Anda di halaman 1dari 9

Assalamu’alaikum Warrahmatullahi Wabarakaatuh

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah Subhanahu Waata'ala karena dengan
rahmat dan karunia-Nya kami masih diberi kesempatan untuk menyelesaikan makalah ini. Tidak
lupa sholawat serta salam saya curahkan kepada Nabi Muhammad SAW, semoga kita bisa
bersama dengan beliau di akhirat kelak.

Pedoman ini di buat untuk memudahkan musyrif ma’had al jami’ah dalam membimbing
mahasantri dalam praktek khotib dan bilal di ma’had al jamiah IAIN Palangka Raya serta
memudahkan mahasantri dalam mengetahui tata cara khotib dan bilal yang benar sesuai syariat.

Semoga dengan adanya pedoman ini bisa bermanfaat bagi semua yang membacanya dan
mempelajarinya, dan allah mudahkan dalam pengamalannya.

Wassalamu'alaikum Warrahmatullahi Wabarakaatuh

Palangka Raya, 26 Agustus 2023

Imam utomo
BAB 1 ADZAN
A. Pengertian adzan
Adzan adalah bacaan atau dzikir yang khusus yang tujuannya untuk memanggil orang untuk
melaksanakan sholat wajib 5 waktu. Adapun orang yang mengumandangkan adzan itu di sebut dengan
muadzin.

Hukum adzan yaitu sunnah muakkad pada sholat jum’at atau pada sholat lima waktu, dan pada
pendapat lain adzan hukum nya fardu kifayah pada sholat jum’at dan hukumnya sunnah pada sholat lima
waktu.

B. Fadhilah Adzan
Adapun Fadhilah seorang muadzin itu ialah:

Pertama, pahala orang yang mengumandangkan azan begitu besar.

Rasulullah SAW pernah menyebutkan, jika semua orang mengetahui besarnya pahala
mengumandangkan azan, niscaya mereka akan berebut agar dapat jatah mengumandangkan azan
meskipun dengan berbagai cara. Hal ini disebutkan Imam Bukhari dan Muslim dalam sebuah hadits:

‫ ُثَّم َلْم َيِج ُدوا ِإَّال َأْن َيْس َتِهُم وا َع َلْيِه َالْس َتَهُم وا‬، ‫َلْو َيْع َلُم الَّناُس َم ا ِفى الِّنَداِء َو الَّص ِّف اَألَّوِل‬
Artinya, “Seandainya orang-orang mengetahui pahala yang terkandung pada azan dan shaf pertama,
kemudian mereka tidak mungkin mendapatkannya kecuali dengan cara mengadakan undian atasnya,
niscaya mereka akan melakukan undian,” (HR Bukhari dan Muslim).

Kedua, dijanjikan ampunan oleh Allah SWT.

Salah satu janji Allah bagi seorang muadzin adalah ia akan dimintakan ampun oleh seluruh
benda yang ada di bumi.

‫اْلُم َؤ ِّذ ُن ُيْغَفُر َلُه ِبَم ِّد َصْو ِتِه َو َيْش َهُد َلُه ُك ُّل َر ْطٍب َو َياِبٍس‬
Artinya, “Muadzin diampuni sejauh jangkauan azannya. Seluruh benda yang basah maupun yang kering
yang mendengar azannya memohonkan ampunan untuknya,” (HR Ahmad).

Ketiga, seluruh benda yang mendengar azan siap menjadi saksi bagi seorang muadzin di Hari Kiamat
nanti.

Hal ini diungkapkan Abu Ya'lam dalam sebuah hadits bahwa seluruh jin, manusia, batu, bahkan
pohon akan menjadi saksi bagi muadzin di Hari Kiamat.

‫ال َيْس َم ُع َصْو َتُه ِج ٌّن َو ال ِإْنٌس َو ال َح َج ٌر َو ال َش َج ٌر ِإال َش ِهَد َلُه‬


Artinya, “Tidaklah azan didengar oleh jin, manusia, batu dan pohon kecuali mereka akan bersaksi
untuknya,” (HR. Abu Ya’la).

Dalam riwayat Ibnu Khuzaimah juga dijelaskan hadits yang sama.

‫اَل َيْس َم ُع َصْو َتُه َش َج ٌر َو اَل َم َدٌر َو اَل َح َج ٌر َو ال ِج ٌّن َو ال ِإْنٌس ِإال َش ِهَد َلُه‬
Artinya, “Tidaklah suara azan didengar oleh pohon, lumpur, baru, jin dan manusia, kecuali mereka akan
bersaksi untuknya,” (HR Ibnu Khuzaimah).

Keempat, Rasulullah mendoakan seluruh orang yang mengumandakan azan.

Dalam hadits riwayat Ibnu Hibban, Rasul secara khusus meminta ampunan untuk muadzin.

‫َفَأْر َشَد ُهَّللا اَأْلِئَّم َة َو َغَفَر ِلْلُم َؤ ِّذ ْيَن‬


Artinya, “Semoga Allah meluruskan para imam dan mengampuni para muadzin” (HR. Ibnu Hibban).

Kelima, pahala orang yang azan seperti pahala orang yang melakukan shalat.

Bagaimana tidak? Tanpa muadzin, orang tidak akan mengerti bahwa waktu shalat telah masuk atau
belum. Saat tidak mengerti waktu shalat, ia tentu tidak akan melaksanakan shalat.

‫َو َلُه ِم ْثُل َأْج ِر َم ْن َص َّلى َم َعُه‬


Artinya, “Muadzin mendapatkan pahala seperti pahala orang yang shalat bersamanya,” (HR An Nasa’i).

Keenam, Allah menjanjikan bahwa seorang muadzin adalah orang yang dapat dipercaya.

‫اِإلَم اُم َض اِم ٌن َو اْلُم َؤ ِّذ ُن ُم ْؤ َتَم ٌن الَّلُهَّم َأْر ِش ِد اَألِئَّم َة َو اْغ ِفْر ِلْلُم َؤ ِّذ ِنيَن‬
Artinya, “Imam adalah penjamin dan muadzin adalah orang yang dipercaya. Ya Allah, luruskanlah para
imam dan ampunilah muadzin,” (HR Abu Dawud dan Tirmidzi).

Ketujuh, dibanggakan Allah di depan para malaikat.

‫َيْعَج ُب َرُّبُك ْم ِم ْن َر اِع ى َغ َنٍم ِفى َر ْأِس َش ِظ َّيٍة ِبَج َبٍل ُيَؤ ِّذ ُن ِبالَّص َالِة َو ُيَص ِّلى َفَيُقوُل ُهَّللا َع َّز َو َج َّل اْنُظُر وا ِإَلى‬
‫َع ْبِد ى َهَذ ا ُيَؤ ِّذ ُن َو ُيِقيُم الَّص َالَة َيَخ اُف ِم ِّنى َفَقْد َغَفْر ُت ِلَعْبِد ى َو َأْد َخ ْلُتُه اْلَج َّنَة‬
Artinya, “Tuhanmu takjub kepada seorang penggembala domba di puncak bukit gunung, dia
mengumandangkan azan untuk shalat lalu dia shalat. Maka Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
‘Lihatlah hamba-Ku ini, dia mengumandangkan azan dan beriqamah untuk shalat, dia takut kepada-Ku.
Aku telah mengampuni hamba-Ku dan memasukkannya ke dalam surga,” (HR Abu Dawud dan An Nasa’i).
Kedelapan, muadzin tidak akan tenggelam oleh keringat pada saat Hari Kiamat karena ia dipanjangkan
lehernya oleh Allah SWT.

‫اْلُم َؤ ِّذ ُنوَن َأْط َو ُل الَّناِس َأْع َناًقا َيْو َم اْلِقَياَم ِة‬
Artinya, “Para muadzin adalah orang yang berleher panjang pada Hari Kiamat,” (HR. Muslim).

Beberapa ulama memaknai leher panjang ini sebagai sebuah majaz. Ibnu Arabi yang mengatakan
bahwa mereka adalah orang yang paling banyak amalnya. Sedangkan Imam Qadhi Iyadh berpendapat
bahwa yang dimaksud hadits tersebut adalah orang yang senantiasa mengumandangkan azan akan cepat
dimasukkan oleh Allah SWT ke dalam surga-Nya.

Kesembilan, muadzin dijanjikan Allah SWT akan dimasukkan ke dalam surga-Nya.

Hal ini diriwayatkan oleh Imam An-Nasai dalam sebuah hadits dari jalur Abu Hurairah:

‫ُك َّنا َم َع َرُس وِل ِهَّللا َص َّلى ُهَّللا َع َلْيِه َو َس َّلَم َفَقاَم ِباَل ٌل ُيَناِد ي َفَلَّم ا َس َك َت َقاَل َرُس وُل ِهَّللا َص َّلى ُهَّللا َع َلْيِه َو َس َّلَم َم ْن‬
‫َقاَل ِم ْثَل َهَذ ا َيِقيًنا َد َخ َل اْلَج َّنَة‬
Artinya, “Kami pernah bersama Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam, lalu Bilal berdiri
mengumandangkan azan. Ketika selesai, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, ‘Barangsiapa
mengucapkan seperti ini dengan yakin, niscaya dia masuk surga’” (HR An Nasa’i).

C. Syarat sah adzan


1. Muwalat (bersambung antara kalimat-kalimat adzan)
2. Tartib
3. Masuknya waktu sholat
4. Adzan di kumandangkan oleh satu orang
5. Lafadz adzan dengan berbahasa arab
6. Bernyaring apabila adzan untuk sholat berjamah

D. syarat muadzin
1. Islam
2. Tamyiz
3. Laki-laki
4. Seorang muadzin mengetahui dengan waktu sholat

E. sunah-sunah adzan
1. Tartil
2. Menyaringkan suara
3. Menghadap kiblat
4. Suci dari hadast kecil dan hadats besar
5. Berdiri
6. Tarji’, (mengulang adzan), yakni seorang muadzin mengucapkan kedua syahadat secara lirih
terlebih dahulu baru kemudian mengucapkannya dengan keras. Hal ini berdasarkan hadits
riwayat Abu Mahdzurah dalam Sahih Muslim.
7. menengok ke kanan (tidak bergerah seluruh badan, hanya kepala saja) saat mengucapkan ‘Hayya
alas shalah’, dan menengok ke kiri saat mengucapkan ‘Hayya alal falah’.
8. tatswib, yakni mengucapkan “As-Shâlatu khairun minan naum” setelah mengucapkan “Hayya alal
falah” ketika adzan shalat subuh.
9. Disunahkan dikumandangkan oleh orang yang memiliki suara bagus agar menarik.
10. Meletakan jari jempol dan telunjuk di telinga, dengan kedua tangan.
11. membaca doa dan shalawat kepada Rasul SAW setelah adzan berikut doanya:

‫ َو اْبَعْثُه َم َقامًا‬،‫ آِت َس ِّيَد َنا ُم َح ّم دًا الّوِس ْيَلَة َو اْلَفِض ْيَلة‬،‫َالّلُهَّم َرَّب َهِذِه الَّدْع َو ِة الَّتاَّم ِة َو الَّص اَل ِة الّقاِئَم ِة‬
‫َم ْح ُم ْو دًا الِّذ ي َو َع ْدَتُه‬
F. Lafadz yang di baca bilal waktu sholat jum’at

‫ َم َعاِش َر اْلُم ْس ِلِم ْيَن َر ِح َم ُك ُم ُهللا‬....


‫ َأَّن َيْو َم اْلُج ُم َعِة َسِّيُد ْاَالَّياِم َو ِع ْيُد اْلُم ْس ِلِم ْيَن‬: ‫ َو َر َد َع ِن الَّنِبِّي َص َّلى ُهللا َع َلْيِه َو َس َّلَم‬،
‫ َو َع ِن الَّس َلِف الَّص اِلِح َاَّن اْلُخ ْطَبَة ِفْيَها َم َك اَن الَّر ْك َعَتْيِن‬،
‫ َفِاَذ ا َص ِع َد اْلَخ ِطْيُب اْلِم ْنَبَر َو َش َر َع ِفى اْلُخ ْطَبِة َفَال َيَتَك َّلَم َّن َاَح ُد ُك ْم‬،
‫ َفَقْد َو َر َد َأَّن َر ُسْو َل ِهللا َص َّلى ُهللا َع َلْيِه َو َس َّلَم َقاَل‬:
‫ ِاَذ ا ُقْلَت ِلَص اِح ِبَك َيْو َم اْلُج ُم َعِة َاْنِص ْت َو ْاِال َم اُم َيْخ ُطُب َفَقْد َلَغْو َت‬،
‫ َو َم ْن َلَغى َفَال ُج ُم َعَة َلُه‬: ‫ َو ِفْي َح ِدْيٍث آَخ َر‬،
( 3 ‫) × َاْنِص ُتْو ا َو اْس َتِمُعْو ا َو َاِط ْيُعْو ا َر ِح َم ُك ُم ُهللا‬.

- Shalawat yang dibaca diantara dua khutbah Lafaz shalawat yang dibaca sewaktu Khatib
duduk diantara dua khutbah :

‫َالّلُهَّم َص ِّل َو َس ِّلْم َو ِز ْد َو َاْنِع ْم َو َتَفَّض ْل َو َباِر ْك ِبَج َالِلَك َو َك َم اِلَك َع َلى َاْش َر ِف ِعَباِد َك َسِّيِد َنا َو َم ْو َالَنا‬
‫ َو َر ِض َي ُهللا َتَعاَلى َعْن ُك ِّل َص َح اَبِة َرُسْو ِل ِهللا َاْج َم ِع ْيَن‬، ‫ُم َح َّم ٍد َو َع َلى آِلِه‬

Shalawat pengantar Khatib naik mimbarTeks shalawat yang dibaca Bilal (muadzin) sebelum
Khatib naik keatas mimbar
‫‪ِ.‬إَّن َهللا َو َم َالِئَكَتُه ُيَص ُّلْو َن َعلَى الَّنِبِّي ‪َ ،‬يا َاُّيَها اَّلِذ ْيَن آَم ُنْو ا َص ُّلْو ا َع َلْيِه َو َس ِّلُم ْو ا َتْس ِلْيًم ا‬
‫َٰل‬
‫‪َ ،‬الّلُهَّم َص ِّل َو َس ِّلْم َو َباِر ْك َع ى َاْش َرِف ْالَعَر ِب َو ْالَعَج ِم‬
‫‪َ ،‬و ِاَم اِم َم َّك َة َو اْلَم ِد ْيَنِة َو اْلَح َر ِم ‪َ ،‬سِّيِد َنا َو َم ْو َالَنا ُم َح َّم ٍد َو َع ٰل ى آِلِه َو َص ْح ِبِه َو َباِر ْك َو َس ِّلْم‬
‫‪َ .‬و ِز ْد ُه َيا َر ِّب َش َر ًفا َو َك َر ًم ا َو َم َهاَبًة َو َتْع ِظ ْيًم ا‬

‫‪BAB II KHUTBAH JUM’AT‬‬


Khutbah jum’at merupakan salah satu syarat sah sholat jum’at yang mana tidak lah sholat jum’at
tersebut sebeleum di dahului dua khutbah.

Berikut adalah tata cara khutbah jum’at

A. Syarat- Syarat Sah Khutbah


Syarat- syarat khutbah yaitu:

1. laki-laki
2. suci dari hadas kecil dan hadas besar
3. suci pakaian badan dan tempat dari najis
4. menutup aurat
5. berdiri bagi yang mampu
6. duduk antara dua khutbah minimal sekedar membaca surat al ikhlas
7. muawalat (bersambung) antara khutbah pertama dan khutbah kedua
8. muawalat antara khutbah dan sholat jum’at
9. di dengar akan khutbah tersebut oleh 40 orang laki-laki.
10. Khutbah harus diperdengarkan dan didengar oleh jamaah Jumat yang mengesahkan
Jumat.
11. Rukun -rukun khutbah harus berbahasa arab
12. Di lakukan pada waktu dzuhur

B. Rukun- Rukun Khutbah


Rukun -rukun khutbah yaitu:
1. Memuju allah swt di kedua khutbah
Rukun khutbah pertama ini disyaratkan menggunakan kata “hamdun” dan
lafadh-lafadh yang satu akar kata dengannya, misalkan “alhamdu”, “ahmadu”,
“nahmadu”. Demikian pula dalam kata “Allah” tertentu menggunakan lafadh jalalah,
tidak cukup memakai asma Allah yang lain. Contoh pelafalan yang benar misalkan:
“alhamdu lillâh”, “nahmadu lillâh”, “lillahi al-hamdu”, “ana hamidu Allâha”, “Allâha
ahmadu”. Contoh pelafalan yang salah misalkan “asy-syukru lillâhi” (karena tidak
memakai akar kata “hamdun”), “alhamdu lir-rahmân (karena tidak menggunakan lafadh
jalalah “Allah”).

2. Bersholawat kepada nabi muhammad saw pada dua khutbah


Dalam pelaksanaanya harus menggunakan kata “al-shalatu” dan lafadh yang
satu akar kata dengannya. Sementara untuk asma Nabi Muhammad, tidak tertentu
menggunakan nama “Muhammad”, seperti “al-Rasul”, “Ahmad”, “al-Nabi”, “al-Basyir”,
“al-Nadzir” dan lain-lain. Hanya saja, penyebutannya harus menggunakan isim dhahir,
tidak boleh menggunakan isim dlamir (kata ganti) menurut pendapat yang kuat,
meskipun sebelumnya disebutkan marji’nya. Sementara menurut pendapat lemah
cukup menggunakan isim dlamir.
Contoh membaca shalawat yang benar “ash-shalâtu ‘alan-Nabi”, “ana mushallin ‘alâ
Muhammad”, “ana ushalli ‘ala Rasulillah”.
Contoh membaca shalawat yang salah “sallama-Llâhu ‘ala Muhammad”, “Rahima-Llâhu
Muhammadan (karena tidak menggunakan akar kata ash-shalâtu), “shalla-Llâhu ‘alaihi”
(karena menggunakan isim dlamir).
3. Wasiat dengan taqwa pada kedua khutbah
Rukun khutbah ketiga ini tidak memiliki ketentuan redaksi yang paten.
Prinsipnya adalah setiap pesan kebaikan yang mengajak ketaatan atau menjauhi
kemaksiatan. Seperti “Athi’ullaha, taatlah kalian kepada Allah”, “ittaqullaha,
bertakwalah kalian kepada Allah”, “inzajiru ‘anil makshiat, jauhilah makshiat”. Tidak
cukup sebatas mengingatkan dari tipu daya dunia, tanpa ada pesan mengajak ketaatan
atau menjauhi kemakshiatan.
4. Membaca ayat al qur’an pada salah satu 2 khutbah dan yang paling afdhol di khutbah
pertama.
Tidak mencukupi membaca potongan ayat yang tidak dapat dipahami maksudnya secara
sempurna, tanpa dirangkai dengan ayat lainnya. Seperti:
‫ُثَّم َنَظَر‬
5. Doa untuk muslimin dan muslimat pada khutbah kedua.
“Rukun kelima adalah berdoa yang bersifat ukhrawi kepada orang-orang mukmin, meski
tidak menyebutkan mukminat berbeda menurut pendapat imam al-Adzhra’i, meski
dengan kata, semoga Allah merahmati kalian, demikian pula dengan doa, ya Allah
semoga engkau menyelamatkan kita dari neraka, apabila bermaksud mengkhususkan
kepada hadirin, doa tersebut dilakukan di khutbah kedua, karena mengikuti ulama salaf
dan khalaf.

C. Sunah-Sunah Khutbah
Sunah -sunah khutbah yaitu :
1. Khutbah di atas mimbar
2. mengahadap jamaah
3. mengucapkan salam sebelum berkhutbah
4. Membaca khutbah dengan lantang
5. Adzan sebelum khutbah
6. tertib antara rukun-rukun khutbah
7. duduk oleh khotib ketika adzan
8. khutbahnya tidak terlalu panjang, tidak terlalu pendek dan dengan bahasa yang dapat di pahami
9. memegang tongkat dengan tangan kiri
10. duduk di antara dua khutbah dengan durasi bacaan surah al ikhlas.

‫‌َوُهَّللا‌َأْع َلُم ِبالَّص َو اِب‬


REFERENSI

Syekh Hasan bin Ahmad bin Muhammad bin Salim al-Kaff Kitab al-Taqrirat al-Sadidah fi al-Masail al-
Mufidah (‫ )التقريرات السديدة فى المسائل المفيدة‬jilid 1.

https://islam.nu.or.id/syariah/syarat-syarat-khutbah-dan-penjelasannya-ii-habis-klEBq

https://islam.nu.or.id/jumat/syarat-syarat-https://islam.nu.or.id/jumat/rukun-rukun-khutbah-dan-
penjelasannya-x4fTUkhutbah-dan-penjelasannya-i-tePWC

Anda mungkin juga menyukai