Disusun Oleh :
HAMDAN MAOSUL
KELAS : XII TSM
َصلوواْلعللى ه
َ ل:صللىَ اْلل لعلويه لولسلوم لقاَلل لعهن اْبوهن عللملررَضي اْل عنه اْللن اْلنله ل
ب ل
(ُهل)رَواْه اْلطباْن.صلوواْلولرَاْءللمون قلاَلل للهاْلهل اْهللاْلل ه ه
لمون قلاَلل للاْلهل اْللاْلل لو ل
Artinya:
“Dari Ibnu Umar r.a. bahwa Nabi SAW. Bersabda, “Shalatkanlah olehmu orang-
orang yang mengucapkan kalimat Lailaha illallah dan Shalatlah kamu di
belakang orang yang mengucapkan kalimat Lailaha illallah.” (HR. At Tabrani)
ه ه
ي يلودعلوولثل ل ت لهل اْبوينلةد فللكبليلرلعلولييلهاَاْلورَبليءعاَلثل لقاَلم بليوعلداْللراْبهلعة قلودلرَلماَبلي و ل
ي تُاْللوكهوبييرتْلي و ه ألنلهل لماَتْل و
ْصنللع هف اْولللناَلزهة لهاَلكلذا ه ه
صلل اْلل لعلويه لولسللم يل و
َ لكاَلن لرَلسوولل اْل ل:لقاَلل
Artinya :
“Ketika putrinya meninggal dunia, Abdulah bin Aufa menyalaatkan dengan
membaca empat kali takbir, kemudian setelah takbir keempat ia masih berdiri
selama kira-kira antara dua takbir membaca doa. Kemudian katanya,
“Rasulullah SAW. selalu melakukan seperti ini terhadap jenazah.”
Imam Syafi’i berkata, “Setelah takbir keempat, hendaklah membaca doa sebagai
berikut :
Artinya :
“Ya Allah Tuhan kami, berilah kami di dunia kebaikan dan juga di akhirat dan
lindungilah kami dari siksa neraka.”
8. Mengucapkan Salam
Salam pada Shalat jenazah menurut para fuqaha termasuk fardu, kecuali Abu
Hanifah yang mengatakan bahwa salam kesebelah kanan dan kiri hukumnya
wajib, tetapi bukan termasuk rukun dengan alasan bahwa Shalat jenazah termasuk
salah satu macam Shalat dan untuk mengakhiri Shalat adalah dengan membaca
salam. Ibnu Mas’ud mengatakan, “Mengucapkan salam ketika Shalat jenazah
seperti salam waktu Shalat biasa, sekurang-kurangnya Assalamu’alikum, tetapi
Ahmad berpendapat membaca satu kali salam itu adalah sunah dengan
menghadapkan mukanya kesebelah kanan, boleh juga ke arah depan berdasarkan
perbuatan Rasulullah dan para sahabat. Mereka hanya memberi salam hanya satu
kali, tidak ada yang membantah pada waktu itu. Imam Syafi’i berkata bahwa
hukum mengucapkan salam dua kali adalah sunah, yaitu dimulai dengan
menghadapkan muka kesebelah kanan, kemudian salam yang kedua kesebelah
kiri, sedangkan Ibnu Hazmin menganggap bahwa salam yang kedua termasuk
dzikir dan amalan yang baik (Abidin dan Suyono, 1998: 168).
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Shalat jenazah merupakan salah satu praktik ibadah Shalat yang dilakukan umat
muslim jika ada muslim lainnya yang meninggal dunia. Hukum melakukan Shalat
jenazah ini adalah fardhu kifayah.
2. Jenazah seorang muslim yang sudah dimandikan dan dikafani dengan baik, maka
terus diShalatkan. Para Imam ahli fiqih telah sepakat bahwa menyalati jenazah itu
hukumnya fardu kifayah. Kewajiban menyalati jenazah berdasarkan hadis Nabi
SAW : Dari Ibnu Umar r.a. bahwa Nabi SAW. Bersabda, “Shalatkanlah olehmu
orang-orang yang mengucapkan kalimat Lailaha illallah dan Shalatlah kamu di
belakang orang yang mengucapkan kalimat Lailaha illallah.”
3. Shalat jenazah mempunyai beberapa syarat yang bila salah satu di antaranya tidak
dipenuhi, maka Shalatnya tidak sah menurut syara’. Syarat-syarat tersebut adalah
sebagai berikut. Shalat jenazah termasuk dalam ibadah Shalat, maka syarat-
syaratnya pun sama dengan yang telah diwajibkan pada Shalat-Shalat fardu
lainnya. Syarat-syaratnya adalah: beragama Islam, sudah baligh dan berakal, suci
dari hadis atau najis suci seluruh anggota badan, pakaian dan tempat, menutup
aurat, laki-laki auratnya antara pusat sampai lutut, sedang wanita auratnya sampai
seluruh anggota badan, kecuali muka dan telapak tangan, menghadap kiblat.
4. Rukun Shalat jenazah yaitu: Niat, Berdiri bagi yang mampu, Membaca takbir
empat kali, membaca surat al Fatihah, membaca salawat atas nabi Muhammad
SAW, Mendoakan jenazah, membaca membaca doa setelah takbir ke empat,
mengucapkan salam.
5. Kaifiat Shalat jenazah: Apabila jenazah ada di depan tempat Shalat, Letakkanlah
jenazah orang yang menyalatkan atau di depan imam jika berjamaah dengan
kepala jenazah sebelah utara. Jika jenazah itu laki-laki maka orang yang Shalat
(imam) berdiri sejajar dengan kepala. Jika perempuan maka orang yang Shalat
(imam) berdiri sejajar dengan tengah-tengah badan jenazah. Apabila jenazah ada
di tempat yang jauh. Seseorang boleh menyalatkan jenazah yang berada di tempat
yang jauh, yang disebut Shalat gaib. Apabila jenazah telah dikubur, menyalatkan
jenazah di atas kuburan hukumnya mubah walaupun ia telah diShalatkan sebelum
dikubur
B. Saran-saran
1. Dengan adanya pembahasan tentang tata cara pengurusan jenazah ini pemakalah
berharap kepada kita semua agar selalu ingat akan kematian dan mempersiapkan
diri untuk menyanbut kematian itu.
2. Pemakalah juga berharap dengan adanya pembahasan ini dapat dijadikan
pembelajaran bagi guru pendidikan Islam untuk mendidik dan memberitahukan
pada siswa sejak dini bagaimana cara menyalati jenazah dengan baik.
3. Dan juga kepada seluruh umat muslim dalam memperlakukan jenazah hendaknya
benar-benar memperhatikan aturan-aturan Islam yang berlaku agar ia diterima di
sisi Allah.
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Slamet dan Moh. Suyono. 1998. Fiqih Ibadah. Bandung: Pustaka Setia.
Pasha, Mustafa Kamal. 2003. Fiqih Islam. Yogyakarta: Citra Karsa Mandiri.
Samuri, M. 1998. Penuntun Shalat lengkap. Surabaya: Apollo Lestari