Anda di halaman 1dari 3

Pengertian Riba dan Pembahasannya (Lengkap)

2012-12-04 15:12:37 Pendidikan Islam

A. Pengertian Riba

Pengertian Riba menurut etimologi adalah kelebihan atau tambahan, riba artinya kelebihan
pembayaran tanpa ganti rugi atau imbalan, yang disyaratkan bagis salah seorang dari dua orang yang melakukan transaksi
Misalnya, Si A memberi pinjaman kepada si B dengan syarat si B harus mengembalikan uang pokok pinjaman dan sekian persen
tambahnya

B. Dasar Hukum Keharaman Riba


Sebagai dasar riba dapat diperhatikan Firman Allah SWT, sebagai berikut;

(275:‫ )اﻟﺒﻘﺮة‬.‫َوا ََﺣَﻞ ﷲُ اْﻟﺒَْﯿَﻊ َوَﺣﱠﺮ َم اﻟ ِ ّﺮﺑﻮا‬


Artinya.
“Sesungguhnya Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba”. (Al- Baqoroh / 2:275)

Riba hanyalah berlaku pada benda – benda seperti emas, perak, makanan dan uang. Karena itu tidak diperbolehkan menjual emas
dengan emas, perak dengan perak, kecuali jika harganya sebanding dan dilakukan dengan kontan. Tidak diperbolehkan menjual sesuatu
barang, dimana barang tersebut belum berada ditangannya (misal A membeli barang tersebut kepada si B)
Tidak diperbolehkan pula menjual daging dengan binatang yang masih hidup. Tidak diperbolehkan juga menjual emas dengan ditukar
dengan perak yang harga nilainya tidak sebanding. Demikian pula menjual makanan, tidak diperbolehkan dijual dengan makanan sejenis,
kecuali jika sebanding harganya. Tidak diperbolehkan pula jual beli barang sejenis daripadanya dengan barang yang tidak seimbang
harganya. Tidak diperbolehkan pula beli barang yang belum menjadi miliknya, misalnya menjual burung yang bebas terbang di udara dan
lain – lain

Pada ayat ini juga disebutkaan:

(13:‫ﻀﻌَﻔَﺔًﱠواﺗ ﱠﻘُْﻮ ﷲَ ﻟَﻌَﻠﱠُﻜْﻢ ﺗ ُْﻔِﻠُﺤﻮَن )ال ﻋﻤﺮان‬ ْ ‫ﯾَﺂﯾﱡَﮭﺎاﻟﱠِﺬْﯾَﻦ آَﻣﻨُْﻮ اﻻَﺗ َﺄ ْ ُﻛﻠُﻮاﻟ ِ ّﺮ ﺑﻮاا‬
َ ‫ﺿﻌَﺎﻓًﺎ ﱡﻣ‬
Artinya :
“Hai orang – orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba dengan berlipat ganda dan bertaqwalah kamu kepada Allah supaya
kamu mendapatkan keberuntungan” (Ali imran/3 : 130)

Dalam sebuah hadits dijelaskan konsekuensi kaharaman itu, terdapat sanski sebagaimana sabda Rasulullah SAW.

َ ‫ﺷﺎِھَﺪْﯾِﮫ َوﻗََﻞ ُھْﻢ‬


‫ﺳَﻮاٌء ) رواه ﻣﺴﻠﻢ‬ َ ‫ﺳﻠََﻢ آِﻛَﻞ اﻟ ِ ّﺮﺑَﺎ َرُﻣَﻮ ِﻛﻠَﮫُ َوَﻛﺎِﺗﺒَﮫُ َو‬
َ ‫ﻋﻠَْﯿِﮫ َو‬
َ ُ‫ﺻﻠَّﻰ ﷲ‬ ُ ‫ﻟَﻌََﻦ َر‬
َ ِ‫ﺳْﻮُل ﷲ‬
(‫ﻋﻦ ﺟﺎﺑﺮ‬
Artinya :
“Dari Jabir, Rasulullah SAW. Melaknat yang memakan riba, yang mewakilinya, penulisnya dan kedua saksinya dan Rasul berkata,
mereka semua berdosa.” (Riwayat Muslim dari Jabir)

Setiap orang Islam dan mukalaf sebelum terlibat dalam satu urusan, terlebih dahulu wajib mengetahui apa – apa yang dihalalkan dan
diharamkan Allah. Sesungguhnya Allah telah membebani kita dengan tugas – tugas mengabdi. Oleh karena itu,, mau tidak mau harus
memelihara apa yang ditugaskan kepada kita. Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba
Allah telah mengayidi kata jual beli dengan alat memakrifatkan, yakni ‫ ا َْل‬dan ‫ا َْﻟﺑَْﯾُﻊ‬
Jual beli ini diikat oleh beberapa ikatan – ikatan, syarat, dan rukun yang harus dipelihara semua.
Jadi orang yang hendak jual beli wajib mengetahui hal – hal tersebut. Jika tidak, jelas akan makan riba, mau tidak mau
Rasulullah telah bersabda. “Pedagang yang jujur, besok pada hari kiamat digiring bersama dengan orang – orang yang jujur dan orang –
orang yang mati sahid”.
Semua itu tidak lain kecuali karena sesuatu yang dia lakukan yaitu berperang melawan hawa nafsu dan keinginan (yang menyeleweng)
serta memaksa nafsunya untuk menjalankan akad sesuai dengan apa yang diperintahkan Allah. Jika tidak, maka tak samar lagi pasti
mendapat apa yang akan diancamkan Allah kepada orang yang melanggar batas – batas
Kemudian sesungguhnya semua akad, seperti akad ijarah (persewaaan), qirad (andil berdagang), rohn (gode), wakalah, wadiah, ariah,
sirkah, musaqah, dan sebagainya, wajib dijaga syarat – syarat dan rukun – rukunnya
Akad nikah (malah) membutuhkan kehati – hatian dan ketelitian untuk menghindari kejadian yang ada kaitannya dengan
ketidaksempurnaan syarat dan rukun (jika tidak sah nikahnya lantas istri disetubuhi, maka berarti berzinah)

C. Macam-Macam Riba
Menurut para ulama, riba ada empat macam yaitu:
1. Riba Fadli
yaitu riba dengan sebab tukar menukar benda, barang sejenis (sama) dengan tidak sama ukuran jumlahnya. Misalnya satu ekor
kambing ditukar dengan satu ekor kambing yang berbeda besarnya satu gram emas ditukar dengan seperempat gram emas
dengan kadar yang sama. Sabda Rasul SAW

‫ﺐ ِاﻻﱠ ِﻣﺜْﻼً ِﺑِﻤﺜٍْﻞ‬ِ ‫ ﻻَ ﺗ َِﺒْﯿﻌُْﻮااﻟﺬﱠَھ‬:‫ﺳﻠﱠَﻢ ﻗَﺎَل‬


َ ‫ﻋﻠَْﯿِﮫ َو‬
َ ُ ‫ﺻ ﻠﱠ ﻰ ﷲ‬َ ِ‫ﺳْﻮَل ﷲ‬ ّ ‫ﺳِﻌْﯿٍﺪ ن اْﻟُﺠْﺪِر‬
ُ ‫ي ِ ا َﱠن َر‬ َ ‫ﻋْﻦ آِﺑﻰ‬ َ
‫ﺾ‬ ٍ ‫ﻋﻠَﻰ ﺑَْﻌ‬ َ ‫ﻀَﮭﺎ‬ ِ ُ ‫ق ِاﻻﱠ ِﻣﺜْﻼً ِﺑِﻤﺜٍْﻞ َوﻻَ ﺗ‬
َ ‫ﺸﻘُْﻮاﺑَْﻌ‬ ِ ‫ق ِﺑﺎْﻟَﻮِر‬
َ ‫ﺾ َوﻻَﺗ َِﺒﻌُﻮااْﻟَﻮِر‬ ٍ ‫ﻋﻠَﻰ ﺑَْﻌ‬ َ ‫ﻀَﮭﺎ‬َ ‫ﺸﻔﱡْﻮا ﺑَْﻌ‬ِ ُ ‫َوﻻَ ﺗ‬
(‫ﻏﺎِﺋﺒًﺎِﺑﻨَﺎِﺟٍﺰ ) ﻣﺘﻔﻖ ﻋﻠﯿﮫ‬ َ ‫َوﻻَﺗ َِﺒﻌُْﻮاِﻣْﻨَﮭﺎ‬
Artinya:
“ Dari Abi Said Al Khudry, sesungguhnya Rasulullah SAW. Telah bersabda, “Janganlah kamu jual emas dengan emas kecuali
dalam timbangan yang sama dan janganlah kamu tambah sebagian atas sebagiannya dan janganlah kamu jual uang kertas
dengan uang kertas kecuali dalam nilai yang sama, dan jangan kamu tambah sebagian atas sebagiannya, dan janganlah kamu
jual barang yang nyata (riil) dengan yang abstrak (ghaib).” (riwayat Bukhari dan muslim)
Riba Fadli atau riba tersembunyi ini dilarang karena dapat membawa kepada riba nasi’ah (riba jail) artinya riba yang nyata
2. Riba Qardhi
yaitu riba yang terjadi karena adanya proses utang piutang atau pinjam meminjam dengan syarat keuntungan (bunga) dari orang
yang meminjam atau yang berhutang. Misalnya, seseorang meminjam uang sebesar sebesar Rp. 1.000.000,- (satu juta)
kemudian diharuskan membayarnya Rp. 1.300.000,- (satu juta Tiga ratus ribu rupiah)
Terhadap bentuk transsaksi seperti ini dapat dikategorikan menjadi riba, seperti sabda Rasulullah Saw.:

(‫ض َﺟﱠﺮ َﻣْﻨﻔَﻌَﺔً ﻓَُﮭَﻮِرﺑًﺎ )رواه اﻟﺒﯿﮭﻘﻰ‬


ٍ ‫ُﻛﱡﻞ ﻗَْﺮ‬
Artinya
“Semua piutang yang menarik keuntungan termasuk riba.” (Riwayat Baihaqi)
3. Riba Nasi’ah
ialah tambahan yang disyaratkan oleh orang yang mengutangi dari orang yang berutang sebagai imbalan atas penangguhan
(penundaan) pembayaran utangnya. Misalnya si A meminjam uang Rp. 1.000.000,- kepada si B dengan perjanjian waktu
mengembalikannya satu bulan, setelah jatuh tempo si A belum dapat mengembalikan utangnya. Untuk itu, si A menyanggupi
memberi tambahan pembayaran jika si B mau menunda jangka waktunya. Contoh lain, si B menawarkan kepada si A untuk
membayar utangnya sekarang atau minta ditunda dengan memberikan tambahan. Mengenai hal ini Rasulullah SAW. Menegaskan
bahwa:

‫ﺴْﯿﺌ َﺔً )رواه‬


ِ َ‫ﻋْﻦ ﺑَْﯿِﻊ اﻟََﺤﯿََﻮاِن ِﺑﺎْﻟَﺤﯿََﻮاِن ﻧ‬
َ ‫ﺳﻠﱠَﻢ ﻧَﮭﻰ‬
َ ‫ﻋﻠَْﯿِﮫ َو‬
َ ُ ‫ﺻ ﻠﱠ ﯨ ﺎ‬ ٍ ‫ﺳَﻤَﺮِة ْﺑِﻦ ُﺟْﻨُﺪ‬
َ ‫ب ا َﱠن اﻟﻨﱠِﺒﱠﻲ‬ َ ‫ﻋْﻦ‬
َ
(‫اﻟﺨﻤﺴﺔ وﺻﺤﺤﮫ اﻟﺘﺮﻣﺪى واﺑﻦ اﻟﺠﺎروه‬
Artinya:
Dari Samrah bin Jundub, sesungguhnya Nabi Muhammad saw. Telah melarang jual beli hewan dengan hewan dengan
bertenggang waktu.” (Riwayat Imam Lima dan dishahihkan oleh Turmudzi dan Ibnu Jarud)
4. Riba Yad,
yaitu riba dengan berpisah dari tempat akad jual beli sebelum serah terima antara penjual dan pembeli. Misalnya, seseorang
membeli satu kuintal beras. Setelah dibayar, sipenjual langsung pergi sedangkan berasnya dalam karung belum ditimbang apakah
cukup atau tidak. Jual beli ini belum jelas yang sebenarnya. Sabda Rasulullah SAW.

ً‫ﺸِﻌْﯿِﺮ َواﻟﺘ ﱠْﻤُﺮِﺑﺎﻟﺘ ﱠْﻤِﺮ َواْﻟِﻤْﻠُﺢ ِﺑﺎْﻟِﻤْﻠﺢِ ِﻣﺜْﻼ‬


‫ﺸِﻌْﯿُﺮِﺑﺎﻟ ﱠ‬ ‫ﻀﺔُ ِﺑﺎْﻟِﻔ ﱠ‬
‫ﻀِﺔَواْﻟﺒُﱡﺮ ِﺑﺎْﻟﺒُ ِ ّﺮ َواﻟ ﱠ‬ ‫ﺐ َواْﻟِﻔ ﱠ‬ ٍ ‫ﺐ ِﺑﺎﻟﺬﱠَھ‬ُ ‫اﻟﺬﱠ َھ‬
(‫ﺷﺌْﺘ ُْﻢ ِاذَاَﻛﺎَن ﯾًَﺪا ِﺑﯿٍَﺪ )رواه ﻣﺴﻠﻢ‬ ِ ‫ﻒ‬ َ ‫ف ﻓَِﺒﻌُْﻮ اَﻛْﯿ‬ ْ َ‫ﺴَﻮاٍء ﯾًَﺪاِﺑﯿٍَﺪﻓَِﺎذَاا َْﺟﺘ َﻠَﻔَْﺖ َھِﺬِه اْﻻ‬
ُ ‫ﺻ ﻨَ ﺎ‬ َ ‫ِﺑِﻤﺜٍْﻞ‬
َ ‫ﺳَﻮاًءِﺑ‬
Artinya:
“Emas dengan emas, perak dengan perak, beras dengan beras, gandum dengan gandum, kurma dengan kurma, garam dengan
garam, hendaknya serupa dan sama banyaknya, tunai dengan tunai, apabila berlainan jenisnya boleh kamu menjual
sekehendamu asal tunai”. (Riwayat Muslim)

D. Sebab-Sebab Diharamkannya Riba


Allah SWT melarang riba antara lain karena perbuatan tersebut dapat merusak dan membahayakan diri sendiri dan merugikan serta
menyengsarakan orang lain

Merusak Dan Membayakan Diri Sendiri


Orang yang melakukan riba akan selalu menghitung – hitung yang banyak yang akan diperoleh dari orang yang meminjam uang
kepadanya. Pikiran dan angan – angan yang demikian itu akan mengakibatkan dirinya selalu was – was dan khawatir uang yang
telah dipinjamkan itu tidak dapat kembali tepat pada waktunya dengan bunga yang besar.
Jika orang yang melakukan riba itu memperoleh keuntungan yang berlipat ganda, hasilnya itu tidak akan memberi manfaat pada
dirinya karena hartanya itu tidak akan memberi manfaat pada dirinya karena hartanya itu tidak mendapat berkah dari Allah SWT.
Merugikan Dan Menyengsarakan Orang Lain
Orang yang meminjam uang kepada orang lain pada umumnya karena sedang susah atau terdesak. Karena tidak ada jalan lain,
meskipun dengan persyaratan bunga yang besar, ia tetap bersedia menerima pinjaman tersebut, walau dirasa sangat berat.
Orang yang meminjam ada kalanya bisa mengembalikan pinjaman tepat pada waktunya, tetapi adakalanya tidak dapat
mengembalikan pinjaman tepat pada waktu yang telah ditetapkan. Karena beratnya bunga pinjaman, si peminjam susah untuk
mengembalikan utang tersebut. Hal ini akan menambah kesulitan dan kesengsaraan bagi kehidupannya.Haram melakukan
(mempengaruhi) minat pembeli dengan maksud agar tidak membeli, kemudian disuruh membeli barang orang yang
memepengaruhi tadi. Apabila sesudah barang ditetapkan (sudah sama – sama menyetujui antara penjual dan pembeli). Juga tidak
boleh mempengaruhi penjual dengan maksud agar berpindah menjual kepadanya. Apabila jika dilakukan ketika masih hiyar, amat
diharamkan (seperti masih tawan menawar)Haram pula membeli barang saat paceklik (harga pangan mahal) dan orang yang
sangat membutuhkan bahan makanan, dengan tujuan untuk ditahan (disimpan) dan akan dijual bila dengan harga yang lebih
mahalHaram berpura – pura nawar barang dengan harga mahal tapi tidak bermaksud ingin membeli tapi bermaksud membujuk
orang lain (agar mau membeli dengan harga mahal)

Haram memisahkan antara budak perempuan dan anaknya sebelum tamyiz, semua itu haram. Demikian pula menipu atau
berkhianat dalam urusan timbangan takaran, meteran, htungan dan atau berdusta

Haram menjual kapuk atau lainnya dari barang – barang dagangan kepada pembeli, tetapi disamping menjual juga memberi
hutangnya kepada si pembeli beberapa dirham. Kemudian harga barang lebih mahal, hal ini dilakukan oleh si penjual karena demi
hutangnya tersebut

Demikian juga umpamanya, memberi hutang kepada pembuat tenun (atau penjahit) atau lainnya dari pekerjaan buruh, tapi
sebelum diberi hutangnya, terlebih dahulu para peminta hutang itu disuruh dengan upah yang terlalu sedikit, demi hutang tersebut.
Hal ini disebut dengan istilah rubtah, ini juga amat haram.

Haram memberi hutangan kepada para petani yang bayarnya secara tempo sampai saat panen, tapi dengan janji supaya hasil
panen mereka dijual kepada si pemberi utangan tersebut dengan harga dibawah harga umum. Hal ini disebut dengan muqda

E. Perbedaan antara Jual Beli dan Riba


Jual beli dihalalkan oleh Allah Swt, sedangkan riba diharamkan.
Dalam aktifitas jual beli, antara untung dan rugi bergantung kepada kepandaian dan keuletan individu. Sedangkan dalam riba
hanya bertujuan untuk mendapatkan keuntungan dalam semua aktivitasnya (Fii Dzilaalil Qur’an 1/327), tidak membutuhkan
kepandaian dan kesungguhan bahkan terjadi kemandegan, penurunan dan kemalasan.
Dalam jual beli terdapat 2 kemungkinan untung atau rugi. Sedangkan dalam riba hanya ada untung dan menutup pintu rugi.
Dalam jual beli terjadi tukar menukar yang bermanfaat bagi kedua belah pihak. Sedangkan riba hanya memberi manfaat untuk
satu pihak saja bahkan saling menzalimi atau merugikan.

Ref:
http://indo-moeslim.blogspot.com/2010/08/pengertian-dasar-hukum-riba-dan.html
http://pasar-islam.blogspot.com/2011/04/fiqih-muamalah-bab-3-murabahah-jual.html

Pencarian Terkait

materi riba |materi tentang riba |bab riba |perbedaan jual beli dan riba |pembahasan tentang riba |pembahaSAN RIBA |perbedaan riba dan
jual beli |sebab diharamkannya riba |riba qardhi |riba dalam fiqih muamalah |

Anda mungkin juga menyukai