Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah Subhanahu Waata'ala karena dengan
rahmat dan karunia-Nya kami masih diberi kesempatan untuk menyelesaikan makalah ini. Tidak
lupa sholawat serta salam saya curahkan kepada Nabi Muhammad SAW, semoga kita bisa
bersama dengan beliau di akhirat kelak.
Pedoman ini di buat untuk memudahkan musyrif ma’had al jami’ah dalam membimbing
mahasantri dalam praktek khotib dan bilal di ma’had al jamiah IAIN Palangka Raya serta
memudahkan mahasantri dalam mengetahui tata cara khotib dan bilal yang benar sesuai syariat.
Semoga dengan adanya pedoman ini bisa bermanfaat bagi semua yang membacanya dan
mempelajarinya, dan allah mudahkan dalam pengamalannya.
Imam utomo
BAB 1 ADZAN
A. Pengertian adzan
Adzan adalah bacaan atau dzikir yang khusus yang tujuannya untuk memanggil orang untuk
melaksanakan sholat wajib 5 waktu. Adapun orang yang mengumandangkan adzan itu di sebut dengan
muadzin.
Hukum adzan yaitu sunnah muakkad pada sholat jum’at atau pada sholat lima waktu, dan pada
pendapat lain adzan hukum nya fardu kifayah pada sholat jum’at dan hukumnya sunnah pada sholat lima
waktu.
B. Fadhilah Adzan
Adapun Fadhilah seorang muadzin itu ialah:
Rasulullah SAW pernah menyebutkan, jika semua orang mengetahui besarnya pahala
mengumandangkan azan, niscaya mereka akan berebut agar dapat jatah mengumandangkan azan
meskipun dengan berbagai cara. Hal ini disebutkan Imam Bukhari dan Muslim dalam sebuah hadits:
ُثَّم َلْم َيِج ُدوا ِإَّال َأْن َيْس َتِهُم وا َع َلْيِه َالْس َتَهُم وا، َلْو َيْع َلُم الَّناُس َم ا ِفى الِّنَداِء َو الَّص ِّف اَألَّوِل
Artinya, “Seandainya orang-orang mengetahui pahala yang terkandung pada azan dan shaf pertama,
kemudian mereka tidak mungkin mendapatkannya kecuali dengan cara mengadakan undian atasnya,
niscaya mereka akan melakukan undian,” (HR Bukhari dan Muslim).
Salah satu janji Allah bagi seorang muadzin adalah ia akan dimintakan ampun oleh seluruh
benda yang ada di bumi.
اْلُم َؤ ِّذ ُن ُيْغَفُر َلُه ِبَم ِّد َصْو ِتِه َو َيْش َهُد َلُه ُك ُّل َر ْطٍب َو َياِبٍس
Artinya, “Muadzin diampuni sejauh jangkauan azannya. Seluruh benda yang basah maupun yang kering
yang mendengar azannya memohonkan ampunan untuknya,” (HR Ahmad).
Ketiga, seluruh benda yang mendengar azan siap menjadi saksi bagi seorang muadzin di Hari Kiamat
nanti.
Hal ini diungkapkan Abu Ya'lam dalam sebuah hadits bahwa seluruh jin, manusia, batu, bahkan
pohon akan menjadi saksi bagi muadzin di Hari Kiamat.
اَل َيْس َم ُع َصْو َتُه َش َج ٌر َو اَل َم َدٌر َو اَل َح َج ٌر َو ال ِج ٌّن َو ال ِإْنٌس ِإال َش ِهَد َلُه
Artinya, “Tidaklah suara azan didengar oleh pohon, lumpur, baru, jin dan manusia, kecuali mereka akan
bersaksi untuknya,” (HR Ibnu Khuzaimah).
Dalam hadits riwayat Ibnu Hibban, Rasul secara khusus meminta ampunan untuk muadzin.
Kelima, pahala orang yang azan seperti pahala orang yang melakukan shalat.
Bagaimana tidak? Tanpa muadzin, orang tidak akan mengerti bahwa waktu shalat telah masuk atau
belum. Saat tidak mengerti waktu shalat, ia tentu tidak akan melaksanakan shalat.
Keenam, Allah menjanjikan bahwa seorang muadzin adalah orang yang dapat dipercaya.
اِإلَم اُم َض اِم ٌن َو اْلُم َؤ ِّذ ُن ُم ْؤ َتَم ٌن الَّلُهَّم َأْر ِش ِد اَألِئَّم َة َو اْغ ِفْر ِلْلُم َؤ ِّذ ِنيَن
Artinya, “Imam adalah penjamin dan muadzin adalah orang yang dipercaya. Ya Allah, luruskanlah para
imam dan ampunilah muadzin,” (HR Abu Dawud dan Tirmidzi).
َيْعَج ُب َرُّبُك ْم ِم ْن َر اِع ى َغ َنٍم ِفى َر ْأِس َش ِظ َّيٍة ِبَج َبٍل ُيَؤ ِّذ ُن ِبالَّص َالِة َو ُيَص ِّلى َفَيُقوُل ُهَّللا َع َّز َو َج َّل اْنُظُر وا ِإَلى
َع ْبِد ى َهَذ ا ُيَؤ ِّذ ُن َو ُيِقيُم الَّص َالَة َيَخ اُف ِم ِّنى َفَقْد َغَفْر ُت ِلَعْبِد ى َو َأْد َخ ْلُتُه اْلَج َّنَة
Artinya, “Tuhanmu takjub kepada seorang penggembala domba di puncak bukit gunung, dia
mengumandangkan azan untuk shalat lalu dia shalat. Maka Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
‘Lihatlah hamba-Ku ini, dia mengumandangkan azan dan beriqamah untuk shalat, dia takut kepada-Ku.
Aku telah mengampuni hamba-Ku dan memasukkannya ke dalam surga,” (HR Abu Dawud dan An Nasa’i).
Kedelapan, muadzin tidak akan tenggelam oleh keringat pada saat Hari Kiamat karena ia dipanjangkan
lehernya oleh Allah SWT.
اْلُم َؤ ِّذ ُنوَن َأْط َو ُل الَّناِس َأْع َناًقا َيْو َم اْلِقَياَم ِة
Artinya, “Para muadzin adalah orang yang berleher panjang pada Hari Kiamat,” (HR. Muslim).
Beberapa ulama memaknai leher panjang ini sebagai sebuah majaz. Ibnu Arabi yang mengatakan
bahwa mereka adalah orang yang paling banyak amalnya. Sedangkan Imam Qadhi Iyadh berpendapat
bahwa yang dimaksud hadits tersebut adalah orang yang senantiasa mengumandangkan azan akan cepat
dimasukkan oleh Allah SWT ke dalam surga-Nya.
Hal ini diriwayatkan oleh Imam An-Nasai dalam sebuah hadits dari jalur Abu Hurairah:
ُك َّنا َم َع َرُس وِل ِهَّللا َص َّلى ُهَّللا َع َلْيِه َو َس َّلَم َفَقاَم ِباَل ٌل ُيَناِد ي َفَلَّم ا َس َك َت َقاَل َرُس وُل ِهَّللا َص َّلى ُهَّللا َع َلْيِه َو َس َّلَم َم ْن
َقاَل ِم ْثَل َهَذ ا َيِقيًنا َد َخ َل اْلَج َّنَة
Artinya, “Kami pernah bersama Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam, lalu Bilal berdiri
mengumandangkan azan. Ketika selesai, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, ‘Barangsiapa
mengucapkan seperti ini dengan yakin, niscaya dia masuk surga’” (HR An Nasa’i).
D. syarat muadzin
1. Islam
2. Tamyiz
3. Laki-laki
4. Seorang muadzin mengetahui dengan waktu sholat
E. sunah-sunah adzan
1. Tartil
2. Menyaringkan suara
3. Menghadap kiblat
4. Suci dari hadast kecil dan hadats besar
5. Berdiri
6. Tarji’, (mengulang adzan), yakni seorang muadzin mengucapkan kedua syahadat secara lirih
terlebih dahulu baru kemudian mengucapkannya dengan keras. Hal ini berdasarkan hadits
riwayat Abu Mahdzurah dalam Sahih Muslim.
7. menengok ke kanan (tidak bergerah seluruh badan, hanya kepala saja) saat mengucapkan ‘Hayya
alas shalah’, dan menengok ke kiri saat mengucapkan ‘Hayya alal falah’.
8. tatswib, yakni mengucapkan “As-Shâlatu khairun minan naum” setelah mengucapkan “Hayya alal
falah” ketika adzan shalat subuh.
9. Disunahkan dikumandangkan oleh orang yang memiliki suara bagus agar menarik.
10. Meletakan jari jempol dan telunjuk di telinga, dengan kedua tangan.
11. membaca doa dan shalawat kepada Rasul SAW setelah adzan berikut doanya:
َو اْبَعْثُه َم َقامًا، آِت َس ِّيَد َنا ُم َح ّم دًا الّوِس ْيَلَة َو اْلَفِض ْيَلة،َالّلُهَّم َرَّب َهِذِه الَّدْع َو ِة الَّتاَّم ِة َو الَّص اَل ِة الّقاِئَم ِة
َم ْح ُم ْو دًا الِّذ ي َو َع ْدَتُه
F. Lafadz yang di baca bilal waktu sholat jum’at
- Shalawat yang dibaca diantara dua khutbah Lafaz shalawat yang dibaca sewaktu Khatib
duduk diantara dua khutbah :
َالّلُهَّم َص ِّل َو َس ِّلْم َو ِز ْد َو َاْنِع ْم َو َتَفَّض ْل َو َباِر ْك ِبَج َالِلَك َو َك َم اِلَك َع َلى َاْش َر ِف ِعَباِد َك َسِّيِد َنا َو َم ْو َالَنا
َو َر ِض َي ُهللا َتَعاَلى َعْن ُك ِّل َص َح اَبِة َرُسْو ِل ِهللا َاْج َم ِع ْيَن، ُم َح َّم ٍد َو َع َلى آِلِه
Shalawat pengantar Khatib naik mimbarTeks shalawat yang dibaca Bilal (muadzin) sebelum
Khatib naik keatas mimbar
ِ.إَّن َهللا َو َم َالِئَكَتُه ُيَص ُّلْو َن َعلَى الَّنِبِّي َ ،يا َاُّيَها اَّلِذ ْيَن آَم ُنْو ا َص ُّلْو ا َع َلْيِه َو َس ِّلُم ْو ا َتْس ِلْيًم ا
َٰل
َ ،الّلُهَّم َص ِّل َو َس ِّلْم َو َباِر ْك َع ى َاْش َرِف ْالَعَر ِب َو ْالَعَج ِم
َ ،و ِاَم اِم َم َّك َة َو اْلَم ِد ْيَنِة َو اْلَح َر ِم َ ،سِّيِد َنا َو َم ْو َالَنا ُم َح َّم ٍد َو َع ٰل ى آِلِه َو َص ْح ِبِه َو َباِر ْك َو َس ِّلْم
َ .و ِز ْد ُه َيا َر ِّب َش َر ًفا َو َك َر ًم ا َو َم َهاَبًة َو َتْع ِظ ْيًم ا
1. laki-laki
2. suci dari hadas kecil dan hadas besar
3. suci pakaian badan dan tempat dari najis
4. menutup aurat
5. berdiri bagi yang mampu
6. duduk antara dua khutbah minimal sekedar membaca surat al ikhlas
7. muawalat (bersambung) antara khutbah pertama dan khutbah kedua
8. muawalat antara khutbah dan sholat jum’at
9. di dengar akan khutbah tersebut oleh 40 orang laki-laki.
10. Khutbah harus diperdengarkan dan didengar oleh jamaah Jumat yang mengesahkan
Jumat.
11. Rukun -rukun khutbah harus berbahasa arab
12. Di lakukan pada waktu dzuhur
C. Sunah-Sunah Khutbah
Sunah -sunah khutbah yaitu :
1. Khutbah di atas mimbar
2. mengahadap jamaah
3. mengucapkan salam sebelum berkhutbah
4. Membaca khutbah dengan lantang
5. Adzan sebelum khutbah
6. tertib antara rukun-rukun khutbah
7. duduk oleh khotib ketika adzan
8. khutbahnya tidak terlalu panjang, tidak terlalu pendek dan dengan bahasa yang dapat di pahami
9. memegang tongkat dengan tangan kiri
10. duduk di antara dua khutbah dengan durasi bacaan surah al ikhlas.
Syekh Hasan bin Ahmad bin Muhammad bin Salim al-Kaff Kitab al-Taqrirat al-Sadidah fi al-Masail al-
Mufidah ( )التقريرات السديدة فى المسائل المفيدةjilid 1.
https://islam.nu.or.id/syariah/syarat-syarat-khutbah-dan-penjelasannya-ii-habis-klEBq
https://islam.nu.or.id/jumat/syarat-syarat-https://islam.nu.or.id/jumat/rukun-rukun-khutbah-dan-
penjelasannya-x4fTUkhutbah-dan-penjelasannya-i-tePWC