Jenazah
Yulian Purnama, S.Kom. 7 Comments
- عليه، ت
-ِ بالرجل المي
-ِ وسلَّ َم كان يُؤتى-أن رسو َل هللاِ صلَّى هللا ُ عليه
-َّ
ترك وفا ًء- حدث أنه- من قضا ٍء ؟ ) فإن- ل َدينه- ( هل ترك- فيسأل. -الدين
)صاحبكم
ِ - على- ( صلُّوا- قال- وإال. -صلَّى عليه
Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam pernah didatangkan kepada beliau
jenazah seorang lelaki. Lelaki tersebut masih memiliki hutang. Maka beliau
bertanya: “Apakah ia memiliki harta peninggalan untuk melunasi hutangnya?”.
Jika ada yang menyampaikan bahwa orang tersebut memilikiharta peninggalan
untuk melunasi hutangnya, maka Nabi pun menyalatkannya. Jika tidak ada,
maka beliau bersabda: “Shalatkanlah saudara kalian” (HR Muslim no. 1619).
Baca Juga: Hal-Hal Yang Disyari’atkan Terhadap Orang Yang Baru Meninggal
Dunia
َ ال ُي ْش ِر ُك-،ُون َرجُال
ون َ ُوت َف َيقُو ُم َعلَى َج َن
َ ه أرْ َبع-ِ از ِت ُ ِم َيم-ٍ ُل مُسْ ل
-ٍ َما ِمنْ َرج
َش َّف َع ُه ُم هللا ُ فِي ِه- إِال-ً َشيْئا-ِباهلل
“Tidaklah seorang Muslim meninggal, lalu dishalatkan oleh empat puluh orang
yang tidak berbuat syirik kepada Allah sedikit pun, kecuali Allah akan
memberikan syafaat kepada jenazah tersebut dengan sebab mereka” (HR.
Muslim no. 948).
Imam berdiri sejajar dengan kepala mayit lelaki dan bila mayitnya wanita, imam
berdiri di bagian tengahnya. Makmum berdiri di belakang imam. Sebagaimana
dalam hadits Abu Ghalib:
ل هللاِ صلَّى هللا-ُ ل رسو-ُ كان يف َع
َ هكذا-، حمز َة- يا أبا: زياد-ء بن-ُ العال-قال
ويقو ُم، أرب ًعا- يُكبِّر عليها، كصالتِك-جنازة ِ ال- يُصلِّي على- وسلَّم؛-عليه
نعم-: قال-ة المرأة؟-ِ ُل وعجيز-ِ عند رأس الرَّ ج
“Al ‘Ala bin Ziyad mengatakan: wahai Abu Hamzah (Anas bin Malik),
apakahpraktek Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam dalam shalat jenazah
seperti yang engkau lakukan? Bertakbir 3 kali, berdiri di bagian kepala lelaki
dan di bagian tengah wanita? Anas bin Malik menjawab: iya” (HR. Abu Daud
no. 3194, At Tirmidzi no. 1034, dishahihkan Al Albani dalam Shahih Sunan Abi
Daud).
2. Jumlah shaf
-َ ف َف َق ْد أَ ْو َج
ب ُ ه َثاَل َث ُة-ِ صلَّى َعلَ ْي
ٍ ص ف ُو َ َْمن
“Barangsiapa yang menshalatkan jenazah dengan membuat tiga shaf, maka
wajib baginya (mendapatkan ampunan)” (HR. Tirmidzi no. 1028).
Ulama khilaf mengenai derajat hadits ini. Pokok permasalahannya adalah pada
perawi bernama Muhammad bin Ishaq Al Qurasyi yang merupakan seorang
mudallis, dan dalam hadits ini ia melakukan ‘an’anah. Ada pembahasan di
antara para ulama mengenai ‘an’anah Ibnu Ishaq.
Takbir shalat jenazah sebanyak empat kali. Ulama ijma akan hal ini. Dari Jabir
bin Abdillah radhiallahu’anhu:
فكبَّر-، ِّ وسلَّم صلَّى على أَصْ ح َم َة النجاشي-أن رسو َل هللا صلَّى هللا عليه
-َّ
أربعًا-عليه
“Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam menshalati Ash-hamah An Najasyi,
beliau bertakbir empat kali” (HR. Bukhari no. 1334, Muslim no. 952).
َ جن
يرفع يديه في أوَّ ل تكبيرة يُكبِّرها-ازة- ِ أن المصلِّي على ال
-َّ أج َمعوا على
“Ulama ijma bahwa orang yang shalat jenazah disyartiatkan mengangkat
tangan di takbir yang pertama” (Al Ijma, 44).
Baca Juga: Hal-Hal Yang Disyari’atkan Terhadap Orang Yang Baru Meninggal
Dunia
Shalat jenazah lebih utama dilakukan di luar masjid. Sebagaimana yang umum
dilakukan di zaman Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam. Dari Abu
Hurairah radhiallahu’anhu, ia berkata:
Namun boleh juga dikerjakan di dalam masjid. Dari Aisyah radhiyallahu ‘anha,
ia berkata:
َ َقب ٍْر َر ْطبٍ؛ َف-م إِلَى-َ َّه َو َسل-ِ صلَّى هللا ُ َعلَ ْي
ه-ِ صلَّى َعلَ ْي َ ِل هللا-ُ ا ْن َت َهى َرسُو
ه َو َكب ََّر أَرْ َبعًا-ُ َخ ْل َف-ص ُّفواَ َو
“Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam pernah berhenti di sebuah kuburan
yang masih basah. Ia shalat (jenazah) di sana dan menyusun shaf untuk
shalat. Beliau bertakbir empat kali” (HR. Muslim no. 954).
Pertama, niat shalat jenazah. Dan niat adalah amalan hati tidak perlu
dilafalkan.
ة-ِ بفاتح-َ ثم يقرأ-، أن يُكب َِّر اإلما ُم-جنازة َّ ة في ال-َ أن ال ُّس َّن
ِ ة على ال-ِ صال -َّ
النبي صلَّى
-ِّ - ثم يُصلِّ َي على-، في ن ْفسِ ه- سِ ًّرا-- األولى- بع َد التكبيرة--ب ِ الكتا
فى شى ٍء-ُ ال يقرأ-،ت ِ في التكبيرا-ء للم ِّيت-َ ِص ال ُّدعا َ ويُخل، وسلَّم-هللا عليه
- ثم يُسلِّم، َّمنهن
“Bahwa sunnah dalam shalat jenazah adalah imam bertakbir kemudian
membaca Al Fatihah (setelah takbir pertama) secara sirr (lirih), kemudian
bershalawat kepada Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam, kemudian berdoa untuk
mayit setelah beberapa takbir. Kemudian setelah itu tidak membaca apa-apa
lagi setelah itu. Kemudian salam” (HR. Asy Syafi’i dalam Musnad-nya [no. 588],
Al Baihaqi dalam Sunan Al Kubra [7209], dishahihkan Al Albani dalam Ahkamul
Janaiz [155]).
Baca Juga: Menyalati Jenazah, Tapi Tak Tahu Jenis Kelaminnya, Sahkah
Shalatnya?
ه-ُ َه َواعْ فُ َع ْن ُه َوأَ ْك ِر ْم ُن ُز َل ُه َو َوسِّعْ م ُْد َخل-ِ ِر لَ ُه َوارْ َح ْم ُه َو َعا ِف-ْ اغف ْ م-َّ اللَّ ُه
ض-َ ب اأْل َ ْب َي َّ ْت
-َ الث ْو َّ ء َو-ِ ه ِب ْال َما-ُ اغسِ ْل
َ َن َّقي- َك َما-د َو َن ِّق ِه م َِن ْال َخ َطا َيا-ِ ج َو ْال َب َر-ِ الث ْل ْ َو
- َخيْرً ا- ِمنْ أَهْ لِ ِه َو َز ْوجً ا-ه َوأَهْ اًل َخيْرً ا-ِ ار ِ ِمنْ َد- َخيْرً ا-ه َدارً ا-ُ س َوأ ْبد ِْل
َ -ِ م َِن ال َّد َن
-ِ ب ال َّن
ار ِ ْر َو ِمنْ َع َذا-ِ ب ْال َقب -ِ ِن َع َذا-ْ م-ُة َوأَعِ ْذه-َ ه ْال َج َّن-ُ ج ِه َوأَ ْدخ ِْل
ِ ِمنْ َز ْو
“Ya Allah, berilah ampunan baginya dan rahmatilah dia. Selamatkanlah dan
maafkanlah ia. Berilah kehormatan untuknya, luaskanlah tempat masuknya,
mandikanlah ia dengan air, es dan salju. Bersihkanlah dia dari kesalahannya
sebagaimana Engkau bersihkan baju yang putih dari kotoran. Gantikanlah
baginya rumah yang lebih baik dari rumahnya, keluarga yang lebih baik dari
keluarganya semula, istri yang lebih baik dari istrinya semula. Masukkanlah ia
ke dalam surga, lindungilah ia dari adzab kubur dan adzab neraka” (HR Muslim
no. 963).
Keempat, takbir keempat. Kemudian diam sejenak atau boleh juga membaca
doa untuk mayit menurut sebagian ulama. Yang lebih utama adalah diam
sejenak dan tidak membaca apa-apa sebagaimana zhahir dalam hadits Abu
Umamah radhiallahu’anhu.
Kelima, salam. Dan sifat salamnya sebagaimana salam dalam shalat yang lain.
Sebagaimana dalam hadits Ibnu Mas’ud radhiallahu’anhu:
-سُ ؛-تر َكهنَّ ال َّناَ -، َّ يفعلهن- وسلَّم-ل هللاِ صلَّى هللا عليه-ُ ِالل كان رسو ُ
ٍ ثالث خ
ة-ِ صال -ِ ال َّتس- مِثل-جنازة
َّ ليم في ال- ِ م على ال-ُ لي- التس-: َّإحداهن
“Ada 3 perkara yang dahulu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam benar-
benar melakukannya dan kemudian banyak ditinggalkan orang: salah satunya
salam di shalat jenazah semisal dengan salam dalam shalat yang lain..” (HR.
Ath Thabrani no. 10022, dihasankan Al Albani dalam Ahkamul Janaiz [162]).
Yaitu salam dilakukan dua kali ke kanan dan ke kiri dan yang merupakan rukun
hanya salam ke kanan saja.
Baca juga:
**
Penulis: Yulian Purnama
Artikel: Muslim.or.id