Anda di halaman 1dari 10

Pengurus Pusat

Forum Muballigh Alumni (FMA)


Pondok Modern Darussalam Gontor
Sekretariat : Perum Korpri Blok B2 No. 01 Sukarame, Bandar Lampung
Email : fmagontor@gmail.com HP : 081216605516/081273134445

URGENSI MEMBAGI WARISAN SESUAI SYARIAT ISLAM


KHUTBAH I

ُُ ْ ‫اُر ُس ْولُوُ ُاأل َِم‬ ِ ِ ِِ ِ ِ ‫ض‬ ِ ِ َّ ِ ِ ُ ِ‫لل‬


ُ.‫ْي‬ َ ‫ُِف ُكتَابو ُاملُب ْْي َُوبَيَّ نَ َه‬ ْ َ ‫َّر ُال َفَرائ‬ َ ‫العلْي ِم ُاحلَكْي ِم ُالذ ْي ُقَد‬ َ ُ ُ ‫احلَ ْم ُُد‬
ُ‫َّاس َُو َج َعلَ َهاُطَ ِريْ ًقا‬ ِ ‫ُى ًدىُلِلن‬ ُ َ‫ُالش ِريْ َعة‬
َّ ‫كُلَوُُأَنْ َزَل‬ ُ َُّ‫أَ ْش َه ُُدُأَ ُْنُ ُلَُإِلَُوَُإِ ُل‬
َُ ْ‫اللُُ َو ْح َدُهُُ ُلَُ َش ِري‬
ِ ِ ِ
ُ‫ص ُّْل‬َ ُ‫ُاَللَّ ُه َُّم‬.ُ‫َنُ َسيّْ َدنَاُ ُُمَ َّم ًداُ َعْب ُدُهُُ َوَر ُس ْولُُو‬
َُّ ‫ُ َوأَ ْش َه ُُدُأ‬.‫َّاريْ ِن‬
َ ‫ُِفُالد‬ ْ ِ ‫َواض ًحاُل َس َع َادةُالبَ َش ِر‬
ُ ُ.‫ْي‬ ِ ْ ‫وسلّْمُوبا ِرُْكُعلَىُسيّْ ِدنَاُ ُُم َّم ٍُدُوعلَىُآلُِِوُوأَصحاِ ُِبوُأ‬
َ ْ ‫َْجَع‬ َْ َ ََ َ َ َ ََ ْ َ َ
ُ.‫اي ُنَ ْف ِسيُبِتَ ْق َوى ُاللَّ ِو ُلَ َعلَّ ُك ْم ُتُ ْفلِ ُح ْو َن‬ ِ ِ ِ
َ َّ‫ ُأ ُْوصْي ُك ْم َُوإي‬،‫ُفَيَاُاَيُّ َها ُالْ ُم ْسل ُم ْو َن‬،‫اََّما ُبَ ْع ُد‬
ُ‫ُح َّق ُتُ َقاتِِو َُوَل ََُتُْوتُ َّن ُإَِّل َُوأَنْتُ ْم‬ ِ َّ
َ َ‫ُآمنُ ْوا ُاتَّ ُق ْوا ُالُلَّو‬َ ‫ين‬ َ ‫ ُيَا ُأَيُّ َها ُالذ‬:‫اَل‬ َ ‫ال ُتَ َع‬ َ َ‫فَ َق ْد ُق‬
ُ‫صلِ ُْح ُلَ ُك ُْم‬ ِ
ْ ُ‫اللَُ َوقُ ْولُْوا ُقَ ْو ُلًُ َسديْ ًدا ُي‬
ِ
َ ‫ُيَا ُأَيُّ َها ُالَّذيْ َن‬:‫اَل‬
ُ ُ ‫ُآمنُ ْوا ُاتَّ ُق ْوا‬ َُ ‫ال ُتَ َع‬َُ َ‫ ُ َوق‬،‫ُم ْسلِ ُم ْو َن‬
ُ.‫ازُفَ ْوًزاُ َع ِظْي ًما‬ ُ ُ‫أ َْع َمالَ ُك ُْمُ َويَ ْغ ِف ُْرُلَ ُك ُْمُذُنُ ْوبَ ُك ُْمُ َوَم ُْنُيُ ِط ُِع‬
َُ َ‫اللَُ َوَر ُس ْولَُوُُفَ َق ُْدُف‬

Jamaah Shalat Jum’at yang Allah muliakan,


Visi atau tujuan utama penciptaan manusia di muka bumi adalah sebagai
hamba Allah dan khalifah di muka bumi. Untuk mencapai tujuan tersebut, Allah
memberikan petunjuk agama (hidāyah Allāh) melalui para nabi dan rasul-Nya,
para ulama menjelaskan bahwa petunjuk tersebut meliputi aspek keyakinan
(credo) disebut akidah atau keimanan yang dibangun diatas rukun iman; aspek
ritual (ibadah) dan sosial (muamalah) disebut syariat atau syariah yang dibangun
diatas rukun Islam; dan aspek perilaku (behavioral) yang dibangun diatas akidah
yang lurus dan syariat yang benar disebut akhlak.
Ketiga aspek tersebut merupakan satu kesatuan yang dapat dibedakan namun
tidak dapat dipisahkan. Hubungan ketiganya dapat diibaratkan seperti hubungan
akar, batang atau ranting, dan buah bagi pohon.
Pengurus Pusat
Forum Muballigh Alumni (FMA)
Pondok Modern Darussalam Gontor
Sekretariat : Perum Korpri Blok B2 No. 01 Sukarame, Bandar Lampung
Email : fmagontor@gmail.com HP : 081216605516/081273134445

Dalam kaitannya dengan “nasib” syariat Islam, pada satu sisi dielu-elukan
masyarakat luas, seperti ekonomi dan keuangan syariah yang dipandang
mendatangkan keuntungan material-ekonomis, keberlakuannya diterima di
berbagai penjuru dunia, tidak membedakan etnik, bangsa, dan negara bahkan
agama sekalipun. Sementara pada sisi lain, syariat Islam tiada dipedulikan,
dilupakan bahkan dibantah dan apabila perlu dihujat habis-habisan, salah satunya
seperti syariat dalam pembagian warisan bagi umat Islam yang dikenal dengan
berbagai istilah, yaitu hukum kewarisan Islam, hukum Faraid, atau hukum
Mawaris.

Jamaah Shalat Jum’at yang Allah muliakan,


Pada masa kini, sebagian umat Islam khususnya di Indonesia, ada yang tidak
mengetahui bahwa syariat Islam juga mengatur tata cara pembagian warisan, atau
mengetahui tapi tidak memahami dengan baik, atau memahami namun enggan
untuk melaksanakannya, dan bahkan ada dari sebagian orang atau pihak yang
dianggap sebagai cendekiawan muslim meragukan dan bahkan mengingkari
syariat waris Islam, karena dituduh tidak adil, diskriminatif terhadap perempuan,
karena tidak menyetarakan bagian laki-laki dan perempuan, laki-laki mendapat
porsi bagian 2 (dua) kali bagian perempuan.
Apabila kita memahami syariat waris dengan baik dan benar, maka tuduhan
tersebut tidak sesuai fakta sebenarnya, hanya pada kasus-kasus tertentu bagian
laki-laki mendapat 2 (dua) kali bagian perempuan, terutama pada kasus anak laki-
laki dengan anak perempuan, saudara laki-laki dengan saudara perempuan, atau
suami dan istri. Sedangkan dalam kasus-kasus tertentu lainnya, bagian laki-laki
sama dengan bagian perempuan, dan bahkan laki-laki tidak mendapat bagian saat
perempuan mendapatkannya.
Tuduhan tersebut bisa jadi merupakan cerminan dari sikap seseorang atau
pihak yang acuh tak acuh untuk memahami aturan atau hukum waris Islam
dengan benar, atau bahkan salah memahaminya karena hanya memahaminya
Pengurus Pusat
Forum Muballigh Alumni (FMA)
Pondok Modern Darussalam Gontor
Sekretariat : Perum Korpri Blok B2 No. 01 Sukarame, Bandar Lampung
Email : fmagontor@gmail.com HP : 081216605516/081273134445

secara parsial, tidak utuh menyeluruh, padahal aturan/hukum waris Islam


hanyalah sebuah bagian/sub sistem aturan/hukum dari beberapa bagian/sub sistem
aturan/hukum keluarga Islam (ahwāl syakhsiyyah) yang saling terkait antara satu
dengan lainnya.
Jamaah Shalat Jum’at yang Allah muliakan,
Pembagian warisan menurut Allah merupakan suatu perkara yang sangat
penting, sehingga Allah sendiri yang menentukan siapa saja yang berhak menjadi
ahli waris, berapa bagian mereka masing-masing beserta ketentuannya dengan
terperinci, jelas/gamblang, tegas dan lugas sebagaimana yang dapat kita pahami
dalam surat an-Nisā‟ ayat 11, 12, dan 176.
Pertanyaannya adalah kenapa pembagian warisan harus dilakukan sesuai
syariat Islam? Sebenarnya banyak alasan sebagai jawabannya, setidaknya ada 5
(lima) alasan sebagai jawabannya, yaitu:
Pertama, sebagai bukti keimanan kepada Allah Swt. Bahwa setiap orang
yang mengaku sebagai insan yang beriman kepada Allah, wajib mentaati aturan
atau hukum Allah secara totalitas tanpa terkecuali, termasuk dalam kaitannya
dengan pembagian warisan.
Ketaatan dan kepatuhan (loyalitas) tersebut harus dibuktikan dengan amal
shaleh tanpa syarat (reserve), tanpa memilah dan memilih, mana yang
menguntungkan dan mana yang merugikan baginya. Banyak yang mengaku
sebagai seorang muslim, namun perilakunya tidak sesuai dengan ajaran Islam,
tidak mau diatur oleh Allah. Sebagaimana firman Allah:

َُ ِ‫ض ُفَ َما ُ َجَز ُاءُُ َم ُْن ُيَ ْف َع ُُل ُ ََٰذل‬


ُ‫ك ُ ِمْن ُك ُْم‬ ٍُ ‫اب ُ َوتَ ْك ُف ُرو َُن ُبِبَ ْع‬ ُِ َ‫ض ُالْ ِكت‬ ُِ ‫ُأَفَتُ ْؤِمنُو َُن ُبِبَ ْع‬...
ُ‫اب َُوَما ُاللَُّوُ ُبِغَافِ ٍُل‬ ِ ‫َش ُّْد ُالْع َذ‬
َ َ ‫َل ُأ‬ ََُٰ ِ‫احلَيَ ُاةِ ُالدُّنْيَا ُ َويَ ْوَُم ُالْ ِقيَ َام ُِة ُيَُرُّد ْو َُن ُإ‬ ُ ُِ ‫ي‬
ْ ُ ‫ِف‬ ٌُ ‫إَُِّل ُ ِخ ْز‬
ُ )58ُ:ُ‫َع َّماُتَ ْع َملُ ْو َنُ(البَ َقَرة‬
Artinya: “… Apakah kamu beriman kepada sebagian Al-Kitab (Taurat) dan
ingkar terhadap sebagian yang lain? Tidaklah balasan bagi orang yang
berbuat demikian daripadamu, melainkan kenistaan dalam kehidupan dunia,
Pengurus Pusat
Forum Muballigh Alumni (FMA)
Pondok Modern Darussalam Gontor
Sekretariat : Perum Korpri Blok B2 No. 01 Sukarame, Bandar Lampung
Email : fmagontor@gmail.com HP : 081216605516/081273134445

dan pada hari kiamat mereka dikembalikan kepada siksa yang sangat berat.
Allah tidak lengah dari apa yang kamu perbuat.” (QS. al-Baqarah [2]: 85)

Maksud ayat tersebut, Allah menyindir perilaku mereka yang mengimani


sebagian ajaran al-Kitab namun mengingkari sebagian ajaran lainnya, mereka
memilah dan memilih, mereka hanya mengambil ajaran yang menguntungkan dan
mencampakkan ajaran yang merugikan.
Dalam beberapa ayat lain, Allah berfirman:

ُ )44ُ:‫كُ ُى ُُمُالْ َكافُِرْو َُن (املائدة‬


َُ ِ‫ُوَم ُْنُ َُلُْ ََْي ُك ُْمُِِبَاُأَنْ َزَُلُاللَُّوُُفَأُوَٰلَئ‬...
َ
Artinya: “Barangsiapa yang tidak memutuskan menurut apa yang diturunkan
Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang kafir.” (QS. al-Mā‟idah [4]:
44)
)48ُ:‫كُ ُى ُُمُالظَّالِ ُمو َنُ (املائدة‬
َُ ِ‫ُوَم ُْنُ َُلُْ ََْي ُك ُْمُِِبَاُأَنْ َزَُلُاللَُّوُُفَأُوَٰلَئ‬...
َ
Artinya: “Barangsiapa tidak memutuskan perkara menurut apa yang
diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang zalim.” (QS. al-
Mā‟idah [4]: 45)
ِ ‫كُى ُمُالْ َف‬ َِٰ َّ ِ
ُ )44ُ:‫اس ُقو َنُ(املائدة‬ ُ ُ َُ ‫ُوَم ُْنُ َُلُْ ََْي ُك ُْمُِبَاُأَنْ َزَُلُالل ُوُُفَأُولَئ‬...
َ
Artinya: “Barangsiapa tidak memutuskan perkara menurut apa yang
diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang fasik.” (QS. al-
Mā‟idah [4]: 47)

Dalam kitab Zādul Masīr, Imam Ibnul Jawzi berkata: “Barangsiapa yang
tidak berhukum dengan apa yang diturunkan Allah karena menentang hukum itu
dalam keadaan dia mengetahui bahwa Allah telah menurunkannya sebagaimana
halnya keadaan kaum Yahudi, maka dia adalah kafir. Adapun barangsiapa yang
tidak berhukum dengannya karena kecondongan hawa nafsunya tanpa ada sikap
penentangan (terhadap hukum Allah) maka dia adalah orang yang zalim lagi
fasik.”1
Sahabat Abdullah bin Abbas Ra. menjelaskan, bahwa maksud dari kekafiran
yang termaktub dalam al-Qur‟an tersebut adalah kekafiran kecil, kekafiran dalam
1
Abū al-Faraj Jamāluddīn Abdurrahmān ibn ‘Ali ibn Muhammad al-Jawzi al-Qurasyi al-Baghdādi, Zādul Masīr Fī
‘Ilmit Tafsīr, Cet. I (Bayrūt: Dār Ibnul Jazm, 1423 H/2002 M), 386.
Pengurus Pusat
Forum Muballigh Alumni (FMA)
Pondok Modern Darussalam Gontor
Sekretariat : Perum Korpri Blok B2 No. 01 Sukarame, Bandar Lampung
Email : fmagontor@gmail.com HP : 081216605516/081273134445

perbuatan (kufr ‘amali), bukan kekafiran dalam kepercayaan (kufr i'tiqādi),


kekafiran yang dapat mengeluarkannya dari Islam.
Kedua, untuk mendapatkan anugrah surga dan terhindar dari neraka. Insan
yang beriman yang membagi waris secara syariat akan mendapatkan anugrah
kebahagiaan dunia akhirat. Sebaliknya tidak membagi waris secara Islam
mengakibatkan kesengsaraan dunia akhirat. Sebagaimana Firman Allah:

ُ‫ار‬ُُ ‫ي ُ ِم ُْن ُ ََْتتِ َها ُ ْاألَنْ َه‬ ٍُ ‫اللَ ُ َوَر ُس ْولَُوُ ُيُ ْد ِخ ْل ُوُ ُ َجن‬
ُْ ‫َّات ُ ََْت ِر‬ ُ ُ ‫اللِ ُ َوَم ُْن ُيُ ِط ُِع‬
ُ ُ ‫ود‬ُُ ‫ك ُ ُح ُد‬ َُ ‫تِْل‬
ُُ‫اللَ ُ َوَر ُس ْولَُوُ ُ َويَتَ َع َُّد ُ ُح ُد ْوَدُه‬
ُ ُ‫ص‬ُِ ‫وَم ُْن ُيَ ْع‬. ِ
َ ُ ‫ك ُالْ َف ْوُُز ُالْ َعظْي ُُم‬ َُ ِ‫ ُ َو َذل‬،‫َخالِ ِديْ َُن ُفِْي َها‬
ُ )34-31ُ:ُ‫ّْساء‬ َ ‫ْيُ(الن‬ ٌُْ ‫ابُ ُم ِه‬ ٌُ ‫يُ ْد ِخ ْل ُوُُنَ ًاراُ َخالِ ًداُفِْي َهاُ َولَُوُُ َع َذ‬
Artinya: “Itulah batas-batas hukum Allah (yaitu ketentuan Allah tentang
ketentuan waris), siapa yang taat kepada Allah dan Rasul-Nya, niscaya Allah
akan memasukkannya ke dalam surga-surga yang mengalir di bawahnya
sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya; dan itulah kemenangan yang
besar. Siapa yang mendurhakai Allah dan rasul-Nya, dan melanggar batas-
batas hukum-Nya, niscaya Allah akan memasukkannya ke dalam api neraka,
ia kekal di dalamnya dan mendapat azab yang menghinakan.” (QS. an-
Nisā:13-14).

Imam Abu Ja‟far at-Thabari (224-310 H/839-923 M) menyatakan, apabila


seorang muslim menentang hukum waris Islam dan diikuti dengan keraguan
terhadap ayat al-Qur‟an tentang kewarisan, sebagaimana pengingkaran kaum
munafik saat turun surat an-Nisa‟ ayat 11 dan 12. Maka keraguan dan
pengingkaran tersebut menjadikannya keluar dari Islam atau murtad.2 Sedangkan
Imam Ahmad as-Shāwi (1175-1241 H/1761-1852 M) menyatakan, apabila
seseorang meninggal dalam kondisi berstatus sebagai seorang muslim, maka
maksud dari frasa „di neraka selama-lamanya’ adalah “berada di neraka dalam

2
Imam Abu Ja’far at-Thabari, Tafsīr al-Thabari, Jilid II, Cet. I (Beyrūt: Mu’assasah al-Risālah, 1415 H/ 1994 M),
414-415.
Pengurus Pusat
Forum Muballigh Alumni (FMA)
Pondok Modern Darussalam Gontor
Sekretariat : Perum Korpri Blok B2 No. 01 Sukarame, Bandar Lampung
Email : fmagontor@gmail.com HP : 081216605516/081273134445

waktu yang sangat lama”. Sedangkan apabila meninggal dalam kondisi berstatus
sebagai seorang kafir maka ia benar-benar akan kekal di neraka.3
Berdasarkan pernyataan tersebut, maka seorang muslim yang meragukan dan
mengingkari syariat waris Islam, menyakini ada hukum lain yang lebih adil, lebih
baik dari hukum waris Islam, maka orang tersebut telah kafir-murtad. Dan apabila
ia meninggal dalam keadaan sedemikian, maka ia benar-benar kekal di neraka.
Sedangkan seorang muslim yang dalam pembagian warisannya dengan
hukum syariat disebabkan karena hawa nafsu, kelemahan diri, rasa takut dan lain
sebagainya, namun ia tetap berkeyakinan bahwa hukum syariat waris lebih utama
dari hukum buatan manusia, baik berupa hukum Perdata maupun hukum Adat,
maka orang tersebut bukanlah orang kafir murtad, melainkan hanya saja ia
dikategorikan sebagai pelaku dosa besar atau fasik. Dan apabila ia meninggal
dalam keadaan sedemikian, maka ia berada dalam neraka dalam waktu yang
sangat lama.
Ketiga, agar harta warisan yang diperoleh ahli waris menjadi harta yang halal
dan berkah. Harta waris yang diperoleh para ahli waris yang dalam proses
pembagian warisan menggunakan hukum syariat, maka harta perolehan tersebut
dapat dipastikan kehalalan dan keberkahannya. Sebaliknya, meskipun merupakan
harta warisan yang halal, namun apabila dalam proses pembagiannya tidak sesuai
syariah, maka harta tersebut dapat dipastikan keharamannya.4
Padahal seseorang yang mengkonsumsi harta haram dapat mengakibatkan
siksaan di dunia, seperti terganggunya kesehatan psikis maupun fisik,
ketidakharmonisan rumah tangga, keluarga bahkan sesama manusia sebagai
siksaan di dunia, bahkan berakibat pada tertolaknya doa, gugurnya pahala amal
shalih dan mendatangkan adzab Allah.

Jamaah Shalat Jum’at yang Allah muliakan,


3
Ahmad Ibn Muhammad al-Shāwī al-Mālikiy al-Khalwāniy, Hāsyiah al- Shāwī ‘Alā Tafsīr al-Jalālayn, Juz I
(Beyrūt: Dārul Jayl, t.th.), 196.
4
Ahmad Bisyri Syakur, Motivasi Waris Islam, Cet. I (Semarang: Java Sinergi, t.th.), 33-33.
Pengurus Pusat
Forum Muballigh Alumni (FMA)
Pondok Modern Darussalam Gontor
Sekretariat : Perum Korpri Blok B2 No. 01 Sukarame, Bandar Lampung
Email : fmagontor@gmail.com HP : 081216605516/081273134445

Keempat, aturan pembagian waris secara Islam merupakan pembagian yang


adil, objektif dan proposional, karena aturan/hukum tersebut bersumber dari Allah
Swt yang Maha Adil dan Maha Bijaksana.
Kita yakin, tidak ada keadilan hakiki di dunia ini, kecuali keadilan Allah.
Keadilan selainnya adalah keadilan semu belaka. Pembagian warisan yang diatur
oleh undang-undang tidaklah objektif, karena Undang-undang merupakan produk
keputusan mayoritas orang. Pembagian warisan yang diatur oleh adat-istiadat
bukanlah pembagian yang proposional karena hanya mengikuti keinginan dan
hawa nafsu mayoritas pemangku adat saja. Namun, pembagian warisan yang
diatur oleh Allah merupakan pembagian seadil-adilnya, karena hanya Allah yang
Maha Mengetahui akan kepentingan manusia dalam kehidupannya.5

Allah berfirman dalam surat an-Nisā‟ ayat 11:

َُ‫يض ُةً ُ ِم َُن ُاللَُِّو ُإِ َُّن ُاللَُّو‬


َ ‫ب ُلَ ُك ُْم ُنَ ْف ًعا ُفَ ِر‬
ُُ ‫ ُآبَا ُؤُك ُْم ُ َوأَبْنَا ُؤُك ُْم َُُل ُتَ ْد ُرو َُن ُأَيُّ ُه ُْم ُأَقْ َر‬...
ًُ ‫يماُ َح ِك‬
‫يم‬ ِ‫َكا َُنُعل‬
ً َ
Artinya: “… (Tentang) orang tuamu dan anak-anakmu, kamu tidak
mengetahui siapa di antara mereka yang lebih dekat (banyak) manfaatnya
bagimu. Ini adalah ketetapan dari Allah. Sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui lagi Maha Bijaksana.”

Maksud ayat tersebut, seseorang tidak akan pernah tahu secara persis siapa
yang lebih baik dan bermanfaat baginya, apakah orang tua atau anak-anaknya.
Terkadang ada orang yang berasumsi yang lebih baik dan lebih bermanfaat
baginya, baik di dunia seperti memenuhi berbagai kemaslahatan hidupnya atau di
akhirat seperti memberikan syafaat kepadanya adalah anaknya, sehingga ia
memberi harta warisan kepadanya saja, namun ternyata yang lebih baik adalah
bapaknya, atau sebaliknya.

5
Ahmad Bisyri Syakur, Motivasi Waris Islam, Cet. I (Semarang: Java Sinergi, t.th.), 84.
Pengurus Pusat
Forum Muballigh Alumni (FMA)
Pondok Modern Darussalam Gontor
Sekretariat : Perum Korpri Blok B2 No. 01 Sukarame, Bandar Lampung
Email : fmagontor@gmail.com HP : 081216605516/081273134445

Dalam ketidaktahuan tersebut maka hanya Allah Yang Maha Mengetahui


siapa yang sejatinya yang lebih baik dan lebih bermanfaat sehingga dapat
menentukan keadilan yang hakiki dalam pembagian warisan, karena keadilan
yang sejati adalah keadilan Allah.
Hal tersebut menunjukkan bahwa tuntunan agama dalam pembagian warisan
merupakan tuntunan yang bersifat tidak dapat dijangkau oleh nalar manusia
(ghairu ma’qūlātil ma’nā), dan apabila nalar manusia mendapat wewenang dan
kebijaksanaan dalam penetapan bagian warisan maka dapat dipastikan tidak akan
mampu mendapatkan hasil terbaik, hasil yang adil.6
Kelima, membagi waris secara Islam dapat menghindarkan seseorang dari
fitnah dan perebutan harta warisan. Sebagaimana Hadis Nabi Saw, dari Ibnu
Mas‟ud Ra. berkata bahwa Nabi Saw. bersabda:

ُ‫ض‬ ُ ‫َّاس ُفَِإ‬


ٌُ ‫نُّْ ْام ُرٌُؤ ُ َم ْقبُ ْو‬ َُ ِ‫َّاس ُ َُوتَ َعلَّ ُم ْوا ُالْ َفَرائ‬
َُ ‫ض ُ َو َعلّْ ُم ْوُهُ ُالن‬ َُ ‫تَ َعلَّ ُم ْوا ُالْ ُق ْرآ َُن ُ َو َعلّْ ُم ْوُهُ ُالن‬
ُِ ‫ض ُِة َُُل ُ ََِي َد‬
ُ‫ان ُ َم ُْن‬ ُِ َ‫الثْن‬
ُْ ُِ ‫ان‬
َ ْ‫ِف ُالْ َف ِري‬ ِْ ُ ‫ف‬ َُ ِ‫ّت ُ ََيْتَل‬
َُّ ‫ت ُ َح‬ َُُ ‫ض ُ َوتَظْ َه ُُر ُالْ ِف‬
ُُ َ‫َوإِ َُّن ُالْعِْل َُم ُ َسيُ ْقب‬
ُ‫ض ُْيُ ِِبَا‬ ِ ‫ي ْق‬
َ
Artinya: “Pelajarilah al-Qur’an dan ajarkanlah kepada orang-orang. Dan
pelajarilah ilmu Faraid serta ajarkanlah kepada orang-orang, karena aku
adalah orang yang akan direnggut (wafat), sedang ilmu itu akan diangkat
dan fitnah akan tampak, sehingga dua orang yang bertengkar tentang
pembagian warisan, mereka berdua tidak menemukan seorang pun yang
sanggup meleraikan (menyelesaikan perselisihan pembagian hak waris)
mereka.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Pertengkaran antara keluarga dalam masalah pembagian warisan adalah


karena pembagian yang subjektif dan cenderung mengikuti hawa nafsu masing-
masing anggota keluarga. Sangatlah keji apabila seseorang menuduh syariat
waris Islam (Faraid/Mawaris) sebagai sumber bencana dan perpecahan keluarga.

6
Muhammad ‘Ali As-Shābūnī, al-Mawārīth Fī Sharī’ah al-Islāmiyyah (Dārul Hadīs: Kairo, t.th.), 26. M. Quraish
Shihab, Tafsir al-Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur’an, Vol. 2, Cet. I (Jakarta: Lentera Hati, 2002),
363.
‫‪Pengurus Pusat‬‬
‫)‪Forum Muballigh Alumni (FMA‬‬
‫‪Pondok Modern Darussalam Gontor‬‬
‫‪Sekretariat : Perum Korpri Blok B2 No. 01 Sukarame, Bandar Lampung‬‬
‫‪Email : fmagontor@gmail.com HP : 081216605516/081273134445‬‬

‫‪Jamaah Shalat Jum’at yang Allah muliakan,‬‬


‫‪Demikianlah khutbah yang dapat kami sampaikan, semoga Allah menjadikan‬‬
‫‪kita, orang tua, keturunan, serta saudara kita termasuk dalam golongan hamba-‬‬
‫‪Nya yang selalu istiqomah dalam keimanan dan keislaman hingga akhir hayat,‬‬
‫‪serta tergolong dalam umat Rasulullah Saw.‬‬

‫الذ ْك ُِر ُاحلَ ِكْي ُِم‪ُُ.‬إِنَُّوُُ‬ ‫آن ُالع ِظي ِم‪ُ ،‬ونَ َفع ِ ُ ِ ِ ِ‬
‫ات ُو ّْ‬
‫ن ُ َوإيَّا ُك ُْم ُباآليَ ُ َ‬
‫ل ُولَ ُك ُم ُِ ُ ِ‬
‫ِف ُال ُق ْر ُ َ ْ َ َ ْ‬ ‫اللُُِ ُْ َ ْ ْ‬ ‫بُاََرَُك ُ ُ‬
‫فُ َرِحْي ٌُم‬ ‫َلُ َج َّو ٌُادُ َك ِرُْيٌُ َملِ ٌُ‬
‫كُبَُّّرُ َرُؤْو ٌُ‬ ‫تَعاَ َُ‬

‫‪KHUTBAH II‬‬
‫ُشروِر ُأَنْ ُف ِسنَا ُوِمن ُسُيّْئ ِ‬ ‫ِ ِ ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫إِ َّن ْ َِٰ‬
‫اتُ‬ ‫َ ْ ََ‬ ‫َُن َم ُدهُ َُونَ ْستَعينُوُ َُونَ ْستَ ْغف ُرهُ‪َُ ،‬ونَعُ ْوذُ ُبالل ُم ْن ُ ُ ْ‬ ‫ُاحلَ ْم َد ُللّ ِو َْ‬
‫‪ُ،‬وأَ ْش َه ُد ُأَ ْن َُّل ُإَِٰلوَ ُإَِّل ُ‬
‫ُاللُُ‬ ‫ضلِل ُفَ ََل ِ‬ ‫أ َْعمالِنَا‪ُ،‬من ُي ه ِد ُالل ُفَ ََل ِ‬
‫ي ُلَوُ َ‬ ‫ُىاد َ‬ ‫َ‬ ‫ُمض َّل ُلَوُ َُوَم ْن ُيُ ْ ْ‬ ‫َ َ ْ َْ ُ ُ‬
‫ُع َٰلىُ‬
‫للهمُص ّْل َُو َسلّْ ْم َُوبَا ِرْك َُ‬
‫َ‬ ‫اُعْب ُدهُ َُوَر ُس ْولُوُ‪ُ،‬اَ‬
‫اُُمَ َّم ًد َ‬ ‫ُسيّْ َدنَ ُ‬
‫َن َ‬ ‫‪ُ،‬وأَ ْش َه ُدُأ َّ‬
‫كُلَوُ َ‬ ‫ُش ِريْ َ‬
‫َو ْح َدهُ َُل َ‬
‫ْيُوعلَىُآلِِوُوأَصحاِ ِبوُأ ْ ِ‬ ‫ُالص ِاد ِقُالْو ْع ِد ْ ِ‬‫اُُمَ َّم ِد ِن َّ‬‫َسيّْ ِدنَ ُ‬
‫ْي‪ُ.‬اََّماُبَ ْع ُُد‪ُ .‬‬‫َْجَع ْ َ‬ ‫َ َْ‬ ‫ُاألَم ْ ِ َ َ‬ ‫َ‬
‫َن ُاللَُ‬ ‫اي ُنَ ْف ِسيُبِتَ ْق َوى ُاللَّ ِو ُلَ َعلَّ ُك ْم ُتُ ْفلِ ُح ْو َن‪َ .‬و ْاعلَ ُم ْواُأ َّ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬
‫فَيَااَيُُّ َهاُالْ ُم ْسل ُم ْو َن‪ُ،‬أ ُْوصْي ُك ْم َُوإيَّ َ‬
‫َلئِ َكتَوُُ‬‫ُع َٰلى ُنَبِيّْ ِو ُالْ َك ِرِْي ُفَ َق َال‪ُ :‬إِ َّن ُاللَّوَ َُوَم َُ‬
‫الس ََلِم َ‬ ‫الص ََلةِ َُو َّ‬
‫ُع ِظْي ٍم‪ُ ،‬أ ََمَرُك ْم ُبِ َّ‬
‫أ ََمَرُك ْم ُبِأ َْم ٍر َ‬
‫ىُسيّْ ِدنَاُ‬
‫ُع َٰل َُ‬ ‫ُص ّْل َ‬
‫َٰ‬
‫يما‪ُ،‬اَللّ ُه َّم َ‬
‫ِ‬ ‫يصلُّو َنُعلَىُالنَِِّبُياُأَيُّهاُالَّ ِذينُآمنُواُصلُّو ِ‬
‫اُعلَْيو َُو َسلّْ ُمواُتَ ْسل ً‬ ‫َ َ َ َ‬ ‫ّْ َ َ‬ ‫َُ َ‬
‫ُسيّْ ِدنَاُإِبْ َر ُِ‬
‫اىْي َمُ‬ ‫ِ‬ ‫ِ ِ ِ‬
‫ىُسيّْدنَاُإبْ َراىْي َم َُو َع َٰلىُآل َ‬ ‫ُع َٰل َ‬ ‫ت َ‬ ‫اُصلَّْي َ‬
‫ىُآل ُسيّْ ِدنَ ُ ٍ‬
‫اُُمَ َّمد ُ َك َم َ‬ ‫َ‬
‫ُُمَ َّم ٍد ُو َع َٰل ِ‬
‫َ‬
‫ىُسيّْ ِدنَاُإِبْ َر ِاىْي َم َُو َع َٰلىُ ِآلُ‬
‫ُع َٰل َ‬ ‫ت َ‬
‫ىُآلُسيّْ ِدنَ ُ ٍ‬
‫اُُمَ َّمدُ َك َماُبَ َارْك َ‬ ‫َ‬
‫اُُمَ َّم ٍدُو َع َٰل ِ‬
‫ىُسيّْدنَ ُ َ‬
‫ِ‬
‫ُع َٰل َ‬ ‫َوبَا ِرْك َ‬
‫َُحي ٌد َِ‬
‫‪ُِ،‬فُالْعالَ ِمْيُإِن َ ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬
‫َُمْي ٌُد‪.‬‬ ‫َّك َ ْ‬ ‫َسيّْدنَاُإِبْ َراىْي َم ِ ْ َ ْ َ‬
‫ات‪ُ،‬اللهمُ‬ ‫ُاألَحي ِاء ُِمْن هم ُو ْاألَمو ِ‬ ‫ِ ِ‬ ‫ِِ‬ ‫ِ ِ‬ ‫ِ ِ ِِ‬ ‫َٰ‬
‫ْي َُوالْ ُم ْؤمنَات ْ ْ َ ُ ْ َ ْ َ‬ ‫ْي ُ َوالْ ُم ْسل َمات ُوالْ ُم ْؤمن ْ َ‬ ‫اَللّ ُه َّم ُا ْغف ْر ُل ْل ُم ْسلم ْ َ‬
‫ف ُالْ ُم ْختَلِ َفةَ َُُوالش َ‬
‫َّدائِ َدُ‬ ‫السيُ ْو َ‬
‫ُعنَّاُالْبَ ََلءَ َُوالْغَ ََلءَ َُوالْ َوبَاءَ َُوالْ َف ْح َشاءَ َُوالْ ُمْن َكَر َُوالْبَ ْغ َي َُو ُّ‬
‫ْادفَ ْع َ‬
‫‪Pengurus Pusat‬‬
‫)‪Forum Muballigh Alumni (FMA‬‬
‫‪Pondok Modern Darussalam Gontor‬‬
‫‪Sekretariat : Perum Korpri Blok B2 No. 01 Sukarame, Bandar Lampung‬‬
‫‪Email : fmagontor@gmail.com HP : 081216605516/081273134445‬‬

‫ُع َّامةً‪ُ،‬إِن َ‬
‫َّكُ‬ ‫ِِ‬ ‫ِ‬ ‫والْ ِمحن ُماُظَهر ُ ِمْن هاُوماُبطَن ُِمن ُب لَ ِدنَاُى َذاُخ َّ ِ‬
‫ْي َ‬ ‫اصةً َُوم ْن ُبُْل َدان ُالْ ُم ْسلم ْ َ‬ ‫َ َ َ َ ََ َ ََ َ َ ْ َ َ َ‬
‫ُش ْي ٍءُقَ ِديْ ٌرُ‪ُ .‬‬ ‫َعلَىُ ُك ّْل َ‬
‫َلًُص ِ‬ ‫اشع ِ‬ ‫كُأَ ْنُتَرز َقُ ُكَلِّ ُِمنَّاُلِسانًاُص ِادقًاُ َذاكِرا‪ُ،‬وقَ ْلب ِ‬
‫احلًاُ‬ ‫ا‪ُ،‬و َع َم ُ َ‬ ‫اُمنْيبً َ‬ ‫اُخ ً ُ‬ ‫ً َ ً َ‬ ‫َ َ‬ ‫ُْ‬ ‫اللَّ ُه َّمُإِنَّاُنَ ْسأَلُ َ‬
‫زاكِيا‪ُ،‬و ِع ْلماُنَافِعاُرافِعا‪ُ،‬وإِْْيانًاُر ِاسخاُثَابِتا‪ُ،‬وي ِقي ناُص ِادقً ِ‬
‫اُحَلَلً ُطَُيّْبًاُ‬ ‫ا‪ُ،‬وِرْزقً َ‬ ‫ص َ‬ ‫اُخال ً‬‫َ‬ ‫َ ً َ ً ً َ ً َ َ َ ً ً ََ ًْ َ‬
‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫و ِاسعا‪ُ،‬ياُ َذ ْ ِ‬
‫ابُ‬
‫اُع َذ َ‬ ‫ُح َسنَةً َُوقُنَ َ‬ ‫اُح َسنَةً َُوِِف ُاْآلخَرةِ َ‬ ‫اُاْلََلَل َُوا ِإل ْكَرام‪َ .‬ربَّنَاُآتناَ ُِِف ُالدُّنْيَ َ‬ ‫َ ً َ‬
‫النَّا ِر‪.‬‬
‫ىُع ِنُال َف ْح َش ِاء َُوالْ ُمْن َُك ِرُ‬ ‫ِِ‬ ‫ِ‬
‫‪ُ،‬إنُاللَُيَأْ ُم ُرُبِالْ َع ْد ِل َُو ْاإل ْح َسان َُوإِيْتَاءُذيُالْ ُق ْرََبُويَْن َه َ‬ ‫ِعبَ َادُاللِ َّ‬
‫ُعلَىُنِ َع ِم ِو ُيَِزْد ُك ْمُ‬ ‫َوالبَ ْغ ِي‪ُ،‬يَعِظُ ُك ْم ُلَ َعلَّ ُك ْم ُتَ َذ َّك ُرْو َن‪ُ.‬فَاذ ُك ُرواُاللَُالْ َع ِظْي َم ُيَ ْذ ُك ْرُك ْم َُوا ْش ُك ُرْوهُ َُ‬
‫ا‪ُ،‬ولَ ِذ ْك ُرُاللُِأَ ْكبَ ُُر‪.‬‬ ‫ِ‬
‫َُي َع ْلُلَ ُك ْمُم ْنُأ َْم ِرُك ْمُِمََْر ًج َ‬
‫واسأَلُوه ُِمنُفَ ْ ِ ِ ِ‬
‫ضلوُيُ ْعط ُك ْم َُواتَّ ُق ْوهُ َْ‬ ‫َ ْ ُْ ْ‬
‫‪Achmad Syarifuddin, S.H.I., M.Ag., Founder Al-Warith Indonesia, Ketua‬‬
‫‪Forum Muballigh Alumni Gontor cabang Surabaya.‬‬

Anda mungkin juga menyukai