Anda di halaman 1dari 42

Kata Pengantar

Segala puji untuk Allah. Kita memuji, meminta


pertolongan-Nya, dan memohon ampunan-Nya. Tidak ada ilah
yang berhak diibadahi dengan benar kecuali Dia, dan
Muhammad ‫ ﷺ‬adalah hamba dan utusan-Nya.

Dengan mengucapkan rasa syukur kepada Allah


Subhanahu Wa Ta’ala buku sederhana ini telah dapat penulis
selesaikan. Tidak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu, terutama penulis ucapkan
kepada Ibu Dr. Hj. Lilis Satriah, M.Pd dan Ibu Novi Hidayanti
Afsari, S. Kom.I, M.Ag. selaku dosen mata kuliah Kapita Selekta
yang telah memberikan bimbingannya sehingga buku ini dapat
terselesaikan.

Penulis menyadari bahwa buku ini jauh dari sempurna,


dan penuh dengan kekurangan, mudah-mudahan buku ini bisa
lebih disempurnakan lagi di masa-masa yang akan datang, dan
semoga buku ini dapat memberikan manfaat serta inspirasi
kepada para pembaca. Mohon maaf apabila ada kekeliruan,
kekhilafan, serta kesalahan itu mucul dari keterbatasan penulis.
Oleh karena itu, penulis membutuhkan kritik dan saran dari para
pembaca untuk kesempurnaan dari buku ini. Akhirnya buku ini
dapat terselesaikan mudah-mudahan diberi pahala oleh Allah
Subhanahu Wa Ta’ala. Aamiin

Bandung, 9 Juli 2021

Penulis
i|Page
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ................................................................................ i
DAFTAR ISI ...................................................................................... ii
BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................ 1
A. Latar Belakang ............................................................... 1
BAB 2 PENGERTIAN BKI DAN MANUSIA ............................... 2
A. Pengertian Bimbingan dan Konseling Islam .......... 2
B. Pengertian manusia ...................................................... 3
BAB 3 BIMBINGAN PERAWAT ROHANI ISLAM .................... 5
A. Bimbingan Perawat Rohani Islam ............................. 5
B. Fungsi Bimbingan Perawat Rohani Islam ............... 6
C. Peran Pembimbing Rohani Islam .............................. 7
D. Tujuan Perawatan Rohani islam .............................. 10
E. Syarat Syarat Menjadi Perawat Rohani Islam .......... 12
F. Metode dan Teknik Bimbingan Rohani Islam........... 13
BAB 4 BIMBINGAN FARDIYAH DI RUMAH SAKIT .............. 15
A. Bimbingan Fiah di Rumah Sakit .............................. 15
B. Penatalaksanaan .......................................................... 19
C. Perilaku Orang Yang Sedang Sakit ......................... 23
D. Dampak Dari Sakit ....................................................... 24
E. Pelayanan Doa Bagi Orang Sakit (Istisyfa) Menurut
Psikoterapi Islam ..................................................................... 26
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................... 37
RIWAYAT HIDUP PENULIS ....................................................... 39

ii | P a g e
BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bimbingan dan Konseling Islam merupakan salah satu


komponen dalam keseluruhan sistem yang berkaitan
dengan pengobatan rohaniah. Karena di dalam Bimbingan
Konseling ini terdapat cakupan-cakupan yang sesuai
dengan Al-Qur’an dan As-sunnah. Hal ini merupakan salah
satu unsur pendukung dalam pelaksanaan menuju individu
yang berakhlakul karimah Pasien yang sakit selalu
dihadapkan pada perasaan, yaitu timbulnya goncangan
mental dan jiwa mengenai penyakit yang di deritanya.
Orang sakit tidak hanya memerlukan bantuan fisik saja
tetapi juga bantuan non fisik berupa bimbingan Islami atau
bimbingan rohani Islam. Bimbingan Islami atau bimbingan
rohani Islam merupakan kebutuhan, khususnya di rumah
sakit untuk membimbing pasien agar menerima keadaan
dirinya, memahami sakit sebagai sebuah cobaan;
membantu pasien untuk lebih sabar dan berpandangan
positif, bahwa penyakit bukan sebagai musibah.

Berbica tentang agama dikehidupan manusia memang


cukup menarik, khususnya Agama Islam. Hal ini tidak
terlepas dari tugas Nabi yang membimbing dan
mengarahkan manusia kearah kebaikan yang hakiki dan
juga para Nabi sebagai figure konselor yang sangat
mempuni dalam memecahkan asalah yang berkaitan
dengan jiwa manusia, agar manusia keluar dari tipu daya
syaitan.

1|Page
BAB 2 PENGERTIAN BKI DAN MANUSIA

A. Pengertian Bimbingan dan Konseling Islam

Bimbingan dan konseling islam adalah proses bantuan atau


bimbingan kepada suatu individual atau kelompok,dengan
maksud mengembalikan potensi yang ada dalam diri suatu
individu untuk menjadi lebih baik, Adapun kata Islam disana
adalah sebagai metode penyampaian sesuai bimbingan agama
yang didasarkan kepada aturan Al Qur’an.

Bimbingan konseling merupakan proses bantuan yang


dilakukan oleh seorang ahli yang mampu kepada individu yang
memerlukan bantuan, seperti pemberian pengetahuan,
informasi, tentang tentang masalah yang dihadapinya sehingga
individu bisa merasa tenang dan mampu menyelesaikan
masalah nya sendiri dan mampu hidup sejahtera dilingkungan
sekitarnya.

Bimbingan dan konseling islam merupakan kegiatan yang


berasal dari kehidupan manusia. Hal ini dibuktikan di dalam Al
Qur’an Surat Al-Baqarah ayat 155

‫ت َو َبش ِِر‬ ٍ ‫ش ْيءٍ ِمنَ ْالخ َْوفِ َو ْال ُج ْوعِ َونَ ْق‬
ِ ِۗ ‫ص مِنَ ْاْلَ ْم َوا ِل َو ْاْلَ ْنفُ ِس َوالث َّ َم ٰر‬ َ ‫َولَنَ ْبلُ َونَّ ُك ْم ِب‬
َ‫صبِ ِريْن‬ ّٰ ‫ال‬
Artinya : Dan Kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit
ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-
buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang
yang sabar,

Keadaan dan kenyataan menunjukan bahwa setiap


individu manusia mempunyai masalah atau persoalan
persoalan yang terjadi pada kehidupannya di muka bumi ini.

2|Page
Masalah yang datang silih berganti, yang Ketika satu masalah
selesai maka akan datang masalah yang lain baik itu masalah
yang kecil ataupun yang besar demikian seterusnya akan
sama.

B. Pengertian manusia

Manusia adalah mahluk yang paling mulia yang diciptakan


Tuhan dengan sebaik mungkin, bahkan Ketika berprilaku baik
manusia akan lebih mulia dari malaikat, dan juga sebalik nya
Ketika manusia berprilaku buruk manusia akan lebih buruk
daripada iblis.

Berdasarkan kenyataan satu individu dengan individu yang


lain itu tidak akan sama, baik dalam kemampuannya,
masalahnya, ataupun sifat dan karakternya. Jadi diantara
individu manusia ada yang bisa menyelesaikan berbagai
masalahnya sendiri, namun tidak sedikit individu yang tidak bisa
menyelesaikan berbagai masalahnya dengan kata lain individu
tersebut membutuhkan orang lain dalam penyelesian
masalahnya.

Sesuatu yang wajar bagi manusia untuk mengenal seperti apa


dirinya dengan sebaik mungkin. Dengan mengenal dirinya
sepenuhnya dengan baik maka manusia tersebut dapat
bertindak dengan tepat sesuai dengan potensi dan kemampuan
yang dia miliki. Namun masih banyak manusia yang belum
mengenal atas dirinya sepenuhnya. Oleh karena itu bagi
merekalah inilah bimbingan don konseling islam itu muncul
dengan landasan yang di sandarkan pada Qalamullah Al
Qur’an pada surat An Nahl ayat 125

َ‫س ِۗنُ ا َِّن َربَّك‬ َ ‫سنَ ِة َو َجاد ِْل ُه ْم ِبالَّ ِت ْي ه‬


َ ‫ِي ا َ ْح‬ َ ‫ظ ِة ْال َح‬ َ ‫ع ا ِٰلى‬
َ ‫س ِب ْي ِل َر ِبكَ ِب ْالحِ ْك َم ِة َو ْال َم ْو ِع‬ ُ ‫ُ ْد‬
َ‫سبِ ْيل ِٖه َوه َُو ا َ ْعلَ ُم بِ ْال ُم ْهت َ ِديْن‬
َ ‫ع ْن‬ َ ‫ض َّل‬ َ ‫ه َُو ا َ ْعلَ ُم بِ َم ْن‬

3|Page
Artinya : Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan
hikmah dan pengajaran yang baik, dan berdebatlah dengan
mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu,
Dialah yang lebih mengetahui siapa yang sesat dari jalan-Nya
dan Dialah yang lebih mengetahui siapa yang mendapat
petunjuk.

Dari ayat tersebut penulis menyimpulkan bahwa


bimbingan dan konseling islam itu penting, untuk membantu
setiap individu atau kelompok dalam membantu dan
membimbing menyelesaikan berbagai macam masalah yang
dihadapinya, dan mengajak manusia kejalan yang baik
berlandaskan aturan agama yang ditetapkan.

4|Page
BAB 3 BIMBINGAN PERAWAT ROHANI ISLAM

A. Bimbingan Perawat Rohani Islam

Pembimbing didefinisikan sebagai seseorang yang telah


dipersiapkan melalui pendidikan untuk turut serta merawat dan
menyembuhkan orang yang sakit, usaha rehabilitasi,
pencegahan penyakit, yang dilaksanakannya sendiri atau
dibawah pengawasan dan supervisi dokter atau suster.
Pembimbing rohani Islam membantu dalam proses
pemeliharaan, pengurusan dan penjagaan aktivitas ruhaniah
insaniah agar tetap berada dalam situasi dan kondisi yang fithri,
yaitu berkeyakinan tawhidullah, sabar dan tawakal dalam
menghadapi musibah dan bersyukur dalam menjalani anugerah
nikmat kesehatan ruhani dan jasmani yang dilakukan oleh diri
sendiri atau melalui bantuan oranglain dengan cara
menjalankan kewajiban beragama Islam dalam berbagai situasi
dan kondisi.
Penulis menggaris bawahi bahwa pembimbing rohani islam
adalah seorang ahli yang menguasai ilmu pemeliharaan,
pengurusan dan penjagaan aktivitas ruhaniah insaniah agar
tetap berada dalam situasi dan kondisi yang fithri, yaitu
berkeyakinan tawhidullah. Bimbingan dan perawat rohani islam
adalah proses pemberian bantuan spiritual oleh seorang ahli
yang menguasai keilmuan kepada seorang individu pasien
yang sedang sakit untuk meningkatkan religiusitas pasien
ketika sedang sakit, agar spiritualitasnya tetap terjaga. Dalam
agama islam spiritualitas sangat penting,karena setiap individu
mempunyai tanggung jawab atas kehidupannya dalam
beribadah dan beragama.

5|Page
‫س ا َِّْل ِليَ ْعبُد ُْو ِن‬ ِ ْ ‫َو َما َخلَ ْقتُ ْال ِج َّن َو‬
َ ‫اْل ْن‬

Artinya : “Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan


agar mereka beribadah kepada-Ku”.
Maka perlunya bimbingan rohani islam terhadap religiusitas
kepada setiap individu baik dalam keadaan sedang sehat
maupun dengan keadaan sedang sakit agar spiritualitas tetap
menjadi yang utama. Pasien dengan kondisi fisik yang sedang
sakit, biasanya religiusitas mereka sedikit berkurang karena
keterbatasan.

B. Fungsi Bimbingan Perawat Rohani Islam

Dalam bimbingan perawat rohani islam itu memiliki empat


fungsi diantaranya :

1. Fungsi preventif ; yakni membantu individu menjaga


atau mencegah timbulnya masalah bagi pasien
2. Fungsi kuratif atau korektif ; yakni membantu individu
memecahkan masalah yang sedang dihadapi atau
dialaminya.
3. Fungsi preservative ; yakni membantu individu menjaga
agar situasi dan kondisi yang semula tidak baik
(mengandung masalah) menjadi baik (terpecahkan) dan
kebaikan itu bertahan dan berkepanjangan
4. Fungsi devolepmental (pengembangan) ; yakni
membantu individu memelihara dan mengembangkan
situasi dan kondisi yang telah baik agar tetap baik atau
menjadi lebih baik, sehingga tidak memungkinkan
menjadi sebab munculnya masalah baginya

6|Page
Fungsi pembimbing rohani Islam sebagai pembimbing bagi
pasien yaitu untuk mencapai taraf kehidupan yang lebih tinggi
dan sempurna sesuai dengan kapasitas manusia dan fitrah
kemanusiaannya. Sebagai pembimbingi bertanggung jawab
kepada fungsi tiga unsur kehidupan manusia, yaitu
membimbing agar terhindar dari segala perbuatan yang
mengotori jasad manusia, merusak hal-hal berharga dalam fisik
dan biologis jasad manusia dengan prinsip membantu
menyelesaikan masalah dengan sandaran lima hal, yaitu :

a. Hifzh al- din (memelihara ketentuan ibadah dari agama)


b. Hifzh al- nafsi (memelihara kebersihan jiwa)
c. Hifzh al- nasal (memelihara keturunan)
d. Hifzh al-mal (memelihara harta)
e. Hifzh al- ‘aql ( memelihara akal)

Terkait dengan jiwa seorang pembimbing harus dapat


mengadakan terapi terhadap segala gangguan dan penyakit
nafsani berdasarkan tuntunan agama dan kemudian menjaga
kebersihan jiwa dari segala hal yang buruk bagi jiwa.
pembimbing juga harus mampu menjaga spiritualitas dirinya
agar terhindar dari asumsi asumsi yang bakal merusak citra nya
sebagai pembimbing.

C. Peran Pembimbing Rohani Islam

Peran perawat rohani islam yaitu memberikan asupan


spiritual, selain memberikan arahan pembimbing juga
memberikan bantuan keperawatan kepada pasien agar aktifitas
spiritual pasien tetap dalam keadaan tenang dan sabar.
Berdasarkan teori intervensi di atas batas dan peran warois
seperti di rumah sakit adalah melakukan intervensi terhadap
kondisi batin (mental dan kejiwaan) pasien untuk membantu
proses penyembuhan bersama-sama terapi lainnya.
7|Page
Diluar ini bukan termasuk tanggung jawab dari warois.
Perbedaan kapasitas peran warois dengan pembina rohani
umumnya (ustadz, kyai dan lain-lain) adalah kemampuanya
untuk memberikan terapi terhadap pasien sehingga pasien
bukan hanya dididik untuk berperilaku baik (seperti oleh ustad)
tetapi pasien diobati terlebih dahulu agar sembuh karena yang
dibutuhkan pasien yang lebih utama adalah terhadap
kesembuhannya setelah itu baru pasien bisa diarahkan untuk
berperilaku baik, seperti sabar, tawakal, qana'ah dan lain-lain.

Di bawah ini ada beberapa peran perawat rohani islam


diantaranya meliputi :
1. Konsultan

Peran ini dilakukan pembimbing dalam membantu


pasien dan keluarga dalam menafsirkan berbagai informasi
dari pemberi pelayanan informasi lain khususnya dalam
pengambilan persetujuan atas tindakan pembimbing yang
diberikan kepada pasien,pembimbing wajib melindungi
privasi pasien dan keluarganya, pembimbing harus
professional dalam pekerjaannya dengan loyalitas.

2. Edukator

Pembimbing di tuntut untuk membantu dan


membimbing pasien dalam pengetahuan berupa informasi
Kesehatan, penyakit yang di derita pasien, sehingga
membuat pasien merubah perilaku kebiasaannya.

3. Konselor

Mencarikan cara alternatif yang dapat membantu pasien


dalam upaya mengatasi masalahnya.

8|Page
4. Pembimbing rohani

Pembimbing harus membantu dalam aspek


masalah peribadatan pasien, yang berhubungan dengan
ibadahnyaketika sedang sakit. Seperti membimbing
wudhu, tayamum, sholat dan ibadah lainnya.

Bimbingan yang diberikan oleh perawat rohani islam dapat


diberikan berupa :

1. Memberikan dasar tauhid atau kepercayaan secara


konstan atau terus menerus untuk mengembalikan
kesadaran spiritualitasnya.
2. Memberikan informasi tentang makna hidup yang
tujuannya sesuai aturan aturan agama yang selaras
antara dunia dan akhirat.
3. Memberikan informasi betapa pentingnya peribadatan
dalam menjalankan kehidupan sehari hari.
4. Memberikan bimbingan tentang cara penerimaan diri
dan harga diri setiap individu, agar tercapainya derajat
dan martabat sebagai pribadi yang utuh sebgai
manusia.
5. Memberikan rasa aman atas interaksi yang dilakukan
antara perawat rohani islam dan pasien.

Ada juga bimbingan khusus yang diberikan oleh perawat


rohani islam pada pasien yang sedang sakit diantaranya :

1. Memberikan pengetahuan tatacara praktik ibadah


Ketika sedang mengalami sakit.
2. Memberikan tuntutan yang baik tentang peningkatan
ritual beribadah ketika sedang sakit.

9|Page
3. Berkomunikasi dengan baik agar menjaga stabilitas
emosional pasien sehingga spiritualitasnya tetap terjaga
dengan baik.

D. Tujuan Perawatan Rohani islam

Ketika manusia merasakan sakit, ada beberapa kondisi


yang dirasakan seperti menerima kondisi sakit dengan penuh
keikhlasan yaitu menerima kondisi sakit atas kehendak tuhan,
ada juga kondisi dimana individu menolak kondisi sakit karena
sakit itu tidak menyenangkan, kemudian ada juga dimana
individu menjalani sakit tanpa mendapatkan nilai nilai yang
dapat dipetik karena kondisi fisik yang tidak berdaya.
Pengetahuan manusia mengenai sakit dan penyakit, dan
kapasitas spiritual dari manusia itu sendiri. Pada saat manusia
memasuki peranannya sebagai orang sakit, Islam memberikan
tuntunan bagaimana cara menyikapinya, apa makna hakikat
sakit dan penyakit, hingga bagaimana cara mengobatinya.
Sedangkan hal yang penting dan ditekankan dalam Islam
adalah bagaimana individu yang ketika sedang sakit tidak
meninggalkan kewajibannya untuk melaksanakan Ibadah
terutama ibadah pokok seperti shalat.
Hal ini menimbulkan dua konsekuensi logis Pertama,
menekankan betapa pentingnya nilai ibadah dalam Islam
sehingga dalam keadaan sakit sekalipun bagaimana kewajiban
ibadah itu tetap berlangsung dan terjaga sesuai dengan
kapasitas kemampuan individu yang sedang sakit tersebut.
Batasannya adalah kesadaran individu, yaitu ketika sedang
sakit masih memiliki kesadaran, maka kewajiban ibadah pokok
tetap harus dijalankan sesuai dengan kemampuannya meski
hanya dengan isyarat sekalipun.

10 | P a g e
Dalam kondisi seperti ini berarti ada keilmuan dan
keterampilan yang harus dimiliki seorang muslim bagaimana ia
dapat melaksanakan ibadah jika dalam keadaan sakit.
Pengetahuan ini banyak luput dipelajari oleh seorang muslim.
Tujuan dari perintah agama ini sama sekali bukan untuk
memberatkan orang sakit, melainkan bagaimana si sakit tetap
memiliki koneksitas dengan kesadaran spiritualnya agar jika
sakit dan penyakitnya itu ternyata membawanya kepada pintu
kematian, maka diharapkan ia berada dalam keadaan
kesadaran spiritual menghadap tuhannya. Kedua, jika individu
yang sakit masih memiliki kesadaran, akan tetapi ia tidak dapat
melaksanakan kawajiban ibadah karena hambatan akibat sakit,
maka kondisi ini mengharuskan bagaimana orang yang sehat
disekitarnya memberikan bantuan. Misal, seperti keluarganya
jika ada yang sakit berada di rumah sementara ada orang yang
sehat tidak mau memberikan bantuan agar individu yang sakit
melaksanakan ibadahnya, maka hal ini mengakibatkan dosa
dan kesalahan bagi yang mengabaikannya. Termasuk jika
perawat rohani islam tidak mau memberikan bantuan atau
bimbingan melakukan ibadah terhadap orang yang sakit maka
sama halnya dia akan berdosa karena mengabaikannya.
Kondisi ini juga menghadirkan konsekuensi bagaimana
seorang muslim harus memiliki ilmu dan keterampilan
membimbing ibadah bagi orang yang sedang sakit.

Penulis menggaris bawahi bahwa tujuan dari adanya


bimbingan perawat rohani islam yaitu membimbing dalam
bentuk kebutuhan spiritual bagi pasien yang beragama islam
meliputi:

11 | P a g e
a. Memenuhi kebutuhan akan ibadah pokok seperti sholat
5 waktu, thaharah (istinja, wudhu, tayamum), puasa dll.
b. Memenuhi kebutuhan akan berbagai ibadah tambahan
Ketika sedang sakit seperti berdo’a, berdzikir, baca
Qur’an dll.
c. Membimbing dengan metode bimbingan dan konseling
islam tadzkiroh (penasehatan )

E. Syarat Syarat Menjadi Perawat Rohani Islam

Ada beberapa macam syarat yang harus dipenuhi untuk


menjadi perawat rohani islam :

a. Kemampuan professional (ahli) dengan bertakwakal


kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala
b. Menguasai bidang yang akan dihadapi (permasalahan
pasien)
c. Menguasai hukum dan aturan islam dengan bidang
bimbingan dan konseling islam
d. Memahami dasar dasar keilmuan tentang bidang
bimbingan dan konseling islam yang relevan
e. Memiliki sifat-sifat kepribadian sebagai perawat rohani
islam yaitu sifat yang baik (berakhlakul karimah) yang
meliputi shiddiq, amanah, fathonah, tabligh, sabar,
tawadhu, shaleh, adil, dan mampu mengenalkan diri.
f. Berukhuwah Islamiyah (Kemampuan kemasyarakatan)
harus memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik
dengan pasien (orang yang akan di bimbing) dan
lingkungan sekitarnya.
g. Mampu memahami dirinya sebagai perawat rohani
islam dengan seperti berpenampilan menarik, periang,
mampu bekerja sama dan loyalitas.

12 | P a g e
F. Metode dan Teknik Bimbingan Rohani Islam

Bimbingan rohani Islam memiliki metode dan teknik.


Dimana metode diartikan sebagai cara untuk menyelesaikan
masalah sehingga diperoleh hasil yang memuaskan
sedangkan teknik merupakan penerapan metode dalam
praktek. Penulis menggaris bawahi Metode dan teknik
bimbingan rohani Islam secara garis besar. Berikut ada tiga
metode yang merupakan bagian dari Bimbingan Rohani
Islam :
a. Metode langsung
Metode langsung adalah metode dimana
pembimbing melakukan komunikasi langsung dengan
orang yang dibimbingnya. Hal ini dapat dilakukan
secara individu atau kelompok.

b. Metode individual
Dalam hal ini pembimbing melakukan komunikasi
secara individual dengan pihak yang dibimbingnya. Ini
dapat dilakukan dengan :
 Pertama, Percakapan pribadi yakni pembimbing
melakukan dialog lansung tatap muka dengan
pihak yang dibimbing (pasien).
 Kedua, Kunjungan dan observasi kerja yakni
pembimbing melakukan percakapan individu
sekaligus mengamati kerja klien dan lingkungan.

13 | P a g e
c. Metode kelompok
Dalam hal ini pembimbing melakukan komunikasi
langsung secara dengan cara berkelompok. Hal ini
dapat dilakukan dengan:

 Pertama, yaitu dengan melakukan diskusi


kelompok atau “pembimbing melaksanakan
bimbingan dengan cara mengadakan diskusi
dengan kelompok klien yang mempunyai
masalah yang sama.”
 Kedua, yaitu dengan melakukan group teaching
atau dengan “pemberian bimbingan dengan
memberikan materi tertentu (ceramah) kepada
kelompok yang telah disiapkan.”

14 | P a g e
BAB 4 BIMBINGAN FARDIYAH DI RUMAH SAKIT

A. Bimbingan Fiah di Rumah Sakit

1. Pengertian Bimbingan

Bimbingan adalah proses bantuan yang diberikan individu


atau sekumpulan individu-individu yang dilakukan oleh seorang
ahli kepada seseorang yang sedang membutuhkan bantuan
atau sedang mengatasi kesulitan di dalam kehidupannya.
Dengan diberikannya bantuan dia akan dapat menikmati
kebahagiaan hidupnya, dan dapat memberi sumbangan yang
berarti kepada kehidupan masyarakat pada umumnya.
Bimbingan itu sendiri dapat membantu individu mencapai
perkembangan diri secara optimal sebagai makhluk sosial.

2. Aspek Psikologi Perawatan Di Rumah Sakit

Rumah sakit Islam pada pokok pelaksanaannya harus


ditujukan dalam dua hal yaitu:
1) Pelayanan, perawatan dan pengobatan (medis);
2) Pelayanan dan santunan agama (spiritual).

Kedua pokok pelayanan di atas harus dikerjakan secara


sistematis supaya bisa memperoleh hasil yang baik yaitu
menolong & membimbing insan seutuhnya. Setiap orang yang
menderita sakit terutama apabila ia memerlukan perawatan di
rumah sakit selalu akan timbul kegoncangan mental dan
jiwanya baik pada dirinya maupun keluarganya.

15 | P a g e
1. Penyakit yang sedang dideritanya, terutama apabila
prognosisnya tidak jelas apakah perjalanan penyakitnya
akan berkelanjutan lama atau apakah dalam waktu
singkat yang akan berakhir dengan kematian ;
2. Apabila perawatan di rumah sakit harus dijalani berarti
ia terpaksa harus meninggalkan keluarganya sehingga
ia merasa kesepian. Selama didalam perawatan ia
selalu kan terkenang kemesraan hidup di tengah-tengah
keluarganya;
3. Selama masih dalam perawatan di rumah sakit, ia
terpaksa harus melepaskan pekerjaan dan tanggung
jawabnya. Apabila tugas pekerjaannya masih ada yang
belum terselesaikan, pastilah itu akan mengganggu
kenyamanan atau ketenangan dirinya dan akan
memperberat beban mentalnya;
4. Didalam perawatan di rumah sakit, ia banyak memiliki
waktu kosong. Hal ini akan menambah beban yang
telah berat terutama bagi orang yang terbiasa aktif;
5. Apabila dalam perawatan mental terpaksa harus
dilakukan aturan pantang makan tertentu, aturan
perawatan khusus, tindakan pengobatan khusus dan
sebagainya. Yang semuanya itu belum tentu dipahami
maksud tujuannya, pastilah akan memperberat beban
mentalnya.
6. Khusus untuk ibu yang sedang menghadapi waktu pe
salinan, ia selalu dihadapkan perasaan ketidakpastian
mengenai perjalanan persalinan dan nasib calon
anaknya. Apa proses persalinannya itu berjalan dengan
baik dan selamat ataukah bisa saja sebaliknya yaitu
tidak selamat, lalu apakah jika bayi itu selamat akankah
sehat atau menderita cacat tubuh.

16 | P a g e
7. Apabila pasien atau seorang ibu itu mempunyai
penyakit yang diperlukannya pembedahan, pastinya
pembedahaan itu akan diterima olehnya mungkin bisa
dengan rasa berat hati, apalagi jika pembedahan inni
akan mengakibatkan cacat yang tetap.
8. Keluarganya pasti akan menderita suatu kegoncangan
mental dan jiwanya yang cukup berat apabila keluarga
yang ditunggunya itu sedang dalam perjalanan
"sakaratul maut". Keadaan demikian itu akan
melegakan apabila mental dan jiwanya yang cukup
berat apabila keluarga sakaratul maut itu berjalan
dengan tenang, cepat dan terakhir "husnul khotimah",
demikian juga sebaliknya.

Semua peristiwa tersebut akan membawa kegoncangan


psikologi baik pada dirinya maupun pada keluarganya dan
manifestasinya akan bervariasi dari yang ringan sampai yang
berat tergantung pada temperamen orang yang sedang
mengalami musibah.

3. Santunan Spiritual Dalam Perawatan Di Rumah


Sakit

Santunan spiritual yang dimaksud yaitu didasarkan atas


seruan agama bahwa tiap muslim itu terbebani kewajiban
menyampaikan ajaran agamanya (berdakwah).

1. Tujuan
a. Menyadarkan penderita agar dia dapat memahami
dan menerima cobaan yang sedang dideritanya
dengan ikhlas.

17 | P a g e
b. Ikut serta memecahkan dan meringankan masalah
kejiwaan yang sedang dideritanya.
c. Memberikan pengertian dan bimbingan kepada
penderita dalam melaksanakan beribadah dan
kewajiban keagamaan harian yang harus dikerjakan
dalam batas kemampuannya.
d. Perawatan dan pengobatan dikerjakan dengan
berpedoman tuntunan Islam. Memberi makan,
minum, dan obat secara per oral yaitu dengan
membiasakan bacaan yang diawali dengan bacaan
basmalah “Bismillahirrahmanirrahim” dan diakhiri
dengan bacaan hamdallah “Alhamdulillahirobbil
'alamin". Sesuai dengan kode etik yang ada pada
kedokteran dan berlandaskan tuntunan agama.
e. Menunjukan perilaku dan berbicara yang baik
sesuai dengan kode etik yang ada pada kedokteran
dan berlandaskan tuntunan agama.

2. Teknik penyampaian

a. Kenyataan adanya "heterogenitas"dari objek yang akan


menerima santunan. Orang sakit yang dirawat mereka
itu terdiri dari macam-macam penganut agama dan
kepercayaan bahkan ada yang sama sekali belum
beragama. Mereka yang sudah beragama Islam pun
akan dijumpai pandangannya bermacam-macam
mengenai penghayatan dan pengamalan agamanya.
Terhadap mereka penyantun agama harus cukup
bijaksana, jangan sekali-kali seruannya atau
bimbingannya itu diterima sebagai paksaan karena
keadaan demikian malah akan diterima negative dan
menimbulkan antipasti. Lebih tepatnya itu jika

18 | P a g e
ditunjukkan kepada mereka dengan cara kebaikan
ajaran Islam dan diikuti dengan perilaku yang baik.
Jangan sampai sekali-kali terjadi hanya karena
perbedaan agama bisa mengakibatkan penurunan mutu
pelayanan dan keperawatan (melanggar kode etik
keperawatan);
b. Adanya penuh kepercayaan penderita kepada dokter
dan tenaga paramedis yang merawatnya. Keberhasilan
santunan agama harus ditunjang oleh peran dokter dan
tenaga paramedis dalam membantu pelaksanaan
santunan spiritual.

Secara garis besar teknik penyampaian santunan spiritual


dapat dikelompokkan sebagai berikut:

1. Dengan lisan
2. Dengan tulisan;
3. Dengan suara;
4. Dengan audio visual.

B. Penatalaksanaan

Memilih orang yang akan diserahi tugas harus memenuhi


syarat sebagai berikut :
a. Mereka harus memiliki pengetahuan yang luas
dan benar-benar menghayati ajaran dan hukum
Islam;
b. Mereka harus menguasai ilmu dakwah dan ilmu
pendidikan;
c. Mereka harus memahami ilmu jiwa dan mereka
harus memiliki keterampilan dalam mengamalkan
ilmu pengetahuannya ;

19 | P a g e
d. Mereka harus penyantun dan berlapang dada;
e. Mereka harus tekun tidak lekas berputus asa;
f. Mereka harus memiliki daya kreasi yang luas.

Beberapa hal yang perlu mendapat perhatian khusus:

a. Penderita yang akan dioperasi seyogyanya


disantuni sejak dari keputusan operasi ditetapkan;
b. Ibu yang gelisah karena kesakitan waktu dalam
persalinan yang sulit seyogyanya disantuni dan
didampingi untuk membesarkan hatinya dan
mendoakannya ;

QS. Al- Baqarah : 255

ِ ‫ت او اما فِي ْاْل ا ْر‬ َّ ‫سناةٌ او اَل نا ْو ٌم ۚ لاهُ اما فِي ال‬ ِ ُ‫ي ا ْلقايُّو ُم ۚ اَل تاأ ْ ُخذُه‬ َٰ
ۗ‫ض‬ ِ ‫اوا‬ ‫س ام ا‬ ُّ ‫اللَّهُ اَل إِلاها إِ ََّل ه اُو ا ْل اح‬
‫ِن‬ْ ‫ش ْيءٍ م‬ ‫طونا ِب ا‬ ِ ‫شفا ُع ِع ْن اد ُه ِإ ََّل ِب ِإ ْذ ِن ِه ۚ يا ْعلا ُم اما اب ْينا أ ا ْيد‬
ُ ‫ِيه ْم او اما اخ ْلفا ُه ْم ۖ او اَل يُحِ ي‬ ْ ‫ام ْن ذاا الَّذِي يا‬
‫ي ا ْلعاظِ ي ُم‬ ُّ ‫ظ ُه اما ۚ اوه اُو ا ْلعا ِل‬ ُ ‫ض ۖ او اَل يائ ُو ُدهُ حِ ْف‬ ‫ا‬
‫ت او ْاْل ْر ا‬ ِ ‫اوا‬
‫س ام ا‬ َّ ‫سيُّهُ ال‬ ِ ‫س اع ك ُْر‬ ِ ‫ِع ْلمِ ِه إِ ََّل بِ اما شاا اء ۚ او‬

Artinya : Allah, tidak ada tuhan selain Dia (yang berhak


disembah) melainkan Dia yang hidup, Yang terus menerus
mengurus (makhluk-Nya), tidak mengantuk dan tidak tidur.
Milik-Nya apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi.
Tidak ada yang dapat memberi syafaat di sisi-Nya tanpa izin-
Nya. Dia mengetahui apa yang di hadapan mereka dan apa
yang di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui
sesuatu apa pun tentang ilmu-Nya melainkan apa yang Dia
kehendaki. Kursi-Nya meliputi langit dan bumi. Dan Dia tidak
merasa berat memelihara keduanya, dan Dia Mahatinggi,
Mahabesar

20 | P a g e
QS. Asy-Syu’ara : 80

‫َواِذَا َم ِرضْتُ فَ ُه َو يَ ْش ِفي ِْن‬

Artinya : Dan apabila aku sakit, Dialah yang menyembuhkan


aku,

QS. Asy-Syu’ara : 20

‫ث ال ُّد ْن َيا نُؤْ ت ِٖه مِ ْن َها َو َما لَ ٗه‬ ْٰ ‫ث‬


َ ‫اْلخِ َرةِ ن َِز ْد لَهٗ ِف ْي َح ْرث ٖ ِٖۚه َو َم ْن َكانَ ي ُِر ْي ُد َح ْر‬ َ ‫َم ْن َكانَ ي ُِر ْي ُد َح ْر‬
‫ب‬
ٍ ‫ص ْي‬ِ َّ‫مِن ن‬
ْ ِ‫اْلخِ َرة‬ ٰ ْ ‫فِى‬

Artinya : Barangsiapa menghendaki keuntungan di akhirat akan


Kami tambahkan keuntungan itu baginya dan barangsiapa
menghendaki keuntungan di dunia Kami berikan kepadanya
sebagian darinya (keuntungan dunia), tetapi dia tidak akan
mendapat bagian di akhirat.

QS. Al- Baqarah : 45

َ ‫ص ٰلوةِ ِۗ َواِنَّ َها لَ َكبِي َْرة ٌ ا َِّْل‬


َ‫علَى ْال ٰخ ِش ِعيْن‬ َّ ‫َوا ْست َ ِع ْينُ ْوا بِال‬
َّ ‫صب ِْر َوال‬

Artinya : Dan mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan


sabar dan salat. Dan (salat) itu sungguh berat, kecuali bagi
orang-orang yang khusyuk,

QS. Al-Baqarah : 153

ّٰ ‫ص ٰلوةِ ِۗ ا َِّن اللّٰهَ َم َع ال‬


َ‫صبِ ِريْن‬ َّ ‫ٰ ٰٓياَيُّ َها الَّ ِذيْنَ ٰا َمنُوا ا ْست َ ِع ْينُ ْوا بِال‬
َّ ‫صب ِْر َوال‬

21 | P a g e
Artinya : Wahai orang-orang yang beriman ! Jadikanlah sabar
dan salat sebagai penolongmu, Sesungghnya Allah beserta
orang-orang yang sabar.

QS. Al-Gafir : 60

ࣖࣖ
ࣖ َ‫سيَ ْد ُخلُ ْونَ َج َهنَّ َم دَاخِ ِريْن‬ َ َ‫ي ا َ ْست َِجبْ لَ ُك ْم ِۗا َِّن الَّ ِذيْنَ يَ ْست َ ْكبِ ُر ْون‬
َ ‫ع ْن ِعبَا َدتِ ْي‬ ْٰٓ ِ‫َوقَا َل َربُّ ُك ُم ا ْدع ُْون‬

Artinya : Dan Tuhanmu berfirman, “Berdoalah kepada-Ku,


niscaya akan Aku perkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-
orang yang sombong tidak mau menyembah-Ku akan masuk
neraka Jahanam dalam keadaan hina dina.”

QS. Muhammad : 7

ُ ‫ٰ ٰٓياَيُّ َها الَّ ِذيْنَ ٰا َمنُ ْٰٓوا ا ِْن ت َ ْن‬


ُ ‫ص ُروا اللّٰهَ يَ ْن‬
‫ص ْر ُك ْم َويُثَبِتْ ا َ ْق َدا َم ُك ْم‬

Artinya : Wahai orang-orang yang beriman! Jika kamu


menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan
meneguhkan kedudukanmu.

QS. Ash-Saff : 14

‫ي اِ َلى‬ ْٰٓ ‫ار‬ِ ‫ص‬ َ ‫سى ا ْبنُ َم ْر َي َم ل ِْل َح َو ِار ٖينَ َم ْن ا َ ْن‬َ ‫ار اللّٰ ِه َك َما قَا َل ِع ْي‬
َ ‫ص‬ َ ‫ٰ ٰٓياَيُّ َها ا َّل ِذيْنَ ٰا َمنُ ْوا ُك ْونُ ْٰٓوا ا َ ْن‬
ٌ ۤ َّ ۤ ْۢ ٌ ۤ َّ ٰ
‫ار الل ِه َفا َمنَتْ طا ِٕىفَة مِ ْن بَنِ ْٰٓي اِس َْراءِ ْي َل َو َكف ََرتْ طا ِٕىفَة ٖۚفَا َيَّ ْدنَا‬ ّٰ ُ ‫ص‬َ ‫اللّٰ ِه ِۗقَا َل ْال َح َو ِاري ُّْونَ نَحْ نُ ا َ ْن‬
َ ‫صبَ ُح ْوا‬
ࣖ َ‫ظاه ِِريْن‬ ْ َ ‫عد ُِو ِه ْم فَا‬ َ ‫ع ٰلى‬ َ ‫الَّ ِذيْنَ ٰا َمنُ ْوا‬

Artinya: Wahai orang-orang yang beriman! Jadilah kamu


penolong-penolong (agama) Allah sebagaimana Isa putra
Maryam telah berkata kepada pengikut-pengikutnya yang setia,
22 | P a g e
“Siapakah yang akan menjadi penolong-penolongku (untuk
menegakkan agama) Allah?” Pengikut-pengikutnya yang setia
itu berkata, “Kamilah penolong-penolong (agama) Allah,” lalu
segolongan dari Bani Israil beriman dan segolongan (yang lain)
kafir; lalu Kami berikan kekuatan ke-pada orang-orang yang
beriman terhadap musuh-musuh mereka, sehingga mereka
menjadi orang-orang yang menang musuh-musuh mereka,
sehingga mereka menjadi orang-orang yang menang.

C. Perilaku Orang Yang Sedang Sakit

Pada saat seseorang ditimpa suatu kondisi yang disebut


sakit perubahan perilaku yang terjadi selama sakit antara lain:

a. Muncul perasaan takut

Perilaku ini dapat terjadi pada semua orang dengan di tandai


munculnya berbagai prasangka mengenai perubahan fungsi
dari tubuhnya karena munculnya berbagai symptom atau
gejala. Mungkin rasa takut ini tidak sekaligus melainkan
bertahap muncul tergantung sejauh mana symptoma sakit
tersebut dapat diatasi, Jika dapat diatasi rasa takut tersebut
akan berangsur hilang. Jika tidak dapat diatasi maka rasa takut
akan makin menguat ditandai dengan munculnya ansitas atau
kecemasan. Secara psikologis rasa takut yang menguat ini
akan berpengaruh kepada sugesti dan alam fikiran si sakit.

b. Cemas dan menarik diri

Jika berbagai simptoma penyakit mulai terasa tidak dapat


diatasi, maka si sakit akan mengalami proses kecemasan.
Untuk mengurangi kecemasan, maka seseorang akan
berperilaku menarik diri seperti diam jika tidak di beri
pertanyaan. Gejala menarik diri ini dilakukan terutama jika

23 | P a g e
dirasa makin banyak bertanya pada orang malah makin
membuat rasa cemas mengenai penyakitnya bertambah.

c. Egosentris

Gejala ini ditunjukkan dengan banyak mempersoalkan


dirinya sendiri dan tidak mau mendengarkan perasaan orang
lain. Ia mulai bertanya-tanya tentang kondisi dirinya mengepa
bisa sakit seperti ini. Dalam kondisi ini tidak sedikit yang
menyalahkan dirinya sendiri.

d. Sensitif dan cenderung emosional

Ketika sedang sakit kadang-kadang mempersoalkan hal-hal


yang kecil sebagai dampak terganggunya suasana psikologis
seperti selalu mengomel jika terdapat keadaan tidak sesuai
dengan dirinya yang sakit. Peerilaku ini kadang diikuti dengan
temperamen emosi yang tinggi, tetapi karena adanya kondisi
akibat sakit maka respon yang muncul biasanya mudah
menangis, tersinggung, marah dengan tuntutan perhatian yang
lebih dari orang sekitar untuk memahaminya.

D. Dampak Dari Sakit


Manusia cenderung bersikap ketergantungan seperti
misalnya ketika individu merasakan sakit individu itu akan
berkunjung ke rumah sakit, ini menunjukan bahwa individu
tersebut memerlukan seseorang yang ahli dalam ilmu
kesehatan yang bisa disebut dengan dokter. Namun ada
beberapa faktor yang menimbulkan dampak negative bagi
individu yang sedang sakit diantaranya ada ekonomi, sosial,
psikologis, dan perubahgan gaya hidup.

24 | P a g e
a. Ekonomi

Dampak yang jelas sering muncul Ketika individu yang


sedang sakit berobat di rumah sakit, yaitu mengeluarkan
uang atau biaya yang cukup tinggi. Setiap individu
diharuskan membayar tenaga kerja rumah sakit seperti
dokter, alat alat rumah sakit yang dipakai untuk
mengobatinya, dan obat obatan yang di konsumsi oleh si
individu yang sakit.

b. Sosial

Dampak sosial Ketika orang yang sedang sakit adalah


terhentinya kegiatan atau aktivitas yang sering dilakukan
entah itu bekerja, atau sekedar bermain. Hal inilah yang
membuat individu merasa tidak nyaman Ketika sedang
sakit.

c. Psikologis

Akibat dari dampak sosial yang terhentinya


keterbiasaan beraktivitas mempengaruhi pikiran dan mental
individu yang sedang sakit. Ketika kondisi sosial berhenti
otomatis individu yang sedang sakit tersebut mengalam
gangguan stress sampai mengali kecemasan yang berat
yang bisa menimbulkan bahaya bagi dirinya sendiri.

d. Perubahan gaya hidup

Dampak dari gangguan psikologis membuat individu


yang sedang sakit mengalami kecemasan pada dirinya dan
membuat perubahan gaya hidup muncul secara alami.
Dampak positfnya seperti setelah sembuh dari sakit
individu tersebut akan merubah gaya pola hidupnya seperti

25 | P a g e
menjaga kondisi tubuhnya, dan pengaturan aktivitas yang
baik.

E. Pelayanan Doa Bagi Orang Sakit (Istisyfa) Menurut


Psikoterapi Islam

a. Doa dan pengobatan orang sakit


Dalam islam dikenal pengobatan al-thib al-rahmany
atau psikoterapi islam yang melakukan intervensi terhadap
suasana kebatinan pasien dengan menggunakan metode
dan pendekatan: hikmah, dzikir, doa, shalat, puasa, mandi
taubat (hidroterapi) dan lain-lain. Doa adalah salah satu
metode psikoterapi Islam. Seperti hal nya metode-metode
yang lain, dalam penerapannya doa harus memiliki
langkah-langkah sistematis dan kode etik dalam berdo'a
terhadap pasien. Karena itu bagi orang-orang yang
memberi layanan terapi seperti, perawat rohani islam
(warois) di rumah sakit harus memiliki standar operasional
prosedur (SOP) dalam mekanisme pelayanan doa bagi
orang sakit yang meliputi:
 Pertama, dasar-dasar pengetahuan mengenai
orang sakit, jenis-jenis penyakit, hal-hal yang
mempengaruhi perilaku orang sakit berdasar kondisi
dan karakter nafsunya, tahapan orang sakit, teori
intervensi dan doa, batas peran warois.
 Kedua, mekanisme pelayanan doa dengan cara-
cara tertentu, mekanisme dan tata cara pelayanan
doa dengan pihak rumah sakit dan dengan pasien.
 Ketiga, contoh tuntunan doa bagi warois.

26 | P a g e
b. Aspek yang mempengaruhi perilaku orang sakit
Aspek psikologis (nafs-jiwa) pasien adalah salah satu
sasaran dari penerapan psikoterapi Islam melalui intervensi
doa Ada tujuh nafs yang diketahui, yaitu:
Nafs amarah, nafs lawwamah, nafs sawiyah, nafs
muthmainnah, nafs radhiyah, nafs mardhiyah, dan nafs
kamilah. Masing-masing nafs memiliki karakter yang dapat
berpengaruh pada perilaku orang sakit. Beberapa contoh
perilaku orang sakit yang dipengaruhi kondisi nafsunya :
1. Menolak ;
2. Marah ;
3. Malas;
4. Irasional;
5. Frustrasi;
6. Depresi.

Solusi sederhana guna mengatasi persoalan di atas adalah


melalui usaha, berobat dan menerima.

c. Mekanisme pelayanan doa di rumah sakit


Petugas hendaknya memiliki pengetahuan dasar-dasar
pengetahuan tentang doa. Sementara tata cara pelayanan
doa seperti penulis saksikan dalam pelayanan doa di rumah
sakit meliputi:
1. Bentuk soliditas tim;
2. Gunakan analisis SWOT;
3. Bagi tugas (by job) sesuai dengan kapasitas tenaga
warois dan kebutuhan pihak rumah sakit;
4. Koordinasikan rencana kegiatan pelayanan doa
dengan pihak rumah sakit karena di rumah sakit
telah memiliki prosedur tetap (protap) pelayanan
terhadap pasien;

27 | P a g e
5. Program warois adalah bagian dari keseluruhan
pelayanan pengobatan holistik di RS, karena itu
jangan sampai ada aspek yang bertentangan satu
sama lain;
6. Untuk petugas warois bagian ICU tentukan dahulu
berbagai aturan dengan penjaga terutama ketika
akan mengurus pasien menjelang kematian.
Salah satu kewajiban warois adalah dengan menggunakan
bimbingan talqin bagi pasien naza'.

d. Hubungan dengan pasien


Secara umum hubungan perawat dengan pasien itu
dapat ditempuh melalui pendekatan-pendekatan sebagai
berikut:
1. Dapatkan terlebih dahulu informasi kondisi pasien
dari bagian keperawatan untuk mengetahui kondisi
objektif pasien (boleh diajak bicara/tidak, kategori
penyakit, kondisi mental, dan lain-lain) ;
2. Jaga kontak komunikasi awal sebagai kesan
pertama dengan pasien ;
3. Gunakan efek halo melalui tutur kata yang
baik,kesan simpatik, dan empati yang besar
terhadap pasien;
4. Jaga penampilan melalui pakaian, sikap, gaya
bertutur kata, dan lain-lain;
5. Jika mungkin melalui bincang-bincang awal
dapatkan kondisi mental dan kejiwaan pasien untuk
mengukur kondisi nafs pasien,latar belakang sosio
kultural, aspek religiusitas, dan kesulitan-kesulitan
terutama dalam beribadah, dan lain-lain; Mulailah
intervensi dengan memasukan nasehat, sugesti,
saran dan lain-lain.melalui komunikasi terapeutik;

28 | P a g e
6. Ajukan pentingnya doa dan efek terapi doa dengan
gaya bertutur yang komunikatif, informatif tapi tidak
menggurui atau doktrinal, bisa melalui cerita, kisah
atau pendekatan lain yang relevan ;
7. Tawarkan doa khusus untuk pribadi atau berdoa
bersama. Jika ada keluarga pasien ajak serta untuk
berdialog, berdoa bahkan meminta izin dalam
proses pelayanan.

Sementara pendekatan secara khusus menempuh


proses seperti tertulis di bawah ini:

1. Bertindaklah hati-hati jika terdapat pasien yang


mengadukan hal-hal yang bersifat irasional, supra-
rasional, spiritual dan lain-lain ;
2. Tanggapi secara arif dan bijaksana ;
3. Yang harus dihindari adalah jangan sampai terjadi
perdebatan sehingga mengacaukan ketenangan
pasien ;
4. Jika pasien tidak suka didoakan karena berbagai
alasan apalagi dengan cara-cara tertentu. Layani
secara arif dan bijak, tidak boleh melakukan yang
sifatnya memaksa, tetapi cukup dengan diberi
nasihat dan tutur kata yang baik dari segi agama ;
5. Bersikaplah bijak dalam tata cara berdoa dan
memberi nasihat atau bimbingan, tidak perlu dengan
suara keras seperti khotbah, tidak bersifat atraktif,
tidak memaksa, dan lain-lain;
6. Lakukan pelayanan doa secara profesional karena
warois bukan aktivitas klenik dan perdukunan;
7. Biasakan mendoakan pasien di rumah (di luar
kontak person dengan pasien di RS).

29 | P a g e
Dan terakhir adalah bagaimana hubungan dengan
keluarga pasien yang pada praktiknya dapat menempuh
pendekatan berikut ini, seperti:
1. Lakukan silaturahmi sebagai perkenalan ;
2. Berikan dukungan dan support terhadap keluarga
pasien dengan nasihat dan bimbingan ;
3. Ajukan pentingnya keluarga untuk ikut mendoakan
pasien ;
4. Berikan wawasan melalui dialog tentang pentingnya
doa, konsep dalam kesabaran, tawakal, qanaah,
ikhtiar, dan lain-lain ;
5. Bila perlu dilanjutkan dengan tindakan visiting room,
catat alamat keluarga sebagai tanda simpati dan
empati ;
6. Tanyakan tentang kondisi dan pelaksanaan ibadah
pasien terhadap keluarganya secara hati-hati ;
7. Jika ada keluarga yang membutuhkan bimbingan
pelaksanaan ibadah bagi pasien, bimbing sesuai
keinginan dan keluarganya.

e. Pelayanan doa bagi pasien di rumah sakit


Banyak orang mengira bahwa doa itu hanya bersifat
ritual, sugesti bahkan dianggap sebagai placebo atau
sebagai pelengkap aktivitas spiritual, sarana katarsis,
saluran rasa frustasi dan rasa keputusasaan. Orang tidak
mengetahui bahwa doa juga memiliki efek terapi terhadap
pasien sehingga dapat membantu kesembuhan.
Efek terapi doa dalam agama bahkan tidak dibatasi
secara tegas terhadap satu aspek penyakit fisik atau hanya
untuk penyakit kejiwaan saja. Ini menunjukan bahwa
menurut ajaran agama doa memiliki peluang efek terapi,

30 | P a g e
baik terhadap penyakit kejiwaan maupun terhadap penyakit
fisik. Dengan kata lain, doa dapat berperan dalam
psikoterapi bahkan terhadap somatoterapi. Perhatikan
kembali teori pengaruh dari pendapat al-amiri di atas yang
dikutip oleh Syukriadi Sambas, jelas sekali doa sebagai
sesuatu yang non-fisik dapat berpengaruh terhadap yang
fisik dan yang sesama non-fisik.
Dalam sejarah agama maupun doa telah terbukti
membantu proses penyembuhan berbagai penyakit.
Sementara dalam kenyataan sampai saat ini bahkan
sampai masa mendatang banyak orang yang telah merasa
peran doa dalam proses penyembuhan penyakit hingga
terdapat contoh-contoh ekstrim dimana berbagai penyakit
yang lolos dari terapi fisik medis (somatoterapi) dapat
sembuh hanya dengan bantuan doa. Ini membuktikan
bahwa doa memiliki energi spiritual yang besar.
Persoalannya banyak orang yang meyakini fungsi doa,
tetapi sedikit yang dapat memahami dan menggunakan
fungsi doa tersebut terutama fungsi terapi dari doa dalam
proses membantu penyembuhan penyakit.

Proses pelayanan doa terhadap pasien di rumah sakit


dapat dilakukan dengan beberapa prinsip sebagai berikut :

1. Dilakukan secara profesional oleh perawat di rumah


sakit sesuai dengan agama dan kepercayaan pasien ;
2. Pada prinsipnya pelayanan doa bukan bermaksud
mengubah keyakinan agama pasien, melainkan
menguatkan kekuatan batin pasien untuk membantu
proses kesembuhan bersama-sama terapi lainya.
Konsekuensinya perawat aspek ini harus memiliki

31 | P a g e
kelebihan, yaitu fasih melafalkan dan mampu
mendoakan pasien ;
3. Memiliki kode etik dan prosedur tetap yang jelas ;
4. Pelaksana profesional ini dapat diambil dari perawat
medis dengan plus diberi pendidikan mengenai askep
rohis;
5. Ada beberapa cara memberikan pelayanan doa, yaitu:
a) Pasien dituntun untuk sama-sama melafalkan doa
oleh perawat ;
b) Pasien hanya mengaamiinkan doa yang dibacakan
perawat ;
c) Pasien sendiri disuruh berdoa yang ia bisa, perawat
mengaamiinkan ;
d) Pasien diberi berbagai tulisan doa oleh perawat
untuk ia pilih melafalkanya sesuai kebutuhan,
dibimbing oleh perawat;
e) Pasien diberi tulisan/buku doa untuk dibaca tanpa
disaksikan oleh perawat;
f) Perawat secara khusus mendoakan pasien-pasien
pada waktu khusus, misalnya ketika dirumah, di
masjid atau di tempat perawat, baik perorangan
maupun secara bersama-sama dengan perawat
yang lain;
g) Pelayanan doa dapat mengambil waktu khusus,
aktivitas khusus, atau kejadian khusus, saat kritis,
saat pendampingan atau kapan saja ketika
dibutuhkan oleh pasien atau keluarga.

6. Untuk kepentingan terapi sebaiknya doa dibaca


sesering dan sebanyak mungkin.

32 | P a g e
f. Mengobati dengan Doa

Dalam bagian ini akan dibahas hal-hal yang terkait


dengan doa dalam membantu proses penyembuhan
penyakit. Pembahsan ini akan meliputi tiga aspek, yaitu: (1)
Tujuan, (2) Metode, (3) Waktu.

1. Tujuan

a. Terbentuknyaperawat yang memiliki pemahaman


dan pengamalan serta dapat mempraktikkan
penyembuhan dengan doa bersama-sama, terapi
yang lain juga sebagai bentuk dari aspek asuhan
keperawatan secara spiritual ;
b. Dapat memberikan pelayanan doa bagi pasien
rawat inap di rumah sakit.
2. Metode
a. Ceramah ;
b. Tanya jawab ;
c. Hafalan ;
d. Simulasi (role play) ;
e. Demonstrasi.

3. Waktu

Waktu efektif materi ini adalh 2-4 jam/di


kondisikan, yang akn dibagi kepada:

a. Dua jam teori tatap muka ;


b. Satu jam simulasi ;
c. Satu jam praktik lapangan.

33 | P a g e
g. Bimbingan Rohani Islam Terhadap Kejiwaan

Sebenarnya dari dahulu dengan ketentuannya dan hukum


hukumnya agama telah membendung terjadinya gangguan
kejiwaan pada diri manusia dengan cara dihindarkan segala
kemungkinan kemungkinan sikap, kelakuan yang membawa
kepada kegelisahan, jika terjadi kesalahan pada orang yang
bersangkutan hingga menimbulkan kegelisahan pada diri
seseorang maka: memberikan jalan untuk mengambilkan
ketenangan batin dengan meminta ampun pada tuhan,dengan
cara memberi nasehat, bimbingan secara khusus, para
pemimpin atau tabib terdahulu telah sukses memperbaiki
akhlak dan menyembuhkan berbagai penyakit dengan cara
terapi dan bimbingan kerohanian supaya rasa optimisme dalam
dirinya tertanam keyakinan pada tuhan penyakit mental fisik
jiwanya pasti akan sembuh. Akan tetapi setelah pengetahuan
modern berkembang dengan cepatnya, sehingga segala
keperluan hidupnya hampir tercapai tampaknya manusia
semakin menjauh dari agamanya ( lupa akan agama) sehingga
tuhan memberikan cobaan (pada orang beriman), azab (pada
orang kafir), dengan segala penyakit yang jarang sulit sekali
ditemukan obatnya, sehingga tidak sedikit orang yang putus
asa akan penyakit yang dideritanya lahirlah banyak orang yang
mau mencoba bunuh diri.
Dalam usaha usaha untuk menanggulangi kesukaran
kesukaran yang diderita orang-orang dalam masyarakat
modern itu, bermacam macam ilmu pengetahuan lahir begitu
cepat terutama pada abad ke XX ini, dalam ilmu jiwa dan
kedokteran jiwa muncullah para ahli dengan teorinya masing-
masing, yang semuanya bertujuan mengembalikan kebahagian
kepada orang yang dulunya menderita penyakit itu, bermacam-
macam teori telah timbul dan telah menunjukkan jasanya, di
antaranya adalah aliran psikoanalisis.
34 | P a g e
Ciri-ciri penyakit jiwa yang telah menghantui masyarakat
modern adalah penyakit yang dideritanya adalah bukanlah
penyakit sejati, secara tradisional disebut penyakit mental, dan
sekarang orang menyebutnya psikosomatis. Ia bukanlah
penyakit dalam pengertian bahwa penderita harus
menganggap dirinya mengidap sakit, akan tetapi penyakit yang
dialami si penderita adalah sebagai akibat tekanan dari alam
sekitar mereka atau bisa juga sesama manusia saling
bermusuhan hanya karena persoalan yang tidak begitu penting
dalam kacamata agama, yakni kebutuhan akan material dan
kebutuhan-kebutuhan yang lain untuk sementara waktu.
Konsekuensi dari cara pandang masyarakat yang
materialistik ini sangat erat kaitannya dengan perkembangan
pengamalan ajaran agama sebagai pembimbing keselamatan
hidup. Peraturan agama bukan dianggap hal sakral dan penting
untuk menyelami makna hatinya sehingga mampu
membimbing manusia dalam menempuh perjalanan hidupnya,
jangan sampai ajaran agama hanya sebatas kulit luar belaka
selebihnya tidak ada, agama hanya dikenal pada hari-hari
perayaan besar belaka, sementara dalam kehidupan
kesehariannya tetap saja melanggar ajaran mulia yang terdapat
agama. Jika penyakit ini telah menghinggapi masyarakat
modern, maka tugas para ahli agamalah untuk menyadarkan
masyarakat kembali agar pandangan yang dulunya materialistik
berubah kepada cara pandangan ketuhanan. Disaat para
dokter kesehatan tubuh tidak mampu maka saat itu para dokter
spiritual ang tercerahkan turun tangan ambil bagian untuk
menyelamatkan masyarakat yang sedang sekarat ini.
Salah satu faktor terpenting yang menyebabkan manusia di
zaman modern ini mengalami gangguan kejiwaan adalah rasa
kecemasan dan keinginan yang telah mendominasi akal
pikirannya untuk mengumpulkan materi dan menaklukkannya

35 | P a g e
alam sebisa mungkin, falsafahnya cara pandangnya' seperti ini
"hidup harus mengikuti keinginan nafsu sepuas-puasnya,
bukan hidup sesuai dengan kebutuhan, sebab jika kita hidup
berdasarkan atas kebutuhan maka kemungkinan besar akan
berakhir pada kecukupan dan kesederhanaan, sebab dalam
pandangan para arif semakin mencintai alam materi maka
semakin jauh pula diri kita dari alam immaterial yang lebih mulia
dari segala-galanya.

36 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Zainal, Isep (2020). Bimbingan Dan Perawat Rohani


Islam Di Rumah Sakit; Bandung Pustaka Najati
Mulia Redaksi palasari

Arifin, Zainal, Isep . (2007). Program Pengembangan Asuhan


Keperawatan Spiritual Muslim. Bandung ; AKPER
Aisyiah.

Arifin, Zainal, Isep. (2009). Bimbingan Penyuluhan Islam.


Jakarta : PT Raja Grafindo Persada

Aunur Rahim Faqih, (2001). Bimbingan dan Konseling dalam


Islam, UII press. Jakarta : 2001

Fahmi, Musthafa, 1997. Kesehatan jiwa jilid II. Jakarta: Bulan


Bintang.

Fahmi, Musthafa, 1997. Kesehatan jiwa jilid III. Jakarta: Bulan


Bintang.

Fajar, Ahmad Dadang, 2014. Psikoterapi Religius. Cianjur:


Daar Al-Dizkr Press

H.M. Arifin. (2002). Bimbingan dan Konseling. Jakarta liputan


press

Jalaluddin dan Ramayulus, 1998. Pengantar ilmu Jiwa Agama.


Jakarta: Kalam Mulya

Nurihsan Juntika (2006). Bimbingan dan Konseling dalam


berbagai latar kehidupan. Bandung: PT Rafika
Aditama.

37 | P a g e
Priyanto,Agus. (2009). Komunikasi dan Konseling Aplikasi
dalam sarana pelayanan Kesehatan untuk Perawat
Dan Bidan. Jakarta: Selemba Medika.

Salim. Samsudin, Bimbingan Rohani Pasien Upaya


Mensinergisitaskan Layanan Medis dan Spiritual di
Rumah Sakit, Semarang : 2005

38 | P a g e
RIWAYAT HIDUP PENULIS

Penulis I :

Hasbi Hermansyah dilahirkan pada tanggal


19 Februari 2000 di Sumedang Provinsi
Jawa Barat.
Menyelesaikan pendidikan dasar di SDN
IPPOR Cimalaka 2 lulus pada tahun 2012, SMP di MTSN 1
Sumedang Jawa Barat lulus pada tahun 2015 , melanjutkan ke
SMA di Madrasah Aliyah DARULHIKMAH dan lulus pada tahun
2018. Tahun 2018 melanjutkan ke jenjang Universitas yaitu
sekarang masih di Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan
Gunung Djati Bandung dengan Program Studi Bimbingan dan
Konseling Islam Fakultas Dakwah dan Komunikasi

Penulis II :

Gita Indah Prawati dilahirkan pada tanggal 10


Oktober 1999 di Bandung Provinsi Jawa Barat.
Menyelesaikan pendidikan dasar di SD
Muhammadiyah 7 Antapani Bandung pada
lulus pada tahun 2011, SMPN 27 Bandung Jawa Barat lulus
pada tahun 2014 , melanjutkan ke SMA di SMAN 10 Bandung
dan lulus pada tahun 2018. Tahun 2018 melanjutkan ke jenjang
Universitas yaitu sekarang masih di Universitas Islam Negeri
(UIN) Sunan Gunung Djati Bandung dengan Program Studi
Bimbingan dan Konseling Islam Fakultas Dakwah dan
Komunikasi.

39 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai