Anda di halaman 1dari 82

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakan

Dalam pembelajaran ilmu lughot al-Arobiyah banyak hal yang mendorong

seseorang untuk menguasainya salah satunya agar seseorang dapat memahami

Al-Qur’an dan Al-Hadist sebagai sumber hukum dan ajaran islam1.

Untuk mencapai pemahaman terhadap Al-Qur’an dan Al-Hadist tersebut,

bukanlah hal yang mudah. Seseorang perlu untuk memahami dan menguasai ilmu

alat mengingat sumber-sumber atau literature mengenai hukum islam adalah

menggunakan teks berbahasa Arab.

Tentunya sudah tidak asing lagi dengan istilah ilmu nahwu, sang bapak

ilmu yang merupakan salah satu dari cabang ilmu lughot al-Arobiyah yang

menduduki posisi sangat penting, karenanya seseorang dapat mendalami berbagai

ilmu dan sastra satra arab. Seperti perkataan Syaikh Syarifuddin Yahya dalam

karangannya yang merupakan adikarya yang luhur dan monumental yakni kitab

Al Amrithi :2

‫ان ال َع َر ِبي‬
ِ ‫الل َس‬
ِ ‫ظ‬ ُ ‫الو َرى ِح ْف‬ ِ َ‫طل‬
َ َ‫ ِمن‬# ‫ب‬ ْ ‫َو َكانَ َم‬
َّ ‫طلُ ْوبًا أ َ َشدَّ ال‬

َ ِ‫َك ْي يَ ْف َه ُموا َمعَان‬


ِ ‫ي القُ ْر‬
‫ َوال ُّسنَّ ِة الدَّقِ ْيقَ ِة ال َمعَانِي‬# ‫أن‬

ْ ً‫َوالنَّحْ ُو أ َ ْولَى أ َ َّوال‬


‫ اِ ِذ ال َكالَ ُم د ُْونَهُ لَ ْن يُ ْف َه َما‬# ‫ان يُ ْعلَ َما‬

1
Fathur Rohman, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab (Malang: Madani, 2014),16.
2
Ibnu Aby Zain, Terjemah Nadzam Al-Amrithie dan Penjelasannya (Kediri : Pustaka As Salafi,
2014),3.
2

Artinya :

“Sedangkan mereka juga dituntut dan diperintahkan oleh agama untuk

menjaga dan mempelajari bahasa Arab .”

“Agar mereka bisa memahami makna kandungan al-Qur’an dan Hadist

rasul yang sulit maknanya.”

“Ilmu nahwu itu lebih utama untuk dipelajari karena kalam Arab, tanpa

nahwu tidak dapat difahami.”

Imam Suyuthi berkata; “Semua ulama’ sepakat bahwasanya ilmu nahwu

sangat dibutuhkan untuk semua fan dari seluruh fan keilmuan bahkan tafsir, dan

hadits, karena tidak diperkenankan bagi seseorang untuk berbicara tentang apa

yang ada dalam kitab Allah sehingga dirinya kompeten dalam gramatika arab,

karena Al-Qur’an adalah kitab yang berbahasa arab, dan tidak akan bisa difamahi

maksud-maksud yang terkandung didalamnya kecuali dirinya mahir tentang

kaidah-kaidah bahasa arab, begitu juga dengan ilmu hadits.”3

Diriwayatkan dari Abi Dawud bahwasanya beliau pernah mendengar Imam

Asmu’i berkata; sesungguhnya hal yang paling aku takutkan dari seorang pencari

ilmu ketika dirinya tidak menguasai ilmu nahwu adalah ia masuk dalam

spesifikasi hadits nabi yang berbunyi;

ِ َّ‫ي ُمتَعَ ِمدًا فَ ْليَتَبَ َّوأْ َمقْعَدَهُ ِمنَ الن‬


‫ار‬ َ َّ‫َم ْن َكذ‬
َّ َ‫ب َعل‬

Artinya: “Barang siapa yang berdusta karenaku dengan sengaja, maka

sesungguhmya ia telah menyediakan tempatnya dineraka”,


3
Zaini Dahlan, Syarah Sayyid Zaini Dahlan (Libanon. Dar Kutub Ilmiyah. 2007),50.
3

karena Nabi bukanlah seorang yang cedal dalam berbahasa, maka ketika seorang

meriwayatkan dengan bahasa arab yang cedal, berarti ia telah berdusta kepada

Nabi.4

Orientasi materi nahwu sangat banyak. Namun pada kesimpulannya,

belajar nahwu bisa kita pahami yang paling pokok adalah bagaimana bisa

mengenal isim, fi’il dan huruf, kemudian gabungan/frase-frase yang terangkai

dari ketiganya.

Didalam pembelajaran gramatika bahasa arab (baca:nahwu) rangkaian

ketiga dari isim, fi’il ataupun huruf sering disebut kalam (obrolan). Obrolan ini

yang kemudian dikaji, ditelaah, ditarkib dan di’irobi. Kalam merupakan objek

nyata kajian dari seseorang yang ingin mendalami bahasa Arab.

Sintaksis dalam bahasa Arab disebut dengan Ilmu Nahwu, seperti

perkataan Ma’luf (dalam Kuswardono 2019: 59) “Kata al nachw (‫)النحو‬

masuk dalam kategori nomina original atau disebut mashdar yang merupakan

nomina derivative dari dasar berupa verba imperfektum (‫ )حنا‬yang akarnya adalah

(‫)و ـ ح ـن‬. Sintaksis mengkaji hubungan antarkata dalam suatu konstruksi yang

mengkaji hubungan antara kata yang satu dengan kata lainnya (Asrori 2004: 25).

4
Zaini Dahlan Syarah Sayyid Zaini Dahlan (Libanon. Dar Kutub Ilmiyah, 2012),51.
4

Ilmu Nahwu adalah adalah salah satu cabang ilmu bahasa Arab yang

diperumpamakan seperti Bapak bahasa Arab sedangkan Ilmu Shorof seperti Ibu

Bahasa Arab, dengan demikian mempelajari kedua ilmu tersebut sangatlah

penting untuk dapat mempelajari Bahasa Arab. Menurut Al Ghulayaini (2005: 8)

nahwu adalah ilmu yang untuk memahami kalimat Arab yang tunggal dan

tersusun. Ilmu Nahwu mengkaji tata bahasa yang mendasari terbentuknya

susunan kalimat dalam bahasa Arab, juga mempelajari bagaimana perubahan

bunyi akhir sebuah kalimah dibunyikan dan bagaimana posisi kalimah dalam

suatu jumlah. Struktur yang dikaji dalam sintaksis/ nahwu yaitu berupa kata

(kalimah), frase (syibhu jumlah), kalimat (jumlah), dan wacana.

Menurut Parera (dalam Kuswardono 2019: 15) Kata adalah segmen dari

sebuah kalimat yang diapit oleh sendi-sendi yang berturut-turut yang

memungkinkan adanya kesenyapan. Dalam bahasa Arab kata disebut kalimah.

Kelas kata dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu kelas terbuka dan kelas

tertutup. Kelas terbuka adalah golongan yang anggotanya dapat bertambah tanpa

batas. Sedangkan kelas tertutup adalah golongan yang anggotanya terbatas dan

tertentu (Kridalaksana dalam Kuswardono 2019: 16). Kelas kata terbuka

diantaranya meliputi kata yang disebut kata penuh, yaitu nomina/ kata benda,

verba/ kata kerja, dan ajektiva/ kata sifat (Sihombing dalam Kuswardono 2019:

17). Dalam Bahasa Arab kata dibagi menjadi tiga, yaitu isim, fi’il, dan huruf.
5

Isim adalah kata benda yang menunjukkan arti manusia, hewan, tumbuhan, benda

atau apa saja yang lain yang tidak disertai waktu. Menurut Anwar (2016: 4)

Isim adalah kalimah (kata) yang menunjukkan makna mandiri dan

tidak disertai dengan pengertian zaman, Sedangkan Fi’il adalah lafadz yang

menunjukkan arti pekerjaan di waktu tertentu. Menurut Anwar (2016: 4) Fi’il

adalah kalimah (kata) yang menunjukkan makna mandiri dan disertai dengan

pengertian zaman.Harf adalah kata imbuhan yang tidak mempunyai makna.

Menurut Anwar (2016: 4)

Harf adalah kalimah (kata) yang menunjukkan makna apabila digabung

dengan kalimah isim maupun fiil, maksutnya kalimah (kata) yang dapat

menunjukkan makna apabila dirangkaian dengan kalimah yang lainnya, tidak

dapat berdiri sendiri. Dengan kata lain huruf adalah kata depan. Harf mempunyai

banyak macamnya, ada yang bisa memasuki isim, ada juga yang bisa memasuki

fiil. Dalam harf ada yang disebut Tawabi’ yaitu isim yang mengikuti isim

sebelumnya. Tawabi’ itu ada empat: ‘Athaf, Taukid, Badal, dan Na’at.

Di Indonesia, para pebelajar bahasa Arab sering menganggap bahwa huruf

Athaf itu mudah dipelajari, seperti contoh huruf Athaf au hanya sebatas satu

huruf yang mempunyai arti atau, mereka belum mengetahui bahwa huruf Athaf

au mempunyai banyak faedah yang berbeda-beda sesuai dengan posisi dalam

suatu kalimat. Meskipun pebelajar sudah mengetahui dan memahami teori dari
6

huruf Athaf secara menyeluruh, belum tentu mereka dapat memaknai dan

mengetahui analisis sintaksis huruf Athaf dalam suatu kalimat.

Peneliti memilih huruf Athaf sebagai objek penelitian, karena dari

pengalaman peneliti sendiri yang tinggal di lingkungan pondok pesantren, peneliti

diwajibkan mengikuti khotmil kutub yang diadakan setiap tahun dalam haflah

akhirussanah. Para santri diwajibkan membaca kitab kuning yang bertujuan untuk

mengetahui apakah para santri sudah mampu membaca kitab kuning dan

mengetahui tarkibnya atau belum. Setelah diadakan ujian tersebut, banyak santri

yang kesulitan menentukan susunan dari huruf Athaf yang berupa ma’huf dan

ma’thuf alaih. Seperti alasan sebelumnya, bahwa mereka menganggap mudah dan

belum mengetahui analisis sintaksis dari huruf Athaf dalam suatu kalimat.

Huruf ‘Athaf adalah penyambungan dua kata dengan memakai salah satu

huruf ‘Athaf. Menurut Anwar (2016: 112) ‘Athaf adalah Tawabi’ (huruf yang

mengikuti) yang antara ia dengan matbu’-nya ditengah-tengahi oleh salah satu

huruf ‘Athaf. ‘Athaf itu ada dua macam, yaitu ‘Athaf Bayan dan ‘Athaf Nasaq.

‘Athaf Bayan adalah tawabi’ (kata yang ikut) seperti halnya na’at yang

berfungsi menjelaskan matbu’ (kata yang diikuti)-nya, jika terdiri dari isim

makrifat dan untuk mentakhsish matbu’-nya jika terdiri dari isim nakiroh

(Arra’ini 2016: 318).


7

Hafash alias Umar”. Kataُُ ‫ َ ُمر‬dalam kalimat di atas menjelaskan maksud

kata ‘Athaf baik bayan maupun nasaq itu harus sama dengan ma’thuf (yang di

‘athafi) dalam empat perkara dari sepuluh perkara, yaitu:

1. Dalam segi I’rab-nya (rafa’, nasab, jer, dan jazem)

2. Dalam segi mudzakar atau muannats-nya

3. Dalam segi makrifat atau nakiroh-nya

4. Dalam segi mufrod, tatsniyah, atau jamak-nya

Menurut Arra’ini (2016: 320). ‘Athaf Nasaq ialah tawabi’ (kata yang ikut)

pada matbu’-nya (kata yang diikuti) yang memakai perantara salah satu dari

sepuluh huruf sebagai berikut: Wawu (‫)و‬, Fa’ (‫)ف‬, Tsumma (‫)مث‬, Hatta (‫)حىت‬,

Am (‫)أم‬, Au (‫)أو‬, Imma (‫)إما‬, Bal (‫)بل‬, Laa (‫)ال‬, Laakin (‫)لكن‬. Tujuh huruf ‘Athaf

yang pertama (‫أو‬,‫أم‬,‫ حىت‬,‫ مث‬,‫ف و‬,‫ )إما‬itu berfungsi untuk menggabungkan kata

yang di’athaf-kan (ma’thuf) dengan kata yang di’athafi (ma’thuf alaih) dalam segi

i’rab dan makna. Sedangkan tiga huruf ‘athaf lainnya (‫لكن‬,‫ال‬, ‫ ) بل‬berfungsi untuk

menggabungkan ma’thuf dan ma’thuf alaih dalam segi i’rabnya. Huruf

‘Athaf merupakan objek penelitian yang bisa diperoleh dari berbagai sumber

data, salah satunya adalah Kitab Fathul Qorib yang menjadi sumber data pada

penelitian ini, karena Kitab Fathul Qorib terdapat banyak sekali contoh huruf

‘Athaf dalam kalimat, sehingga pembaca dapat mengetahui dan memahami huruf

‘Athaf yang terdapat dalam Kitab Fathul Qorib.


8

Kitab Fathul Qorib merupakan kitab kuning yang mengkaji ilmu fiqih yang

merupakan kitab tingkatan ketiga yang membahas masalah Fiqih setelah kitab

Durusul Fiqiyah dan Safinatunnajah. Kitab Fathul Qorib lebih ringkas dalam

pembahasannya dibandingkan dengan kitab Fathul Mu’in maupun kitab Sulamu

Taufiq, dan tidak bertele-tele dalam mengelompokkan pembahasan- pembahasan

suatu kasus. Kitab Fathul Qorib adalah sebuah kitab yang di karang ulama’

terdahulu, merupakan salah satu kitab fiqih yang wajib dipelajari di kalangan

pesantren di seluruh Indonesia.Pengarang kitab ini yaitu Syeikh Muhammad bin

Qosim Al- Ghozi, beliau adalah seorang ahli fiqih yang bermadzhab Syafi’i.

Kitab ini memiliki lima belas bab yang dimulai dari bab Thaharah (bersuci) dan

diakhiri dengan bab memerdekakan budak. Kitab ini tidak hanya memuat ibadah

makhdoh saja, tetapi memuat kajian yang berkaitan tentang jual beli,

penggadaian, peminjaman, kerjasama, harta, dan persoalan muamalah lainnya.

Peneliti memilih kitab Fathul Qorib sebagai sumber data karena terdapat

banyak huruf ‘Athaf pada setiap bab-bab sesuai dengan konteks kalimat yang ada

dan sering dijadikan rujukan dalam pengutipan hukum fiqih. Dalam kitab tersebut

berisi kalimat yang sangat sederhana dan ringan yang dapat dipelajari pebelajar

usia muda sampai usia tua, kitab tersebut juga banyak dipelajari di pondok

pesantren di seluruh Indonesia. Artinya: Macam-macam air yang dapat

dibuat untuk bersuci ada 7 (tujuh) yaitu air hujan (langit), air laut, Pada kalimat

tersebut terdapat Pada kalimat tersebut terdapat kata ” ‫”وماء السماء ماء البحر‬, kata
9

“‫ ”السماء ماء‬merupakan ma’thuf alaih, kata “‫ ”و‬merupakan huruf Athaf, dan

kata “‫ ”البحر ماء‬merupakan ma’thuf.

Pentingnya para pebelajar mengetahui fungsi, makna, dan posisi huruf

Athaf pada kalimat yang terdapat dalam kitab Fathul Qorib, yaitu huruf Athaf

dapat mengubah hukum dalam suatu kalimat tertentu, seperti huruf Bal. Huruf

Bal mempunyai faedah Idhrob Intiqal yaitu memindahkan hukum dari ma’thuf

alaih ke ma’thuf.

‫وعمد اخلطاء أن يقصد ضربه مبا ال يقتل غالبا فيموت فال قود عليه بل يب دية مغلظة على‬

‫العاقلة مؤجلة يف ثالثة سنني‬

“Pembunuhan semisengaja adalah apabila adalah apabila seseorang sengaja

memukul orang lain dengan alat yang biasanya tidak mematikan lalu tiba-tba

mati, maka tidak ada qisas atasnya, akan tetapi waji membayar diyat berat yang

dibebankan kepada keluarganya dan ditangguhkan selama tiga tahun”.

Pada kalimat tersebut, huruf ‫ بل‬telah mengubah suatu hukum dalam perkara

pembunuhan semisengaja. Perkara tersebut yang awalnya mendapat suatu

hukuman berupa qisas, tetapi pembunuhan tersebut tidak benar secara mutlak

merupakan kesalahan dari pelaku karena menggunakan benda yang tidak

mematikan, akibat menggunakan benda tersebut hukum yang diberlakukan

diganti dengan membayar diyat ringan yang dibebankan kepada keluarganya

selama tiga tahun. Jadi, terjadi perpindahan hukum dari qisas menjadi hukuman

membayar diyat.
10

Dengan adanya penelitian ini diharapkan bisa membantu para pebelajar

bahasa Arab dalam memahami materi tentang huruf ‘Athaf dan agar tidak terjadi

kesalahan dalam memahami makna, analisis sintaksis atau isi yang terkandung

dalam kitab Fathul Qorib, meskipun bab Huruf ‘Athaf sangatlah mudah bagi

orang yang sudah faham tetapi masih perlu dilakukan pembahasan untuk pemula

yang belum faham tentang bab Huruf ‘Athaf, agar dapat juga menguji

pemahamannya mengenai huruf Athaf dalam kalimat bukan dalam hal teori

sajaDalam sebuah sebuah susunan kata kemungkinan besar membutuhkan alat

penghubung kata yang dinamakan kalimat huruf.5 Yang paling sering kita

temukan dalam leterasi bahasa arab adlah huruf huruf athof yang berfungsi

sebagai penghubung antara mubdal minhu dan mubdal sendiri serta Dianggap

penting pula sebuah kata penjelas dari kata yang mungkin masih samar bagi

seorang pendengar yaitu Badal. Oleh sebab itu biar mengetahui kolerasi kata satu

dengan yang lain agar bisa menentukan bahwa kalimat ini adalah sebuah kalam

(obrolan) dan memahamkan membuhtuhkan sebuah penjelas.

Kitab Syarh Alfiyah ibnu aqil ini mengandung keterangan dan penjelasan

yang dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan atau keganjalan hati yang mungkin

terjadi kepada para pembaca kitab matannya, dengan keterangan yang sistematis

menjadikan lebih enak dipelajari, juga mencantumkan contoh yang semakin

membuat para pelajar mudah memahaminya. Karakter kitab yang telah

tersebutkan diatas menjadikan kitab ini menarik untuk dikaji.


5
Batartama, Al-miftah lil ulum jilid 1 (Pustaka sidogiri, 2018) 6.
11

Serta penulisnya yang sangat pakar dalam bidangnya yaitu baha’uddin

Abdullah bin aqil yang membuat peneliti tertarik untuk meneliti karya beliau

yang sangat fenomenal ini pada masanya. Meski pada zaman akhir banyak orang

yang tidak menkaji ilmu nahwu namun pembahasa beliau sangat enak untuk

dinikmati kaum awwam serta bagi pemula ilmu nahwu di zaman sekarang.

Oleh karenanya, berdasarkan pemaran di atas, penulis tertarik untuk

menelaah kitab ini, sehingga melatarbelakangi penulis untuk melakukan

penelitian berupa analisis dengan judul, “Athof dan badal dalah kitab syarh

Alfiyah Ibnu Aqil Karya Al-Imam Baha’udin Abdullah Bin Aqil (Analisis

Sintaksis)”.

B. Fokus Kajian

Fokus masalah merupakan pertanyaan-pertanyan yang ingin dicapai

jawabannya melalui penelitian yang akan dilakukan.6 Dari latar belakang masalah

diatas, peneliti akan merumuskan masalah yang menjadi pokok permasalahan

dalam penelitian ini. Berdasarkan masalah yang ada maka fokus masalah dan sub

fokus masalah peneliti yaitu:

1. Fokus Masalah

a. Bagaimanakah Athof dan badal dalah kitab syarh Alfiyah Ibnu Aqil

Karya Al-Imam Baha’udin Abdullah Bin Aqil (Analisis Sintaksis)?

6
Staifas Kencong, Pedoman Penulisan Skripsi dan Karya Ilmiah, (Jember : Staifas
Press,2013),3
12

2. Sub Fokus Masalah

a. Bagaimanakah Athof dalah kitab syarh Alfiyah Ibnu Aqil Karya Al-

Imam Baha’udin Abdullah Bin Aqil (Analisis Sintaksis) ?

b. Bagaimanakah badal dalah kitab syarh Alfiyah Ibnu Aqil Karya Al-

Imam Baha’udin Abdullah Bin Aqil (Analisis Sintaksis) ?

C. Tujuan Penelitian

Dari uraian latar belakang dan fokus kajian yang ada, maka peneliti

menyimpulkan tujuan dari penelitian tidak lain adalah:

1. Tujuan umum

Untuk mendeskripsikan Athof dan badal dalah kitab syarh Alfiyah Ibnu Aqil

Karya Al-Imam Baha’udin Abdullah Bin Aqil (Analisis Sintaksis).

2. Tujuan khusus

a. Untuk mendeskripsikan Athof dalah kitab syarh Alfiyah Ibnu Aqil Karya

Al-Imam Baha’udin Abdullah Bin Aqil (Analisis Sintaksis).

b. Untuk mendeskripsikan badal dalah kitab syarh Alfiyah Ibnu Aqil Karya

Al-Imam Baha’udin Abdullah Bin Aqil (Analisis Sintaksis).

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini daharapkan mampu memberi manfaat kepada peneliti

khususnya, mahasiswa, lembaga INAIFAS serta masyarakat umumnya.

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Manfaat teoritis
13

a. Sebagai kajian aplikatif dalam studi gramatika bahasa Arab, yang

diharapkan berguna bagi kemajuan pendidikan agama Islam

khususnya kajian tentang kebahasaan .

b. Menciptakan produk ilmiah dari hasil analisa deskriptif terhadap kitab

Syarh alfiyah ibnu aqil karya baha’udin abdullah bin aqil.

2. Manfaat praktis

a. Manfaat bagi peneliti

1) Menambah pundi-pundi keilmuan bagi peneliti, sehingga

diharapkan mampu untuk meningkatkan daya belajar yang tinggi

dalam menekuni bahasa Arab.

2) Sebagai bahan motivasi bagi peneliti untuk lebih dalam mengkaji

lietratur literatur turots (kitab kuning).

3) Sebagai prasyarat mendapatkan gelar strata satu(SI).

b. Manfaat bagi lembaga

1) Sebagai tambahan koleksi kepustakaan lembaga INAIFAS

kencong, khususnya bagi mahasiswa yang menempuh Prodi

Bahasa Arab.

3. Manfaat bagi masyarakat

a. Sebagai jembatan bagi masyarakat pesantren untuk lebih

mengenal lafadz Athof dan Badal dalam kitab Syarah alfiyah ibnu

aqil karya baha’uddin Abdullah bin aqil.


14

b. Sebagai asupan pengetahuan bagi pemula (mubtadi’) dalam belajar

dan memahami Athof dan Badal.

E. Definisi Istilah

Segala hal dalam mendefinisikan sesuatu haruslah paham akan arti atau

makna dari setiap kata yang tercantum, oleh karena itu penulis akan menjelaskan

beberapa istilah yang terdapat dalam judul yang penulis angkat antara lain:

1. Analisis

Dalam kamus besar bahasa Indonesia analisis memiliki arti penyelidikan

terhadap suatu peristiwa (karangan, perbuatan, dsb) untuk mengetahui keadaan

yang sebenarnya (sebab-musabab, duduk perkaranya, dsb).7

Analisis berasal dari bahasa Yunani yaitu Anayien yang berarti

menyelesaikan. Analisis merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari

penelitian sebab kegiatan menguraikan ini yaitu memisah-misahkan sesuatu

menjadi bagian-bagian yang lebih kecil di dalam suatu entitas dengan cara

mengidentifikasi, membanding-bandingkan, menemukan hubungan

berdasarkan parameter tertentu adalah suatu upaya menguji atau membuktikan

kebenaran.8

Dari uraian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa analisis ialah suatu

penyelidikan atau penelitian terhadap suatu kegiatan/kejadian dengan cara


7
KBBI Online,13.
8
Ahmad Abdul Qodir Al Alawiy, “Analisis Kesalahan Pemakaian Isim Dhomir Pada Muhadatsah
Film Tugas Akhir Mata Kuliah Tafa’ul Ittishaliy” (Skripsi : Universitas Negeri Semarang, 2013),
39.
15

mengidentifikasi, membanding-bandingkan serta menemukan hal yang dapat

membuktikan kebenarannya untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya.

1. Athof

Athaf adalah kata yang mengikuti kata sebelumnya dengan adanya huruf

perantara. Athaf disebut juga dengan kata sambung. Yaitu penyambungan dua

kata atau lebih dengan menggunakan huruf athaf. Athaf mengikuti kata

sebelumnya yang disebut dengan ma’thuf hanya dalam hal i’robnya, bukan

dalam bentuk muanas atau mudzakkar, mufrod, tasniyah atau jamak.

Athof adalah lafadz yang mengikuti pada lafadz sebelumnyadengan

perantara huruf athof 9

Pembagian athof ada 2 athof nasaq dan athof bayan. 10

a. Athof nasaq adalah athof yang menggunakan huruf athof sebagai

penghubung. Contoh ‫جاء زيد و أحمد‬

b. Athof bayan adalah athof yang tidak menggunakan perantara huruf

athof. Contoh ‫جاء علي زين العابدين‬

2. Badal

Badal adalah lafadz yang mengikuti yang dimaksud dengan hukum

tanpa memakai perantara antara Badal dan matbu’nya.11

9
Syaddad Anwar. Kunci Nahwu (PT.Pustaka Assunniyyah, 2017)105.
10
Haris, Abdul. Teori Dasar Nahwu dan shorof (PT. Al-Bidayah, 2017)192.
16

Yang dimaksud dengan Badal adalah : "Apabila isim diganti dengan

isim atau fi’il diganti dengan fi’il, maka ia mengikutinya pada seluruh

i’rabnya, yaitu perubahan akhir lafaznya, Maka itulah yang disebut dengan

Badal". Secara terjemah bebas Badal adalah kata ganti dari suatu kalimat yang

secara langsung disebutkan tanpa ada perantara semisal huruf ‘ataf atau yang

lain. Diantara ciri-ciri Badal adalah dapat diselipkan kata “yaitu” atau dapat

juga diketahui dengan menghilangkan salah satu antara Badal atau mubdal

minhunya, jika artinya tidak rusak maka ia merupakan Badal.

a. Pembagian Badal

Adapun Badal terdiri atas empat bagian :

1) ‫َبدَ ُل اَل َّش ْي ِء ِم ْن اَل َّش ْيء‬

Badal syaiun min syaiin, dikenal juga dengan Badal kull

minkul atau Badal yang serasi dengan mubdal-minhunya. Contoh

َ ‫ام زَ ْيد ٌ أ َ ُخ‬


Badal Kul minkul atau syaun min syain: ‫وك‬ َ َ‫ ق‬, (Zaid telah

berdiri yaitu saudaramu) Maksudnya yang berdiri itu saudara Zaid,

bukan Zaidny ُ ‫غ َال ُمه‬


ُ ٌ ‫ َجا َء زَ ْيد‬, (Zaid telah datang pelayannya) Maksudnya

yang datang itu pelayan Zaid, bukan Zaidnya

2. ‫ض ِم ْن ا َ ْل ُك ِل‬
ِ ‫َبدَ ُل ا َ ْل َب ْع‬

11
Anwar, Muhammad
17

Badal Ba'dhi minkul, adalah Badal atau pengganti dari

makna keseluruhan kepada makna sebagian-nya. Contoh Badal Ba’di

minkul: ُ‫يف ثُلُثَه‬ َّ َ ‫ َوأَك َْلتُ ا‬,(aku telah memakan roti yaitu sepertiga-nya)
َ ‫لر ِغ‬

‫صفُ ُه ْم‬ ُ َّ‫طل‬


ْ ‫بن‬ ُّ ‫خ ََر َج ال‬, (para murid keluar sebagiannya) Maksudnya bukan

semua murid yang keluar melainkan hanya sebagian dari murid yang

ada didalam kelas.

3. ‫بَدَ ُل ا َ ِال ْشتِ َما ِل‬

Badal Isytimal, adalah Badal yang mengadung bagian dari

matbu'nya (kata yang di ikuti-nya) yang menyangkut masalah

maknawi bukan materi. Contoh Badal isytimal

ُ ‫ونَفَعَنِي زَ ْيد ٌ ِع ْل ُمه‬,(Zaid


َ memberi manfaat kepadaku yaitu ilmunya)

Maksudnya yaitu, yang memberi manfaat itu adalah ilmunya Zaid

4. ‫بَدَ ُل ا َ ْلغَلَ ِط‬

Badal Ghalath, adalah Badal yang keliru dan tidak memiliki

maksud dengan matbu'nya, tetapi yang dimaksud hanyalah Badal.


18

Badal ini dikatakan hanya karena kekeliruan atau kesalahan yang

dilakukan oleh pembicara semata.

Contoh Badal Ghalath

َ ‫و َرأَيْتُ زَ ْيدًا اَ ْلف ََر‬.(aku


‫س‬ َ telah melihat zaid yaitu kudanya)

Maksudnya, sebenarnya yang ingin di ungkapkan adalah

َ ‫رأَيْتُ ا َ ْلف ََر‬,


‫س‬ َ (aku telah melihat kuda) namun anda keliru dalam

mengucapkannya dan mengganti lafaz Zaid dengan kuda. 12

F. Sistematika Pembahasan

Dalam pembahasan ini akan dijelaskan gambaran secara umum pemikiran

yang digunakan dalam menyusun skripsi ini, sehingga dapat dipelajari dan dipahami

oleh pembaca.

Untuk lebih jelasnya penulis akan memaparkan satu persatu dari bab-bab

yang akan di bahas. Sebagaimana yang tersusun sebagai berikut:

BAB I : Pendahuluan yang merupakan pondasi atau dasar dalam melakukan

penelitian, didalamnya terdapat: latar belakang masalah, fokus kajian, tujuan

penelitian, manfaat penelitian, definisi istilah, metode penelitian, dan sistematika

pembahasan. Bab ini berfungsi untuk memperoleh gambaran secara umum mengenai

pembahasan dalam skripsi.

12
http://faizafaridy.blogspot.com/2014/06/badal-dan-pembagiannya-nahwu.html rabu 06/10/2021
19

BAB II : Pada bab ini berisi tentang kajian kepustakaan yang didalamnya

mencakup penelitian terdahulu dan kajian teori yang erat kaitannya dengan masalah

yang diteliti. Dalam hal ini mengkaji tentang analisis athof dan Badal dalam kitab

syarah alfiyah ibnu aqil karya baha’uddin Abdullah bin aqil.

BAB III : Bab ini berisi pembahasan tentang metode penelitian yang terdiri

dari pendekatan dan jenis penelitian, sumber data, teknik pengumpulan data, analisis

data, dan tahap-tahap penelitian.

BAB IV : Memuat tentang analisis. Pada bab ini akan dikaji tentang analisis

athof dan Badal dalam kitab Syarh alfiyah ibnu aqil karya baha’uddin Abdullah bin

aqil Bab badal.

BAB V : Merupakan bab yang paling akhir yang berisi kesimpulan

pembahasan dalam skripsi dan terakhir saran-saran. Bab ini berfungsi untuk

memperoleh gambaran dari hasil penelitian ini, yang berupa kesimpulan penelitian.

Sehingga dapat membantu memberikan saran-saran konstruktif yang valid dengan

penelitian.
20

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Terdahulu

Didalam bagian ini peneliti mencantumkan berbagai hasil penelitian

yang terdahulu yang terkait dengan penelitian yang hendak dilakukan,

kemudian membuat ringkasanya, baik penelitian yang sudah

terpublikasikan atau belum terpublikasikan (skripsi, tesis, disertasi dan

semacamnya). Dengan melakukan langkah ini, maka akan dapat dilihat

sampai sejauh mana orisinalitas dan posisi yang hendak dilakukan.13

Berikut ini penulis cantumkan beberapa penelitian terdahulu yang

terkait dengan judul proposal penulis.

a. Skripsi Mukhlisin, 2017. “ANALISIS TARKIB BADAL DALAM Q.S AL-

BAQARAH” Prodi Studi Sastra Arab. Penelitian ini merupakan library

research. Peneliti menjelaskan secara spesifik jumlah ismiyah dan fi’liyah

serta metode pengajarannya dalam kitab Jawami’ul Kalim karya KH. Ali

Maksum.

Persamaan dengan penelitian ini adalah analisis kajian sintaksis pada

teks kitab, selain itu penelitian juga menganalisis Badal . Perbedaan yang

mendasar adalah acuan sumber utama yang dijadikan sebagai objek

13
INAIFAS, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Jember: INAIFAS Press, 2018), 40.
21

penelitian serta fokus pembahasan, fokus penulis lebih pada analisa Badal

sedangkan peneliti menganalisa jumlah Athof dan Badal.

b. Skripsi Rizqiyani, 2014. “ Huruf Athof dalam surat Al-isra’ (Analisis

Sintaksis) ”, Program Studi Pendidikan Bahasa Arab dan Fakultas Bahasa

dan Seni UN Semarang. Penelitian ini merupakan penelitian library

research. Perbedaan yang signifikan dengan penulis adalah penelitian ini

mengkaji surat Al-Isra’ sedangkan penulis mengkaji syarah alfiyyah ibnu

aqil karya baha’uddin Abdullah bin aqil. Persamaan peneliti dan penulis

sama-sama menkaji athof dengan metode analisis sintaksis.

c. Skripsi Muhammad Imam Sukaji, 2015. “ANALISIS INNA WA

AKHOWATUHA DALAM KITAB AKHLAQ LIL BANIN JUZ 2

(ANALISIS SINTAKSIS)”. Program Studi Pendidikan Bahasa Arab.

Penelitian ini merupakan penelitian library research. Perbedaan yang

signifikan dengan penulis adalah penelitian ini difokuskan pada analisa

gramatika tentang inna wa akhowatuha dan sumber utama yang dijadikan

objek penelitian. Sedangkan fokus penulis pada analisa jumlah dan syih

jumlah.
22

Persamaan penelitian ini dengan penulis adalah sama- sama

kajian analisa sintaksis bahasa arab pada teks kitab dan gramatika bahasa

arab. Berikut ini penulis melampirkan table persamaan dan perbedaan

antara penulis dengan kajian terdahulu :

Tabel 2.1 Kajian Terdahulu

NAMA
JUDUL PERSAMAAN PERBEDAAN
PENGARANG

ANALISIS Mukhlisin Metode penelitian 1. Objek Penelitian

TARKIB menggunakan a. Mukhlisin :

BADAL library research Badal

DALAM Q.S dan menganalisa b. Penulis : Athof

AL-BAQARAH ilmu gramatika dan Bada.l

bahasa Arab (Studi 2. Sumber Acuan

Sintaksis) berupa a. Sukaji : Kitab

analisa Tarkib Al-Qur’an

Badal b. Penulis: Syarah

Alfiyah ibnu aqil

karya baha’udin

Abdullah bin aqil.

HURUF Aula Nisak Metode penelitian 1. Objek


23

ATHOF menggunakan Penelitian:

DALAM library research a. Rizqiyani:

SURAT AL- dan menganalisa Athof

ISRA’ ilmu gramatika b. Penulis: Athof

bahasa Arab (Studi dan Badal

Sintaksis) 2. Sumber Acuan

a. Rizqiyani:

Surat Al-Isra’

b. Penulis:

Syarh Alfiyah

Ibnu aqil

karya

baha’uddin

Abdullah bin

aqil

ANALISIS Muhammad menganalisa ilmu 1. Objek Penelitian

INNA WA Imam Sukaji gramatika bahasa a. Sukaji : Inna

AKHOWATUHA Arab (Studi wa Akhowatuha

DALAM Sintaksis) berupa b. Penulis :

KITAB analisa jumlah Jumlah dan

AKHLAQ LIL Syibh Jumlah


24

BANIN JUZ 2 2. Sumber Acuan

(ANALISIS a. Sukaji : Kitab

SINTAKSIS) Akhlaq Lil

Banin Juz 2

b.Penulis: Syarh

Qotrun nada

Waballus Shoda

karya Ibnu

Hisyam

B. Kajian Teori

Berdasarkan dengan judul penelitian di atas, maka dalam kerangka teoritik

ini akan dijelaskan tentang hal-hal yang berkaitan dengan judul, yaitu: Kajian

teoritis tentang (1) Analisis, (2) Athof dan Badal (3) syarah alfiyah ibnu aqil (4)

baha’uddin Abdullah bin aqil.

1. Analisis

Definisi analisis dalam kamus besar bahasa Indonesia analisis berarti

penyelidikan terhadap suatu peristiwa (karangan, perbuatan, dsb) untuk

mengetahui keadaan yang sebenarnya (sebab-musabab, duduk perkaranya,

dsb).14

14
KBBI Online, 1.5
25

Sedangkan arti analisis berasal dari bahasa Yunani yaitu Anayien yang

berarti menyelesaikan. Analisis merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari

penelitian sebab kegiatan menguraikan ini yaitu memisah-misahkan sesuatu

menjadi bagian-bagian yang lebih kecil di dalam suatu entitas dengan cara

mengidentifikasi, membanding-bandingkan, menemukan hubungan

berdasarkan parameter tertentu adalah suatu upaya menguji atau membuktikan

kebenaran.15

Analisis dalam kitab klasik memiliki pengertian yang sama dengan

istilah dilalah. Syeikh Damanhuri mendefinisikan dilalah adalah memahami

suatu hal dari hal tertentu.16. Menurut Syeikh Ibnu Sina dalam kitab As-Syifa,

dilalah memiliki dua makna, yaitu

a) eksistensi sebuah perkara yang secara karakteristik akan memunculkan

pemahaman atas perkara lain

a) didapatkannya pemahaman atas sebuah perkara dari perkara yang

lain.17

Analisa yang dimaksud disini adalah mencermati, menyelidiki

kandungan struktur Athof atau Badal yang terdapat dalam kitab Syarh alfiyah

ibnu aqil karya baha’uddin Abdullah bin aqil.

2. Definisi Athof dan Badal

15
Ahmad Abdul Qodir Al Alawiy, “Analisis Kesalahan Pemakaian Isim Dhomir Pada Muhadatsah
Film Tugas Akhir Mata Kuliah Tafa’ul Ittishaliy” (Skripsi : Universitas Negeri Semarang, 2013), 39.
16
Ahmad Damanhuri, Idloh al-Mubhammin ma’ani al-sulam (Libanon: Dar Al-Kutub islami,2011), 15.
17
Darul Huda & Nailul Huda, Sulam al-Munawroq (Kediri : Lirboyo Press,2013), 127.
26

1) Athof

a. Definisi Athof

Athof Adalah Athof Adakalanya untuk menjelaskan, atau untuk

merentetkan tujuan18 Sedangkan menurut ulama’ lain Athof adalah

menghubungkan suatu kata pada kata sebelumnya dengan

menggunakan huruf Athof.19 Nadhom dan penjelasannya yang

menerangkan tentang Athof dalam kitab syarah Alfiyah ibnu aqil20 :

2. Pembagian Athof

Athof ada dua macam yaitu athof nasaq dan athof bayan.21

a. athof bayan

Adalah tabi’ yang jamid lagi menyerupai sifat di dalam

menjelaskan perihal matbu’nya serta terikat oleh lafadz sebelumnya,

seperti yang terdapat di dalam sebuah syiir :

‫اقسم باهلل ابو حفص عمر‬

Abu Hafash alias Umar telah bersumpah dengan nama allah

Lafadz Umar merupakan athof bayan karena berfungsi menjelaskan

lafadz abu hafash.

Dikecualikan dari perkataan pensyarah: “jamid” yaitu sifat

karena sifat adalah lafadz yang musytaq atau mengandung ta’wil

18
Abdullah, bahauddin. Terjemah alfiyah syarah Ibnu Aqil (sinar baru algensindo. 2018)652.
19
Abdullah, bahauddin. Terjemah alfiyah syarah Ibnu Aqil (sinar baru algensindo. 2018)675.
20
Abdullah, bahauddin. Terjemah alfiyah syarah Ibnu Aqil (sinar baru algensindo. 2018)675.
21
Abdullah, bahauddin. Terjemah alfiyah syarah Ibnu Aqil (sinar baru algensindo. 2018)652.
27

lafadz yang jamid. Lalu dikecualikan pula sesudah bentuk taukid dan

athof nasaq karena sesungguhnya kedua jenis ungkapan ini tidak

berfungsi menjelaskan lafadz yang diikuti keduannya. Dikecualikan

pula dari hal tersebut Badal yang jamid karena Badal yang jamid yang

bersifat menyendirikan (bebas dan tidak terikat).

Mengingat athof bayan itu mirip dengan sifat, maka

diharuskan menyesuaikan diri dengan matbu’nya, perihalnya sama

dengan naat. Untuk itu harus disesuaikan dengan matbu’nya baik

dalam masalah tadzkir atau ta’nitsnya, dan baik dalam masalah ifrad,

ta’nitsnya atau jamaknya.

Sebagian besar ulama’ nahwu berpendapat, bahwa athof

bayan dan matbu’nya kedua-duanya nakirah, merupakan hal yang

dilarang. Sedangkan segolongan ahli nahwu, antara lain adalah ibnu

malik, berpendapat bahwa hal itu diperbolehkan. Dengan demikian

berarti keduanya memperbolehkan dalam bentuk nakirohnya,

sebagaimana boleh keduannya dalam bentuk makrifatnya. Menurut

suatu pendapat di antara contoh athof dan matbu’ nya kedua-duanya

nakirah adalah firman allah swt:

‫يوقد من شجرة مباركة زيتونة‬

Yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang banyak

berkahnya, yaitu pohon zaitun. (an nur : 35)


28

‫ويسقى من ماء صديد‬

Dan dia diberi minum dengan cairan yaitu nanah (Ibrahim: 16)

Lafadz zaitunatin adalah athof bayan bagi lafadz syajaratin dan

lafadz shadiidin adalah athof bayan bagi lafadz maani.

Setiap lafadz yang dapat dijadikan sebagian athof bayan dapat

pula dijadikan Badal, contoh:

‫ ضربت اباعبد هللا زيدا‬Aku telah memukul Abdullah alias zaid

Dikecualikan dari hal tersebut dua masalah yang didalamnya

tabi’ hanya menjadi athof bayan dan tidak dapat di jadikan sebagai Badal

yaitu:

Pertama, hendaknya tabi dalam bentuk mufrad (tunggal),

makrifat lagi mu’rab, sedangkan matbu’nya berkedudukan sebagai

munada (subjek yang dipanggil), contoh:

‫ ياغالم يعمرا‬Hai pelayan alias si ya’mura

Dalam keadaan seperti di atas ya’mura ditentukan menjadi athof

bayan, dan tidak dapat di sajikan sebagai Badal karena Badal itu disertai

dengan niat mengulangi amil; lafadz ya’mura seharusnya di mabni

dhamah kan karena seandainya diucapkan dengan memakai ya nida,

maka barulah dapat dikatakan sebagai Badal.


29

Kedua, hendaknya tabi terbebas dari al, sedangkan matbu’nya

memakai al, lalu dimudhafkan pula kepada sifat yang mengandung al,

seperti contoh pada lafadz:

‫انا الضارب الرجل زيد‬ Aku adalah orang yang memukul lelaki

itu alias zaid.

Dalam keadaan seperti contoh diatas lafadz zaidin ditentukan

hanya sebagai athof bayan, tidak boleh dianggap sebagai Badal dari

lafadz ar- rajuli. Karena sesungguhnya bentuk ungkapan Badal itu

disertai dengan niatan mengulangi amil, jika demikian berarti makna

contoh tadi adalah seperti ‫ انا الضارب زيد‬dan hal itu tidak boleh, karena

telah diketahui dalam bab idhofahkan kecuali hanya kepada lafadz yang

mengandung al, atau dimudhafkan kepada lafadz yang dimudhafkan lagi

kepada lafadz yang mengandung al, seperti:

‫انا الضارب الرجل زيد‬ Aku adalah orang yang memukul lelaki

itu, alias si zaid.

Contoh lainnya adalah perkataannya seorang penyair

‫ عليه الطير ترقبه قوعا‬، ‫ انا ابن التارك البارك البكري بشر‬Aku adalah anak

orang yang meninggalkan bakar alias bisyr yang diatasnya terdapat

burung (pemakan bangkai) selalu menunggu kematiannya.

Lafadz bisyrin berkedudukan sebagai athof bayan dan tidak

dapat dianggap sebagai Badal karena tidak sah dikatakan seperti


30

‫انا ابن التارك بشر‬

Ibnu malik menyatakan :

‫وليس ان سبدل بالمرضى‬ (tidak dibenarkan bila dijadikan sebagai

Badal).

Hal ini mengisyaratkan, bahwa memperbolehkan lafadz bisyr

sebagai Badal, merupakan hal yang tidak disukai. Sehubungan dengan

masalah ini dia mengingatkan pada perbedaan pendapat antara imam al-

farrad dan al-farizi.

b. Athof nasaq

1) Definisi Athof nasaq

Adalah tabi’ yang antara ia dengan matbu’nya ditengahi oleh salah

satu huruf athof contoh: ‫اخصص بود وثناء من صدق‬

Khususkanlah kencintaan dan pujianmu kepada orang yang berteman

denganmu. Dikecualikan dari perkataan pensyarah: “yang ditengah-

tengahi” semua jenis tabi selainya.

2) Huruf – huruf athof nasaq

a) wawu

Ma’tuf dan ma’tuf alaih secara mutlak mempunyai

kesamaan dengan melaluinya, baik dari segi lafadz maupun

hukumnya huruf yang dimaksud adalah wawu. Menurut madzhab

ulama nahwu bashrah untuk menunjukkan muthlaqul jam’I.


31

Apabila mengatakan: ‫ جاء زيد زعمرو‬zaid dan amr telah datang. Hal

ini menunjukkan kepada pengertian kebersamaan antara zaid dan

amr dalam hal kedatangannya. Andakalanya kedatangan amr

sesudah zaid atau datang sebelum zaid, atau datang bersamaan

dengannya. Sesungguhnya hal itu tidak jelas, kecuali bila ada

qarinah yang menunjukkan kepada hal ini, seperti:

‫جاء زيد وعمروبعده‬ Telah datang zaid dan sesudahnya itu amr

‫جاء زيد وعمرو قبله‬ Telah datang zaid dan sebelumnya itu amr

‫جاء زيد وعمرومعه‬ Telah datang zaid dan amr secara

bersamaan.

Dengan demikian berarti huruf wawu dapat dipakai sebagai huruf

athof untuk lafadz yang mempunyai pengertian akan menyusul,

yang mendahului dan bersamaan.

Menurut ulama’ nahwu kuffah, huruf wawu ini dipakai

untuk menunjukkan makna tertib (urutan) akan tetapi pendapat ini

dapat disanggah dengan menggunakan contoh firman allah swt:

‫“ ان هي اال حياتنا الدنيا نموت ونحيا‬Kehidupan itu tidak lain hanyalah

kehidupan kita di dunia ini, kita mati dan kita hidup”. (QS. Al-

Jatsiya Ayat 24)

Huruf athof wawu mempunyai keistimewaan tersendiri

dari huruf – huruf athof lainnya, yaitu dijadikan sebagai huruf


32

athaf untuk suatu hal dimana ma’tuf alaih tidak dianggap

memberi pengertian yang cukup kecuali dengan ma’thufnya,

contoh:

‫اختصم زيد و عمرو‬ Telah bersengketa zaid dan amr.

Seandainya dikatakan ‫( اختصم زيد‬telah bersengketa

zaid), hal ini tidak diperbolehkan. Sama dengan contoh diatas

adalah lafadz-lafadz berikut:

‫اصطف هذا وابني‬ Bariskanlah orang ini dengan anakku.

‫ تشارك زيد و عمرو‬Telah bersengketa zaid dan amr.

Dalam keadaan seperti diatas tidak boleh menggunakan

huruf athof fad an huruf athof lainnya, kecuali wawu; untuk itu

tidak boleh dikatakan ‫اختصم زيد فعمرو‬

b) Tsumma

Seperti contoh :

‫جاء زيد ثم عمرو‬ Telah datang zaid kemudian umar

c) Fa’

Untuk menunjukkan pengertian keterbelakangan

ma’thuf atas ma’tuf alaih nya secara muttasil (langsung)

tanpa ada tenggang waktu. Sedangkan tsumma untuk

menunjukkan keterbelakangan ma’thuf atas ma’thuf


33

alaihnya secara terpisah, yakni memakai tenggang waktu,

contoh:

‫الذي خلق فسوى‬

Yang menciptakan dan yang menyempurnakan

(penciptaannya).

Huruf fa’ mempunyai keistimewaan tersendiri yaitu

dapat dijadikan sebagai huruf athaf yang menghubungkan

antara lafadz yang tidak layak untuk menjadi shilah karena

mengandung dhamir maushul dengan lafadz yang layak

untuk dijadikan sebagai shilah karena mengandung dhamir

maushul. Contoh:

‫الذي يطير فيغضب زيد الذباب‬

Hewan terbang yang membuat zaid marah adalah lalat.

Tidak diperbolehkan mengatakan seperti ‫ويغضب زيد‬

atau ‫ ثم يغضب زيد‬karena huruf athof fa mengandung makna

sababiyah. Karena itu maka keberadaannya rabith tidak

dibutuhkan sebab cukup dengan fa’. Diperbolehkan

mengatakan seperti ungkapan berikut :

‫الذي يطير فيغضب زيد الذباب‬

Hewan terbang yang membuat zaid marah adalah lalat.


34

Karena terdapat dhamir rabith yang menghubungkan antara shilah

dan maushulnya.

Disyaratkan untuk lafadz yang di athafkan memakai hatta

hendaknya menjadi bagian dari lafadz sebelumnya dan merupakan

tujuan baginya dalam hal penambahan atau pengurangan, seperti:

Seperti contoh :

‫جاء زيد فعمرو‬ Telah datang zaid dan amr

d) Hatta

Seperti contoh :

‫قدم الحجاج حتى المشاة‬ Telah tiba jamaah haji itu dan orang-orang

yang berjalan kaki.

e) Am

Seperti contoh :

‫ازيد عندك ام عمرو‬ Apakah orang yang di sisimu itu zaid atau

amr.

f) Au

Seperti contoh :

‫جاء زيد او عمرو‬ Telah datang zaid dan amr

Fa’
35

b. Huruf-huruf Athof nasaq

Huruf – huruf Athof nasaq jumlahnya ada 1022:

1. Wawu artinya dan

2. Fa’ artinya lalu

3. Au artinya atau

4. Am artinya kemudian

5. Tsumma artinya kemudian

6. Hatta artinya hingga

7. Bal artinya bahkan

8. La artinya tidak

9. Lakin artinya tetapi

10. Imam artinya ada kalanya

‫ِإما‬ َ‫ل ِكن‬ َ‫ل‬ َ‫بل‬ ‫حتى‬ َ‫ثُم‬ َ‫أم‬ َ‫او‬ َ‫ف‬ َ‫و‬

3) Badal

a) Definisi Badal

Mafhum Badal (‫ )مفهوم البدل‬Pada materi Badal terdapat dua istilah

yaitu Badal (‫ )بدل‬sebagai pengganti/pengikut dan mubdal minhu (ُ ‫) ُم ْبدَ ٌل ِم ْنه‬

22
Batartama, Al-miftah lil ulum mudah belajar membaca kitab (pustaka sidogiri. 2018)37.
36

sebagai yang diganti/diikuti.23 Pendapat ulma’ laian bahwa Badal adalah

kalimat isim yang mengikut pada mubdal minhu dalam masalah i’robnya,

dan yang dimaksud (dituju) oleh hukum dengan tanpa perantara huruf

‘athof antara badal dengan mubdal minhu. 24 Dalam qo’idah Jurumiyah

disebutkan bahwa Apabila isim diganti dengan isim, atau fi’il diganti oleh

fi’il, maka dalam hal seluruh i’robnya badal harus mengikuti i’robnya

mubdal minhu25 Dalam pengertian lain ada yang menyebutkan bahwa

badal adalah tabi’ yang menjadi sasaran dengan tanpa perantara. Arti

badal menurut kitab Amtsilati ialah kata yang mengikuti i’rob

sebelumnya yang menjadi tujuan hukum atau penjelas, dengan tanpa

lantaran huruf athof .pengertian lai ialah Arti badal menurut kitab

Amtsilati ialah kata yang mengikuti i’rob sebelumnya yang menjadi

tujuan hukum atau penjelas, dengan tanpa lantaran huruf athof .

Perhatikan contoh berikut:

ِ َّ‫َجا َء الن‬
‫اج ُح إِلى بَ ْيتِي‬

“Seorang yang sukses telah datang ke rumahku”

ِ َّ ‫َرأَيْتُ الت‬
‫اج َر‬

23
Abdullah, bahauddin. Terjemah alfiyah syarah Ibnu Aqil (sinar baru algensindo. 2018)675.
24
Syamsul Ma’arif, Nahwu Kilat, (Bandung: Nuansa Aulia, 2008), hlm. 104
25
KH. Salahuddin Wahid dan Dr. H. Miftahurrohim Syarkun, Ilmu Nahwu dalam al-Ajurumiyyah,
(Jombang: 2011), hlm. 133
37

“Aku melihat seorang pedagang”

Ketika seseorang mendengar dua kalimat di atas, pasti ia merasa

ada sesuatu yang belum sempurna sebab tidak jelas siapa yang dimaksud

dengan “seorang yang sukses” dan “seorang pedagang“. Disini Badal

berperan untuk memperjelasnya yang apabila kita tambahkan lafadz ‫خَالد‬

dan ‫( زَ يْد‬sebagai Badal), maka semuanya terlihat jelas bahwa yang

dimaksud orang sukses dan pedagang tersebut adalah Kholid dan Zaid.

ِ َّ‫َجا َء الن‬
26
ٌ ‫اج ُح ِإلى بَ ْيتِي خَا ِلد‬

Seorang yang sukses yaitu (Kholid) telah datang ke rumahku

ِ َّ ‫ تابع َرأَيْتُ الت‬/ ‫ بدل‬: ٌ ‫ فاعل خَا ِلد‬+ ُ‫ متبو‬/ ‫ مبدل منه‬: ‫اج ُح‬
‫اج َر زَ ْيدًا‬ ِ َّ‫الن‬

Aku melihat seorang pedagang yaitu (Zaid)

ِ َّ ‫الت‬
27
‫ تابع‬/ ‫ بدل‬: ‫ مفعول به زَ ْيدًا‬+ ُ‫ متبو‬/ ‫ مبدل منه‬: ‫اج َر‬

lafadz yang mengikuti lafadz mubdal minhu yang berperan

sebagai objek atau target yang dimaksud dari mubdal minhu28. Pada

umumnya antara Badal dan mubdal minhu tidak terdapat perantara.

Maksud perantara di sini yaitu sesuatu yang menghubungkan antara

Badal dan mubdal mihu, dimana hubungan keduanya tidak seperti


26
Abbas hasan. Nahwu al wafi hal 664 juz 3.
27
Abbas hasan. Nahwu al wafi hal 664 juz 3.
28
Abdullah, bahauddin. Terjemah alfiyah syarah Ibnu Aqil (sinar baru algensindo. 2018)675.
38

yang terjadi pada ‘athaf nasaq yang diperantarai dengan huruf ‘athaf.

Adapun apabila posisi mubdal minhu berada pada tempat majrur

dengan huruf jar, maka Badal boleh diperantarai dengan cara

mengulangi huruf Jar tersebut, seperti

َ َّ ‫َّللا أُس َْوة ٌ َح َسنَةٌ ِل َم ْن َكانَ يَ ْر ُجو‬


َ‫َّللا َربَّنَا أ َ ْن ِز ْل َعلَ ْينَا َمائِدَة ً ِمن‬ ِ َّ ‫ول‬ ُ ‫لَقَدْ َكانَ لَ ُك ْم فِي َر‬
ِ ‫س‬

ِ ‫اء ت َ ُكونُ لَنَا ِعيدًا ِِل َ َّو ِلنَا َو‬


‫آخ ِرنَا‬ ِ ‫ال َّس َم‬

Dhamir ‫ لَ ُك ْم‬dan ‫ َعلَ ْينَا‬pada kedua Ayat Al-Quran di atas berperan

sebagai mubdal minhu yang berada di posisi majrur dengan huruf jar.

Lalu kedua lafadz ‫ ِل َم ْن‬dan ‫ ِِل َ َّو ِلنَا‬berperan sebagai Badal yang sama-

sama didahului huruf Jar seperti mubdal minhunya.

ً‫صا ِدقًا َو َعا ِدال‬ َّ ‫ْس اِتِ َحا ِد ال‬


َ ٌ ‫طلَ َب ِة خَا ِلد‬ ُ ‫َكانَ َرئِي‬

“Ketua senat mahasiswa (kholid) dia jujur dan adil”

Lafadz ‫ْس‬
ُ ‫ َرئِي‬adalah mubdal minhu dan lafadz Kholid sebagai Badal

َّ ‫ مضاف إليه‬: ‫ مضاف ا ِِت َحا ِد‬+ ‫ مبدل منه‬+ ‫ اسم كان‬: ‫ْس‬
‫الطلَ َب ِة‬ ُ ‫ ناسخ َر ِئي‬/ ‫ فعل ناقص‬: َ‫َكان‬
29
‫ معطوف‬: ً‫ حرف عطف َعا ِدال‬: ‫ معطوف عليه َو‬+ ‫ خبر كان‬: ‫صا ِدقًا‬
َ ‫ بدل‬: ٌ ‫ مضاف إليه خَا ِلد‬:

b) Fungsi Badal

Dalam Kalimat Memperjelas dan memperkuat makna mubdal

minhu30 Membatasi kemungkinan lahirnya multi tafsir dari apa yang

29
Abbas hasan. Nahwu al wafi hal 664 juz 3.
39

dimaksud oleh mubdal minhu Pada umumnya, ketika fungsi dari pada

Badal adalah untuk memperkuat, maka kedua lafadz Badal dan

mubdal minhu harus dari lafadz berbeda, meskipun ada juga dari

lafadz yang sama. Namun, sedikit ditemukan, eperti pada Surah Al-

Fatihah.

َ ‫ط ا َّلذِينَ أ َ ْنعَ ْم‬


٧-٦ ‫ سورة الفاتحة‬.‫ت َعلَ ْي ِه ْم‬ َ ‫ص َرا‬ َ ‫ط ْال ُم ْست َ ِق‬
ِ ‫يم‬ َ ‫الص َرا‬
ِ ‫ا ْه ِدنَا‬

Artinya : Tunjukilah kami jalan yang lurus (6). Yaitu Jalan orang-

orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka; bukan (jalan)

mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.

َ ‫الص َرا‬
tafsirweb Lafadz ‫ط‬ َ ‫الص َرا‬
ِ pertama adalah mubdal minhu dan ‫ط‬ ِ

kedua adalah Badal muthabiq.31

Adapun apabila keluar dari fungsi di atas; yakni tidak berfaidah

memperjelas, maka sama sekali tidak dikatakan Badal melainkan

sebagai taukid lafdzi, seperti

ٌ ‫َجا َء خَالد ٌ خَالد‬

c) Macam-Macam Badal

ُ ‫ضا ً أَو َما َي ْشت َِمل َعلَيْ ِه يُلفَى أَو َك َم ْع‬


‫طوفٍ بِ َبل‬ َ ‫طابِقَا ً أَو َب ْع‬
َ ‫قال ابن مالك ُم‬

30
Abdullah, bahauddin. Terjemah alfiyah syarah Ibnu Aqil (sinar baru algensindo. 2018)675.
31
Abbas hasan. Nahwu al wafi hal 664 juz 3.
40

Badal terbagi menjadi empat bagian, yaitu: badal syai’ min syai’, badal

ba’dh minal kul, badal isytimal dan badal gholath.32

1) Badal Muthabiq

Badal Muthabiiq atau disebut juga Kul Min Kul ( ‫)كل ِم ْن كل‬

adalah Badal yang memiliki tingkat kesamaan dan kesetaraan

dengan mubdal minhu33 yakni badal merupakan keberadaan /

dzatiyah dari mubdal minhu

Perhatikan contoh-contoh berikut:

ً‫ضى ُم َعا َملَةً َح َسنَة‬


َ ‫ام ُل ال َمر‬
ِ ‫ْب خَالد ٌ يُ َع‬ َّ ‫ال‬
ُ ‫ط ِبي‬

Seorang dokter yaitu (Kholid) memperlakukan Fasien dengan baik.

2) Badal ba’du minkul

Badal ba’du minkul adalah Badal yang merupakan bagian

pokok dari stuktur yang dimiliki oleh mubdal minhu, baik hanya

separuh kecil bagian, besar atau bahkan sama rata.34 yakni badal

merupakan bagian atau juz dari mubdal minhu. juznya badal

adakalanya lebih sedikit dari mubdal minhu. Adakalanya lebih

32
Abu An’im, Sang Pangeran Nahwu Al-Ajurumiyyah, (Kediri: Sumenang, 2009), hlm. 259
33
Abdullah, bahauddin. Terjemah alfiyah syarah Ibnu Aqil (sinar baru algensindo. 2018)675.
34
Abdullah, bahauddin. Terjemah alfiyah syarah Ibnu Aqil (sinar baru algensindo. 2018)675.
41

banyak dari mubdal minhu. Adakalanya menyamai dengan mubdal

minhu:

Perhatikan contoh-contoh berikut:

ْ ‫صدَّ ْقتُ الما َل ِن‬


ُ ‫صفَه‬ َ َ‫ت‬

Aku bersedekah harta 1/2 nya. Setengah adalah bagian dari

pada harta

+ ‫ منصوب‬،‫ بدل بعض من كل‬: ‫ف‬


َ ‫ص‬
ْ ِ‫ مفعول به منصوب ن‬+ ‫ مبدل منه‬: ‫الما َل‬

ُُ35‫ْض أ َ ْسنَانَه‬
َ ‫ْب ال َم ِري‬ َّ ‫ص ال‬
ُ ‫ط ِبي‬ َ ‫ مضاف إليه فَ َح‬: ‫مضاف الهاء‬

Seorang dokter memeriksa fasien yaitu (giginya). Gigi adalah

bagian pokok dari apa yang ada pada tubuh yang dimiliki fasien.

‫ منصوب‬،‫ بدل بعض من كل‬: َ‫ مفعول به منصوب أ َ ْسنَان‬+ ‫ مبدل منه‬: ‫ْض‬
َ ‫ال َم ِري‬
36
‫ مضاف إليه ت َسلَّ َم خَالد ٌ على أ َ ْه ِل القَ ْر َي ِة زَ ِع ْي ِم ِه ْم‬: ‫ مضاف الهاء‬+

Kholid bersalaman kepada penduduk kampung yaitu

(pemimpin mereka).

Pemimpi adalah bagian dari pada penduduk kampung

35
Hasan, Abbas Nahwu Al wafi (hidayah, 2000)17.
36
Hasan, Abbas Nahwu Al wafi (hidayah, 2000)17.
42

‫ بدل‬: ‫ مضاف إليه مجرور زَ ِعي ِْم‬: ‫ مضاف القَ ْريَ ِة‬+ ‫مجرور‬,‫ مبدل منه‬: ‫أ َ ْه ِل‬

‫ مضاف‬+ ‫ منصوب‬،‫ بدل بعض من كل‬: ‫ مضاف ِه ْم‬+ ‫ مجرور‬،‫بعض من كل‬

َ ‫إليهأُع ِْجبْتُ بِال َّسي‬


‫َّارةِ لَ ْونِ َها‬
37

Aku kagum dengan mobil ini yaitu kagum dengan

(warnanya). Warna adalah bagian dari apa yang dimiliki oleh

mobil.

38
‫ مضاف الهاء‬+ ‫ مجرور‬،‫ بدل بعض من كل‬: ‫مجرور لَ ْو ِن‬,‫ مبدل منه‬: ِ‫َّارة‬
َ ‫ال َّسي‬

‫ مضاف إليه‬:

Pada umumnya, pada Badal ba’du minkul harus

terdapat dhamir pengikat yang sesuai dengan mubdal minhu

berdasarkan jenis mudzakar, muannats dan banyaknya individu

(mufrad, mutsanna dan jamak seperti pada ketiga contoh di atas.

Namun, boleh juga tidak menyertakan dhamir apabila dianggap

aman dari kesalahfahaman dan apabila memenuhi salah satu

ketiga syarat berikut:

Apabila badal ba’du minkul terdiri dari isim ma’rifat

dengan alif lam ta’rif, seperti: ‫ قَ ِب ْلهُ ال َي َد‬،‫ْت َوا ِلدَ َك‬
َ ‫ ِإذَا َرأَي‬Apabila kau

melihat Ayahmu, kau cium-lah tanganya. Perhatikan Lafadz َ‫ال َيد‬

yang sedang berperan sebagai badal ba’di min kul, dimana tidak

37
Hasan, Abbas Nahwu Al wafi (hidayah, 2000)17.
38
Hasan, Abbas Nahwu Al wafi (hidayah, 2000)17.
43

terdapat dhamir pengikat antara dia dengan mubdal minhu sebab

sudah diganti dengan alif lam ta’rif yang maknanya kembali

kepada Ayah. Artinya, tangan adalah bagian dari yang dimiliki

oleh Ayah. Dengan demikian, ketiga susunan di bawah adalah

benar. َ‫ قَ ِب ْلهُ ال َيد‬،‫ْت َوا ِلدَ َك‬


َ ‫ قَ ِب ْلهُ َيدَهُإِذَا َرأَي‬،‫ْت َوا ِلدَ َك‬
َ ‫ قَ ِب ْلهُ ال َيدَ ِإذَا َرأَي‬،‫ْت َوا ِلدَ َك‬
َ ‫ِإذَا َرأَي‬

ُ ‫ِم ْنه‬

Apabila Badal ba’du min kul menjadi badal dari

mubdal minhu yang berada pada posisi Mustastna Minhu pada

susunan Ististna’ taam manfi. Alasan tidak mesti memakai

dhamir pengikat sebab mustastna sudah merupakan bagian dari

pada mustasna minhu. Contoh;

ِ ‫ب إِالَّ َو‬
‫احدًا‬ ُّ ‫ام ال‬
ُ َ‫طال‬ ِ ‫ب إِالَّ َو‬
َ َ‫احد ٌ َما ق‬ ُّ ‫ام ال‬
ُ َ‫طال‬ َ َ‫َما ق‬

Jadi dalam hal kedudukan i’rabnya boleh dua; antara

dijadikan badal yang mengikuti i’rab mubdal minhu atau

dijadikan mustastna yang dikecualikan dengan Illa ‫ إال‬Baca

materi : Uslub Ististna Apabila setelah Badal ba’du min kul

terdapat lafadz (kata) yang masih merupakan bagian dari pada

ٌ ‫ ال َك ِل َمةُ ثَالَثَة ُ أ َ ْق َس ٍام ا ْس ٌم َو ِف ْع ٌل َو َح ْر‬Kalimat


mubdal minhu, seperti: ‫ف‬

memiliki 3 bagian yaitu isim, fi’il dan huruf. Lafadz ‫ ا ْس ٌم‬adalah

badal ba’du min kul sebab ia bagian dari lafadz ُ ‫ثَالَثَة‬, dimana
44

setelahnya terdapat lafadz ‫ فِ ْع ٌل‬dan ‫ف‬


ٌ ‫ َح ْر‬yang keduanya masih

merupakan bagian dari pada Lafadz ُ ‫ثَالَث َة‬. Dengan demikian, tidak

dibutuhkan lagi dhamir pengikat.

3) Badal Isytimal

Badal Isytimal adalah Badal yang bukan merupakan

bagian pokok dari stuktur yang dimiliki mubdal minhu39.

(kebalikan dari Badal ba’du min kul) yakni badal dan

mubdal minhu ada kaitan erat selain berupa juz-iyyah dan

kulliyah.Contoh: ُ ‫ أ َ ْع َجبَنِي خَا ِلد ٌ َش َجا َعتُه‬Kholid membuatku kagum

(keberanianya). / Keberanian Khalid membuatku kagum Berani

adalah sesuatu yang bukan pokok dari tubuh Kholid

sebagaimana kepala, tangan dan mata. Namun, berani adalah

sifat tambahan yang dimiliki Kholid.

‫ مضاف و‬+ ُ‫ بدل االشتمال مرفو‬: ُ‫عتُه‬ َ ُ‫ فاعل مرفو‬+ ‫ مبدل منه‬: ٌ ‫خَا ِلد‬
َ ‫ش َجا‬

‫ مضاف إليه‬: ‫الهاء‬

َ ‫أ َ ْع َجبتْ ِني‬
‫الو ْردَة ُ َرا ِئ َحت ُ ُها‬

“Bunga ini membuatku kagum (aromanya)”

39
Abdullah, bahauddin. Terjemah alfiyah syarah Ibnu Aqil (sinar baru algensindo. 2018)675.
45

Aroma bukan merupakan pokok yang dimiliki setiap

bunga seperti halnya warna, sebab banyak juga bunga yang

tidak beraroma. Namun, ia tetap memiliki warna. ‫ مبدل منه‬: ُ ‫الو ْردَة‬
َ

‫ مضاف إليه‬: ‫ مضاف و الهاء‬+ ُ‫ بدل االشتمال مرفو‬: ‫ فاعل مرفوُ َرا ِئ َحت ُ ُها‬+

Catatan: Terkait dhamir pengikat yang menyertai badal

isytimal, ketentuanya sama seperti pada ba’du min kul yaitu

boleh diganti dengan alif lam ta’rif, seperri: )٤( ‫اب ْاِل ُ ْخد ُو ِد‬ ْ َ ‫قُتِ َل أ‬
ُ ‫ص َح‬

‫ سورة البروج‬.)٥(ِ‫ت ْال َوقُود‬


ِ ‫ار ذَا‬
ِ َّ‫ الن‬Binasa dan terlaknatlah orang-

orang yang membuat parit. Yaitu parit yang didalamnya berapi

ِ َّ‫ الن‬adalah badal Isytimal makrifat


dengan kayu bakar. Lafadz ‫ار‬

dengan alif lam sebagai ganti dari pada dhamir pengikat. : ‫تقدير‬

‫نار فيه ذات الوقود‬

4) Badal Mubaayanah

Badal Mubaayanah atau disebut juga mughaayarah

adalah Badal yang memiliki fungsi meralat mubdal minhu

dengan alasan kesalahan, lupa atau memalingkan yang pada

umumnya terjadi dalam ucapan (bukan tulisan)40 Kelompok

Badal Mubayanah yakni badal yang bukan karena

40
Abdullah, bahauddin. Terjemah alfiyah syarah Ibnu Aqil (sinar baru algensindo. 2018)675.
46

menjadi kulliyah, juz’iyyah dari mubdal minhu dan juga bukan

karena ada kaitan erat dengannya

a). Badal Gholat

Badal Gholat adalah Badal yang berfungsi meralat

kesalahan mubdal minhu,41 dalam pengertian yang lain badal

gholat ialah badal yang merupakan ralat dari mubdal minhu

seperti dalam contoh berikut

seperti:

ِ ‫ت خَا ِل ٍد – ُز ْرتُ اليَ ْو َم ِإلَى بَ ْي‬


‫ت زَ ْي ٍد‬ ِ ‫ُز ْرتُ اليَ ْو َم ِإلَى بَ ْي‬

Hari ini aku berkunjung ke rumah kholid. Diralat dengan

berkunjung ke rumah zaid.

‫أشرب القهوة الماء‬

“saya minum kopi, eh the”

Dari kalimat tersebut kita bisa faham bahwa sebenarnya

yang dimaksud si pembicara adalah air bukan kopi.

Pengucapan kopi hanyalah kesalahan saja. Jadi, pengucapan

kata air disebut badal/mubdal dan pengucapan kopi disebut

mubdal minhu pengucapan kalimat seperti itu di sebut badal

41
Abdullah, bahauddin. Terjemah alfiyah syarah Ibnu Aqil (sinar baru algensindo. 2018)675.
47

ghalat. Badal ghalat jenis ini jarang ditemukan dalam bentuk

tulisan. Kecuali untuk mencontohkan saja seperti yang ada

dalam kitab-kitab nahwu atau bahkan ketika anda baru saja

membaca kalimat tersebut. Hanya badal kulli minal kull,

tidak jenis badal yang lain. Tapi tidak bisa setiap badal bisa

disebut

b). Badal Nisyan

Badal Nisyan adalah Badal yang berfungsi

meralat maksud dari mubdal minhu disebabkan lupa,42

seperti:

َ ‫ص َليْتُ أ َ ْم ِس الم ْغ ِر‬


‫ب ِفي ال َمد َْر َس ِة‬ ْ ‫صلَيْتُ أ َ ْم ِس ال َع‬
َ – ‫ص َر ِفي ال َمد َْر َس ِة‬ َ

Kemarin aku sholat Ashr di sekolah. Diralat

dengan sholat maghrib. Kata Ashr pada awalnya adalah

yang dimaksud. Namun, disebabkan ia lupa waktu pastinya,

maka diralat dengan maghrib. 43

c.) Badal Idhrab

42
Abdullah, bahauddin. Terjemah alfiyah syarah Ibnu Aqil (sinar baru algensindo. 2018)675.
43
Hasan, Abbas Nahwu Al wafi (hidayah, 2000)17.
48

Adalah Badal yang berfungsi memalingkan maksud

dari mubdal minhu44, seperti:

َ ‫اِذْهَبْ ِإ َلى ال َمد َْر َس ِة َرا ِكبًا الد ََّّرا َجةَ – اِذْهَبْ ِإ َلى ال َمد َْر َس ِة َرا ِكبًا ال َّسي‬
َ ‫َّارة‬

Pergilah ke sekolah naik sepeda. Diralat dengan naik mobil.

Memalingkan dari naik sepeda lalu diganti dengan naik

mobil yang secara tersirat mengandung larangan menaik

sepeda meskipun tidak terdapat nahyi secara dzahir.

َ ‫ مفعول به منصوب ال َّسي‬+ ‫ مبدل منه‬: َ‫الد ََّّرا َجة‬


‫ بدل اإلضراب منصوب‬: َ ‫َّارة‬

Catatan: Pada ketiga badal ini (gholat, nisyan dan idhrab)

tidak disyaratkan terdapat dhamir pengikat antara Badal dan

mubdal minhu Untuk membedakan badal ghalat dan Idhrab

cukup mudah yaitu apabila mubdal minhu disebut dengan

tanpa maksud (alasanya samata-mata karena kesalahan),

maka dia Badal ghalat. Namun, apabila disebut dengan

sengaja dimaksud (bukan kesalahan) lalu dipalingkan, maka

dia badal idhrab.

ْ‫سلِب‬ ٌ َ‫ص ٍد َغل‬


ُ ‫ط بِ ِه‬ َ ً ‫صدَا‬
ْ َ‫ص ِحبْ َود ُونَ ق‬ ِ ‫قال ابن مالك َوذَا ِلالض َْرا‬.
ْ َ‫ب اع ُْز إِ ْن ق‬

44
Abdullah, bahauddin. Terjemah alfiyah syarah Ibnu Aqil (sinar baru algensindo. 2018)675.
49

Sebagian Ulama ada yang menambahkan selain

ke 4 Badal di atas yang disebut dengan Badal Kul Min Ba’di

(‫ )بدل الكل من البعض‬yaitu pengganti keseluruhan dari sebagian.

Contoh: َ‫ت َعد ٍْن الَّ ِتي َو َعد‬ ْ ‫فَأُولَ ِئ َك َيدْ ُخلُونَ ْال َجنَّ َة َوال ي‬
ِ ‫) َج َّنا‬٦٠(‫ُظلَ ُمونَ َش ْيئًا‬

ِ ‫الر ْح َمنُ ِع َبادَهُ ِب ْالغَ ْي‬


‫ سورة مريم‬.)٦١( ‫ب‬ َّ Lafadz َ‫ ْال َجنَّة‬adalah mubdal

ِ ‫ َجنَّا‬adalah badal Kul min ba’di.


minhu dan Lafadz ‫ت‬

d) Ketentuan dan Hukum Badal45

1) Berdasarkan i’rab rafa’ nashab dan khafad Kita ketahui bahwa Badal

merupakan bagian dari pada tawaabi’ yang keadaan ‘irabnya mesti sesuai

dengan matbu’nya. Badal dan mubdal minhu harus sesuai dari segi i’rab

rafa’, nashab dan khafad (Jar).46 Contoh:

ِ َّ‫اج َح خَا ِلدًا َم َر ْرتُ بِالن‬


‫اجحِ خَا ِل ٍد‬ ِ َّ‫ْت الن‬ ِ َّ‫َجا َء الن‬
َ ‫اج ُح خَا ِلد ٌ َرأي‬

2). Berdasarkan Nakirah dan Makrifat Badal dan mubdal minhu tidak

disyaratkan keduanya mesti makrifat atau nakirah.47

Contoh ketika keduanya makrifat:

45
Abdullah, bahauddin. Terjemah alfiyah syarah Ibnu Aqil (sinar baru algensindo. 2018)675.
46
Abdullah, bahauddin. Terjemah alfiyah syarah Ibnu Aqil (sinar baru algensindo. 2018)675.
47
Abdullah, bahauddin. Terjemah alfiyah syarah Ibnu Aqil (sinar baru algensindo. 2018)675.
50

‫يز ْال َح ِمي ِد‬


ِ ‫اط ْالعَ ِز‬ ِ ‫ور بِإِذْ ِن َربِ ِه ْم إِلَى‬
ِ ‫ص َر‬ ِ ‫ظلُ َما‬
ِ ُّ‫ت إِلَى الن‬ َ َّ‫الر ِكتَابٌ أ َ ْنزَ ْلنَاهُ إِلَي َْك ِلت ُ ْخ ِر َج الن‬
ُّ ‫اس ِمنَ ال‬

‫) سورة إبراهيم‬٢(‫ض‬ ِ ‫َّللا الَّذِي لَهُ َما فِي ال َّس َم َاوا‬


ِ ‫ت َو َما فِي ْاِل َ ْر‬ ِ َّ )١(

Artinya : “Alif, laam raa. (Ini adalah) Kitab yang Kami turunkan

kepadamu supaya kamu mengeluarkan manusia dari gelap gulita kepada

cahaya terang benderang dengan izin Tuhan mereka, (yaitu) menuju

jalan Tuhan Yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji (1) Yaitu Allah-lah

yang memiliki segala apa yang di langit dan di bumi. Dan kecelakaanlah

bagi orang-orang kafir karena siksaan yang sangat pedih (2).”

َّ adalah badal yang terdiri dari isim makrifat dari


Lafadz Jalalah ِ‫َّللا‬

ِ ‫ ْالعَ ِز‬yang keduanya sama makrifat dengan alif


mubdal minhu Lafadz ‫يز‬

ً ‫إِ َّن ِل ْل ُمتَّقِينَ َمف‬


lam ta’rif Contoh keduanya Nakirah: .)٣٣( ‫) َحدَائِقَ َوأ َ ْعنَابًا‬٣٢( ‫َازا‬

‫النباء‬ ‫سورة‬ Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa mendapat

kemenangan(1). Yaitu kebun-kebun dan buah anggur. Lafadz َ‫ َحدَائِق‬adalah

ً ‫ َمف‬yang keduanya sama


badal nakirah dari mubdal minhu lafadz ‫َازا‬

nakirah. Satu bertawin dan satu tidak ( َ‫ ) َحدَائِق‬sebab dalam syigat muntahal

jumu’ yang termasuk isim ghair munsharif Contoh Badal Makrifat dan

Mubdal minhu Nakirah:

)٥٣( ‫ض‬ ِ ‫َّللا ٱلَّذِى لَ ۥهُ َما ِفى ٱل َّس َٰ َم َٰ َو‬


ِ ‫ت َو َما ِفى ْٱِل َ ْر‬ ِ َّ ‫اط‬ ِ ‫َو ِإنَّ َك لَت َ ْهدِي ِإلَى‬
ِ )٥٢( ‫ص َراطٍ ُم ْست َ ِق ٍيم‬
ِ ‫ص َر‬

٥٢ ‫سورة الشورى‬
51

َّ Contoh Badal Nakirah dan


Makrifat sebab Idhafat kepada lafadz ِ‫َّللا‬

Mundal Minhu jalan yang lurus (52). Yaitu jalan Allah yang milik-

Nyalah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi (53)”

Lafadz ٍ‫ص َراط‬


ِ pertama adalah mubdal minhu nakirah dan ‫صراط‬

kedua adalah badal Makrifat:

‫ سورة العلق‬.)١٦( ‫َاطئ َ ًۢ ٍة‬


ِ ‫َاصيَ ًۢ ٍة َٰ َك ِذبَ ٍة خ‬ ِ َّ‫َّال لَئِن لَّ ْم َينت َ ِه لَنَ ْسفَ ًۢعًا ِبٱلن‬
ِ ‫) ن‬١٥( ‫اص َي ِة‬

Artinya: “Sekali-kali tidak! Sungguh, jika dia tidak berhenti

(berbuat demikian) niscaya Kami tarik ubun-ubunnya, (ke dalam neraka)

(15). Yaitu ubun-ubun orang yang mendustakan dan durhaka(16)”

ِ َّ‫ بِٱلن‬adalah mubdal minhu makrifat dengan alif lam


Lafadz ‫اصيَ ِة‬

ta’rif, dan Lafadz ‫َاص َي ًۢ ٍة‬


ِ ‫ ن‬adalah Badal Nakirah. Catatan: Menurut para

Ulama: ” Yang dimaksud dengan Nakirah di sini adalah nakirah

nukhtasah. Lihat penjelasanya pada pasal Nakirah & Makrifat

3). Berdasarkan jenis Mudzakar dan Muannats Untuk badal muthaabiq (kul min

kul) mesti terdapat kesesuaian dengan mubdal minhu dari segi mudzakar dan

muannats. Sedangkan untuk badal lainya tidak mesti sesuai48. Contoh:

ً‫اط َمة‬
ِ َ‫َرأيتُ ال َج ِمي َْل خَا ِلدًا َرأيتُ ال َج ِم ْيلَةَ ف‬

48
Abdullah, bahauddin. Terjemah alfiyah syarah Ibnu Aqil (sinar baru algensindo. 2018)675.
52

4). Berdasarkan banyaknya individu Mufrad, Mutsana dan Jamak Untuk Badal

muthaabiq (kul Min kul) mesti terdapat kesesuaian dengan mubdal minhu

dalam semua bentuk. Sedangkan untuk badal lainya tidak mesti. Namun,

itupun apabila pada Badal muthabiq memugkinkan dibuat dalam bentuk

tastniyah dan Jamak. Apabila tidak, maka boleh berbeda49 seperti contoh

dalam Al-Quran.

ً ‫إِ َّن ِل ْل ُمتَّقِينَ َمف‬


‫ سورة النباء‬.)٣٣( ‫) َحدَائِقَ َوأ َ ْعنَابًا‬٣٢( ‫َازا‬

ً ‫ َمف‬mashdar mimi sedangkan َ‫ َحدَائِق‬tamak taksir.


Lafadz ‫َازا‬

e.) Pembuangan Badal atau Mubdal minhu.

1). Mubdal minhu boleh dibuang apabila sedang menempati posisi shilah maushul

dari isim maushul50, seperti:

َ ‫صد َّْق إِلَى الَّذِي َع َر ْف‬


‫ت ال ُمحْ ت َا َج‬ َ َ‫ت‬

Bersedekahlah kepada orang yang kau tahu dia itu membutuhkan. Pada kalimat di

atas, sah secara kaidah nahwu apabila menjadikan lafadz ‫ ال ُم ْحت َا َج‬sebagai badal dari

َ ‫ َع َر ْف‬.
mubdal minhu yang dibuang dengan memperkirakan dhamir ha (‫ )الهاء‬pada ‫ت‬

Perkiraan: ُ ‫ َع َر ْفتَه‬Ataupun menjadikan I’rab lafadz ‫ ال ُم ْحت َا َج‬sebagai maf’ul bih secara

langsung tanpa memperkirakan Mubdal minhu.

49
Abdullah, bahauddin. Terjemah alfiyah syarah Ibnu Aqil (sinar baru algensindo. 2018)675.
50
Abdullah, bahauddin. Terjemah alfiyah syarah Ibnu Aqil (sinar baru algensindo. 2018)675.
53

2). Apabila mubdal minhu berupa jamak, maka untuk isim setelahnya boleh mengikuti

‘irab mubdal minhu sebagai badal atau dii’rab maqtu‘ (terputus). Contoh ketika

Badal mengikuti mubdal minhu dalam keadaan majrur:

ُ ِ‫َم َر ْرتُ ب‬
ٍ َ‫طال‬
‫ب خَا ِل ٍد زَ ْي ٍد ُم َح َّم ٍد‬

Contoh ketika Badal terputus dari mubdal minhu, dimana badal menjadi marfu’

dan manshub:

ُ ِ‫ب خَا ِلدًا زَ ْيدًا ُم َح َّمدً َم َر ْرتُ ب‬


ٍ َ‫طال‬
ٌ ‫ب خَا ِلد ٌ زَ ْيد ٌ ُم َح َّمد‬ ُ ِ‫َم َر ْرتُ ب‬
ٍ َ‫طال‬

Ketiganya adalah benar sesuai kaidah Nahwu. Pelajari terkait apa itu maqtu’ yang

sudah dibahas pada materi na’at dan man’ut.(

3). Badal boleh berupa Isim dzahir dari mubdal minhu isim dzahir atau isim dhamir. Ini

terjadi untuk semua kategori Badal Badal berupa Isim dzahir dan mubdal minhu

isim dzahir51. Untuk contohnya seperti pada pembahasan di atas. Badal berupa Isim

dzahir dan mubdal minhu berupa isim dhamir, baik dhamir ghaib, mutakallim atau

mukhattab. # Contoh untuk Badal Kul Min Kul:

ٍ‫صافَ ْحت ُ ُه ْم بِا ْبتِ َهاج‬ ْ َ ‫ام الد َِّار أ َ ْنت َِظ ُر القَاد ِِميْنَ فَلَ َّما َجا ُءوا اِل‬
َ ‫ص ِدقَا ُء‬ َ ‫َوقَ ْفتُ أ َ َم‬

Artinya: “Aku berdiri di depan rumah menunggu yang akan datang. Tatkala

mereka tiba, yaitu (kawan-kawan) aku menyalami mereka dengan senang.”

51
Abdullah, bahauddin. Terjemah alfiyah syarah Ibnu Aqil (sinar baru algensindo. 2018)675.
54

ْ َ ‫ اِل‬adalah Badal muthaabiq (kul min kul) yang terdiri dari


Lafadz ‫ص ِدقَا ُء‬

isim dhamir ghaib (wawu Jamak) yang berperan sebagai fa’il yang terdapat pada

fi’il ‫ َجا ُءوا‬# Contoh untuk Badal Ba’du Min Kul:

‫اء فَ َجا ُءوا أ َ ْربَعَةَ ِم ْن ُه ْم‬ ْ َ ‫ام الد َِّار أ َ ْنت َِظ ُر خ َْم َسةَ اِل‬
ِ َ‫ص ِدق‬ َ ‫َوقَ ْفتُ أ َ َم‬

Artinya: “Aku berdiri di depan rumah menunggu 5 orang kawan, mereka datang

hanya 5 orang”.

Lafadz َ‫ أ َ ْربَعَة‬adalah badal ba’du min kul yang terdiri dari Isim dhamir ghaib

(wawu jamak) yang berperan sebagai fa’il yang terdapat pada fi’il ‫ َجا ُءوا‬# Contoh

untuk Badal Isytimal:

ْ َ ‫ام الد َِّار أ َ ْنت َِظ ُر اِل‬


‫ص ِدقَا َء فَ َجا ُءوا َحقَائِبُ ُه ْم‬ َ ‫َو َق ْفتُ أ َ َم‬

Artinya: “Aku berdiri di depan rumah menunggu kawan-kawan. Mereka datang

(kopernya)”.

Lafadz ‫ َحقَائِبُ ُه ْم‬adalah Badal isytimal yang terdiri dari isim dhamir ghaib

(wawu Jamak) yang berperan sebagai fa’il yang terdapat pada fi’il ‫ َجا ُءوا‬# Contoh

untuk Badal Isim Dzahir dan Mubdal minhu Isim Dhamir Mutakallim (Badal Ba’du

Min Kul)

‫ْب أُذ ُ ِني‬ َّ ‫َعالَ َجنِي ال‬


ُ ‫طبِي‬

“Seorang dokter mengobatiku yaitu (telingaku)”


55

Lafadz ‫ أُذُنِي‬adalah Badal ba’du min kul yang terdiri dari dhamir Iya (‫)الياء‬

mutakkalim Untuk contoh dhamir-dhamir lainya sesuai dengan masing-masing

Badal, silahkan dibuat sendiri.

4). Isim dhamir tidak menjadi badal dari mubdal minhu isim dhamir. Jikalaupun

ditemukan susunan seperti itu, maka ia termasuk taukid lafdzi52, seperti;

َ ‫ت َم َر ْرتُ َب َك أ َ ْن‬
‫ت‬ َ ‫ت َرأ َ ْيت ُ َك أ َ ْن‬
َ ‫قُ ْمتُ أ َ ْن‬

5( Isim dhamir tidak menjadi Badal dari mundal minhu isim dzahir. Ini termasuk

susunan rusak menurut Ulama Nahwu,53 seperti:

‫َرأَيْتُ خَا ِلدًا ِإيَّا ُه‬

6( Terkadang mubdal minhu terdiri dari huruf atau isim istifham atau syarat, maka

dalam keadaan seperti ini Badal wajib disertai hamzah istifham dan huruf In (‫)إن‬

syaratiyyah yang berfaidah untuk tafshil (merinci)54

‫ َه ْمزَ ا ً َك َم ْن ذَا أَ َس ِع ْيد ٌ أ َ ْم َع ِلي‬،‫ض َّم ِن ال َه ْمزَ يَ ِلي‬


َ ‫قال ابن مالك َوبَدَ ُل ال ُم‬

Contoh ketika mubdal minhu dari isim istifham:

ٌ ‫ارات ُ َك ؟ أ َ َخ ْم َسةٌ أ َ ْم َس ْبعَة‬


َ َ‫َك ْم َسي‬

Berapa mobil-mobilmu ? Apakah tiga atau empat

52
Abdullah, bahauddin. Terjemah alfiyah syarah Ibnu Aqil (sinar baru algensindo. 2018)675.
53
Abdullah, bahauddin. Terjemah alfiyah syarah Ibnu Aqil (sinar baru algensindo. 2018)675.
54
Abdullah, bahauddin. Terjemah alfiyah syarah Ibnu Aqil (sinar baru algensindo. 2018)675.
‫‪56‬‬

‫‪Perhatikan ‘Irabnya:‬‬

‫ارات ُ َك ‪ :‬مبتدأ مرفوُ مؤخر وهو مضاف والكاف مضاف إليه في‬
‫كم ‪ :‬اسم استفهام في محل رفع خبر مقدم َسيَ َ‬

‫محل جر أ ‪ :‬الهمزة لالستفهام َخ ْم َسةٌ ‪ :‬بدل مرفوُ من كم استفهام أم ‪ :‬حرف عطف َس ْب َعةٌ ‪ :‬اسم معطوف على‬
‫‪55‬‬
‫مرفوُ‬

‫‪Contoh ketika mubdal minhu dari isim syarat:‬‬

‫َما ت َ ْق َرأْ إِ ْن َجيِدًا َوإِ ُِ ْن قَبِيْ ًحا‪ ،‬تَتَأَث َ ْر بِ ِه نَ ْف ُ‬


‫س ُ‬
‫ك‬

‫‪Apa yang kau baca apabila itu baik dan jelek, maka dirimu akan terpengaruh‬‬

‫;‪Perhatikan ‘Irabnya‬‬

‫ما ‪ :‬اسم شرط مبني على السكون في محل نصب مفعول به ت َ ْق َرأ ُ ‪ :‬فعل شرط مجزوم عالمته السكون ْ‬
‫إن ‪ :‬حرف‬

‫شرط مبني على السكون تفيد لتفصيل َجيِدًا ‪ :‬بدل منصوب من “مبدل منه” اسم الشرط “ما َوإِ ُِ ْن قَبِ ْي ًحا ‪ :‬معطوف‬
‫‪56‬‬
‫تَتَأَث َ ْر ‪ :‬جواب الشرط مجزوم عالمته السكون‬

‫‪Contoh lain:‬‬

‫َمت َى ت َُز ْرنِي‪ ،‬إِ ْن َغدًا َو إِ ْن بَ ْعدَ َغ ٍد أ َ ْسعَدْ بِ ِلقَائِ َك‬

‫‪Kapan kau akan mengunjungiku, apabila besok dan lusa, maka aku senang bertemu‬‬

‫‪denganmu.‬‬

‫‪Perhatikan ‘Irabnya:‬‬

‫‪55‬‬
‫‪Hasan, Abbas Nahwu Al wafi (hidayah, 2000)17.‬‬
‫‪56‬‬
‫‪Hasan, Abbas Nahwu Al wafi (hidayah, 2000)17.‬‬
57

‫ فعل شرط مجزوم‬: ‫ اسم شرط جازم مبني على السكون في محل النصب على الظرفية الزمانية ت َُز ْرنِي‬:‫متى‬

ْ ‫ وضمير ياء المتكلم في محل النصب مفعول به‬,‫عالمته السكون‬


‫ حرف شرط مبني على السكون تفيد لتفصيل‬: ‫إن‬

‫ فعل جواب شرط مجزوم‬: ْ‫ معطوف أ َ ْسعَد‬: ‫ بدل منصوب من مبدل منه اسم استفهام “متى” َو إِ ْن بَ ْعدَ َغ ٍد‬: ‫َغدًا‬
57
‫ جار و مجرور‬: ‫عالمته السكون ِب ِلقَا ِئ َك‬

7( Badal Fi’il dari Mubdal minhu Fi’il58

‫صل ِإلَ ْينَا يَ ْست َ ِع ْن ِبنَا يُ َع ْن‬


ِ َ‫ َك َم ْن ي‬،‫قال ابن مالك َويُ ْبدَ ُل ال ِف ْع ُل ِمنَ ال ِف ْع ِل‬

Badal tidak hanya berlaku pada Isim. Namun, ia juga berlaku untuk bentuk fi’il, baik

mufrad maupun jumlah59

a). Badal mufrad pada bentuk fi’il Contoh untuk Badal kul min kul60

‫ق َوال يَ ْزنُونَ َو َم ْن يَ ْفعَ ْل ذَ ِل َك َي ْلقَ أَثَا ًما‬


ِ ‫َّللاُ إِال بِ ْال َح‬
َّ ‫س الَّتِي َح َّر َم‬ ِ َّ ‫َوالَّذِينَ ال يَدْعُونَ َم َع‬
َ ‫َّللا إِلَ ًها آخ ََر َوال يَقْتُلُونَ النَّ ْف‬

٦٩( ‫اب يَ ْو َم ْال ِقيَا َم ِة َويَ ْخلُدْ فِي ِه ُم َهانًا‬


ُ َ‫ف لَهُ ْالعَذ‬
ْ ‫ضا َع‬
َ ُ ‫) ي‬٦٨()

Artinya: “Dan orang-orang yang tidak mempersekutukan Allah dengan sembahan lain

dan tidak membunuh orang yang diharamkan Allah kecuali dengan (alasan) yang

benar, dan tidak berzina; dan barang siapa melakukan demikian itu, niscaya dia

mendapat hukuman yang berat (68). Yakni akan dilipatgandakan azab untuknya pada

Hari Kiamat dan dia akan kekal dalam azab itu, dalam keadaan terhina (69)”.

57
Hasan, Abbas Nahwu Al wafi (hidayah, 2000)17.
58
Abdullah, bahauddin. Terjemah alfiyah syarah Ibnu Aqil (sinar baru algensindo. 2018)675.
59
Hasan, Abbas Nahwu Al wafi (hidayah, 2000)17.
60
Abdullah, bahauddin. Terjemah alfiyah syarah Ibnu Aqil (sinar baru algensindo. 2018)675.
58

Fi’il ‫ف‬ َ ُ‫ ي‬adalah Badal kul min kul dari mubdal minhu fi’il َ‫ يَ ْلق‬Badal ini
ْ ‫ضا َع‬

menjelaskan maksud dari pada mubdal minhu nya. Artinya, hukuman yang berat bagi

orang yang membunuh dan berzina itu seperti apa ? Yaitu hukuman berupa azab yang

dilipatgandakan pada hari kiamat, kekal dan terhina.

Perhatikan ‘Irabnya agar jelas:

: َ‫ اسم اإلشارة مفعول به يَلْق‬: ‫ مضارُ مجزوم ِلنه فعل الشرط وفاعله مستتر ذ ِل َك‬: ‫ اسم شرط جازم يَ ْف َع ْل‬: ‫َم ْن‬

‫ بدل كل من كل من‬: ‫ف‬ َ ُ‫ مفعول به ي‬: ً ‫فعل مضارُ مجزوم جواب الشرط وفاعله مستتر وهو مبدل منه أَثاما‬
ْ ‫ضا َع‬
61
َ‫مبدل منه فعل يَ ْلق‬

Contoh untuk Badal ba’du min kul

َ ُ ‫إِ ْن ت‬
ِ َّ ِ ْ‫ص ِل ت َ ْس ُجد‬
‫ّلِل يَ ْر َح ْم َك‬

Apabila kau sholat (bersujud kepada Allah), maka Allah akan merahmatimu. Fi’il ْ‫ت َ ْس ُجد‬

َ ُ ‫ ت‬Artinya sujud merupakan


adalah badal ba’du min kul dari mubdal minhu fi’il ‫ص ِل‬

bagian pokok dari pada sholat.

َ ُ ‫ حرف شرط جازم ت‬: ‫ِإ ْن‬


‫ مضارُ مجزوم بحذف حرف ال علة ِلنه فعل الشرط وفاعله مستتر وهو مبدل منه‬: ‫ص ِل‬

َ ُ ‫ بدل بعض من كل من مبدل منه فعل ت‬: ْ‫ت َ ْس ُجد‬


ِ َّ ِ ‫ص ِل‬
‫ مضارُ مجزوم ِلنه جواب‬: ‫ جار و مجرور يَ ْر َح ْم َك‬: ‫ّلِل‬
62
‫الشرط وفاعله مستتر وضمير الكاف مفعول به‬

61
Hasan, Abbas Nahwu Al wafi (hidayah, 2000)17.
59

Contoh untuk Badal isytimal

ُ‫ أ ُ ْز ِع َجه‬،‫ْف‬
ِ ‫ان اِل َ ِلي‬ َ ‫ِإنِي لَ ْن أ ُ ِس ْي‬
ِ ‫ئ ِإ َلى ال َحيَ َو‬

Aku tidak akan menyakiti hewan jinak (mengganggunya) Fi’il ُ‫ أ ُ ْز ِع َجه‬adalah Badal

َ ‫أ ُ ِس ْي‬. Artinya, mengganggu merupakan bagian dari


Isytimal dari mubdal minhu fi’il ‫ئ‬

pada menyakiti ‫ والهاء‬،‫ بدل االشتمال منصوب‬: ُ‫ فعل مضارُ منصوب وهو مبدل منه أ ُ ْز ِع َجه‬: ‫ئ‬
َ ‫لَ ْن أ ُ ِس ْي‬
63
‫مفعول به‬

b). Badal pada bentuk Jumlah (kalimat) Contoh untuk Badal Kul Min Kul64

َ ‫اِ ْق‬
ِ ‫ اِ ْح‬،‫ط ْع ُرزَ ال َح ْق ِل‬
ُ‫صدْه‬

Potonglah padi di sawah (panenlah) Kalimat ُ‫صدْه‬ َ ‫اِ ْق‬


ِ ‫ اِ ْح‬badal dari Kalimat ‫ط ْع‬

Contoh untuk Badal Ba’du min kul

ٍ ْ‫) أ َ َمدَّ ُك ْم ِبأَن‬١٣٢( َ‫َواتَّقُوا الَّذِي أ َ َمدَّ ُك ْم ِبما ت َ ْعلَ ُمون‬


‫ سورة الشعراء‬.)١٣٣( َ‫عام َوبَنِين‬

Artinya: “Dan bertakwalah kepada Allah yang telah menganugerahkan kepadamu apa

yang kamu ketahui (132). Dia telah menganugerahkan kepadamu binatang-binatang

ternak, dan anak-anak (133).”

62
Hasan, Abbas Nahwu Al wafi (hidayah, 2000)17.
63
Hasan, Abbas Nahwu Al wafi (hidayah, 2000)17.
64
Abdullah, bahauddin. Terjemah alfiyah syarah Ibnu Aqil (sinar baru algensindo. 2018)675.
60

Kalimat ‫ أ َ َمدَّ ُك ْم‬kedua adalah Badal Ba’du min kul dari kalimat ‫ أ َ َمدَّ ُك ْم‬pertama.

Artinya, anugrah berupa binatang ternak dan anak-anak adalah bagian dari pada

anugrah dan nikmat yang diberikan Allah S.W.T. 65

‫ ماض ومفعوله والفاعل‬: ‫ جملة مبدل منه أ َ َمدَّ ُك ْم‬+ ‫ ماض ومفعوله والفاعل مستتر والجملة صلة موصول‬: ‫أ َ َمدَّ ُك ْم‬
66
‫مستتر والجملة بدل من أمدكم اِلولى‬

Contoh untuk Badal Isytimal

‫ الَ ت ُ ِقي ِْم َّن ِع ْندَنَا‬،‫ أَقُ ْو ُل لَهُ ا ِْر َح ْل‬: ‫قول الشاعر‬

Aku katakan kepadanya: “pergilah (jangan tinggal) bersama kita) Kalimat ‫ الَ ت ُ ِقي ِْم َّن‬Badal

isytimal dari kalimat ‫ا ِْر َح ْل‬

Contoh pada Badal Gholat (Mubaayanah)

ْ‫ اِ ْش َرب‬، ‫ف ُك ْل‬ ْ ‫اِ ْج ِل‬


ْ ِ‫ ق‬،‫س‬

Duduklah – berdirilah Makanlah – Minumlah.67

65
Hasan, Abbas Nahwu Al wafi (hidayah, 2000)17.
66
Hasan, Abbas Nahwu Al wafi (hidayah, 2000)17.
67
Abbas Hasan Nahwu Al wafi (hidayah, 2000)17
61

C. Syarat – syarat Badal


62

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan pendekatan Penelitian

Bertolak ukur dari tujuan peneliti, maka peneltian ini merupakan

penelitian berbentuk penelitian library research (penelitian pustaka),

yakni semua bahan yang dibutuhkan bersumber dari bahan bahan tertulis

yang berkaitan langsung dengan materi yang dikaji.68 Dalam penelitian

pustaka, hal yang sangat penting untuk diperhatikan lebih awal ialah

pengumpulan data yang diperoleh dari sumber pustaka. Sumber pustaka

untukbahan kajian dapat berupa jurnal penelitian, disertasi, tesis, skripsi,

laporan penelitian, buku teks atau terbitan-terbitan resmi pemerintah dan

lembaga-lembaga lain.69

Adapun pendekatan yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini

adalah pendekatan deskriptif kualitatif. Penelitian deskriptif menuturkan

dan menafsirkan data yang berkenaan dengan fakta, keadaan, variabel, dan

fenomena yang terjadi saat penelitian berlangsung dan menyajikan apa

adanya.70 Sebagai prosedur penelitian, metode ini menghasilkan data

deskriptif berupa kata-kata atau lisan.

68
Abdullah, Ahli Bait Perspektif Sunni dan Syi’I (Surabaya : UIN Sunan Ampel, 2011),15.
69
INAIFAS, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Jember: INAIFAS Press, 2018), 70.
70
Subana dan Sudrajat, Dasar-Dasar Penelitian Ilmiah (Bandung : Pustaka Setia, 2001),89.
63

1. Sumber Data

Berangkat dari awal, karena ini adalah penelitian bersifat library

research, maka rujukan atau sumber data dalam penelitian ini yaitu :

1. Data Primer

Adapun data primer yang peneliti gunakan ialah kitab Syarh al

fiyah ibnu malik karya syekh baha’uddin

2. Data Sekunder

Data sekunder yang dipakai peneliti adalah semua bahan-bahan

yang memiliki relevansi dan keterkaitan dengan dokumen yang

diperlukan dalam penyusunan penelitian.

2. Teknik Pengumpulan Data

Sesuai dengan paparan penulis, penelitian ini merupakan penelitian

yang bersifat library research (penelitian kepustakaan), maka dari itu

metode yang digunakan penulis adalah metode dokumentasi.

Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen

bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya karya monumental dari

seseorang.71

71
Sugiono, Memahami Penelitian Kualitatif (Bandung: Alfabeta, 2009),106.
64

Dokumentasi berarti pengumpulan bukti-bukti dan keterangan -

keterangan; pengumpulan, pengolahan, dan penyimpanan dalam hal ilmu

pengetahuan.72

a. Jenis jenis Dokumentasi

Ditinjau dari segi penelitiannya dokumentasi dapat dibedakan

kedalam 3(tiga) jenis, diantaranya:

a. Dokumen primer adalah dokumen yang berisi informasi-informasi

penelitian langsung dari sumbernya.

b. Dokumen sekunder adalah dokumen yang berisi informasi

mengenai literatur primer.

c. Dokumen tertier adalah dokumen yang berisi informasi mengenai

literature sekunder, Contohnya: buku teks, buku panduan literature

dan bibliografi dari bibliografi.73

b. Alasan Penggunaan Dokumentasi

Dalam bukunya, Moleong(2014: 216) mengutip pendapat

Guba dan Lincoln menjelaskan ada beberapa alasan dokumen dan

record digunakan untuk keperluan penelitian. Alasan - alasan tersebut

adalah:

a. Dokumen dan record digunakan karena merupakan sumber yang

stabil, kaya dan mendorong.

72
Kamisa, Kamus Besar Bahasa Indonesia ( Surabaya: CV Cahaya Agency, 2013), 67.
73
www. Pengertianku. Net diakses pada tanggal 2 Desember 2020 pukul 16.20 WIB
65

b. Berguna sebagai bukti untuk pengujian.

c. Keduanya berguna dan sesuai dengan penelitian kualitatif karena

sifatnya yang alamiah, sesuai dengan konteks, lahir dan berada

dalam konteks.

d. Record relative murah dan tidak sukar diperoleh, tetapi dokumen

harus dicari dan ditemukan.

e. Keduanya tidak reaktif sehingga sukar ditemukan dengan kajian

isi.

f. Hasil pengkajian isi akan membuka kesempatan untuk lebih

memperluas tubuh pengetahuan terhadap sesuatu yang diselidiki.

Dalam hal ini, peneliti untuk mendapatkan data yang jelas sesuai

dengan permasalahan penelitian, peneliti menggunakan metode

pengumpulan data melalui dokumentasi yakni penggunaan dokumen yang

berupa referensi dari buku-buku, jurnal, kitab klasik terutama pembahasan

yang berkaitan dengan materi peneliti.

3. Teknik Analisis Data

Data yang dikehendaki dalam penelitian adalah data kualitatif. Oleh

karena itu kajian pada penelitian ini menekankan analisis data dari Athof

dan Badal itu sendiri. Analisa ini dimaksudkan pada penekanan untuk

menguak seluruh pengertian athof dan Badal serta macam-macamnya.


66

Setelah data terkumpul, kemudian dianalisis dengan menggunakan

deskriptif analisa. Metode analisa yaitu jalan yang ditempuh untuk

mendapatkan ilmu pengetahuan ilmiah dengan mengadakan pemerincian

terhadap objek ilmiah tertentu dengan memilah milah antara pengertian

yang satu dengan pengertian yang lain guna sekedar memperoleh

kejelasan mengenai suatu hal. Adapun dasar pelaksanaan metode analisis

isi adalah penafsiran yang memberikan perhatian macam-macam athof

dan Badal serta hukum-hukumnya kemudian dicari dokumen-dokumen

terkait, diklasifikasikan dengan menggunakan deksriptif-deduktif.

A. SISTEMATIKA PEMBAHASAN

Dalam pembahasan ini akan dijelaskan gambaran secara umum

pemikiran yang digunakan dalam menyusun skripsi ini, sehingga dapat

dipelajari dan dipahami oleh pembaca.

Untuk lebih jelasnya penulis akan memaparkan satu persatu dari bab-

bab yang akan di bahas. Sebagaimana yang tersusun sebagai berikut:

BAB I : Pendahuluan yang merupakan pondasi atau dasar dalam

melakukan penelitian, didalamnya terdapat: latar belakang masalah, fokus

kajian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi istilah, metode penelitian,

dan sistematika pembahasan. Bab ini berfungsi untuk memperoleh gambaran

secara umum mengenai pembahasan dalam skripsi.


67

BAB II : Pada bab ini berisi tentang kajian kepustakaan yang

didalamnya mencakup penelitian terdahulu dan kajian teori yang erat

kaitannya dengan masalah yang diteliti. Dalam hal ini mengkaji tentang

analisis Athof dan Badal dalam kitab Syarh Alfiyah ibnu aqil karya baha’uddin

Abdullah bin aqil.

BAB III : Bab ini berisi pembahasan tentang metode penelitian yang

terdiri dari pendekatan dan jenis penelitian, sumber data, teknik pengumpulan

data, analisis data, dan tahap-tahap penelitian.

BAB IV : berisi tentang biografi Baha’uddin Abdullah bin aqil.

BAB V : memuat tentang analisis. Pada bab ini akan dikaji tentang

analisis Athof dan Badal dalam kitab Syarh Alfiyah ibnu aqil karya

baha’uddin Abdullah bin aqil Bab Badal.

BAB VI : Merupakan bab yang paling akhir yang berisi kesimpulan

pembahasan dalam skripsi dan terakhir saran-saran. Bab ini berfungsi untuk

memperoleh gambaran dari hasil penelitian ini, yang berupa kesimpulan

penelitian. Sehingga dapat membantu memberikan saran-saran konstruktif

yang valid dengan penelitian.


68
69

BAB IV

ANALISIS ATHOF DAN BADAL

DALAM KITAB SYARAH ALFIYAH IBNU AQIL

BAB BADAL

A. Kitab Syarh Alfiyah ibnu aqil

Kitab Syarh Alfiyah ibnu aqil. Kitab ini merupakan salah satu syarh

atau penjelasan dari kitab nahwu matan yang sama namanya yakni, syarah

alfiyah ibnu malik. Yang mana kitab matan ini bisa dikatakan nahwu

menengah karena hampir sama dengan kitab ajurumiyyah, dengan beberapa

tambahan sedikit.

Syarh Alfiyah ibnu aqil termasuk salah satu kitab masyhur, walaupun

juga tidak mayoritas dijadikan kurikulum di berbagai madrasah diniyyah

pondok pesantren nusantara. Namun Syarh Alfiyah ibnu aqil juga banyak

dipakai untuk berbagai pengajian dalam pesantren, seperti pengajian ala

sorogan dan bandongan.

Didalamnya memuat kaidah-kaidah nahwu yang terdapat pada kitab

ajurumiyyah, juga terdapat beberapa tambahan bab yang menjadikan kitabnya

terlihat lebih lengkap, seperti bab hamzah washal, hamzah qatha’, bab ‘adad,

dan lain-lain. Yang mana kaidah-kaidah nahwu tersebut disajikan dalam

bentuk natsar yang lebih mudah untuk kaji dan difahami kandungan isinya

karena susunan kalimatnya yang runtut, tidak acak sperti yang terkadang
70

terdapat pada kitab yang berbentuk nadhom, hal itu disebabkan dhorurut nya

nadhom atau menyesuaikan dengan wazan- wazan dalam pembuaatan

nadhom. Selain itu pembahasan dalam kitab syarh ini terkemas secara

sistematis, dengan beberapa tambahan keterangan serta penjelasan dari kitab

matannya yang dapat lebih menjawab beberapa keganjalan hati seorang yang

mempelajarinya, juga mencantumkan contoh yang semakin membuat para

pelajar mudah memahaminya.

B. Biografi Baha’uddin Abdullah bin aqil

Beliau adalah Imam nahwu yang sangat terkenal dan mengungguli

teman-teman sebayanya, orang yang solih, wira’i. Ibn Aqil (769H) adalah

ulama kelahiran Aleppo dan pernah menjawat sebagai penghulu besar di

Mesir. Karya tulisnya banyak, tetapi yang terkenal adalah Syarah Alfiyah.

Syarah ini sangat sederhana dan mudah dicerna oleh orang-orang pemula

yang ingin mempelajari Alfiyah Ibn Malik . Ia mampu menghuraikan bait-bait

Alfiyah secara metodologis, sehingga terungkaplah apa yang dimaksudkan

oleh Ibn Malik pada umumnya. Penulis berpendapat, bahawa kitab ini adalah

Syarah Alfiyah yang paling banyak beredar di pondok-pondok pesantren, dan

banyak dibaca oleh para pelajar dan santri di Indonesia, Malaysia dan

Thailand. Terhadap syarah ini, ulama berikutnya tampil untuk menulis


71

hasyiyahnya. Antaranya, Hasyiyah Ibn al-Mayyit, Hasyiyah Athiyah al-

Ajhuri, Hasyiyah al-Syuja’i, dan Hasyiyah al-Khudhariy.74

C. Analisis Athof Dalam Kitab Syarh alfiyah ibnu aqil karya

baha’uddin Abdullah bin aqil (Analisis Sintaksis) Bab Badal.

Dari analisis penulis pada teks kitab syarah alfiyah ibnu aqil, di dalamnya

ditemukan beberapa stuktur Athof. Fokus analisis pembahasan yang dilakukan

peneliti hanya pada bab badal . Adapun Athof terdapat dalam kitab ini

diantaranya:

،‫و التوكيد‬ .1

،‫وعطف البيان‬ .2

،‫و المقصود بالنسبة‬ .3

، ‫و بال وسطة‬ .4

،‫جاء زيد بل عمرو‬ .5

،‫ولكن‬ .6

‫أو بعضا‬ .7

،‫أو ما يشتمل‬ .8

،‫أو كمعطوف‬ .9

، ‫وذا‬ .11

، ‫ودون‬ .11

74
http://abusyahmin.blogspot.com/2012/12/alfiyyah-ibn-malik_6304.html 07-10-2021
72

،‫وقبله اليدا‬ .12

، ‫واعرفه‬ .13

، ‫وخذ‬ .14

‫وزره‬ .15

Dari uraian analisis jumlah dalam kitab syarh alfiyah ibnu aqil karya

baha’uddin Abdullah bin aqil diatas, penulis menemukan beberapa Athof. Secara

keseluruhan terdapat 19 lafadh yang berupa Athof .Dengan rincian terdapat

11jumlah Athof nasaq dan 87 jumlah Athof bayan.

D. Analisis Badal Dalam Kitab Syarh alfiyah ibnu aqil karya baha’uddin

Abdullah bin aqil (Analisis Sintaksis) Bab Badal.

Dari analisis penulis pada teks kitab syarah alfiyah ibnu aqil, di

dalamnya ditemukan beberapa stuktur Badal . Fokus analisis pembahasan yang

dilakukan peneliti hanya pada bab badal . Adapun Badal terdapat dalam kitab

ini diantaranya:

‫جاء زيد بل عمرو‬ .16

‫مررت بأخيك زيد وزره خالدا‬ .17

‫أكلت الرغيف ثلثه وقبله اليد‬ .18

‫أعجبني زيد علمه واعرفه حقه‬ .19

‫أكلت خبزا لحما‬ .21

‫رأيت رجال حمارا‬ .21

‫خذ نبال مدى‬ .22


73

‫تكون لنا عيدا ِلولنا وأخرنا‬ .23

‫إنك ابتهاجك استماال‬ .24

‫رأيت زيدا‬ .25

‫ذريني إن أمرك لن يطاعا وما ألفيتني حلمى مضاعا‬ .26

‫أوعدني بالسجن واالداهم رجلى فرجلى‬ .27

‫من ذا أسعيد ام على‬ .28

‫وما تفعل أخيرا أم شرا‬ .29

‫ومتى تأتينا أغدا أم بعد غد‬ .31

‫من يصل إلينا يستعن بنا يعن‬ .31

‫ومن يفعل ذلك يلق أثاما يضاعف له العذاب‬ .32

‫إن علي هللا أن تبايعا تؤخذ كرها أو تجىئ طائعا‬ .33

Dari uraian analisis jumlah dalam kitab syarh alfiyah ibnu aqil karya

baha’uddin Abdullah bin aqil diatas, penulis menemukan beberapa Badal. Secara

keseluruhan terdapat 21 lafadh yang berupa Badal .Dengan rincian terdapat 4

jumlah Badal kul min kul, 4 jumlah Badal ba’du minal kul, 4 lafadz Badal

Isytimal dan 9 lafadz Badal Musyabbah.

Berikut ini penulis melampirkan table hasil analisis Athof dan Badal

dalam kitab syarh alfiyah ibnu aqil karya baha’uddin Abdullah bin aqil bab

badal:
74

Tabel 4.1 Hasil Analisis

Pembagian Jumlah
Analisis

Athof nasaq 10

Athof bayan 9
Athof

4
Badal kul min kul

4
Badal isytimal

4
Badal Badal Ba’du min kul

3
idhrab
Badal musyabbah
3
Ghalat
75

3
Nisyan
76

BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan

1. Kesimpulan Umum

Dari analisis yang telah penulis lakukan, bahwasanya didalam kitab

syarh alfiyah ibnu aqil karya baha’uddin Abdullah bin aqil ditemukan

beberapa lafadh yang berupa athof dan Badal dalam bab Badal.

2. Kesimpulan Khusus

1. Athof yang ditemukan dalam kitab syarh alfiyah ibnu aqil Bab Badal

karya baha’uddin Abdullah bin aqil berjumlah 19, yang terdiri dari 10

Athof nasaq. Dan Athof bayan ditemukan 9 lafadh,

2. Badal yang ditemukan dalam kitab syarh alfiyah ibnu aqil Bab Badal

karya baha’uddin Abdullah bin aqil berjumlah 21, yang terdiri dari 4

Badal kul min kul, badal isytimal ditemukan 4 lafadh, badal ba’du min kul

ditemukan 4 lafadh dan badal musyabbah ditemukan 9 lafadh,

B. Saran-Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dan kesimpulan hasil

penelitian, maka penulis memberikan saran sebagai berikut:

1. Kitab syarh alfiyah ibnu aqil karya baha’uddin Abdullah bin aqil bab

badaladalah kitab dasar nahwu yang patut untuk dijadikan sebagai kajian

bagi para pelajar pesantren utamanya bagi mereka yang sudah berada

dikelas menengah. Bahasa penulis yang mudah dan familiar suguhkan


77

sangat memudahkan pelajar untuk cepat bisa dalam mempelajari

nahwu/gramatika arab. Ditambah lagi, kitab ini sangat baik apabila

djadikan sebagai bahan Analisa untuk mencari tentang athof, Badal dan

lainya.

2. Memahami struktur kalimat bahasa arab sangatlah dibutuhkan didalam

memahami uraian kalimat bebahasa arab, dari hal yang mudah hingga hal

yang perlu pemahaman lebih dalam, salah satunya tentang materi athof

dan Badal, sehingga sangatlah penting mempelajarinya.


78

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah. 2011. Ahli Bait Perspektif Sunni dan Syi’i. Surabaya: UIN Sunan Ampel.

Aby Zain, Ibnu. 2014. Terjemah Nadhom Al-Amrithi dan Penjelasannya. Kediri:

Pustaka Salafi.

Az-Zahid, Asep Jamaluddin. 2020. Samudra Nahwu. Jember: Al-Bidayah.

Derry, M. Syukur. Mughni labib. Jurnal Adabiyah. Vol. XIV nomor 2/2014.

Haris, Abdul. 2018. Tanya Jawab Nahwu & Shorof. Jember: Al-Bidayah.

Huda Nailul, Darul Azka. 2013. Sulamul Munawroq. Kediri: Lirboyo Press.

Kamisa. 2013. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Surabaya: CV Cahaya Agency.

KBBI offline, 1.5.

Munawwir, A Warson. 1997. Kamus Al Munawwir. Surabaya: Pustaka Progresif.

Rohman, Fathur. 2014. Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab. Malang: Madani.

Shandy, Dimas. Pusat ilmu Pengetahuan. Com.

Sholahuddin Shofwan. 2007. Fawa’idun Nahwiyah. Jombang: Darul Hikmah.


79

Sora N. 2014. Mengetahui Pengertian Dokumen dan Dokumentasi.

www.pengertianku.net diakses pada tanggal 2 Desember 2020 pukul 16.20

WIB.

Subana dan Sudrajat. 2001. Dasar-Dasar Penelitian Ilmiah. Bandung: Pustaka Setia.

Sugiono. 2009. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Sugiono. 2017. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta .

Tim Penyusun INAIFAS. 2018. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Jember:

INAIFAS Press.
‫‪80‬‬

‫المراجع العربية‬

‫ابراهيم البيجري‪ .‬فتح رب البرية‪ .‬سورابايا ‪ :‬مكتبة محمد بن محمد نبهان و اوالده‪.‬‬

‫ابي عبد هللا بن جمال الدين بن هشام اِلنصاري‪ .2116 .‬مغني لبيب‪ .‬بيروت‪ :‬مكتبة اِلصرية‪.‬‬

‫ابي عبد هللا بن جمال الدين بن هشام اِلنصاري‪ .2117.‬قطر الندى‪ .‬بيروت‪ :‬مكتبة اِلصرية‪.‬‬

‫ابي عبد هللا بن جمال الدين بن هشام اِلنصاري‪ .2118.‬االعراب عن نطم قواعد اإلعراب‪ .‬بيروت‪ :‬دار إبن‬

‫جوزي‪.‬‬

‫ابي عبد هللا بن جمال الدين بن هشام اِلنصاري ‪ .2118.‬شرح قطر الندى وبل الصدى‪ .‬مصر ‪ :‬دار إبن جوزي‪.‬‬

‫ابي عبدهللا بن جمال الدين بن هشام اِلنصاري‪ .‬اإلعراب عن قواعد اإلعراب‪ .‬بيروت ‪ :‬مكتبة اِلصريةز‬

‫احمد الدمنهوري‪ .‬ايضاح المبهم من معاني السلم‪ .‬سورابيا ‪ :‬الهداية‪.‬‬

‫احمد الهاشمي‪ .2121 .‬القواعد اِلساسية للغة العربية‪ .‬بيروت ‪ :‬دار الكتب العلمية‪.‬‬

‫أميل بديع يعقوب‪ .‬موسوعه النحو والصرف واالعراب‪ .‬رمباُ ‪ :‬مكتبة اِلنوارية‪.‬‬

‫خالد اِلزهري‪ .2118 .‬شرح العوامل المائة النحوية‪ .‬بيروت ‪ :‬دار الكتب العلمية‪.‬‬

‫خالد اِلزهري‪ .2119.‬شرح مقدمة اِلزهريةفي علم العربية‪ .‬بيروت ‪ :‬دار الكتب العلمية‪.‬‬

‫زين دخالن‪ .2121.‬شرح سيد زين دخالن‪ .‬بيروت‪ :‬دار الكتب العلمية‪.‬‬

‫شرف الدين يحيي العمريطي‪ .‬نظم العمريطي ‪ .‬سورابايا ‪ :‬المفتاح‪.‬‬

‫عبد الرحمن المكودي‪ .‬شرح المكودي‪ .‬سورابيا ‪ :‬الهداية‪.‬‬

‫عبد القاهر الجرجاني‪ .‬العوامل في علم النحو‪ .‬سورابيا ‪ :‬الهداية‪.‬‬

‫عبد القاهر الجرجاني‪ .‬تفريحة الولدان‪ .‬سماراُ‪ :‬طه فوترا‪.‬‬

‫عبد هللا بن عقيل المصري ‪ .2115.‬إبن عقيل شرح ألفية البن مالك ‪ :‬الحرمين‪.‬‬
‫‪81‬‬

‫عبدهللا الشبراوي‪ .‬منظومةالشبراوي‪ .‬سورابيا ‪ :‬مكتبة محمد بن محمد نبهان و اوالده‪.‬‬

‫عبدهللا العشماوي‪ .‬حاشية العشماوي‪ .‬سماراُ ‪ :‬طه فوترا‪.‬‬

‫عبدهللا بن احمد الفاكهي‪ .2121 .‬شرح الفواكه الجنية ‪ .‬بيروت ‪ :‬دار الكتب العلمية‪.‬‬

‫عبدهللا زيني بن محمد عزيز‪ .‬كفاية اِلصحاب‪ .‬سورابيا ‪ :‬الهداية‪.‬‬

‫فواد نعمة‪ .‬مالخص قواعد اللغة العرابية‪ .‬سورابايا‪ :‬الهداية‪.‬‬

‫قاض القضاة‪ .‬شرح ابن عقيل‪ .‬جدة‪ :‬الحرامين‪.‬‬

‫محمد الصنهاجي ‪ .‬متن اِلجرمية ‪ .‬سورابايا ‪ :‬المفتاح‪.‬‬

‫محمد بن احمد اِلهدل‪ .2119.‬الكواكب الدرية‪ .‬بيروت ‪ :‬دار الكتب العلمية‪.‬‬

‫محمد بن احمد الحضرمي‪ .‬تحفة الألحباب‪ .‬اندونيسيا‪ :‬دار احياء الكتب العربية‪.‬‬

‫محمد بن صالح العثمين‪ .‬شرح اِلجرمية‪ .‬بيروت ‪ :‬المكتبة العلمية‪.‬‬

‫محمد بن محمد الرعيني‪ .2121.‬متمة اِلجرمية‪ .‬بيروت ‪ :‬دار الكتب العلمية‪.‬‬

‫محمد جمال الدين بن مالك ‪ .‬نظم الفية ابن مالك‪ .‬كديري‪ :‬الثريا‪.‬‬

‫محمد علي‪ .2116.‬إعراب الميسر‪ .‬مصر‪ :‬دار الطالعي‪.‬‬

‫محمد ياسين بن عيسى الفاداني‪ .‬حسن السياغة‪ .‬رمباُ ‪ :‬المكتبة اِلنورية‪.‬‬

‫مصطفى الغالييني‪ .2116 .‬جامع الدروس‪ .‬بيروت‪ :‬دار الكتب العلمية‪.‬‬

‫يوسف بن عبد القادر البرناوي‪ .‬إفادة الطالب‪ .‬كنشونج ‪ :‬لجنة التأليف والنشر‪.‬‬

‫يوسف عبد القاهر البرناوي‪ .‬نظم قواعد اإلعراب‪ .‬كديري ‪ :‬الثريا‪.‬‬


82

Anda mungkin juga menyukai