Anda di halaman 1dari 20

BAB II

GAMBARAN UMUM TENTANG TINDAK PIDANA

DALAM HUKUM ISLAM

A. Pengertian Fiqih jinayah / Jarimah Dalam Hukum Islam

fikih jinayah terdiri dari dua suku kata, yaitu fikih dan jinayah pengertian

fikih secara bahasa berasal dari lafal fagiha, yafqahu fiqhan, yang berarti

mengerti, paham. Pengertian fikih secara istilah yang di kemukakan oleh Abdul

Wahab Khallaf adalah sebagai berikut:

ََ‫َأََََْٔؤ‬.َ‫اَنَفَقََََََّْٕانَؼَهَىََثَبلََحَكَبوََانششَػََيخََانَؼًََهََيخََانًََكَتَسَتََيٍَََأَدََنَتََٓبَانتَفَصَيَهََيخ‬

.َ‫يَجًََؤََػَخََاَلََحَكَبوََانشَشَػََيخََاَنؼًََهََيخََانًََسَتَفَبَدَحََيٍَََأَدََنَتََٓبَانتَفَصَيَهََيخ‬

Artinya: Fikih adalah ilmu tentang hukum-hukum syara‟ praktis yang diambil

dari dalil-dalil yang terperinci. Atau fikih adalah himpunan hukum-

hukum syara‟ yang bersifat praktis yang diambil dari dalil-dalil yang

terperinci.13

Adapun jinayah menurut bahasa adalah.

ََّ‫اَسَىََنًََبَيَجََُيَََّانًََشَءََيٍَََشَشَََٔيَباكَتَسَج‬

Artinya: Nama bagi hasil perbuatan seseorang yang buruk dan apa yang
diusahakan.

13
Ahmad Wardi Muslich, Pengantar Dan Asas Hukum Pidana Islam Fikih Jinayah, ( Jakarta:
Sinar Grafika, 2004, ) h. 1
Pengertian jinayah secara istilah fuqaha sebagaimana yang dikemukakan oleh

Abdul Qadir Audah adalah.

ََ‫َسََٕاءَََٔقَغََانَفَؼَمََػَهَيَََفَسََأَََٔيَبلََأََٔغَيَشَرَانَك‬،‫فَبَنَخََُبَيَخََاَسَىََنَفَؼَمََيَحَشَوََشَشَػَب‬

Artinya: Jinayah adalah suatu istilah untuk perbuatan yang dilarang oleh syara‟

baik perbuatan tersebut mengenaiَjiwa, harta, atau lainnya.

َََََJarimah berasal dari kata (َ‫ )جَشَو‬yang sinonimnya (َ‫ )كَسَتَ ََٔقَطَغ‬artinya;

berusaha dan bekerja. hanya saja pengertian usaha di sini khusus untuk usaha

yang tidak baik atau yang dibenci oleh manusia. Dari depeni tersebut dapatlah

ditarik suatu defenisi yang jelas, bahwa jarimah itu adalah:

َ‫اَسَتَكَبةََكَمََيَبََََْٕيَخَبَنَفََنَهَحَقَََٔانَؼَذَلَََٔانطَشَيَقََاَنًَسَتَقَيَى‬

Artinya: Melakukan setiap perbuatan yang menyimpang dari kebenaran

keadilan,dan jalan yang lurus(agama).14

Jinayat jamak‟ dari kata jinayah yang berarti melakukan dosa,

menggunakan lafazh jama‟ -walaupun bentuk asalnya masdar- karna bentuk

pidana itu bermacam-macam; kadang berkaitan dengan nyawa(pembunuhan),

bagian-bagian tubuh, baik sengaja maupun tidak.15

14
Ibid. h. 9
15
Muhammad bin Ismail Al-Amir Ash-Shan‟ani, Subulus Salam Syarah Bulughul Maram,
(Jakarta: Darus Sunnah 2012,) jilid 3, Cet 7, h. 206
Dari keterangan ini jelas bahwa jarimah menurut arti bahasa adalah

melakukan perbuatan-perbuatan atau hal-hal yang dipandang tidak baik, dibenci

oleh manusia karena bertentangan dengan keadilan, kebenaran, dan jalan yang

lurus (agama).

Pengertian jarimah tersebut diatas adalah pengertian umum, dimana

jarimah itu disamakan dengan (َ‫( )انزََت‬dosa) dan (َ‫( )انَخَطَيَئَخ‬kesalahan), karna

pengertian kata-kata tersebut adlah pelanggaran terhadap perintah dan larangan

agama, baik pelanggaran tersebut mengakibatkan hukuman duniawi maupun

ukhrawi.16

Fiqih Jinayah adalah mengetahui berbagai ketentuan hokum tentang

perbuatan-perbuatan kriminal yang dilakukan orang-orang mukallaf, sebagai hasil

pemahaman atas dalil-dalil yang terinci. Yang di maksud dengan tindak criminal

menurut zarga adalah tindakan-tindakan kejahatan yang mengganggu

ketentraman umum serta tindakan melawan perundang-undangan.17 Menurut

istilah fiqih, jinayah adalah pelanggaran yang dilakukan oleh seseorang terhadap

hak Allah atau larangan Allah, hak-hak manusia dan hak binatang dimana orang

yang melakukan wajib mendapat/diberi hukuman yang sesuai baik dunia maupun

akhirat. Dalam rumusan lain disebut bahwa, jinayat yaitu perbuatan dosa besar

16
Ahmad Wardi Muslich, Op, Cit, h. 9
17
Dede Rosyada, Hukum Islam Dan Pranata Sosial, (Jakarta: PT. Raja Grapindo Persada,
1994), h. 85-85
atau kejahatan (pidana/kriminal) seperti membunuh, melukai seseorang, atau

membuat cacat anggota badan seseorang.18

Hukum pidana Islam merupakan terjemahan dari kata Fiqh Jinayah. Fiqh

jinayah adalah segala ketentuan hukum mengenai tindak pidana atau perbuatan

kriminal yang dilakukan oleh orang-orang mukallaf (orang yang dapat dibebani

kewajiban), sebagai hasil dari pemahaman atas dalil-dalil hukum yang terperinci

dari Al-Quran dan hadits. Tindak kriminal yang dimaksud, adalah tindakan-

tindakan kejahatan yang mengganggu ketentraman umum serta tindakan melawan

peraturn perundang-undangan yang bersumber dari Al-quran dan hadis.19

Jinayah adalah bentuk jamak (plural) dari jinayah. Menurut bahasa,

jinayah bermaknakan penganiyaan terhadap badan, harta, atau jiwa. Sedangkan

menurut istilah, jinayah pelanggaran terhadap badan yang didalamnya diwajibkan

qishash atau diyat. Jinayah juga bermaknakan sanksi-sanksi yang dijatuhkan atas

penganiyaan atas badan. Dengan demikian tindak penganiyaan itu sendiri dan

sanksi yang dijatuhkan atas penganiyaan badan disebut dengan jinayah. 20

Yang di maksud dengan jinayah meliputi beberapa hukum, yaitu

membunuh orang, melukai, memotong anggota tubuh dan menghilangkan

manfaat badan, misalnya menghilangkan salah satu pancaindra. Membunuh orang

18
Sudarsono, Pokok-Pokok Hukum Islam, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2001), h. 527
19
Zainuddin Ali , Hukum Pidana Islam, (Jakarta: Sinar Grafika, 2007), Cet 1, h. 1
20
Asadulloh Al Faruq, Op, Cit, h. 45
adalah dosa besar selain dari ingkar, karena kejinya perbuatan itu, juga untuk

menjaga keselamatan dan ketentraman umum.21

Jinayah secara garis besar dibedakan menjadi dua kategori, yaitu sebagai

berikut:

1. Jinayat terhadap jiwa yaitu pelanggaran terhadap sesorang dengan

menghilangkan nyawa, baik sengaja maupun tidak sengaja.

2. Jinayah terhadap organ tubuh, yaitu pelanggaran terhadap seseorang dengan

merusak salah satu organ tubuhnya, atau melukai salah satu badannya baik

sengaja maupun tidak sengaja.22

Para puqaha menyataan bahwa lafal jinayah sama artinya dengan jarimah.

Pengertian jinayah adalah setiap perbuatan yang dilarang oleh syara‟, baik

perbuatan itu mengenai jiwa, harta benda, atau lain-lainya.23

Dalam kepustakaan islam, hukum pidana islam sering dijumpai istilah

“Jinayat” atau “Jarimah”. Kata jinayat sering kita temukan hampir pada semua

kitab-kitab fiqih, sedangkan ulama atau sarjana muslim di abad XX ini lebih suka

memilih istilah jarimah meskipun masih dapat dicarikan perbedaan antar

keduanya istilah itu.

21
Sulaiman Rasjid, fiqh Islam, (Bandung: Sinar Baru Algensindo 1994), h. 429
22
Ibid, h. 45
23
Ahmad Wardi Muslich, Op, Cit, h. 13
Menurut bahasa, jarimah atau jinayat berarti:

ََََََََََََََََََََََََََََََََََََ َََّ‫اَنَجََََُّنَغَخََاَشَىََنَىََيَجََُيَََّاَنًََشَاَيٍَََشَشََٔيَبَاَكَتَسَج‬

Artinya: Nama bagi setiap sesuatu yang harus di jauhi oleh setiap orang dari

segala bentuk kejahatan dan usaha yang mengarah pada kejahatan.

Dalam istilah pengetian fiqh, jinayah berarti:

ََََََََ‫اَشَىََنَفَؼَمََيَحَشََوََشَشَػَبَسََٕاءَََٔقَغََاَنفَؼَمََػَهَىَََفَسََأَََيَبلََأَََغَيَشََصََنَك‬

Artinya: Suatu nama bagi setiap perbuatan yang diharamkan syara‟ baik

menyangkut terhadap jiwa, harata benda, dan lain-lainya.

Abu zahrah dalam bukunya” Al- jarimah wal Uqubah fiqhil islami”

dimana beliau mengutip pendapat Al-Mawardi memberikan defenisi jarimah

sebagai berikut:24

ََََََََََََََََََََََََََََََََََ‫يَخَظََٕسََادََشَشََػَيَخََصَخَشََللاََػَََُٓبَثَحَذََأَََتَحَضَيَش‬

Artinya: larangan-larangan syara‟ yang di ancam Allah dengan hukum had dan

ta‟zir.

Dengan demikian kesimpulan yang dapat diambil dari kedua istilah

tersebut adalah bahwa kedua istilah tersebut memiliki kesamaan dan

perbedaannya. Secara etimologis, kedua istilah tersebut bermakna tunggal,

24
Nasir Cholis, Fiqih Jinayah, (Pekanbaru: Suska Press, 2008), h. 1
mempunyai arti yang sama serta ditujukan bagi perbuatan yang berkonotasi

negatif, salah atau dosa. Adapun perbedaannya terletak pada pemakaian, arah

pembicaraan, serta dalam rangka apa kedua kata itu digunakan.

B. Pembagian Jarimah Ditinjau Dari Berat Ringannya Hukuman

Jarimah itu sebenarnya sangat banyak macam dan ragamnya, akan tetapi,

secara garis besar kita dapat membaginya dengan meninjaunya dari beberapa

segi. Ditinjau dari segi berat ringannya hukuman, jarimah dapat dibagi tiga bagian

antara lain yaitu jarimah hudud, jarimah qishash /diat dan jarimah tak’zir.25

a. Jarimah Hudud

Kata hudud (berasal dari bahasa arab) adalah jamak dari kata had.

Secara harfiah ada beberapa kemungkinan arti antara lain batasan atau

defenisi, siksaan, ketentuan atau hukuman. Dalam bahasa fiqh (hukum islam),

had artinya ketentuan tentang sanksi terhadap pelaku kejahatan, berupa

siksaan fisik atau moral, menurut syari‟at yaitu ketetapan Allah yang terdapat

di dalam Al-qur‟an, dan /atau kenyataan yang dilakukan oleh Rasulullah.

Tindak kejahatan baik dilakukan oleh seorang atau kelompok, sengaja atau

tidak sengaja, dalam istilah fikih disebut dengan jarimah. Jarimah al-hudud

berarti tindak kejahatan yang menjadikan pelakunya dikenakan sanksi had.26

25
Ahmad Wardi Muslich, Op. Cit., h. 17
26
Zainuddin Ali, Hukum Islam Pengantar Ilmu Hukum Islam di Indonesia, (Jakarta: Sinar
Grafika, 2006), h. 106
Secara etimologis, hudud yang merupakan bentuk jamak dari kata had

yang berartiَ َ‫( ََانًََُغ‬larangan, pencegahan). Adapun secara terminologis, Al-

Jurjani mengartikan sebagai sanksi yang telah ditentukan dan wajib di

laksanakan secara haq karena Allah SWT. Sementara itu, sebagian ahli fiqih

sebagai mana dikutip oleh Abdul Qadir Audah, berpendapat bahwa had ialah

sanksi yang telah ditentukan secara syara‟. Dengan demikian had atau hudud

mencakup semua jarimah baik hudud, qishash, maupun diyat; sebab sanksi

keseluruhannya telah di tentukan secara syara‟.27 Lebih lengkap dari kedua

defenisi diatas, Nawawi Al-Bantani mendefenisikan hudud, yaitu sanksi yang

telah di tentukan dan wajib diberlakukan kepada seseorang yang melanggar

suatu pelangaran yang akibatnya sanksi itu dituntut, baik dalam rangka

memberikan peringatan pelaku maupun dalam rangka memaksanya.

Dengan lebih mendetail, Al- Sayyid Sabiq mengemukakan bahwa

hudud secra bahasa berarti pencegahan. Sanksi-sanksi kemaksiatan disebut

dengan hudud karena pada umumnya dapat mencegah pelaku dari tindakan

mengulang pelanggaran.28

Hukuman yang diperuntukkan bagi setiap perbuatan kriminal diatas

hanya ada satu macam untuk setiap jarimah, tidak ada pilihan hukuman

bagi jarimah ini. Dalam pelaksanaannya, hukuman terhadap pelaku tindak

27
Nurul Irfan, Fiqh Jinayah, (Jakarta: Amzah, 2013), Cet 1, h. 13-14
28
Ibid, h. 14
pidana yang telah terbukti berbuat jarimah kategori kelompok hudud,

hakim harus melaksanakan sesuai dengan ketentuan syara‟. 29

Jarimah hudud adalah jarimah yang diancam dengan hukuman had.

Pengertian hukuman had adalah hukuman yang telah ditentukan oleh syara‟

dan menjadi hak Allah (hak masyarakat).

Dengan demikian ciri khas jarimah hudud itu adalah sebagai berikut:

1. Hukumannya tertentu dan terbatas, dalam arti bahwa hukumannya telah

di tentukan oleh syara‟ dan tidak ada batas minimal dan maksimal.

2. Hukuman tersebut merupakan hak Allah semata-mata, atau kalau ada hak

manusia di samping hak Allah maka hak Allah yang lebih menonjol.

Dalam hubungannya dengan hukum had maka pengertian hak Allah

disini adalah bahwa hukuman tersebut tidak bisa dihapuskan oleh

perseorangan (orang yang menjadi korban atau keluarganya) atau oleh

masyarakat yang diwakili oleh Negara.30

Jarimah hudud ini ada tujuh macam antara lain sebagai berikut:

1. Jarimah zina

2. Jarimah qazdaf

3. Jarimah syurbul khamr

29
Mustofa Hasan Dan Beni Ahmad Saebani, Hukum Pidana Islam Fiqh Jinayah, (Bandung:
Pustaka Setia, 2013), h. 47
30
Ahmad Wardi Muslich, Loc .Cit. h. 17-18
4. Jarimah pencurian

5. Jarimah hirabah

6. Jarimah riddah

7. Jarimah Al Bagyu (pemberontakan)31

b. Jarimah Qishash / Diat

Secara etimologis qishash berasal dari katَ ‫َقَصَصَب‬-َ‫ َقَصََ–َيَقَص‬-َyangَ

berartiَ َّ َ‫ َتَتَجَؼ‬Mengikuti, menelusuri jejak atau langkah. hal ini sebagai mana

firman Allah :

َََََََََََ

Artinya: Musa berkata,”itulah (tempat) yang kita cari.” lalu keduanya

kembali, mengikuti jejak mereka semula. (QS AL- Kahfi (18): 64)

Adapun arti qishash secara terminology yang dikemukakan oleh Al-

Jurjani, yaitu mengenakan sebuah tindakan (sanksi hukum) keepada pelaku

persis seperti tindakan yang dilakukan oleh pelaku tersebut (terhadap

korban).32 Secara harfiah qishash berarti memotong atau membalas. Qishash

dalam hukum pidana islam adalah pembalasan setimpal yang di kenakan

kepada pelaku pidana sebagai sanksi atas perbuatannya. 33

31
Beni Ahmad Saebani, filsafat Hukum Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 2008), h. 333
32
Nurul Irpan,Op, Cit., h. 4
33
Zainuddin Ali, Op. Cit., h. 125
Yang dimaksud dalam jarimah ini ialah perbuatan-perbuatan yang di

ancamkan hukuman qishash atau hukuman diat. Baik qishash maupun diat

adalah hukuman-hukuman yang telah ditentukan batasnya, dan tidak

mempunyai batas terendah atau batas tertinggi, tetapi menjadi hak

perseorangan, dengan pengertian bahwa sikorban bisa memaafkan sipembuat,

dan apabila dima‟afkan, maka hukuman tersebut menjadi dihapus.34

Dalam hubungannya dengan hukuman qishâsh dan diat maka

pengertian hak manusia disini adalah bahan hukuman tersebut bisa

dihapuskan atau dimaafkan oleh korban atau keluarganya. Dengan demikian

maka ciri khas dari jarimah qishâsh dan diat itu adalah:

1. Hukumannya sudah tertentu dan terbatas, dalam arti sudah ditentukan

oleh syara' dan tidak ada batas minimal atau maksimal:

2. hukuman tersebut merupakan hak perseorangan (individu), dalam arti

bahwa korban atau keluarganya berhak memberikan pengampunan

terhadap pelaku.

Jarimah qishâsh dan diat ini hanya ada dua macam, yaitu

pembunuhan dan penganiayaan. Namun apabila diperluas maka ada lima

macam yaitu:

1. pembunuhan sengaja.

2. pembunuhan menyerupai sengaja.

34
Ahmad Hanafi, Asas-Asas Hukum Pidana Islam, (Jakarta: Bulan Bintang,1986), Cet 3, h. 8
3. pembunuhan karena kesalahan.

4. penganiyaan sengaja.

5. penganiyaan tidak sengaja.35

c. Jarimah Ta‟zir

Ta‟zir adalah bentuk masdar dari kata َ‫ َيَؼَضَس‬-َ َ‫ ػَضَس‬yang secara

etimologi berarti َ‫انشَدََٔانًََُغ‬, yaitu menolak dan mencegah. Kata ini juga

memiliki artiَ ََِ‫ ََصَش‬menolong atau menguatkan. Hal ini seperti dalam firman

Allah SWT.

ََََََََ

Artinya: Supaya kamu sekalian beriman kepada ALLAH dan Rasulnya,

menguatkan (agama) nya, membebaskannya, dan bertasbih

kepadanya diwaktu pagi dan petang (QS, AL-Fath (48): 9).36

Secara bahasa, ta’zir bermakna al-Man’u artinya pencegahan.

Menurut istilah,َ ta’zir bermakna at-Ta’dib (pendidikan) dan at- Tankil

(pengekangan). Adapun defenisi ta‟zir secara syar’i adalah sanksi yang

ditetapkan atas tindakan maksiat yang di dalamnya tidak ada had dan

kifarat37.

35
Ahmad Wardi Muslich, Loc, Cit, h. 18-19
36
M Nurul Irfan, Op, Cit., h. 631
37
Asadulloh Al Faruk, Op, Cit., h. 54
Jarimah ta‟zir secara harpiah bermakna memuliakan atau menolong.

Namun pengertian berdasarkan istilah hukum islam, yaitu ta’zir adalah

hukuman yang besifat mendidik yang tidak mengharuskan pelakunya dikenai

had dan tidak pula harus membayar kaffarah atau diat.38

Tindak pidana yang dikelompokan atau yang menjadi objek

pembahasan ta’zir adalah tindak pidana ringan seperti pelanggaran seksual

yang tidak termasuk zina, tuduhan berbuat kejahatan selain zina, pencurian

yang nilainya tidak sampai satu nisab.39 Perbuatan pidana yang akibtnya

dijatuhi tak‟zir terhadap pelaku ialah kejahatan atau perbuatan pidana yang

telah mempunyai sanksi pidana yang tertntu dan terbatas dalam hukum

sendiri. Dinamakan sanksi hukuman yang demikian itu dengan ta‟zir, adalah

karena sanksi itu menghambat sipelaku dari mengerjakan kejahatan sesudah

dia dijatuhkan hukuman ta‟zir, tegasnya, ta‟zir dijatuhkan atau segala

kejahatan yang tidak dihukum dengan hukuman had dan kaffarat.40

Tujuan diberlakukannya sanksi ta‟zir yaitu sebagai beerikut.

1. Preventif (pencegahan). Ditujukan bagi orang lain yang belum melakukan

jarimah.

2. Represif (membuat pelaku jera). Dimaksudkan agar pelaku tidak

mengulangi perbuatan jarimah di kemudian hari.

38
Zainuddin Ali, Op, Cit., h. 129
39
Ibid, h. 129
40
Teungku Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, Pidana Mati Dalam Syari’at Islam,
(Semarang: PT. Pustaka Rizki Putra 1998), C et 1, h. 25
3. Kuratif (islah). Ta‟zir harus mampu membawa perbaikan prilaku

terpidana di kemudian hari.

4. Edukatif (pendidikan). Diharapkan dapat mengubah pola hidup kearah

yang lebih baik.

Syara‟ tidak menentukan macam-macam hukuman untuk setiap

jarimah ta‟zir tetapi hanya menyebutkan sekumpulan hukuman, dari yang

paling ringan sampai yang paling berat. Hakim diberi kebebasan untuk

memilih hukuman mana yang sesuai, dengan demikian, sanksi ta‟zir tidak

batas tertentu. Ta‟zir berlaku atas semua orang yang melakukan kejahatan,

syaratnya adalah berakal sehat. Tidak ada perbedaan, baik laki-laki maupun

perempuan, dewasa maupun anak-anak, atau kafir maupun muslim.41

C. Hukuman Dalam Hukum Islam

Hukuman dalam bahasa arab disebut „uqubah. Lafaz ‘uqubah menurut

bahasa berasal dari kata (َ‫ )ػَقَت‬yang sinonomnya (ََّ‫)خَهَفَ َّ ََٔجَبءَ َثَؼَقَج‬, artinya:

mengiringnya dan datang di belakangnya.

Dalam pengertian yang agak mirip dan mendekati pengertian istilah,

barang kali lapaz tersebut di ambil dari lapaz: ( َ‫ )ػَبقَت‬yang sinonimnya ( َ َِ‫خَضَا‬

‫)فَؼَمَ سََٕاءََثًََب‬,َArtinya: membalasnya sesuai dengan apa yang di lakukannya.

41
M Nurul Irfan, Op, Cit., h. 142-143
Dari pengertian yang pertama dapat dipahami bahwa sesuatu disebut

hukuman karena ia mengiringi perbuatan dan dilaksanakan sesudah perbuatan itu

dilakukan. Sedangkan dari pengertian yang kedua dapat di pahami bahwa sesuatu

disebut hukuman kerena ia merupakan balasan terhadap perbuatan yang

menyimpang yang telah dilakukannya. 42

Menurut hukum pidana Islam, hukuman adalah seperti didefenisikan oleh

Abdul Qadir Audah sebagai berikut:

َ‫اَنَؼَقََٕثَخَََْىََانَخَضَاءََانًََقَشَسََنًََصَهَحَخََاَنجًََبَػَخََػَهَىَػَصَيَبٌَََاَيَشََانشَبسَع‬

Artinya: Hukum adalah pembalasan yang ditetapkan untuk memelihara

kepentingan masyarakat, karena adanya pelanggaran atas ketemtuan

ketentuan syara‟.

Didalam Islam suatu hukuman diberikan kepada seseorang yang

melakukan jarimah, bertujuan mendidik seseorang supaya ia jera / kapok, dengan

harapan pelaku tidak lagi akan mengulangi perbuatannya yang dilarang. Di

samping yang paling utama adalah mencegah jangan sampai berbuat melakukan

tidakan-tindakan yang melawan hukum. Di samping kebaikan pribadi pelaku juga

bertujuan membentuk masyarakat baik yang dilandasi oleh rasa saling

42
Ahmad Wardi Muslich, Op, Cit., h. 136
menghormati dan mencintai antara sesama anggota dengan mematuhi batasan-

batasan hak dan kewajibannya.43

Adapun tujuan utama dari penetapan dan penerapan hukuman dalam

syari‟at islam adalah sebagai berikut:

a. Pencegahan

Pencegahan adalah menahan orang berbuat jarimah agar ia tidak

menugulangi perbuatan jarimahnya, atau agar ia tidak terus-menerus

melakukan jarimah tersebut. Disamping mencegah pelaku, pencegahan juga

mengandung arti mencegah orang selain pelaku agar ia tidak ikut-ikutan

melakukan jarimah sebab ia bisa mengetahui bahwa hukuman yang dilakukan

kepadapelaku juga akan dikenakan kepada orang lain yang juga melakukan

perbuatan yang sama. Dengan demikian, kegunaan pencegahan adalah

rangkap, yaitu menahan orang yang berbuat itu sendiri tidak mengulangi

perbuatannya, dan menahan orang lain untuk tidak berbuat seperti itu serta

menjauhkan diri dari lingkunan jarimah.44

Oleh karena perbuatan-perbuatan yang diancam dengan hukuman ada

kalanya pelanggaran terhadap larangan (Jarimah positif) atau meninggalkan

kewajiban maka arti pencegahan pada keduanya tentu berbeda. Pada keadaan

yang pertama (jarimah positif) pencegahan berarti upaya untuk menghentikan

43
Nasir Cholis, Op. Cit., h. 199
44
Ahmad Wardi Muslich, Op, Cit., h. 137-138
perbuatan yang dilarang, sedang pada keadaan yang kedua (jarimah negatif)

pencegahan berarti menghentikan sikap tidak melaksanakan kewajiban

tersebut sehingga dengan dijatuhkannya hukuman diharapkan ia mau

menjalankan kewajibannya.

Contoh nya, seperti penerapan hukuman terhadap orang yang meninggal kan

salat atau tidak mau mengeluarkan zakat.45

b. Perbaikan dan pendidikan

Tujuan yang kedua dari penjatuhan hukuman adalah mendidik pelaku

jarimah agar ia menjadi orang yang baik dan menyadari kesalahannya, disini

terlihat bagai mana perhatian syari‟at islam terhadap diri pelaku. Dengan

adanya hukuman ini, diharapkan akan timbul dalam diri pelaku suatu

kesadaran bahwa ia menjauhi jarimah bukan karena takut hukuman,

melainkan kerena kesadaran diri dan kebenciannya terhadap jarimah serta

dengan harapan mendapat ridho dari Allah SWT.

Kesadaran yang demikian tentu saja merupakan alat yang sanagat

ampuhuntuk memberantas jarimah karena seseorang sebelum melakukan

suatu jarimah, ia akan berpikir bahwa tuhan pasti mengetahui perbuatannya

dan hukuman akan menimpa dirinya, baik perbuatannya itu diketahui oleh

orang lain atau tidak. Demikian juga jika ia dapat ditangkap oleh penguasa

Negara kemudian dijatuhi hukuman didunia, atau ia dapat meloloskan diri

45
Ahmad Hanafi, Op, Cit., h. 225-226
dari kekuasaan dunia, namun pada akhirnya ia tidakakan dapat

menghindarkan diri hokum akhirat.46

Hukuman jika ditinjau dari beberapa segi, maka dapatlah digolongkan

sebagai berikut:

1. Ditinjau dari segi pertaliannya dengan hukuman lain maka terbagi:

a. Hukuman pokok, seperti qishash dalam pembunuhan potong tangan

dalam pencurian.

b. Hukuman pengganti, yaitu hukuman yang tidak dapat dilaksanakan

karena ada alasan yang sah, tp diganti dengan bentuk lain seperti

denda sebagai pengganti hukuman qishash.

c. Hukuman tambahan, yaitu hukuman yang mengikuti hukuman pokok

tanpa memerlukan keputusan secara tersendiri, missal larangan

menerima warian bagi pembunuh keluaraga sebagai tambahan qishash.

d. Hukuman pelengkap, yaitu mengikuti hukuman pokok dengan syarat

adanya keputusan sendiri dari hakim, dan syarat inilah yang jadi ciri

pemisah dengan hukuman tambahan. Misalnya mengalungkan tangan

pencuri yang sudah di potong lehernya.47

2. Ditinjau dari segi kekuasaan hakim dalam menjatuhkan berat / ringannya

hukuman.

46
Ahmad Wardi Muslich, Op, Cit., h. 138-139
47
Nasir Cholis, Op, Cit., h. 120-121
a. Hukuman yang mempunyai satu batas, artinya tidak ada batas tertinggi

dan terendahnya. Seperti hukum jilid sebagai hukuman had (80 atau

100 kali dera).

b. Hukuman yang punya batas tetinggi dan terendah dimana hakim diberi

kebebasan dalam menjatuhkan hukuman yang sesuai dengan

perbuatan pelaku (disebut juga hukuman ta‟zir).

3. Ditinjau dari segi besarnya hukuma,

a. Hukuman yang telah ditentukan besar dan macamnya, dimana hakim

harus melaksanakannya tanpa dikurangi / ditambah / diganti dengan

hukuman lain. Hukuman ini disebut dengan hukuman keharusan.

b. Hukuman yang diserahkan kepada hakim untuk dipilihnya dari

sekumpulan hukum-hukum yang ditetapkan syara‟ agar bisa

disesuaikan dengan keadaan pembuat. Hukuman ini disebut hukuman

pilihan.

4. Ditinjau dari segi tempat dilaksanakannya,

a. Hukuman badan. Seperti hukuman mati, dera dan sebagainya.

b. Hukuman jiwa, seperti ancaman, peringatan dan sebagainya.

c. Hukuman harta. Seperti diyat, denda, perampasan harta.

5. Ditinjau dari segi macamnya jarimah yang diancam hukumana.

a. Hukuman hudud yang ditetapkan atas jarimah-jarimah hudud. Seperti


zina, qazab, mencuri, minuman keras dan sebagainya.
b. Hukuman qishash diat, yang ditetapkan atas dasar jarimah-jarimah
qishash diyat. Seperti pembunuhan pelukaan dan lain-lain.
c. Hukuman kifarat, yang ditetapkan untuk sebagai jarimah qishash diat
dan beberapa jarimah ta‟zir seperti pembunuhan tidak sengaja.
d. Hukuman ta‟zir yang ditetapkan untuk jarimah-jarimah ta‟zir yang

maksudnyauntukmemberipengajaran.48

48
Ibid, h 120-121

Anda mungkin juga menyukai