

Barangsiapa ucapan terakhirnya kalimat laailaha illallah, maka ia akan masuk surga. (HR.
Hakim)

Dalam mentalqin, pentalqin (mulaqqin ) tidak perlu menambah kata, kecuali muhtadlir (orang
yang akan mati) bukan seorang mukmin, dan ada harapan akan masuk Islam. Talqin tidak perlu
diulang kembali jika muhtadlir telah mampu mengucapkannya, selama ia tidak berbicara lagi.
Sebab, tujuan talqin adalah agar kalimat tahlil menjadi penutup kata yang terucap dari
mulutnya.

4. Memberi minum apabila melihat bahwa ia menginginkannya. Sebab dalam kondisi seperti ini,
bisa saja syaitan menawarkan minuman yang akan ditukar dengan keimanannya.

5. Orang yang menunggu tidak diperbolehkan membicarakan kejelekannya, sebab malaikat akan
mengamini perkataan mereka.

Sesaat Setelah Ajal Tiba


Setelah muhtadlir dipastikan meninggal, tindakan selanjutnya yang sunah untuk dilakukan
adalah sebagai berikut:

1. Memejamkan kedua matanya seraya membaca:

2. Mengikat rahangnya ke atas kepala dengan kain yang agak lebar supaya mulutnya tidak
terbuka.

3. Melemaskan sendi-sendi tulangnya dengan melipat tangan ke siku, lutut ke paha dan paha ke
perut. Setelah itu dibujurkan kembali dan jari-jari tangannya dilemaskan. Bila agak terlambat
sehingga tubuhnya kaku, maka boleh menggunakan minyak atau yang lainnya untuk
melemaskan sendi-sendi tulang mayit. Faedah dari pelemasan ini adalah mempermudahkan
proses memandikan dan mengkafani.

4. Melepas pakaian secara perlahan, kemudian menggantinya dengan kain tipis yang dapat
menutup seluruh tubuhnya, yang ujungnya diselipkan di bawah kepala dan kedua kakinya.
Kecuali apabila ia sedang melaksanakan ihram, maka kepalanya harus dibiarkan terbuka.

5. Meletakkan benda seberat dua puluh dirham (20x2,75 gr = 54,300 gr) atau secukupnya di atas
perutnya dengan dibujurkan dan diikat agar perutnya tidak membesar.

6. Meletakkan mayit di tempat yang agak tinggi agar tidak tersentuh kelembaban tanah yang
bisa mempercepat rusaknya badan.

7. Dihadapkan ke arah qiblat sebagaimana muhtadlir.

8. Segera melakukan perawatan pada mayit, dan melaksanakan wasiatnya.

9. Membebaskan segala tanggungan hutang dan lainnya.

Tajhizul Jenazah (Merawat Mayit)

Tajhizul jenazah adalah merawat atau mengurus seseorang yang telah meninggal. Perawatan di
sini berhukum fardlu kifayah, kecuali bila hanya terdapat satu orang saja, maka hukumnya fardlu
ain.

Hal-hal yang harus dilakukan saat merawat jenazah sebenarnya meliputi lima hal, yaitu:
1. Memandikan

2. Mengkafani

3. Menshalati

4. Membawa ke tempat pemakaman

5. Memakamkan

Namun, karena kewajiban membawa jenazah ke tempat pemakaman merupakan kelaziman dari
kewajiban memakamkannya, kebanyakan ahli fiqih tidak mencantumkannya. Sehingga
perawatan mayit hanya meliputi empat hal, yakni memandikan, mengkafani, menshalati dan
memakamkannya.

Dari keempat hal yang diwajibkan di atas, pada taraf praktek terdapat beberapa pemilahan
sebagai berikut:

1. Orang Muslim

a. Muslim yang bukan syahid

Kewajiban yang harus dilakukan adalah:

1. Memandikan.

2. Mengkafani.

3. Menshalati.

4. Memakamkan.

b. Muslim yang syahid dunia atau syahid dunia-akhirat, mayatnya haram dimandikan dan
dishalati, sehingga kewajiban merawatnya hanya meliputi:

a. Menyempurnakan kafannya jika pakaian yang dipakainya tidak cukup untuk menutup seluruh
tubuhnya.

b. Memakamkan.

2. Bayi yang terlahir sebelum usia 6 bulan (Siqtu)


Dalam kitab-kitab salafy dikenal tiga macam kondisi bayi, yakni:

a. Lahir dalam keadaan hidup. Perawatannya sama dengan perawatan jenazah muslim dewasa.

b. Berbentuk manusia sempurna, tapi tidak tampak tanda-tanda kehidupan. Hal-hal yang harus
dilakukan sama dengan kewajiban terhadap jenazah muslim dewasa, selain menshalati.

c. Belum berbentuk manusia sempurna. Bayi yang demikian, tidak ada kewajiban apapun dalam
perawatannya, akan tetapi disunahkan membungkus dan memakamkannya.

Adapun bayi yang lahir pada usia 6 bulan lebih, baik terlahir dalam keadaan hidup ataupun mati,
kewajiban perawatannya sama dengan orang dewasa.

3. Orang Kafir

Dalam hal ini orang kafir dibedakan menjadi dua:

a. Kafir dzimmi (termasuk kafir muaman dan muahad)

Hukum menshalati mayit kafir adalah haram, adapun hal yang harus dilakukan pada mayat kafir
dzimmi adalah mengkafani dan memakamkan.

b. Kafir harbi dan Orang murtad

Pada dasarnya tidak ada kewajiban apapun atas perawatan keduanya, hanya saja diperbolehkan
untuk mengkafani dan memakamkannya.

Memandikan

Seperangkat peralatan yang harus disiapkan sebelum memandikan mayit adalah daun kelor
(Jawa: widara), sabun, sampo, kaos tangan, handuk, kapur barus, air bersih dan sebagainya.

Hal-hal penting yang perlu diperhatikan dalam proses memandikan mayit adalah:

a. Orang yang memandikan harus sejenis

Maksudnya bila mayitnya laki-laki yang memandikan harus laki-laki begitu pula apabila mayitnya
perempuan, kecuali apabila masih ada ikatan mahrom, suami-istri, atau mayit adalah anak kecil
yang belum menimbulkan syahwat. Bila tidak ditemukan orang yang boleh memandikan, maka
mayit cukup ditayamumi dengan ditutup semua anggota tubuhnya selain anggota tayamum, dan
yang mentayamumi harus memakai alas tangan.
Urutan orang yang lebih utama memandikan mayit laki-laki adalah ahli waris ashabah laki-laki,
kerabat lai-laki yang lain, istri, orang laki-laki lain. Waris ashabah yang dimaksud adalah:

1. Ayah

2. Kakek dan seatasnya

3. Anak laki-laki

4. Cucu laki-laki dan sebawahnya

5. Saudara laki-laki kandung

6. Saudara laki-laki seayah

7. Anak dari saudara laki-laki kandung

8. Anak dari saudara laki-laki seayah

9. Saudara ayah kandung

10. Saudara ayah seayah

Bagi mayit perempuan, yang paling utama memandikannya adalah perempuan yang masih
memiliki hubungan kerabat dan ikatan mahram dengannya; seperti anak perempuan, ibu dan
saudara perempuan.

b. Orang yang memandikan dan yang membantunya memiliki sifat amanah, dalam artian:

1. Kemampuan dalam memandikan mayit tidak diragukan lagi.

2. Apabila ia memberikan suatu kegembiraan yang tampak dari mayit, maka beritanya dapat
dipercaya. Sebaliknya, jika ia melihat hal-hal buruk dari diri mayit, maka ia mampu
merahasiakannya. Nabi Muhammad saw bersabda:

( )

.

Sebutkanlah kebaikan-kebaikan orang yang mati diantaramu dan jagalah kejelekan-


kejelekannya. (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi)

Tempat Memandikan
Prosesi memandikan dilaksanakan pada tempat yang memenuhi kriteria berikut:

1. Sepi, tertutup dan tidak ada orang yang masuk, kecuali orang yang memandikan dan orang
yang membantunya.

2. Ditaburi wewangian untuk mencegah bau yang keluar dari tubuh mayit.

Etika Memandikan

1. Haram melihat aurat mayit, kecuali untuk kesempurnaan memandikan. Seperti untuk
memastikan bahwa air yang disiramkan sudah merata, atau untuk menghilangkan kotoran yang
bisa mencegah sampainya air pada kulit.

2. Wajib memakai alas tangan saat menyentuh aurat mayit, dan sunah memakainya ketika
menyentuh selainnya.

3. Mayit dibaringkan dan diletakkan di tempat yang agak tinggi, seperti di atas dipan atau di
pangku oleh tiga atau empat orang dengan posisi kepala lebih tinggi dari tubuh. Hal ini untuk
mencegah mayit dari percikan air.

4. Mayit dimandikan dalam keadaan tertutup semua anggota tubuhnya. Bila tidak
memungkinkan atau mengalami kesulitan, maka cukup menutup auratnya saja.

5. Disunahkan menutup wajah mayit mulai awal sampai selesai memandikan.

6. Disunahkan pula memakai air dingin yang tawar, karena lebih bisa menguatkan daya tahan
tubuh mayit, kecuali jika cuaca dingin, maka boleh memakai air hangat.

7. Menggunakan tempat air yang besar, dan diletakkan agak jauh dari mayit.

Tata-cara Memandikan

1. Batas Minimal

Memandikan mayit sudah dianggap cukup apabila sudah melaksanakan hal-hal sebagai berikut:

a) Menghilangkan najis yang ada pada tubuh mayit.

b) Menyiramkan air secara merata pada anggota tubuh mayit, termasuk juga bagian farji tsayyib
(kemaluan wanita yang sudah tidak perawan) yang tampak saat duduk, atau bagian dalam alat
kelamin laki-laki yang belum dikhitan.
Catatan:

Bila terdapat najis yang sulit dihilangkan, semisal najis di bawah kuncup, maka menurut Imam
Romli, setelah mayit tersebut dimandikan, maka langsung dikafani dan dimakamkan tanpa
dishalati. Namun, menurut Ibnu Hajar, bagian yang tidak terbasuh tersebut bisa diganti dengan
tayamum sedangkan najisnya berhukum mafu.

Adapun cara mentayamumkan mayit adalah sebagai berikut:

1) Menepukkan kedua tangan pada debu disertai dengan niat sebagai berikut:

/ .

Atau bisa juga dengan membaca:

Niat ini harus terus berlangsung (istidamah) sampai kedua telapak tangan orang tersebut
mengusap wajah mayit.

2) Menepukkan kedua telapak tangan pada debu yang digunakan untuk mengusap kedua tangan
mayit, tangan kiri untuk mengusap tangan kanan mayit, dan tangan kanan untuk mengusap
tangan kirinya.

2. Batas Kesempurnaan

Memandikan mayit dianggap sempurna apabila melaksanakan hal-hal sebagai berikut:

a) Mendudukkan mayit dengan posisi agak condong ke belakang.

b) Pundak mayit disanggah tangan kanan, dengan meletakkan ibu jari pada tengkuk mayit, dan
punggung mayit disanggah dengan lutut.

c) Perut mayit dipijat dengan tangan kiri secara perlahan, supaya kotoran yang ada pada
perutnya bisa keluar.

d) Mayit diletakkan kembali ke posisi terlentang, kemudian dimiringkan ke kiri.

e) Membersihkan gigi dan kedua lubang hidung mayit, dengan jari telunjuk tangan kiri yang
beralaskan kain basah yang tidak digunakan untuk membersihkan qubul dan dubur.
f) Mewudlukan mayit. Adapun rukun dan kesunahannya sama persis dengan wudlunya orang
hidup. Hanya saja, saat berkumur disunahkan tidak membuka mulut mayit agar airnya tidak
masuk ke dalam perut. Hal ini apabila tidak terdapat hajat untuk membukanya.

Adapun niatnya adalah:

g) Mengguyurkan air ke kepala dan jenggot mayit dengan memakai air yang telah dicampur
daun kelor atau sampo.

h) Menyisir rambut dan jenggot mayit yang tebal secara pelan-pelan, dengan menggunakan sisir
yang longgar gigirnya, agar tidak ada rambut yang rontok. Bila ada rambut atau jenggot yang
rontok, maka wajib diambil dan dikubur bersamanya.

i) Mengguyur bagian depan tubuh mayit sebelah kanan, mulai leher sampai telepak kaki, dengan
memakai air yang telah dicampur daun kelor atau sabun. Begitu pula bagian sebelah kirinya.

j) Mengguyur bagian belakang tubuh mayit sebelah kanan, dengan posisi agak dimiringkan,
mulai tengkuk, punggung sampai telapak kaki. Begitu pula bagian sebelah kirinya.

k) Mengguyur seluruh tubuh mayit dengan menggunakan air yang jernih, untuk membersihkan
sisa-sisa daun kelor, sabun, dan sampo pada tubuh mayit.

l) Mengguyur seluruh tubuh mayit dengan air yang dicampur sedikit kapur barus. Dengan
catatan, saat meninggal mayit tidak dalam keadaan ihram. Saat basuhan terakhir ini, sunah
membaca niat:

Atau

Mengkafani

Pada dasarnya tujuan mengkafani adalah menutup seluruh bagian tubuh mayit. Walaupun
demikian para fuqaha memberi batasan tertentu sesuai dengan jenis kelamin mayit. Batasan-
batasan tersebut adalah sebagai berikut:

1. Batas Minimal
Batas minimal mengkafani mayit, baik laki-laki ataupun perempuan, adalah selembar kain yang
dapat menutupi seluruh tubuh mayit.

2. Batas Kesempurnaan

a) Bagi mayit laki-laki

Bagi mayit laki-laki yang lebih utama adalah 3 lapis kain kafan dengan ukuran panjang dan lebar
sama, dan boleh mengkafani dengan 5 lapis yang terdiri dari 3 lapis kain kafan ditambah surban
dan baju kurung, atau 2 lapis kain kafan ditambah surban, baju kurung dan sarung.

b) Bagi mayit perempuan

Bagi mayit perempuan atau banci, kafannya adalah 5 lapis yang terdiri dari 2 lapis kain kafan
ditambah kerudung, baju kurung dan sewek.

Kain kafan yang dipergunakan hendaknya berwarna putih dan diberi wewangian, bila
mengkafani lebih dari ketentuan batas maka hukumnya makruh, sebab dianggap berlebihan.

Cara-cara Praktis Mengkafani Mayit

Menyiapkan 5 lembar kain berwarna putih yang terdiri dari surban atau kerudung, baju kurung,
sarung atau sewek, dan 2 lembar kain untuk menutup seluruh tubuh mayit. Untuk memudahkan
proses mengkafani, urutan peletakannya adalah sebagai berikut:

1. Tali.

2. Kain kafan pembungkus seluruh tubuh.

3. Baju kurung.

4. Sarung atau sewek.

5. Sorban atau kerudung.

6. Setelah kain kafan diletakkan di tempatnya, letakkan mayit yang telah selesai dimandikan
dengan posisi terlentang di atasnya dalam keadaan tangan disedekapkan.

7. Letakkan kapas yang telah diberi wewangian pada anggota tubuh yang berlubang, anggota
tubuh ini meliputi:

a) Mata
b) Lubang hidung

c) Telinga

d) Mulut

e) Dubur

Demikian juga pada anggota sujud, meliputi:

a) Jidat

b) Hidung

c) Kedua siku

d) Telapak tangan

e) Jari-jari telapak kaki

8. Mengikat pantat dengan kain sehelai.

9. Memakaikan baju kurung, sewek atau sarung, dan surban atau kerudung.

10. Mayit dibungkus dengan kain kafan yang menutupi seluruh tubuhnya, dengan cara melipat
lapisan pertama, dimulai dari sisi kiri dilipat ke sisi kanan, kemudian sisi kanan dilipat ke kiri.
Begitu pula untuk lapis kedua dan ketiga.

11. Mengikat kelebihan kain di ujung kepala dan kaki (dipocong), dan diusahakan pocongan
kepala lebih panjang.

12. Setelah ujug kepala dan ujung kaki diikat, sebaiknya ditambahkan ikatan pada bagian tubuh
mayit; seperti perut dan dada, agar kafan tidak mudah terbuka saat dibawa ke pemakaman.

Menshalati

Hal-hal yang berkaitan dengan menshalati mayit secara garis besar ada tiga, yakni syarat, rukun,
dan hal-hal yang disunahkan di dalamnya, adapun penjelasannya adalah sebagai berikut:

1. Syarat Shalat Mayit


a) Mayit telah disucikan dari najis baik tubuh, kafan maupun tempatnya.

b) Orang yang menshalati telah memenuhi syarat sah shalat.

c) Bila mayitnya hadir, posisi mushalli harus berada di belakang mayit. Adapun aturannya adalah
sebagai berikut:

1) Mayit laki-laki:

Mayit dibaringkan dengan meletakkan kepada di sebelah utara. Imam atau munfarid berdiri
lurus dengan kepala mayit.

2) Mayit perempuan

Cara peletakkan mayit sama dengan mayit laki-laki, sedangkan imam atau munfarid berdiri lurus
dengan pantat mayit.

d) Jarak antara mayit dan mushalli tidak melebihi 300 dziro atau sekitar 150 m. Hal ini jika shalat
dilakukan di luar masjid.

e) Tidak ada penghalang antara keduanya; misalnya seandainya mayit berada dalam keranda,
maka keranda tersebut tidak boleh dipaku.

f) Bila mayit hadir, maka orang yang menshalati juga harus hadir di tempat tersebut.

2. Rukun Shalat Mayit

a) Niat.

Apabila mayit hanya satu, niatanya adalah:

Dan jika banyak, niatnya adalah:

b) Berdiri bagi yang mampu.

c) Melakukan takbir sebanyak empat kali termasuk takbiratul ihram.

d) Membaca surat Al Fatihah setelah takbir pertama.


e) Membaca shalawat Nabi setelah takbir kedua.

Contoh bacaan sholawat:

f) Mendoakan mayit setelah takbir ketiga.

Contoh doa:

g) Mengucapkan salam pertama setelah takbir keempat.

Contoh bacaan salam:

3. Kesunahan Dalam Shalat Jenazah

a) Mengangkat kedua telapak tangan sampai sebatas bahu, lalu meletakkannya diantara dada
pusar pada setiap takbir.

b) Menyempurnakan lafadh niat;

/
/ .

c) Melirihkan bacaan fatihan, shalawat dan doa.

d) Membaca taawwudz sebelum membaca surat Al Fatihah.

e) Tidak membaca doa iftitah.

f) Membaca hamdalah sebelum membaca shalawat.

g) Menyempurnakan bacaan shalawat. Adapun lafadhnya adalah:

h) Menyempurnakan bacaan doa untuk si mayit





.

.







.

i) Bila mayatnya anak kecil sunah untuk menambah doa:

j) Setelah takbir ke-empat sunah untuk membaca doa:

k) Membaca doa untuk masing-masing mukmin setelah membaca shalawat:

l) Salam yang kedua sunah untuk menyempur-nakan. Redaksinya adalah:

m) Sunah dilakukan di masjid dengan memper-banyak shaf .

Shalat Ghoib

Bagi orang yang tidak dapat datang ke tempat mayit boleh melakukan shalat ghoib di
tempatnya, namun dengan syarat-syarat sebagai berikut:

1. Ada masyaqat (kesulitan) untuk datang ke tempat jenazah.

2. Berkewajiban menshalati mayit.

Adapun lafadh niatnya untuk mayit tunggal adalah:

/ ( )
/ ( ) .

Bila mayit jumlahya banyak, maka setelah menyebutkan nama-nama mayit, diperbolehkan
menggunakan niat:

/
.

Kriteria Imam Shalat Jenazah

Adapun urutan orang yang lebih utama dan berhak menjadi imam shalat jenazah adalah sebagai
berikut:

1. Ayah.

2. Kakek dan seatasnya.

3. Anak laki-laki.

4. Cucu laki-laki dan sebawahnya.

5. Saudara laki-laki kandung.

6. Saudara laki-laki seayah.

7. Anak dari saudara laki-laki kandung.

8. Anak dari saudara laki-laki seayah.

9. Saudara ayah kandung.

10. Saudara ayah seayah.

11. Orang laki-laki yang memiliki hubungan kerabat.

Teknis Pelaksanaan

1. Takbiratul ihram bersamaan dengan niat shalat.

2. Membaca taawwudz dan surat Al Fatihah dengan suara pelan.

3. Takbir kedua.

4. Membaca hamdalah dan shalawat secara sempurna.

5. Takbir ketiga.
6. Membaca doa secara sempurna.

7. Takbir keempat.

8. Membaca doa.

9. Membaca salam dengan sempurna.

Proses Pemberangkatan Jenazah


Pelepasan Mayit

Setelah selesai shalat, keranda mayit diangkat, setelah itu salah satu wakil dari keluarga
memberikan kata sambutan pelepasan mayit, yang isinya meliputi:

a) Permintaan maaf kepada para hadirin dan teman keseharian atas kesalahan dan kekhilafan
yang pernah dilakukan mayit.

b) Pemberitahuan tentang pengalihan urusan hutang piutang kepada ahli waris.

c) Penyaksian atas baik dan buruknya mayit.

Sambutan-sambutan di atas hendaknya tidak terlalu panjang, sebab sunah sesegara mungkin
membawa mayit ke pemakaman.

Cara Mengantar Jenazah

Pada dasarnya dalam mengusung mayit diperbolehkan dengan berbagai cara, asalkan tidak ada
kesan meremehkan mayit. Namun, sunah untuk meletakkan mayit di keranda, dengan diusung
oleh tiga atau empat orang laki-laki. Dalam pengusungan ini, posisi kepala mayit berada di
depan.

Etika Pengiring Jazanah

1. Para penggiring jenazah hendaknya berada di depan dan di dekat mayit.

2. Makruh mengeraskan suara, kecuali bacaan Al Quran, dzikir atau shalawat Nabi.

3. Berjalan kaki lebih utama daripada berkendaraan, bahkan hukumnya bila tidak ada udzur.

4. Makruh mengiring mayit bagi orang perempuan.


5. Bertafakkur tentang kematian dan memperbanyak dzikir.

6. Bagi orang yang melihat mayit sunah untuk membaca:

Atau berdoa:




3(
) .




7. Bagi orang yang melihat iring-iringan mayit hendaknya berdiri dan ikut mengiring.

Pemakaman Mayit

1. Persiapan

Sebelum mayit diberangkatkan ke pemakaman, liang kubur, semua peralatan pemakaman harus
sudah siap.

2. Liang Kubur

a) Bentuk

Dalam kitab kuning dikenal dua jenis liang kubur:

1) Liang cempuri

Yakni liang kubur yang bagian tengahnya digali sekiranya cukup untuk menaruh mayit. Model ini
untuk tanah yang gembur.

2) Liang lahat

Yakni liang kubur yang sisi sebelah baratnya digali sekiranya cukup untuk menaruh mayit. Model
ini untuk tanah yang keras. Pada dasarnya liang ini lebih utama daripada liang cempuri.

b) Ukuran

1) Batas minimal
Batas minimal liang kubur adalah membuat lubang yang dapat mencegah keluarnya bau mayit
serta dapat mencegah dari binatang buas.

2) Batas kesempurnaan

Batas kesempurnaan liang kubur adalah membuat liang dengan ukuran sebagai berikut:

a) Panjang

Sepanjang mayit ditambah tempat yang cukup untuk orang yang menaruh mayit.

b) Lebar

Seukuran tubuh mayit ditambah tempat yang sekiranya cukup untuk orang yang menaruh mayit.

c) Dalam

Setinggi postur tubuh manusia ditambah satu hasta.

Prosesi Pemakaman

Dalam praktek pemakaman mayit dalam dapat dilakukan prosesi sebagai berikut:

1. Sesampainya mayit di tempat pemakaman, keranda diletakkan pada arah posisi peletakkan
kaki mayit.

2. Jenazah dikeluarkan dari keranda, dimulai dari kepalanya, lalu diangkat dengan posisi agak
miring dan wajah jenazah menghadap qiblat secara pelan-pelan.

3. Jenazah diserahkan pada orang yang yang sudah bersiap-siap dalam liang untuk
menguburnya. Hal ini dilakukan oleh tiga orang, orang pertama menerima bagian kepala, orang
kedua bagian lambung, dan orang ketiga bagian kaki.

4. Bagi orang yang menerima mayit disunahkan membaca doa:

5. Dan bagi orang yang meletakkan disunahkan membaca:

6. Kemudian mayit diletakkan di liang kubur dan dihadapkan ke arah qiblat dengan posisi miring
pada lambung sebelah kanan.

7. Menyandarkan wajah dan kaki pada dinding bagian dalam liang.

8. Memberi bantalan tanah liat pada bagian kepala.

9. Mengganjal bagian punggungnya dengan gumpalan tanah atau batu bata agar mayit tetap
dalam posisi miring menghadap kiblat.

10. Membuka simpul, terutama bagian atas, kemudian meletakkan pipinya pada bantalan tanah
liat yang telah ada.

11. Salah satu pengiring mengumandangkan adzan dan iqamah di dalam liang kubur. Adapun
lafadznya sama dengan lafadz adzan dan iqamah dalam shalat.

12. Bagian atas mayit ditutup dengan papan atau bambu sampai rapat, kemudian liang kubur
ditimbun dengan tanah.

13. Membuat gundukan setinggi satu jengkal dan memasang dua batu nisan, satu lurus dengan
kepala dan satunya lagi lurus dengan kaki mayit.

14. Menaburkan bunga, memberi minyak wangi dan memercikan air di atas makam.

15. Selanjutnya, salah satu pihak keluarga atau orang ahli ibadah melakukan prosesi talqin
mayit. Kesunahan mentalqin ini hanya berlaku bagi mayit dewasa dan tidak gila.

16. Mulaqin duduk dengan posisi menghadap muka kepala mayit, sedangkan para hadirin dalam
posisi berdiri.

17. Mulaqin mulai membaca bacaan talqin sebanyak tiga kali. Adapun contoh bacaan talqin
adalah:



:
.

18. Setelah liang kubur ditutup, sebelum ditimbun dengan tanah, para pengiring disunahkan
mengambil tiga genggam tanah bekas galian kemudian menaburkannya ke dalam liang kubur.

a) Pada taburan pertama membaca:

.
b) Do'a pada taburan kedua:

c) Do'a pada taburan ketiga:

19. Setelah selesai talqin pihak keluarga dan para hadirin tinggal sebentar untuk mendoakan
mayit. Adapun doanya adalah:

20. Setelah selesai berdoa secukupnya, para hadirin pulang.

Mati Syahid

Disebut syahid, sebab Allah dan RasulNya telah bersaksi bahwa orang tersebut nantinya akan
masuk surga, atau sebab pada waktu akan meninggal dia telah melihat surga. Adapun
pembagiannya sebagai berikut:

1. Syahid dunia-akhirat, yakni orang yang meninggal dalam peperangan dengan niat untuk
menegakkan agama Allah swt.

2. Syahid dunia, yakni orang yang mati dalam peperangan dengan niat mencari kehidupan dunia.

3. Syahid akhirat, yakni orang yang meninggal sebab semisal mencari ilmu, kebakaran,
kebanjiran dan sebagainya.

Bagi syahid yang masuk kriteria pertama, dan kedua, tidak diperbolehkan untuk dimandikan dan
dishalati. Sebagaimana keterangan yang telah lalu.


MERAWAT JENAZAH |

A. TATACARA MERAWAT JENAZAH

HAL YANG HARUS DILAKUKAN KETIKA ORANG MENINGGAL .I

yang terakhir, maka Apabila menjumpai seseorang yang telah menghembuskan nafasnya
:diharuskan untuk melakukan hal-hal seperti berikut

a. Segera memejamkan mata sang mayat dan mendoakannya


( )

.

hendaklah menyebut namanya), angkatlah derajatnya ( Ya Allah! Ampunilah si Fulan


yang mendapat petunjuk, berilah penggantinya bagi orang-orang bersama orang-orang
sekalian ditinggalkan sesudahnya. Dan ampunilah kami dan dia, wahai Tuhan, seru yang
".alam. Lebarkan kuburannya dan berilah penerangan di dalamnya
]HR. Muslim 2/634[

.b. Menutup seluruh badan sang mayat dengan pakaian selain yang dikenakannya

, ( ,
. )

hadits riwayat Disunnahkan menutupi mayyit dengan kain setelah wafatnya. Berdasarkan
sholalloohu 'alaihi wa sallam, ketika 'Aisyah rodliyyallohu 'anha : Sesungguhnya Nabi
.jubah yang bergaris-garis mangkat diselimuti dengan kain
]Muttafaq 'Alaihi[

c. Menyegerakan pengurusan jenazah hingga proses pemakamannya bila telah nyata


.kematiannya

( : ,
, , )

, " " :
.

akan Dan seyogyanya, secepatnya merawat jenazah mayyit, ketika sudah nyata
Tidaklah bagus : kematiannya. Seperti sabda Nabi Sholalloohu 'alaihi wa sallama
.keluarganya )menahan mayyit orang islam dihadapan (ditengah-tengah
]HR. Abu Dawud[

.Semua itu itu untuk menjaga perubahan (rusaknya) mayyit


kalau Imam Ahmad bin Hanbal rahimahullohu mengatakan : Kemuliaan mayyit itu
kehadiran walinya, segera (dirawat), dan tidaklah mengapa menahannya ketika menanti
tidak dikawatirkan mayyit segera berubah atau selainnya, apabila jaraknya dekat, dan jika
.)(rusak

II. MEMANDIKAN JENAZAH

muslim untuk segera Apabila seorang meninggal dunia, maka wajib bagi sekelompok
:menjaga hal-hal sebagai berikut memandikannya. Dalam memandikan mayat, hendaknya

a. Memandikan tiga kali lebih sesuai dengan yang dibutuhkan

)b. Hendaklah memandikan dengan hitungan ganjil (3 kali, 5 kali, 7 kali, dan seterusnya

c. Hendaklah air yang digunakan untuk memandikan dicampurkan dengan sabun atau
sejenisnya

d. Pada akhir memandikannya hendaknya mencampuri airnya dengan parfum, kapur


barus, atau sejenisnya

e. Menguraikan rambutnya

f. Memulai memandikannya dari sebelah kanan, dan anggota badan yang dibasuh ketika
berwudhu

dan yang yang ,g. Hendaklah yang memandikan mayat laki-laki adalah orang laki-laki
memandikan mayat perempuan adalah orang-orang perempuan

semisalnya. Lalu h. Cara memandikannya dengan menggunakan kain pembersih atau


pakaiannya dilepaskan. Dianjurkan digosok-gosokkan di bawah kain penutup, setelah
mencukur bulu ketiak dan kemaluan, menyisir rambut ,untuk memotong kukunya jenazah
.menyekanya dengan handuk jenazah. Lalu

III. MENGKAFANI JENAZAH

Kafan yang .Setelah usai memandikan jenazah, maka diwajibkan mengkafaninya


menutup seluruh digunakan utuk membungkus jenazah hendaklah mencukupi untuk
dianjurkan mengkafani dengan 3 :tubuhnya. Mengkafani jenazah dilakukan dengan cara
jenazah laki-laki, dan 5 helai kain kafan untuk helai kain kafan yang berwarna putih bagi
kafan tersebut dibubuhi wewangian kemudian membalut jenazah perempuan. Kain
.kafan tersebut jenazah dengan kain

wewangian khusus, kemudian letakkan jenazah diatas Pada lapis yang pertama dibubuhi
posisi terlentang. Lalu letakkan kapas yang telah dibubuhi kafan tersebut dalam
pada selakangan jenazah. Hendaklah menyediakan kain yang telah dibubuhi wewangian
kemudian )kapas untuk menutupi aurat jenazah dengan melilitkannya (seperti popok
Kemudian lembaran .hendaklah membubuhi wewangian pada lekuk wajah jenazah
menyusul lembaran kedua dan ketiga ,pertama dilipat dari sebelah kanan terlebih dahulu
Kemudian menambatkan tali-tali pengikatnya .seperti halnya lembaran yang pertama
tali. Lalu gulung lebihan kain kafan pada ujung kepala dan yang berjumlah tujuh utas
.tidak lepas ikatannya, kemudian lipat kea rah kaki dan arah kepala kakinya agar

sarung untuk menutupi bagian Jenazah wanita dikafani dengan lima helai kain yaitu kain
kepalanya, baju kurung (yang terbuka sisi bawahnya, kerudung untuk menutupi bagian
helai kain yang digunakan untuk menutupi sekujur kanan dan kirinya) serta dua
]tubuhnya.[1

IV. MENYOLATKAN JENAZAH

Mensholatkan jenazah orang Islam adalah fardhu kifayah. Mensholatkan jenazah dengan
:cara sebagai berikut

jenazahnya laki-laki, a. Imam hendaklah berdiri setentang dengan kepala jenazah, apabila
apabila jenazahnya perempuan dan berdiri tepat pada bagian tengah jenazah

b. Kemudian imam takbir empat kali. Setelah takbir pertama, membaca taawudz,
kemudian surat al-fatihah

c. Pada takbir kedua, membaca sholawat nabi sebagaimana yang biasa dibaca dalam
tashyahud

juga membaca d. Kemudian setelah takbir ketiga, membaca doa. Setelah takbir keempat
takbir mengangkat kedua doa lalu mengucapkan sekali salam kekanan. Pada setiap
]tangan.[2

V. PENGUBURAN JENAZAH

lahat dari arah kaki Menguburkan jenazah dengan cara memasukkan jenazah ke liang
perlahan, jika tidak memungkinkan kuburan, lalu diturunkan kedalam liang kubur secara
Dalam meletakkan jenazah kedalam liang kubur, .boleh menurunkan dari arah kiblat
jenazah dengan posisi lambung kanan dibawah dan wajahnya hendaknya membaringkan
rah kiblat. Sementara kepala dan kedua kainya bertumpu pada sisi kanan menghadap kea
.dan menghadap kiblat

orang yang mengantar jenazah ke pemakaman untuk Dimustahabkan (disukai) bagi


genggaman tanah dengan kedua tangannya usai penutupan liang melemparkan tiga kali
:berikut Hal-hal yang disunahkan sesudah pemakaman jenazah adalah seperti .lahatnya

:Pertama

dari permukaan tanah dan tidak diratakan Meninggikan kuburan sekadar sejengkal
.makamnya dan tidak ditelantarkan dengan tanah, agar dikenali
:Kedua

.Hendaknya gundukan tanah lebihan dibentuk seperti punuk

:Ketiga

Hendaknya memberi tanda pada makam dengan batu atau sejenisnya agar diketahui bagi
.keluarganya

:Keempat

memohonkan Hendaklah salah seorang berdiri di samping kuburan jenazah untuk


ampunan bagi jenazah, kemantapan dalam menjawab setiap Tanya dalam kubur dan
.hal yang sama seraya menyuruh kepada yang hadir untuk melakukan

B. PRAKTEK MENGURUS JENAZAH

MEMANDIKAN JENAZAH .)1

dibebankan Hukum memandikan jenazah adalah fardlu kifayah, artinya kewajiban ini
oleh sebagian orang, kepada semua mukalaf di tempat itu, tetapi apabila dilakukan
.gugurlah kewajiban seluruh mukalaf

memandikan Berkaitan dengan memandikan jenazah, berikut dibahas mengenai syarat


.memandikan jenazah jenazah, orang yang memandikan jenazah, dan tata cara

SYARAT MEMANDIKAN JENAZAH .)2

aadalah memandikan jenazah, tidak semua orang boleh hadir. Mereka yang hadir Ketika
tertentu yang harus orang yang diperlukan kehadirannya. Oleh sebab itu, ada syarat
: diperhatikan, antara lain

.a. Orang muslim, berakal, dan balig cukup umur

.b. Orang yang wajib memandikan jenazah wajib niat

orang itu hanya c. Orang jujur, saleh, dan dapat dipercaya. Hal itu dimaksudkan agar
.jelek tentang si mayat menyiarkan mana-man yang baik dan menutupi mana-man yang

ORANG YANG DIUTAMAKAN MEMANDIKAN JENAZAH .)3

yang diberi a. Untuk jenazah laki-laki, orang yang utama memandikan adalah orang
dari pihak laki-laki, dan boleh wasiat, kemudian bapak, kakek, keluarga terdekat, mahram
.juga istrinya
b. Untuk jenazah perempuan, yang memandikan adalah ibunya, neneknya, atau keluarga
.terdekat dari pihak wanita serta suaminya

c. Jika jenazah anak laki-laki, boleh perempuan memandikannya. Jika anak perempuan
,boleh laki-laki memandikannya

ada suaminya d. Jika perempuan yang mati dan semuanya yang hidup laki-laki dan tidak
ditayamumkan oleh salah atau sebaliknya, jenazah tersebut tidak dimandikan, tetapi
tangan. Rosulullah saw bersabda sebagai seorang dari mereka dengan memakai lapis
.berikut

, , , ,

: Artinya
perempuan seseorang perempuan meninggal di lingkungan laki-laki dan tidak ada Jika
perempuan-perempuan dan tidak ada laki-laki lain atau laki-laki meninggal di lingkungan
mayat-mayat itu ditayamumkan, lalu dimakamkan. Keduanya selainnya maka hendaklah
.dengan orang yang tidak mendapatkan air itu sama halnya
)HR. Abu Dawud dan al-Baihaqi(

TATACARA MEMANDIKAN JENAZAH .)4

a. Ambil kain penutup dan gantikan dengan kain basahan sehingga aurat utamanya tidak
.kelihatan

.b. Mandikan jenazah pada tempat yang tertutup

.c. Pakailah sarung tangan dan bersihkan jenazah dari segala kotoran

d. Ganti sarung tangan yang baru, lalu bersihkan seluruh badannya dan tekan perutnya
.perlahan-lahan jika jenazah tidak hamil

.e. Tinggikan kepala jenazah agar air tidak mengalir ke arah kepala

jenazah, gosok f. Masukkan jari tangan yang telah dibalut dengan kain basah ke mulut
.seperti wudlu untuk sholat giginya, dan bersihkan hidungnya. Kemudian, wudlukan

.g. Siramkan air ke tubuh yang sebelah kanan dahulu. Kemudian ke sebelah kirinya

h. Mandikan jenazah dengan air sabun dan air mandinya yang terakhir dicampur dengan
.wangi-wangian

.i. Perlakukan jenazah dengan lembut ketika membalik dan menggosok anggota tubuhnya
tubuhnya, itulah yang j. Memandikan jenazah satu kali jika dapat membasuh ke seluruh
.bilangan ganjil wajib. Sunnah mengulanginya beberapa kali dalam

dimandikan dari badannya, wajib dibuang dan k. Jika keluar najis dari jenazah itu setelah
keluar najis setelah di atas kafan, tidak perlu untuk diulang dimandikan kembali. Jika
.tetapi cukup untuk membuang najisnya saja ,mandinya

l. Keringkan tubuh jenazah setelah dimandiakan dengan kain atau handuk sehingga tidak
.membasahi kafannya

mengandung m. Selesai mandi, sebelum dikafani berilah wangi-wangian yang tidak


.menggunakan kapur barus alkohol. Pembaerian wewangian untuk jenazah sebaiknya

MENGKAFANI JENAZAH .)5

jenazah adalah menutupi atau membungkus jenazah dengan sesuatu yang Mengafani
jenazah muslim dapat menutupi tubuhnya walau hanya sehelai kain. Hukum mengafani
.dan bukan mati syahid adalah fardlu kifayah

:Dalam mengafani jenazah, terdapat hal-hal yang disunnahkan, antara lain

.a. Kain yang digunakan hendaklah bagus, bersih, dan menutupi seluruh tubuh

.b. Kain kafan hendaklah berwarnah putih

.c. Jumlah kain kafan bagi laki-laki hendaklah tiga lapis, sedengkan perempuan lima lapis

.d. Sebelum digunakan untuk membungkus, kain kafan hendaknya diberi wangi-wangian

.e. Tidak berlebihan dalam mengafani jenazah

CARA MENGKAFANI JENAZAH LAKI-LAKI .)6

lebar dan luas. a. Bentangkan kain kafan sehelai demi sehelai, yang paling bawah lebih
.Sebaiknya masing-masing helai diberi kapur barus

atas kain kafan b. Angkatlah jenazah dalam keadaan tertutup dengan kain dan letakkan di
.memanjang lalu ditaburi dengan wangi-wangian

.c. Tutuplah lubang-lubang yang mungkin masih mengeluarkan kotoran dengan kapas

lembar sebelah d. Selimutkan kain kafan sebelah kanan yang paling atas, kemudian ujung
.cara yang lembut kiri. Selanjutnya, lakukan selembar demi selembar dengan

sebelumnya dibawah kain kafan tiga atau e. Ikatlah dengan tali yang sudah disiapkan
.setelah dibaringkan di liang lahat lima ikatan. Lepaskan ikatan
cukup menutupi seleruh badan jenazah, tutupkanlah bagian f. Jika kain kafan tidak
atau Bagian kaki yang terbuka boleh ditutup dengan rerumputan atau daun kayu .auratnya
untuk menutup auratnya kertas dan semisalnya. Jika tidak ada kain kafan kecuali sekadar
banyak jenazah dan kain kafannya sedikit, saja, tutuplah dengan apa saja yang ada. Jika
orang dalam satu kain kafan. Kemudian, kuburkan dalam boleh dikafankan dua atau tiga
/sebagaimana dilakukan terhadap syuhadak dalam perang uhud ,satu liang lahat

CARA MENGKAFANI JENAZAH WANITA .)7

:Kain kafan perempuan terdiri atas lima lembar kain kafan putih, yaitu

a. Lembar pertama yang paling bawah untuk menutupi seluruh badannya yang lebih
.lebar

.b. Lembar kedua untuk kerudung kepala

.c. Lembar ketiga untuk baju kurung

.d. Lembar keempat untuk menutup pinggang hingga kaki

.e. Lembar kelima untuk pinggul dan pahanya

:f. Mengafani jenazah perempuan sebagai berikut

bagian dengan Susunlah kain kafan yang sudah dipotong-potong untuk masing-masing .1
dengan kain dan letakkna tertib. Kemudian angkatlah jenazah dalam keadaan tertutup
.wangi-wangian atau dengan kapur barus diatas kain kafan sejajar, serta taburi dengan

.Tutup lubang-lubang yang mungkin masih mengeluarkan kotoran dengan kapas .2

.Tutupkan kain pembungkus pada kedua pahanya .3

) Pakaikan sarung ( cukup disobek saja, tidak di jahit .4

) Pakaikan baju kurungnya (cukup disobek saja, tidak di jahit .5

.Dandanilah rambutnya tiga dandanan, lalu julurkan kebelakang .6

) Pakaikan penutup kepalanya ( kerudung .7

kedua ujung Membungkusnya dengan lembar kain terakhir dengan cara menemukan .8
ikat dengan sobekan pinggir kain ,kain kiri dan kanan lalu digulung ke dalam. Setelah itu
di bagian bawah kain kafan, tiga atau lima ikatan, kafan yang setelahnya telah disiapkan
di ikatany setelah diletakkan di dalam liang lahat. Setelah itu, siap untuk dan dilepaskan
.sholatkan
MENSHOLATKAN JENAZAH .)8

para ulama bahwa menyalatkan jenazah hukumnya adalah fardlu Telah disepakati
.Seperti yang diriwayatkan oleh Rasulullah .kifayah

:Artinya

.Sholatilah oranng yang meninggal dunia diantaramu


)HR.Ibnu Majah dari Jabir bin Abdillah(

diantaranya tidak Sholat jenazah mempunyai rukun-rukun yang apabila salah satu
syarak. Diantara rukun menyalatkan dipenuhi maka ia batal dan tiadak dianggap sah oleh
:jenazah sebagai berikut

Berniat menyalatkan jenazah .1

sholat biasa. sebelum menyalatkan jenazah, hendaklah wudlu terlebih dahulu seperti
.Kemudian, berniat hendak menyolatkan jenazah

perempuan ,menegakkan sholat jenazah karena Allah swt baik jenazah laki-laki Niat
.maupun anak-anak (hadir atau gaib ). Niat dibaca dalam hati

.Takbir empat kali .2

a) Takbir pertama untuk melakukan sholat dengan mengangkat tangan dilanjutkan


.membaca surat al-Fatihah

.b) Mengangkat tangan untuk takbir kedua. Lalu membaca shalawat berikut


. .
.

:Artinya

telah sebagaimana ,Ya Allah limpahkanlah rahmad kepada Muhammad dan keluarganya
keluarganya, dan limpahkanlah Engkau beri rahmad kepada Nabi Ibrahim dan
keluarganya, sebagaimana telah Engkau beri keberkahan kepada Nabi Muhammad dan
Ibrahim dan keluarganya. Di seluruh ala mini, engkaulah yang keberkahan kepada Nabi
.Terpuji lagi Maha Mulia Maha

c) Mengangkat tangan untuk takbir ketiga, lalu mendoakan si jenazah. Dengan doa
.seperti berikut

.

: Artinya

maafkanlah dia, ,Ya Allah, ampunilah dia, berilah dia rahmad dan kesejahteraan
bersihkanlah dia dengan air ,hormatilah kedatangannya, luaskanlah tempat tinggalnya
segala dosanya, sebagaimana kain putih dan salju serta embun. Bersihkanlah dia dari
gantilah buat dia rumah yang lebih baik dari rumahnya ,yang bersih dari segala kotoran
gantilah buat dia ahli keluarganya yang lebih baik dari pada ahli ,yang dahulu
.api neraka keluarganya yang dahulu, peliharalah dia dari bencana kubur dan siksa
]HR. Muslim 2/663[

.

.

di antara kami dan yang mati, orang Ya Allah! Ampunilah kepada orang yang hidup"
tidak hadir, laki-laki maupun perempuan. Ya Allah! yang hadir di antara kami dan yang
hidupkan di antara kami, hidupkan dengan memegang ajaran Islam, Orang yang Engkau
orang yang Engkau matikan di antara kami, maka matikan dengan memegang dan
pahalanya dan keimanan. Ya Allah! Jangan menghalangi kami untuk tidak memperoleh
]Ahmad 2/368 ,480/1 jangan sesatkan kami sepeninggalnya." [HR. Ibnu Majah


.


.

Sesungguhnya Fulan bin Fulan dalam tanggunganMu dan tali !Ya, Allah"
Peliharalah dia dari fitnah kubur dan siksa Neraka. Engkau adalah .perlindunganMu
Setia dan Maha Benar. Ampunilah dan belas kasihanilah dia. Sesungguhnya Maha
Lihat Shahih .Engkau, Tuhan Yang Maha Pengampun lagi Penyayang." [HR. Ibnu Majah
].Ibnu Majah 1/251 dan Abu Dawud 3/211

hambaMu perempuan (Hawa), membutuhkan rahmatMu, Ya, Allah, ini hambaMu, anak
membutuhkan untuk menyiksanya, jika ia berbuat baik sedang Engkau tidak
amalan baiknya, dan jika dia orang yang salah, lewatkanlah dari tambahkanlah dalam
kesalahan-nya.[HR. Hakim dan beliau menshohihkannya, serta Imam Dzahabi
]mensetujuinya

sejenak atau membaca doa. Doa d) Mengangkat tangan dan takbir keempat, lalu diam
disepakati para fukaha. Disunnahkan doa merupakan rukun sholat jenazah yang telh
seseorang telah berdoa setelah takbir . doa untuk setelah takbir keempat, meskipun
:seperti berikut jenazah laki-laki

: Artinya

janganlah Engkau ,Ya Allah, janganlah Engkau halangi kami dari mendapat pahalanya
.dan dia jadikan fitnah kami setelah dia tiada, ampunilah kami

e) Mengucapkan salam

Berdiri bagi yang kuasa .3

sebab itu, Berdiri merupakan rukun menyalatkan jenazah menurut jumhur ulama. Oleh
.tidak sah menyalatkan jenazah sambil berkendaraan

MENGUBURKAN JENAZAH .)9

dipikul oleh empat Setelah disholatkan, jenazah segera dikuburkan. Jenazah sebaiknya
lubanng kubur dipersiapkan orang jamaah. Sebelum proses penguburan sebaiknya
agar bau tubuh yang membusuk tidak terlebih dahulu, dengan kedalaman minimal 2 m
kehormatannya sebagai manusia. Selanjutnya, secara tercium ke atas dan untuk menjaga
dimasukkan ke dalam kubur di tempatkan pada lubang lahat, dengan perlahan jenazah
kepala dan kaki dimiringkan ke arah kiblat. Selanjutnya, tali pengikat jenazah bagian
.dibuka agar menyentuh tanah langsung

atau jenazah tidak berubah, sebaiknya diberi ganjalan dengan bulatan tanah Agar posisi
atau bambu sehingga bulatan tanah kecil. Selanjutnya, lubang tanah ditutup dengan kayu
]tanah.[3 waktu penimbunan tubuh jenazah tidak terkena dengan

C). KESIMPULAN

jenazah perlu diperhatikan seperti apa dan bagaimana Tata cara dalam mengurus .1
dilakukan, mengingat jenazah tersebut akan dikubur dan ruhnya prosedur yang harus
tersebut harus bertemu dengan Rabbnya, maka sebisa mungkin kondisi dari jenazah akan
.dalam keadaan baik

Allah swt. Apabila Allah swt telah menghendaki kematian Hidup dan mati adalah hak .2
.seorang pun dapat menghindari dan lari dari takdir-Nya seseorang, tidak

swt yang Manusia adalah ciptaan Allah swt yang sempurna diantara ciptaan Allah .3
memberi balasan bagus. Allah swt akan memulihkan manusia yang beramal saleh dan
akan mendapat balasan dengan atas apa yang dilakukan di dunia. Yang beramal saleh
yang tidak beramal saleh akan menerima ,kebaikan dan barakah-Nya. Sementara itu
.azab-Nya
mati wajib dihormati karena ia adalah makhluk Allah swt yang mulia. Orang yang .4
)sebab itu, sebelum jenazah meninggalkan dunia menuju alam baru (kubur Oleh
.dikuburkan hendaklah dihormati dengan cara dimandikan, dikafani, disholatkan, dan

.Hukum mengurus, mengantarkan, dan mendoakan jenazah adalah sunnah .5

sayang karena Pengurusan mayat disunnahkan dilakukan dengan kelembutan dan kasih .6
.roh jenazah masih menyaksikan keluarga yang ditinggalkan

D. TAMBAHAN

MENGHARUMKAN MAYYIT DENGAN MEMBAKAR DUPA (MENGUKUP .1


)MAYYIT

Sahabat Ibnu Umar mengukup mayyit dengan ULUWWAH (kayu gaharu yang
dengan kapur digunakan sebagai pengharum dengan tidak dihaluskan atau dicampuri
Rasulullah ketika mengukup barus), beliau mengatakan: Inilah cara yang dilakukan
.jenazah

: :
.
. - 48 /4 ... [
]1412 :

berkata: Apabila Ibnu Umar mengukup Mayyit, maka ia mengukupnya Dari Nafi', beliau
ULUWWAH yang tidak dihaluskan, dan dengan kapur barus yang dicampurkan dengan
Rasulullah dengan uluwwah. Kemudian ia berkata: Inilah cara yang dilakukan
.sholalloohu 'alaihi wa sallama ketika mengukup jenazah
Syariifah HR. Muslim no. 4148. Dan disebutkan dalam Kitab Asy Syamaailu Asy[
]1412 :karangan Imam Suyuthi dengan Syarh Al Munawiy, no hadits

Jauziyyah dalam Kitab Yang dimaksud ULUWWAH menurut Imam Ibnul Qoyyim Al
.digunakan sebagai pengharum Ath Thib An Nabawinya adalah Kayu Gaharu yang

. () . . ()
.
]265 : [

yang digunakan Kayu Gaharu India itu ada dua macam. (Pertama) : Adalah kayu gaharu
mengatakan namanya QUSTH. untuk pengobatan, yang dinamakan KUST, ada yang
pengharum, kayu ini disebut dengan (Yang Kedua) : Adalah yang digunakan sebagai
karangan Imam Ibnul Qoyyim Al ULUWWAH. [Kitan Ath Thiib An Nabawiy
]Jauziyyah, hal. 256

Tatacara mengukup mayyit Al Imam Al Kamal ibn Al Hamaam Al Hanafiy dalam Kitab
:beliau Faidl Al Qodir mengatakan
: : ) (
]327 /1 : [ .

Hanafi mengatakan: Cara mengukup mayyit Al Imam Al Kamal ibn Al Hamam Al


penguapan disekitar pembaringan memegang tempat adalah hendaklah orang yang
ganjil. Sesuai dengan hadits: Hendaklah dilakukan dengan mayyat dengan bilangan
]Faidl Al Qadir karangan Imam Kamal Ibnul Hamam Al Hanafiy : 1/ 327 ganjil. [Kitab

Menjadi jelaslah bahwasannya mengharumkan badan mayyit dengan pengharum


.termasuk sunnah dari Nabi Muhammad Sholalloohu 'alai wa sallama

Tatacara Merawat Jenazah


DETIK DETIK SAKAROTUL MAUT

Hal hal yang sunah dilakukan terhadap orang yang sakit parah (muhtadhor);

1. Mengahdapkannya ke arah kiblat


Hal ini bisa dilakukan dengan cara membaringkannya pada lambung sebelah kanan
(kepal di utara), jika tidak mampu maka dengan membaringkan pada lambung kirinya
(kepala di selatan), dan bila hal ini tidak mampu maka dengan posisi diterlentangkan
(mlumah) dan member sejenis bantal dikepalanya agar bisa menghadap kiblat

2. Membacakan surat yasin dengan keras dan surat Ar-Radu dengan lirih,
Jika keduanya mungkin di baca, namun jika hanya mungkin membaca salah satunya,
maka dibacakan surat yasin untuk mengingatkannya pada urusan akhirat. Jika muhtadhlor
(orang yang sudah sekarat) sudah tidak mempunyai perasaan maka yang lebih utama di
bacakan surat Ar-Radu, untuk mempermudah keluarnya ruh.[4]

3. Mentalkin (menuntun untuk membaca )


Nabi bersabda : (

) barangsiapa yang akhir
hayatnya membaca maka ia akan masuk surga
Menurut qaul sahih penalkinan dilakukan satu kali (tidak perlu diulangi), kecuali apabila
muhtadlor setelah ditalkin berbicara sekalipun masalaj ukhrawi, maka talkin sunah untuk
diulangi lagi. Menurut imam As Shamiri talkin tidak sunat diulangi selama muhtadlor
tidak membicarakan urusan duniawi. Talkin untuk orang muslim tidak memakai lafadz
tasbih dan ashadu, kedua lafadz tersebut digunakan untuk mentalkin orang kafir yang
diharapkan masuk islam.
Orang yang melakukan talkin disunahkan bukan ahli waris, bukan musuhnya atau orang
yang hasud/iri kepadanya, hal ini bertujuan untuk menghindari dugaan bahwa mereka
mengharapkan kematian muhtadlor.[5]
Jika yang ada hanya ahli waris maka hendaknya yang metalkin adalah ahli waris yang
paling saying kepadanya.[6]

4. Memberi minum kepada Muhtadlor (orang yang sakit parah)


Hal tersebut disunnahkan, terutama apabila ada tanda bahwa ia meminta minum, sebab
pada waktu itu syetan menawarkan minum yang akan ditukar dengan keimanan.

Tanda baik dan buruknya mayyit :


Tanda-tanda mayyit yang baik :
1. Keningnya berkeringat
2. Kedua matanya mengeluarkan air mata
3. Janur hidungnya mengembang
4. Wajahnya ceria

Tanda- tanda mayit jelek :


1. Wajahnya kelihatan sedih dan takut.
2. Ruhnya sulit keluar, bahkan sampai seminggu
3. Kedua sudut bibirnya berbusa.
Tanda-tanda diatas bisa kelihatan semua, atau hanya sebagiannya saja.[7]

Keterangan
Apabila ada tanda yang baik maka sunnah untuk disiarkan kecuali jika mayyit dhohirnya
ahli maksiat atau orang fasik, maka tidak boleh di siarkan, agar perilaku jeleknya tidak
ditiru orang lain.

Bila ada tanda yang jelek maka wajib dirahasiakan, kecuali dhohirnya mayit adalah orang
yang ahli maksiat atau orang fasik, maka boleh untuk diberitahukan orang lain agar
perilaku jeleknya tidak diikuti orang lain

Kesunnahan Setelah Ruh Dicabut

1. Memejamkan kedua matanya dengan mengusap wajahnya sambil membaca :


bila belum berhasil maka tariklah kedua lengan dan ibu jari kakinya secara bersamaan.

2. Kedua rahangnya hingga kepala bagian atas diikat dengan kain yang lebar agar mulut
tidak terbuka.

3. Sendi-sendi tulang dilemaskan dengan cara melekukkan tangan pada lengan, betis pada
paha, paha pada perut agar mudah didalam memandikan dan mengkafaninya

4. Pakaian mayit dilepas dengan pelan, lalu mayit ditutupi dengan kain yang tipis,
ujungnya diselipkan dibawah kepala dan kedua kaki.
Keterangan;

a. Untuk mayit laki-laki yang dalam keadaan ihrom maka kepalanya harus terbuka (tidak
boleh ditutupi)
b. Untuk mayit perempuan yang sedang ihrom maka wajahnya tidak boleh ditutupi.

5. Mayit diletakkan ditempat yang agak tinggi, sekira tidak menyentuh tanah, seperti di
atas dipan (amben), agar tanah yang basah tidak mengenainya (supaya tidak segera
membusuk)

6. Membakar dupa atau menaburkan wewangian disekitar mayit, agar bau yang tak sedap
menjadi hilang

7. Meletakkan sesuatu (selain mushaf) yang agak berat di perut mayit, dengan cara benda
tersebut di bujurkan dan diikat agar perutnya tidak mengembang. Untuk beratnya kira-
kira 54,3 gram atau 0,5 ons

8. Segera melunasi hutang dan melaksanakan wasiatnya


[4] Al mahalli juz 1 hal; 321
[5] Nihayatuz zain 147
[6] Qulyubi juz 1 hal;321
[7] Nihayatuz zain hal; 147

TAJHIZUL MAYYIT

Tajhizul mayit artinya merawat atau mengurus seseorang yang telah meninggal. Hukum
tajhiz adalah fardlu kifayah bagi setiap orang mukallaf yang mengetahui atau menyangka
atas kematian seseorang.

STATUS MAYIT YANG AKAN DIRAWAT DIPERINCI SEBAGAI BERIKUT;

1. Muslim Ghoiru Syahid Wa Ghoiru Siqti

Yaitu mayit muslim dewasa serta bukan mati syahid


Kewajiban yang harus dilakukan terhadap mayit ini adalah :
1. Memandikan
2. Mengkafani
3. Menshalati
4. Memakamkan

2.Mayit Muslim Al Syahid (Syahid Dunia Dan Akhirat)

Yaitu mayit yang mati waktu perang dengan non muslim (orang kafir)
Hal-hal yang harus dilakukan kaum muslimin terhadap mayit seperti ini adalah :

1. Mengkafani dengan pakaian perangnya. Bila tidak cukup maka ditambah dengan kain
kafan lain sehingga bisa menutupi seluruh badannya
2.Memakamkan.
Untuk mayit syahid dunia akhirat ini haram di sholati dan dimandikan meski ia
menanggung hadast besar.

3. Mayit Al-Muslim As-Siqtu (Bayi Prematur)


Yaitu bayi atau janin yang lahir sebelum mencapai usia 6 bulan.
Dalam kitab-kitab salafi menangani bayi ini diperinci sebagai berikut,
Lahir dalam keadaan hidup, yang bisa diketahui dengan jeritan, gerakan atau yang
lainnya.
Kewajiban terhadap bayi ini adalah sama seperti mayit muslim dewasa yaitu:
memandikan, mengkafani, menyolati, dan menguburkan.

Lahir dalam bentuk bayi sempurna, (sudah berusia 4 bulan), namun tidak diketahui tanda-
tanda kehidupan.

Kewajiban terhadap bayi ini adalah : memandikan, mengkafani dan menguburkan.


Adapun hukum mensholatinya tidak diperbolehkan.
Belum berbentuk manusia (belum berusia 4 bulan). Bayi yang demikian, tidak ada
kewajiban apapun, namun disunahkan membungkusnya dengan kain dan
memakamkannya[1].
Keterangan
Bayi yang lahir mencapai usia 6 bulan, maka menurut pendapat yang kuat, harus ditahjiz
seperti orang dewasa meski tidak ada tanda-tanda kehidupan.[2]

4.Kafir Dzimmi[3]
Yaitu kafir yang tidak memusuhi orang islam.
Kewajiban yang harus dilakukan hanya ada dua macam yaitu;
Mengkafani
Memandikan
Hukum memandikannya boleh (jawaz), namun haram untuk disholati.

_______________________________________
[1] At-tarmasy juz III hal 453-461
[2] Hasyiyatul jamal juz 2 hal 191 / Ianatut tholibin juz 2 hal;123
[3] At-tarmasi juz 3 hal. 453-461

MEMANDIKAN MAYIT
Batas minimal memandikan mayit adalah :
1. menghilangkan najis yang ada pada tubuh mayyit
2. mengguyurkan air secara merata ke seluruh tubuh mayit termasuk juga farjinya tsayyib
(kemaluan wanita yang sudah tidak perawan) yang tampak ketika duduk atau bagian
dalam alat kelamin laki-laki yang belum dikhitan (kulup)[1]

Keterangan:
Kusus mengenai anak laki-laki yang belum dikhitan (berkelopak kulit) jika air tidak bisa
sampai kebawahnya maka hukumnya diperinci sebagai berikut :
a.Jika di bawah kelopak kulitnya suci, maka sebagai ganti membasuh adalah di
tayammumi
b.Jika dibawah kelopak kulitnya najis yang tidak bisa dihilangkan kecuali dipotong.
Maka haram memotongnya.
Mengenai penanganan laki-laki ini terjadi perbedaan pendapat dikalangan ulama :

Menurut imam romli : cukup dikafani dan dikubur tanpa disholati


Menurut imam ibnu hajar : ditayammumi kemudian disholati dan dikubur. Pendapat ibnu
hajar ini mendapat dukungan dari syeikh al fadani, sebab mengubur mayit dengan tanpa
disholati menandakan kurang adanya penghormatan.[2]

Sedangkan cara mentayammumi mayit yang praktis sebagai berikut :


Kedua tangan orang yang tayammum diletakkan pada debu
Tangan kanannya diusapkan pada wajah mayit,
seraya niat :
Tangan kiri diusapkan pada tangan kanan mayit
Tangan kanan diletakkan pada debu lagi untuk diusapkan pada tangan kiri mayit.

Cara memandikan yang lebih sempurna, sebagai berikut :


tempat memandikan sepi, tertutup dan tidak ada orang masuk kecuali orang yang
bertugas.
Ditaburi wewangian, semisal dengan membakar dupa, yang berguna untuk mencegah bau
yang keluar dari tubuh mayit, selain juga karena ada ulama yang berpendapat supaya
malaikat turun memberikan rahmatnya (mahfudz at-tarmasi juz 3 hal. 399-402)
Mayit dibaringkan dan diletakkan di tempat yang agak tinggi, seperti di atas dipan atau
dipangku oleh tiga atau empat orang. Hal ini dilakukan guna mencegah mayit supaya
tidak terkena percikan air
Mayit dimandikan dalam keadaan tertutup semua anggota tubuhnya, jika tidak
memungkinkan atau mengalami kesulitan, maka cukup auratnya saja yang ditutup yaitu
antara pusar sampai lutu
Orang yang memandikan wajib memakai alas tangan ketika menyentuh auratnya (antara
pusar sampai lutut). Dan sunah beralas tangan ketika menyentuh bagian tubuh selain
aurat.
Perut mayit diurut dengan tangan kiri secara perlahan oleh orang yang memandikan
secara berulang-ulang agar kotoran yang ada di perut mayit dapat keluar.
Membersihkan dua lobang kemaluan dengan menggunakan tangan kiri yang wajib
dibungkus dengan kain.
Membersihkan gigi mayit dan kedua lubang hidungnya dengan jari telunjuk tangan kiri
yang beralaskan kain basah dan jika terkena kotoran maka harus disucikan terlebih
dahulu.
Mewudhukan mayyit persis seperti wudlunya orang yang hidup, baik rukun maupun
sunnahnya, niatnya mewudlukan mayyit adalah : saya niat
mewudlukan pada mayit ini
Membasuh mayyit mulai kepala hingga telapak kaki dengan air sabun, sampo atau daun
bidara dengan cara :
@Mengguyurkan air ke kepala mayyit
@ Mengguyur sebelah kanan bagian depan anggota tubuh mayit dimulai dari leher
sampai telapak kaki mayit
@ Mengguyur sebelah kanan bagian belakang anggota tubuh mayit dengan agak
memiringkan posisinya, mulai leher sampai kaki. Kemudian sebelah kiri juga dimulai
dari bagian leher sampai kaki.
Keterangan :
@Untuk basuhan nomer 8 ini, belum dihitung basuhan yang wajib dalam memandikan
mayit, sebab air yang digunakan bukan air yang thohir muthohir.

Mengguyur seluruh tubuh mayit mulai kepala sampai kaki dengan air yang murni (tidak
tercampur dengan sabun atau daun widara) untuk membilas sisa-sisa daun bidara, sabun
atau sesuatu yang ada pada tubuh mayit, dengan posisi mayit dimiringkan.
Keterangan :

Basuhan ini juga tidak bisa dihukumi basuhan yang wajib sebab air tersebut (meski air
murni) namun akhirnya akan berubah (thahir goiru muthohir) sebab terkena bekas sabun,
sampo, daun bidara yang berada pada tubuh mayit

Mengguyur seluruh tubuh mayit yang ketiga kalinya dengan memakai air yang dicampur
sedikit kapur barus, yang tidak sampai merubah kemutlakan air atau bisa dengan cara
diguyur dengan air bersih murni (tanpa kapur barus) sampai rata keseluruh tubuh mayit,
lalu tubuh mayit diperciki dengan air kapur barus
Keterangan :
Basuhan ini merupakan basuhan yang wajib dalam memandikan mayit. Pada saat
basuhan terakhir ini disunahkan untuk membaca niat :

\
"saya niat memandikan mayyyit ini / saya niat memandikan untuk memperbolehkan
menyolatinya"

Menyisir rambut dan jenggot mayit yang tebal dengan perlahan (jika rambutnya acak
acakan) memakai sisir yang longgar agar tidak ada rambut yang rontok. Jika ada rambut
yang rontok maka harus diambil dan dikembalikan, namun kesunnahannya dibungkus
dengan kain kafan kemudian dikebumikan bersama mayit.
Hal ini jika mughtasil (orang yang memandikan) menghendaki membasuh sebanyak tiga
kali, apabila menghendaki yang lebih sempurna lagi maka mayit bisa dimandikan dengan
5/7 basuhan.
@untuk lima kalli basuhan maka dengan urutan sebagai berikut :
1.Air sabun/daun widara
2.Air pembilas (muzilah)
3. Basuhan ke 3,4 dan 5 memakai air bersih yang di campur sedikit kapur barus atau
sejenisnya

@ untuk 7 kali basuhan maka dengan urutan sebagai berikut :


1. Air sabun/daun widara
2. Air pembilas (muzilah)
3. Air sabun/daun widara
4. Air pembilas (muzilah)
5. Basuhan ke 5,6 dan 7 air bersih yang dicampur sedikit kapur barus dan sejenisnya

Tambahan :

Paling sempurna memandikan mayit adalah Sembilan basuhan, berbeda dengan pendapat
al-muksyi yang mengatakan bahwa tujuh basuhan adalah batas maksimal kesempurnaan
memandikan mayit, lebih dari itu hukumnya makruh karena termasuk Isrof(berlebihan)

Haram menelungkupkan mayit pada saat memandikan sebab hal tersebut menandakan
penghinaan kepada mayit.

SYARAT ORANG YANG MEMANDIKAN


Harus sejenis atau ada hubungan mahrom atau ada ikatan suami istri, atau mayit adalah
seorang anak kecil yang belum menimbulkan potensi syahwat. Jika tidak di temukan,
maka mayit cukup ditayammumi dengan ditutupi semua anggota badannya selain anggota
tayammum. Dan orang yang menayammumi harus beralas tangan (Ibrahim al-bajuri juz 1
hal. 246)

Memiliki keahlian dalam memandikan mayit

Orang yang memandikan dan orang yang membantunya harus memiliki sifat amanah
(dapat di percaya), dalam artian : seandainya dia memberitahukan suatu kondisi
menggemvirakan yang Nampak dari mayit, maka beritanya dapat dipercayai
kebenarannya. Sebaliknya, jika melihat hal-hal yang tidak menggembirakan, maka ia
mampu untuk merahasiakannya (Ibrahim al-bajuri juz 1 hal. 246)

PERINGATAN :

Harom melihat aurotnya mayit, kecuali untuk kesempurnaan memandikan, seperti untuk
memastikan bahwa air yang digunakan sudah merata atau untuk menghilangkan kotoran
yang dapat mencegah sampainya air pada kulit mayit

Disunahkan pula memakai air dingin, karena lebih menguatkan daya tahan tubuh mayit.
Kecuali di saat cuaca dingin maka disunahkan memakai air hangat

________________________________________
[1] At-turmusi juz 3 hal; 399-402
[2] Nihayah zain hal. 151 / kasifatus saja hal;101

TATA CARA PEMAKAMAN

Mengubur jenazah di pekuburan lebih utama daripada di tempat khusus. Dalam


membawa jenazah ke pekuburan disunnahkan menaruh posisi kepala di arah depan
walaupun bukan arah kiblat.[1]
Sedangkan lubang kubur, minimal harus memenuhi beberapa persyaratan diantaranya:

1. Bisa menutupi dari bau busuknya mayit dan bisa melindungi mayit dari binatang buas
(tidak bisa digali dan dimakan binatang buas)

2. Berupa galian, tidak cukup jika berupa bangunan di atas tanah sekalipun bisa
melindungi dari binatang buas.

Sedangkan yang paling utama yaitu membuat galian yang luas dan dalam setinggi orang
normal berdiri dengan mengangkat tangannya ke atas atau sekitar 4 dzira atau 2,25 M
Galian ini bisa berbentuk dua macam yaitu :
Lahd, yaitu melubangi bagian bawah dari lubang kubur pada sisi arah kiblat setelah
menggali sedalam 2,25 M. Ini lebih utama (afdol) di daerah dengan struktur tanah yang
keras.
Syaq, yaitu membuat galian di tengah-tengah lubang kubur seperti galian sungai. Ini lebih
utama(afdol) di daerah dengan struktur tanah yang gembur dan lunak.

Tata cara penguburan mayit yang paling sempurna dan sesuai dengan kesunahan adalah
sebagai berikut :

Meletakkan jenazah sebelum dimasukkan ke liang kubur di posisi kaki kubur (sebelah
selatan liang lahat).
Mengangkat jenazah, lalu diturunkan ke liang kubur dengan posisi kaki terlebih dahulu.
Dikubur tanpa memakai alas, bantal atau peti. Hukum menggunakan ini semua makruh
kecuali dalam keadaan darurat seperti ketika lahatnya berair.
Orang yang masuk ke dalam liang lahat disunnahkan ganjil, afdolnya tiga orang.
Menutup liang kubur dengan kain ketika prosesi pemakaman supaya tidak terlihat aurat
mayit jika terbuka.
Mayit diletakkan berbaring miring dan sisi tubuh bagian kanan (lempeng kanan)
menempel di tanah, makruh bila menggunakan sisi tubuh bagian kiri. Adapun
menghadapkan ke kiblat hukumnya wajib.
Sunnah bagi yang menguburkan mengucapkan :


Melepas ikatan kafan mayit pada kepala mayit dan membuka kafan yang menutupi pipi
mayit lalu menempelkannya ke tanah.
Meletakkan bantalan dari tanah (biasanya berbentuk bulat) pada bagian belakang tubuh
mayit seperti belakang kepala dan punggung, kemudian menekuk sedikit bagian tubuh
mayit ke arah depan supaya tidak mudah untuk terbalik atau menjadi terlentang.
Adzan dan iqomah dengan lirih, lalu menutup liang dengan papan sebelum ditutup
dengan tanah dengan menaikkan sedikit urukan tanah setinggi jengkal.
Setelah proses penguburan selesai, berdiam sebentar untuk dibacakan talqin serta
memperbanyak istighfar bagi mayit.

REFRENSI
.[1] 130 / 3 ) (
: ( )

387
:
:
1. .
2. : .
3. : .
: ) ( .
: :
: :
.
:
TALQIN MAYIT

Telah umum dalam masyarakat kita, selesai jenazah dimakamkan salah seorang dari
pihak keluarga mayit duduk disamping makam lalu mulai melafadzkan bacaan talqin[i]
bagi mayit. Namun dewasa ini, ada satu kelompok yang mengklaim dirinya paling
mengikuti al-Quran dan sunnah dengan pemahaman para sahabat dan tabiin
menyatakan bahwa talqin mayit adalah bidah karena tidak memiliki landasan dalam
syariat serta tidak bermanfaat bagi si mayit. Permasalahan semacam ini telah menjadi
polemik dalam masyarakat, benarkah talqin mayit tidak memiliki landasan syariat
padahal telah dilakukan oleh para ulama pendahulu kita ?.

Oleh karena itu, kami akan membahas tentang dalil-dalil yang menjadi landasan talqin
mayit agar bisa memberikan kejelasan pada masyarakat.
Dasar hukum talqin mayit
Salah satu dasar hukum mengenai talqin adalah hadits yang diriwayatkan oleh Imam
Muslim, imam Abi Dawud, dan imam An Nasai :

Talqinilah orang-orang mati kalian dengan
Memang mayoritas ulama mengatakan bahwa yang dimaksud lafadz dalam hadits
diatas orang-orang yang hampir mati bukan orang-orang yang telah mati, sehingga hadits
tersebut menggunakan arti majas (arti kiasan) bukan arti aslinya.

Akan tetapi, tidak salah juga jika kita artikan lafadz tersebut dengan arti aslinya yaitu
orang yang telah mati. karena menurut kaidah bahasa arab, untuk mengarahkan suatu
lafadz kepada makna majasnya diperlukan adanya qorinah (indikasi) baik berupa kata
atau keadaan yang menunjukkan bahwa yang dimaksud dengan perkataan tersebut adalah
makna majasnya bukan makna aslinya. Sebagai contoh jika kita katakan talqinillah
mayit kalian sebelum matinya maka kata-kata sebelum matinya merupakan qorinah
yang mengindikasikan bahwa yang dimaksud dengan kata mayit dalam kalimat ini bukan
makna aslinya (yaitu orang yang telah mati) tapi makna majasnya (orang yang hampir
mati).
Sedangkan dalam hadits tersebut tidak diketemukan Qorinah untuk mengarahkan lafadz
kepada makna majasnya, maka sah saja jika kita mengartikannya dengan makna
aslinya yaitu orang-orang yang telah mati bukan makna majasnya. Pendapat inilah yang
dipilih oleh sebagian ulama seperti Imam Ath Thobary, Ibnul Humam, Asy Syaukany,
dan Ulama lainya.
Selain hadits di atas, masih ada hadits lain yang menunjukkan kesunahan mentalqini
mayit setelah dikuburkan, yaitu :

:


: : :

:

:







:
. :
Jika salah satu diantara kalian mati, maka ratakanlah tanah pada kuburnya
(kuburkanlah). Hendaklah salah satu dari kalian berdiri di pinggir kuburnya dan
hendaklah berkata : wahai fulan (sebutkan nama orang yang mati, pent) anak fulanah
(sebutkan ibu orang yang mati, pent) sebab dia bisa mendengarnya tapi tidak bisa
menjawabnya. Kemudian berkata lagi : wahai fulan (sebutkan nama orang yang mati,
pent) anak fulanah (sebutkan ibu orang yang mati, pent) sebab dia akan duduk.
Kemudian berkata lagi : wahai fulan (sebutkan nama orang yang mati, pent) anak
fulanah (sebutkan ibu orang yang mati, pent) sebab dia akan berkata : berilah kami
petunjuk semoga Allah merahmatimu- dan kalian tidak akan merasakannya. Kemudian
hendaklah berkata : sebutlah sesuatu yang kamu bawa keluar dari dunia, yaitu
persaksian bahwa tiada Tuhan kecuali Allah SWT, Muhammad hamba dan utusan Nya,
dan sesungguhnya kamu ridlo Allah menjadi Tuhanmu, Muhammad menjadi Nabimu,
dan Al Quran menjadi imammu, sebab Mungkar dan Nakir saling berpegangan tangan
dan berkata : mari kita pergi. Kita tidak akan duduk (menanyakan) di sisi orang yang
telah ditalqini (dituntun) hujjahnya (jawabannya), maka Allah menjadi hajiij (yang
mengalahkan dengan menampakkan hujjah) baginya bukan Mungkar dan Nakir.
Kemudian seorang sahabat laki-laki bertanya : wahai Rasulullah ! Jika dia tidak tahu ibu
si mayit ?Maka Rasulullah menjawab : nisbatkan kepada Hawa, wahai fulan bin
Hawa(H.R. Thabrani) (2).
Berdasarkan hadits ini ulama Syafi`iyah, sebagian besar ulama Hanbaliyah, dan sebagian
ulama Hanafiyah serta Malikiyah menyatakan bahwa mentalqini mayit adalah mustahab
(sunah)(3).
Hadits ini memang termasuk hadist yang dhaif (lemah), akan tetapi ulama sepakat bahwa
hadits dhaifmasih bisa dijadikan pegangan untuk menjelaskan mengenai fadloilul a`mal
dan anjuran untuk beramal, selama tidak bertentangan dengan hadits yang lebih kuat
(hadits shohih dan hadits hasan lidzatih) dan juga tidak termasuk hadits yang matruk
(ditinggalkan)(4). Jadi tidak mengapa kita mengamalkannya.
Selain itu, hadist ini juga diperkuat oleh hadist-hadits shohih seperti :

:




.


.

Apabila Rasulullah SAW selesai menguburkan mayit, beliau berdiri di dekat kuburan
dan berkata : mintalah kalian ampunan untuk saudara kalian dan mintalah untuknya
keteguhan (dalam menjawab pertanyaan Mungkar dan Nakir) karena sesungguhnya dia
sekarang sedang ditanya (H.R. Abu Daud dan dishahihkan oleh Hakim)(5).

Juga hadits yang diriwayatkan Imam Muslim r.a :


:


.

Diriwayatkan dari `Amr bin Al `Ash, beliau berkata : Apabila kalian menguburkanku,
maka hendaklah kalian menetap di sekeliling kuburanku seukuran disembelihnya unta
dan dibagi dagingnya sampai aku merasa terhibur dengan kalian dan saya mengetahui apa
yang akan saya jawab apabila ditanya Mungkar dan Nakir(6).
Semua hadits ini menunjukkan bahwa talqin mayit memiliki dasar yang kuat. Juga
menunjukkan bahwa mayit bisa mendengar apa yang dikatakan pentalqin dan merasa
terhibur dengannya.
Salah satu ayat yang mendukung hadits di atas adalah firman Allah SWT :
55/] [
Dan tetaplah memberi peringatan, karena sesungguhnya peringatan itu bermanfaat bagi
orang-orang yang beriman.
Ayat ini memerintah kita untuk memberi peringatan secara mutlak tanpa mengkhususkan
orang yang masih hidup. Karena mayit bisa mendengar perkataan pentalqin, maka talqin
bisa juga dikatakan peringatan bagi mayit, sebab salah satu tujuannya adalah
mengingatkan mayit kepada Allah agar bisa menjawab pertanyaan malaikat kubur dan
memang mayit di dalam kuburnya sangat membutuhkan peringatan tersebut(7). Jadi
ucapan pentalqin bukanlah ucapan sia-sia karena semua bentuk peringatan pasti
bermanfaat bagi orang-orang mukmin.
Referensi
(1)219 / 6( (
(2)286 / 7 ( (
167 1
(3)162 1
2 2
226 5
447 1
155 / 3 ( (
(4)225 6
226 5
(5)151 / 3 ) (
(6)477 / 1 ) (
(7)3 3

3 125 .
135

Anda mungkin juga menyukai