Anda di halaman 1dari 42

5 HADIST KEBERSIHAN

Kumpulan Hadist Kebersihan


Hadist pertama :


Dari Aisyah r.a, Rosululloh SAW bersabda : Islam itu agama yang bersih, maka hendaknya kamu menjadi
orang yang bersih, sesungguhnya tidak akan masuk surga kecuali orang-orang yang bersih (H.R.Tobroni)
Kebersihan dicintai Allah
. .
.
Yang diriwatkan dalam hadist yang artinya : Sesungguhnya Allah SWT baik, Dia menyukai kebaikan.
Allah itu bersih, Dia menyukai kebersihan. Allah itu mulia, Dia menyukai kemuliaan. Allah itu dermawan,
Dia menyukai murah hati, Maka bersihkanlah olehmu barang dan janganlah kalian menyerupai orang
yahudi .
Hadist Membersihkan gigi
Ali bin Abi Thalib :


Abi Huraerah RA :
: .
Dari Ali bin Abi Thalib RA berkata telah bersabda Rasulullah SAW: Kalau seandainya tidak akan
merepotkan ummatku, maka aku akan perintahkan kepada mereka membersihkan gigi pada setiap
wudhu (HR Thabrani). Dari Abi Huraerah RA sesungguhnya Rasulullah SAW telah
bersabda :Seandainya tidak akan merepotkan ummatku, maka aku akan perintahkan kepada mereka
untuk membersihkan gigi pada setiap akan shalat. (HR Bukhari dan Muslim).
Hadist Tentang bersih sebelum tidur

. . ) ( /

Tidak ada seorang Muslim yang tidur dalam keadaan sucit/bersih kemudian ia bangun (shalat malam)
memohon kepada. Allah akan kebaikan di dunia dan di akhirat. kecuali Allah memberikannya kepada
orang tersebut (HR Abu Dawud).


Nabi mewariskan doa untuk selalu bersih Ya Allah bersihkanlah aku dengan salju dan embun dan
dengan air yang sejuk (HR Muslim).
Hadist Tentang membersihkan badan
/ " )( . .
/ . .
Bersihkanlah badan. maka Allah akan membersihkan kamu. Maka sesungguhnya tidak ada seorang abdi
(muslim) yang tidur dalam keadaan bersih/suci kecuali tidur bersamanya, pada rambut-rambutnya,
malaikat yang tidak ada henti-hentinya mendoa. Ya Allah ampunilah, abdimu ini karena sesungguhnya ia
tidur dalam keadaan suci/bersih. (HR Thabrani, Ibnu Hibban).
Hadist Membersihkan tangan setelah tidur

. ) (

Dari Abi Huraerah, Rasul bersabda: Apabila salah seorang di antaramu bangun dari tidur, maka
janganlah ia memasukkan tangannya kepada wadah (yang ada makanannya) sebelum ia mencucinya
tiga kali. Maka sesungguhnya ia tidak tahu ke mana tangannya itu pada waktu ia tidur(Muttafaqun alaihi).
Hadist Perintah membersihkan air kencing

. )(
Dari Anas RA berkata, telah bersabda Rasulullah SAW Bersihkanlah (sesuatu) dari air kencing. Karena
umumnya azab kubur karena urusan buang air (HR Daruquthni).
Hadist Tentang membersihkan masjid


Dari Aisyah RA berkata : Rasulullah SAW telah memerintahkan kepada kami untuk membangun masjid
di tempat-tempat tinggal dan agar selalu dibersihkan serta diberi wangi-wangian. (HR Ahmad, Tirmidzi,
lbn Majah dan Abu Dawud).
Hadist yang menyatakan kebersihan itu sebagian dari iman

. ) (
( )
"Membaca Al-hamdulillah itu memenuhi timbangan amal, membaca Subhanallah Walhamdulillah itu
memenuhi ruangan antara langit dan bumi, sholat itu merupakan cahaya, sedekah merupakan bukti
keimanan, sabar itu merupakan sinar, dan Al-quran itu merupakan hujjah ( alasan yang membenarkan
atau menyalahkan ) bagi kamu atas kamu. Setiap manusia pada waktu pagi memperjualbelikan dirinya
( kepada Allah SWT atau kepada syetan ), Ada kalanya ia beruntung dan ada kalanya ia rugi.
Itulah semua berbagai hadist yang menerangkan akan pentingnya kebersihan dalam hidup ini. Karenag
keterbatasan tenaga tentu masih ada hadist yang lain. Jika anda merasa anda hadist lain yang
menjelaskan tentang kebersihan, mohon untuk memberitahu..supaya pengetahuan kita dalam dunia
Islam semakin bertambah.
HADITS KE-1
Sehatnya Hati, Sehatnya Jasmani
: :

( )
Artinya:
Dari Amir dari Abdullah bin Numan bin Basyir r.a. beliau berkata: Saya mendengar Rasulallah bersabda,
sesungguhnya yang halal itu jelas dan yang haram jelas. Di antara keduanya terdapat perkara-perkara yang
subhat (samara-samar) yang tidak diketahui oleh orang banyak. Maka siapa yang takut terhadap subhat berarti dia
telah menyelamatkan agamanya dan kehormatannya. Dan siapa yang terjerumus dalam perkara subhat, maka
akan terjerumus dalam perkara yang diharamkan. Sebagaimana penggembala yang menggembala hewan
gembalaannya di sekitar (ladang) yang dilarang untuk memasukinya, maka lambat laun dia akan memasukinya.
Ketahuilah bahwa setiap raja memiliki larangan dan larangan Allah apa yang Dia haramkan. Ketahuilah bahwa
dalam diri ini terdapat segumpal daging, jika dia baik maka baiklah seluruh tubuh ini dan jika dia buruk, maka
buruklah seluruh tubuh; ketahuilah bahwa dia adalah hati. (HR al-Bukhari dan Muslim -redaksi lafazh dari alBukhari-)
Takhrij:
Rawi Hadits : Al-Bukhari dan Muslim
Sanad Hadits :
Al-Bukhari: diceritakan oleh Abu Nuaim dari Zakariya dari Amir dari an-Numan bin Basyir.
Muslim: diceritakan oleh Muhammad bin Abdullah bin Namir al-Hamadani dari Ubai dari Zakariya dari as-Syubai
dari an-Numan bin Basyir.
Hukum Hadits : Shahih
Perbedaan Lafadh : lafazh Muslim
( ( )


Referensi :
Shahih al-Bukhari, Kitab al-Iman, Bab fadllu man istabraa li dainihi, hadits nomor 52.
Shahih Muslim, Kitab al-Masaqah, Bab Akhdzu al-halal wa tarku as-Syubhat, hadits nomor 1599.
HADITS KE-2
Nikmatnya Sehat
( ) :
Artinya:
Dari Ibn Abbas ra beliau berkata: Nabi Muhammad SAW bersabda Dua kenikmatan yang dapat memperdaya
banyak manusia adalah sehat dan waktu luang (HR. al-Bukhari)
Takhrij:
Rawi Hadits : al-Bukhari
Sanad Hadits : Diceritakan oleh al-Makki bin Ibrahim dari Abdullah bin Said (yaitu Ibn Abi Hindi) dari bapaknya
dari Ibn Abbas ra.
Hukum Hadits : Shahih
Referensi : Shahih al-Bukhari, Kitab ar-Riqaq, BAB Maa Jaa fi ash-Shihah wa al-Firagh, No. 6049.
HADITS KE-3
Nikmat Sehat
. ( ) :
( (
Artinya:
Dari Ibn Umar radliallahu anhuma berkata: Rasulullah saw. memegang kedua pundak saya seraya bersabda:
Hiduplah engkau di dunia seakan-akan orang asing atau pengembara, Ibnu Umar berkara: Jika kamu berada di
sore hari jangan tunggu pagi hari, dan jika kamu berada di pagi hari jangan tunggu sore hari, gunakanlah
kesehatanmu untuk (persiapan saat) sakitmu dan kehidupanmu untuk kematianmu.(HR.al-Bukhari)
Takhrij:
Rawi Hadits : al-Bukhari
Sanad Hadits : Dari Ali bin Abdullah dari Muhammad bin Abdurrahman Abul Mundzir at-Thafawi dari al-Amasy dari
Mujahid dari Ibnu Umar r.a.
Hukum Hadits : Shahih
Referensi : Shahih al-Bukhari, Kitab ar-Raqaq, Bab Qaul an-Nabi SAW Kun fi ad-Dunya Kaannaka Gharibu au Abir
Sabiil, Hadits nomor 6053
HADITS KE-4
Memakan Makanan yang Baik
} :
[ 172 / / 2 ] { [ } 51 / / 23 ] {

Artinya:
Dari Abu Hurairah r.a. dia berkata: Rasulallah saw. bersabda: Sesungguhnya Allah taala itu baik, tidak menerima
kecuali yang baik. Dan sesungguhnya Allah memerintahkan kepada orang yang beriman sebagiamana Ia
memerintahkan kepada para Rasul-Nya dengan firman-Nya: Wahai para Rasul makanlah yang baik-baik dari apa
yang Kami rizkikan kepada kalian. Kemudian beliau menyebutkan ada seseorang yang melakukan perjalanan jauh
dalam keadaan kusut dan berdebu. Dia menganngkatkan tangannya ke langit seraya berkata: Ya Tuhanku, padahal
makanannya haram, minumannya haram, pakaiannya haram dan kebutuhannya dipenuhi dari sesuatu yang haram,
maka (jika begitu keadaannya) bagaimana doannya akan dikabulkan. (HR. Muslim)
Takhrij:
Rawi Hadits : Muslim
Sanad Hadits : Muslim: Diceritakan oleh Kuraib Muhammad bin alUla dari Abu Usamah dari Fudlail bin Marzuqi
dari Adi bin Tsabit dari Abi Hazim bin Hurairah.
Hukum Hadits : Shahih
Referensi : Shahih Muslim, Kitab az-Zakat, Bab Qubul ash-Shadaqah min al-Kasab ath-Thayyib wa Tarbiyatiha,
Hadits nomor 1015
HADITS KE-5
Tidak Berlebih dalam Makan
- -



.
Artinya:
Dari Miqdam bin Madikariba berkata: Saya pernah mendengar Rasulullah SAW bersabda Tidak ada bejana yang
diisi oleh manusia yang lebih buruk dari perutnya, cukuplah baginya memakan beberapa suapan sekedar dapat
menegakkan tulang punggungnya (memberikan tenaga), JIKA TIDAK BISA DEMIKIAN, MAKA HENDAKLAH IA
MEMENUHI SEPERTIGA LAMBUNGNYA UNTUK MAKANAN, SEPERTIGA UNTUK MINUMAN DAN SEPERTIGA UNTUK

BERNAFAS (HR. At-Tirmidzi)


Takhrij:
Rawi Hadits : At-Tirmidzi
Sanad Hadits : Diriwayatkan oleh Suwaid bin Nashr dari Abdullah bin al-Mubarak dari Ismail bin Ayyas dari Abu
Salamah al-Himshi dan Habib bin Shalih dari Yahya bin Jabir ath-Thaiy dari Miqdam bin Madikariba r.a.
Hukum Hadits : At-Tirmidzi berkata bahwa Hadits ini termasuk Hadits Hasan
Referensi : Sunan at-Tirmidzi, az-Zuhud, Bab Maa Jaa fi Karahiyat Katsrat al-Akl, Hadits nomor 2554
HADITS KE-6
Larangan Meniup Tempat Makan/Minum


- - .
Artinya:
DARI IBN ABBAS BAHWA RASULULLAH SHALALLAHU ALAIHI WASALLAM TELAH MELARANG BERNAFAS DI DALAM
BEJANA ATAU MELARANG UNTUK MENIUP PADANYA. (HR. AT-TIRMIDZI)
Takhrij:
Rawi Hadits : AT-TIRMIDZI
Sanad Hadits : Diriwayatkan oleh Ibn Abi Umar dari Sufyan bin Uyainah dari Abdulkarim al-Jazari dari Ikrimah
dari Ibn Abbas r.a.
Hukum Hadits : Abu Isa berkata bahwa Hadits ini termasuk Hasan Shahih
Referensi : Sunan at-Tirmidzi, al-Asyrabah, Bab Maa Jaa fi Karahiyat an-Nafkhi fi asy-Syarab, Hadits nomor 2009
HADITS KE-7
Penawar pada Sayap Lalat
- -
.
Artinya:
Dari Abu Hurairah r.a beliau berkata bahwa Rasulullah pernah bersabda: Apabila seekor lalat masuk ke dalam
minuman salah seorang kalian, maka celupkanlah ia, sebab pada salah satu sayapnya terdapat penakit dan pada
sayap lainnya ada obat penawarnya, maka dari itu celupkan semuanya. (HR. Abu Daud)
Takhrij:
Rawi Hadits : Abu Daud
Sanad Hadits : Diriwayatkan oleh Ahmad bin Hanbal dari Bisyr (Ibn al-Mufadlil) dari Ibn Ajlan dari Said alMaqbury dari Abu Hurairah r.a.
Hukum Hadits :
Referensi : Sunan Abu Daud, al-Athimah, Bab fi ad-Dubab Yaqau fi ath-Thaam, Hadits nomor 3846.
HADITS KE-8
Menjilati Tangan
: :
Artinya:
Dari Ibn Abbas bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda: Jika salah satu di antara kalian makan maka janganlah
tangannya diusap (dibersihkan) sebelum dijilati atau minta seseorang untuk menjilati tangannya. (HR. al-Bukhari)
Takhrij
Rawi Hadits : Al-Bukhari
Sanad Hadits : Al-Bukhari: diceritakan oleh Ali bin Abdullah dari Sufyan dari Amr bin Dinar dari Atho dari Ibn
Abbas.
Hukum Hadits : Shahih
Referensi : Shahih al-Bukhari, Kitab al-Athimah, BAB Laq al-Ashabi, Hadits nomor 514.
HADITS KE-9
Mencuci Tangan Sebelum Tidur



- - .
Artinya:
Dari Abu Hurairah, Nabi Muhammad SAW bersabda: Barangsiapa tertidur dan ditangannya terdapat lemak
(kotoran bekas makan) dan dia belum mencucinya lalu dia tertimpa oleh sesuatu, maka janganlah dia mencela
melainkan dirinya sendiri. (HR. Abu Daud)
Takhrij:
Rawi Hadits : Abu Daud
Sanad Hadits : Diriwayatkan oleh Ahmad bin Yunus dari Zuhair dari Suhail bin Abi Shalih dari Ayahnya dari Abu
Hurairah r.a.
Hukum Hadits :
Referensi : Sunan Abu Daud, al-Athimah, Bab fi Ghasl al-Yad min ath-Thaam, Hadits nomor 3854.
HADITS KE-10
Bersuci Sebagian dari Iman
:

Artinya:
Dari Abi Malik al-Asyari bahwa Rasulallah SAW bersabda: Bersuci sebagian dari iman, bacaan tahmid dapat

memenuhi timbangan (al-mizan), bacaan tasbih, tahmid, takbir dapat memenuhi sesuatu antara langit dan bumi,
shalat adalah cahaya, shadaqah adalah bukti/argument, sabar adalah penerang dan al-Quran adalah hujjah
bagimu atau Setiap manusia menjadi penjual dirinya sendiri (menjual dirinya dengan taat kepada Allah) maka Allah
akan membebaskan dirinya atau membinasakannya. (HR. Ahmad bin Hanbal)
Takhrij:
Rawi Hadits : Ahmad bin Hanbal
Sanad Hadits : Ahmad bin Hanbal: Diceritakan oleh Abdullah dari Afwan dari Aban dari Yahya bin Abi Katsir dari
Zaid dari Abi Salam dari Abi Malik al-Asyari.
Hukum Hadits : Menurut Syuaib al-Arnauth Hadits ini adalah Shahih
Referensi : Musnad al-Imam Ahmad bin Hanbal, Musnad al-Anshari, Hadits Abi Malik al-Asyari ra. Hadits nomor
22959.
HADITS KE-11
Bersyiwak

- -


Artinya:
Dari Zaid bin Khalid al-Juhanni, beliau berkata saya mendengar Rasulullah SAW. berkata: jika saja tidak
memberatkan umatku maka sungguh akan ku perintah mereka untuk bersyiwak setiap akan mendirikan shalat.
(HR: Abu Daud, at-Tirmidzi, Ibn Majah, dan Ahmad ibn Hanbal)
Takhrij:
Rawi Hadits : Abu Daud, at-Tirmidzi, Ibn Majah, dan Ahmad ibn Hanbal
Sanad Hadits :
Abu Daud: diceritakan oleh Ibrahim bin Musa, dari Isa bin Yunus dari Muhammad bin Ishaq dari Muhammad bin
Ibrahim at-Taimi dari Abi Salamah bin Abd ar-Rahman.
At-Tirmidzi: diceritakan oleh Abu Kuraib dari Abdah bin Sulaiman dari Muhammad bin Amr dari Abi Salamah dari
Abi Hurairah.
Ibn Majah: diceritakan oleh Abu Bakr bin Abi Syibh dari Abi Usamah dan Abdullah bin Namir dari Ubaidillah bin
Umar dari Said bin Abi Said al-Muqbiri dari Abu Hurairah.
Ahmad ibn Hanbal: diceritakan oleh Abdullah dari Uqbah bin Mukarram al-Kufi dari Yunus bin Bukair dari
Muhammad bin Ishaq dari Said bin Abi Said al-Muqbiri dari Abu Hurairah dan dari Ubaidillah bin Abi Rafi dari
bapaknya.
Hukum Hadits : Syekh al-Albani berkata bahwa Hadits ini bernilai Shahih.
Referensi :
Sunan Abu Daud, Kitab at-Thaharrah, Bab as-Syiwak, Hadits nomor 47.
Al-Jami al-Kabir li at-Tirmidzi, Bab maa jaa fi as-syiwak, Hadits nomor 22.
Sunan Ibn Maajah, Kitab at-Thaharrah wa Sunanuha, Bab as-Syiwak, Hadist nomor 287.
Ahmad bin Hanbal, musnad Ali bin Abi Thaalib ra. Hadits nomor 607.
HADITS KE-12
Mencuci Tangan Setelah Tidur
: :

Artinya:
Dari Abu Hurairah bahwa Rasulallah SAW bersabda: Jika salah satu di antara kalian berwudlu maka hisaplah air
melalui hidup kemudian semburkan, barang siapa melakukan istijmar maka hendak dilakukan dengan bilangan
ganjil. Dan jika salah satu di antara kalian bangun tidur maka hendaklah membasuh tangannya sebelum
memasukannya ke dalam air wudlu karena sesungguhnya di antara kalian tidak mengetahui di mana semalam
tangannya berada. (HR. al-Bukhari, Muslim, dan Abu Daud)
Takhrij:
Rawi Hadits : Al-Bukhari, Muslim, dan Abu Daud
Sanad Hadits :
al-Bukhari: diceritakan oleh Abdullah bin Yusuf dari Malik dari Abi Zinaad dari al-Araj dari Abu Hurairah.
Muslim: diceritakan oleh Nasr bin ali al-Judlomi dan Hamid Umar al-Bukrawi mereka diceritakan oleh Basyr bin alMufadlil dari Khalid dari Abdullah ibn Syaqiq dari Abu Hurairah.
Abu Daud: diceritakan oleh Ahmad bin Amr bin as-Sarh dan Muhammad bin Salamah al-Muradi mereka berkata
telah diceritakan oleh Ibn Wahb dari Muawiyah bin Shalih dari Abi Maryam dari Abu Hurairah ra.
Hukum Hadits : Shahih
Perbedaan Lafadh :
Lafazh Imam Muslim:

Lafazh Abu Daud






Referensi :
Shahih al-Bukhari, Kitab al-Wudlu, Bab al-Istijmar witran, Hadits nomor 160.
Shahih Muslim, Kitab at-Thaharah, Bab Karahah Ghums al-Mutawadli wa ghairihi, Hadits nomor 278.
Sunan Abu Daud, at-Thaharah, Bab fi ar-Rijal yudhilu yadahu fi al-ina qabla an yahsilahu, Hadits nomor 105.

HADITS KE-13
Kebersihan Yang Alami
) :
Artinya:
Diriwayatkan dari Abu Hurairah, beliau berkata, Nabi saw bersabda: Fitrah itu ada lima atau lima perkara yang
termasuk fitrah; berkhitan, mencukur rambut kemaluan;memotong kuku; mencabut bulu ketiak dan menggunting
kumis. (HR. al-Bukhari)
Takhrij:
Rawi Hadits : al-Bukhari
Sanad Hadit : Dari Ali dari Sufyan dari az-Zuhri dari Said bin al-Musayyab dari Abu Hurairah.
Hukum Hadits : Shahih
Referensi : Shahih al-Bukhari, Kitab al-Libas, Bab Qashsh as-Syarib, Hadits nomor 5550
HADITS KE-14
Mandi
- -
Artinya:
Dari Abu Hurairah, Nabi bersabda: Haknya Allah atas setiap muslim adalah mandi di setiap tujuh hari, yaitu
memandikan kepala dan jasadnya. (HR. Muslim)
Takhrij:
Rawi Hadits : Muslim
Sanad Hadits : Diriwayatkan oleh Muhammad bin Hatim dari Bahz dari Wuhaib dari Abdullah bin Thawus dari
bapaknya dari Abu Hurairah r.a.
Hukum Hadits : Shahih
Referensi : Shahih Muslim, Kitab al-Jumah, Bab ath-Thayyib wa as-Siwak yaum al-Jumah, Hadit nomor 2000
HADITS KE-15
Larangan Kencing di Air Tenang
- -
Artinya:
Dari Jubair ra dari Nabi SAW, sesungguhnya Nabi melarang kencing di air yang tidak mengalir. (HR an-Nasai).
Takhrij:
Rawi Hadits : An-Nasai
Sanad Hadits : Diriwayatkan oleh Qutaibah dari al-Laits dari Abu Zubair dari Jabir r.a.
Hukum Hadits :
Referensi : Sunan an-Nasai, ath-Tharah, BAB an-Nahy an al-Baul fi al-Ma ar-Rakid, Hadits nomor 35.
HADITS KE-16
Kebersihan Hati dan Jiwa

.
- -



Artinya:
Dari Abu Hurairah r.a. berkata: Ketika Rasulullah SAW takbiratul ikhram maka setelahnya beliau diam, yakni di
antara takbir dan membaca al-Fatikhah. Kemudian aku bertanya kepadanya. Demi bapakku, anda, dan
ibuku,kenapa engkau diam di antara takbir dan bacaan al-fatikhah? Beritahu kepadaku apa yang engkau baca?
Beliau menjawab: Ya Allah, jauhkanlah diriki dari kesalahan-kesalahanku sebagaimana Engkau telah menjauhkan
timur dari Barat. Ya Allah, bersihkanlah aku dari kesalahan-kesalahanku seperti kain putih yang dibersihkan dari
kotoran. Ya Allah, cucilah diriku dari kesalahan-kesalahanku dengan air, es, dan embun. (H.R Abu dawud)
Takhrij:
Rawi Hadits : Abu daud
Sanad Hadits : Diriwayatkan oleh Ahmad bin Abi Suaib dari Muhammad bin Fudlail dari Umarah dari Abu Kamil
dari Abdul Wahid dari Umarah dari Abu Zurah dari Abu Hurairah r.a.
Hukum Hadits :
Referensi : Sunan Abu Daud, ash-Shalat, Bab as-Saktah Inda al-Iftitah, Hadits nomor 781.
HADITS KE-17
Yang Kuat Yang Dicintai Allah

- -



.
.
Artinya:
Dari Abu Hurairah, Nabi Muhammad SAW berabda: Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih disukai oleh Allah
daripada mukmin yang lemah, tetapi di tiap-tiap (seorang mukmin) itu ada kebaikan, maka berkeinginanlah
(optimis) kepada apa-apa yang memberi manfaat dan minta tolonglah kepada Allah dan jangan merasa lemah, dan
jika engkau tertimpa musibah janganlah berkata seandainya saya berbuat seperti ini seperti ini seperti ini, tapi
katakan ketetapan Allah, apa yang Dia kehendaki maka Dia kerjakan, karena perkataanmu tadi kamu telah
membuka pintu untuk perbuatan syaitan. (HR. Muslim)
Takhrij:
Rawi Hadits : Muslim

Sanad Hadits : Diriwayatkan oleh Abu Bakar bin Abi Syaibah dan Ibn Numair mereka berdua dari Abdullah bin
Idris dari Rabiah bin Ustman dari Muhammad bin Yahya bin Hibban dari al-Araj dari Abu Hurairah r.a.
Hukum Hadits : Shahih
Referensi : Shahih Muslim, al-Qadar, Bab fi al-Amr bi al-Quwwah wa Tark al-Ajzi wa al-Istianah bi Allah wa Tafwidl
al-Maqadir, Hadits nomor 6945
HADITS KE-18
Permainan Yang Diperbolehkan
: . : : : :
: :

Artinya:
Dari Atho bin Abi rabbah, beliau berkata: Saya melihat Jabir bin Abdurrahman dan Jabir bin Amir al-Anshhari
sedang bermain panah Atho berkata: Maka salah satu di antara mereka merasa bosan kemudian duduk,
kemudian temannya menanyakannya apakah kamu malas? Dia menjawab Iya kemudian salah satu di antaranya
berkata kepada temannya itu Saya pernah mendengar Rasullullah SAW bersabda: Setiap sesuatu yang bukan
termasuk dzikir kepada Allah adalah Lahw dan Lab kecuali pada empat hal, yaitu bermainnya sang suami dengan
istrinya, pengajarannya seseorang terhadap kudanya, larinya seseorang di antara dua garis (start dan finish) dan
seoranng yang mempelajari renang. (HR. Abu Nuaim al-Ashbahani)
Takhrij:
Rawi Hadits : Abu Nuaim al-Ashbahani
Sanad Hadits : Diriwayatkan oleh al-Qadli Abu Ahmad Muhammad bin Ahmad bin Ibrahim, Habib bin al-Hasan dan
Muhammad bin Ali bin Hubaisy mereka semua dari Khalaf bin Amr al-Ukbari dari al-Maafi bin Sulaiman dari Musa
bin Ayan dari Abdurrahman az-Zuhri dari Khalid bin Abi Yazid dari Abdurrahman az-Zuhri dari Atha bin Abi Rabah
Hukum Hadits :
Referensi : Marifah ash-Shahabah li Abi Nuaim al-Ashbahani, Bab al-Jim, Bab Min Ismihi Jabir, Hadits nomor 1424
HADITS KE-19
Olahraga Renang
: :
Artinya:
Dari Ibnu Umar, beliau berkata bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda: Ajari anak-anak lelakimu renang dan
memanah, dan ajari menggunakan alat pemintal untuk wanita (HR. Al-Baihaqi)
Takhrij:
Rawi Hadits : al-Baihaqi
Sanad Hadit : Diriwayatkan oleh Abu Bakr Ahmad bin al-Hasan al-Qadli dari Abu Jafar Muhammad bin Ali bin
Duhaim asy-Syaibani dari Ahmad bin Ubaid bin Ishaq bin Mubaraq al-Athar dari Ubai dari Qaisy dari Laits dari
Mujahid dari Ibnu Umar r.a.
Hukum Hadits :
Referensi : Syub al-Iman lil Baihaqi, at-Tasi wa Tsalatsun min Syub al-Iman, as-Situun min Syub al-Iman wa
Huwa, Bab fi Huquq al-Auwlad wa al-Ahliin, Hadits nomor 8411
HADITS KE-20
Olahraga Panah
: - -


:

:


: . .
Artinya:
Dari Uqbah bin Amr berkata: Saya mendengar Rasulullah SAW bersabda Sesungguhnya Allah SWT akan
memasukan tiga kelompok ke dalam Sorga karena sebab panah satu, yaitu pembuat panah yang mengharapkan
kebaikan dari panah buatannya, pemanah dan pelontar anak panah, maka memanahlah dan naikilah (kuda) kalian
semuanya, adapaun memanah lebih aku sukai dari pada naik kuda. Bukanlah suatu lahw kecuali pada tiga hal;
Seorang yang mengajari kudanya, permainannya terhadap istrinya dan permainan busur dan anak panahnya,
barang siapa meninggalkan olahraga panah setelah mempelajarinya karena benci maka (ketahuilah) bahwa
sesungguhnya ia adalah suatu nikmat yang telah dia tinggalkan atau Nabi berkata yang telah ia kufuri. (HR. Abu
Daud)
Takhrij:
Rawi Hadits : Abu Daud
Sanad Hadit : Diriwayatkan oleh Said bin Manshur dari Abdullah bin al-Mubarak dari Abdurrahman bin Yazid bin
Jabir dari Abu Sallam dari Khalid bin Yazid dari Uqbah bin Amir.
Hukum Hadits :
Referensi : Sunan Abu Daud, al-Jihad, Bab fi ar-Ramyi, Hadits nomor 2515.
HADITS KE-21
Olahraga Panah

- - .
Artinya:
Dari Uqbah bin Amir al-Juhani berkata: Saya mendengar Rasulullah bersabda, Barang siapa belajar memanah

kemudian meninggalkannya, maka dia telah menyakitiku (HR. Ibnu Majah)


Takhrij:
Rawi Hadits : Ibnu Majah
Sanad Hadits : Diriwayatkan oleh Harmalah bin Yahya al-Mishr dari Abdullah bin Wahb dari Ibn Lahiah dari
Utsman bin bin Nuaim ar-Raaini dari al-Muhirah bin Nahik dari Uqbah bin Amir al-Juhaini.
Hukum Hadits :
Referensi : Sunan Ibn Majah, al-Jihad, Bab ar-Ramyi fi Sabilillah, Hadits nomor 2921.
HADITS KE-22
Perlunya Berobat
:

Artinya:
Dari Asamah ibn Syarik berkata: Orang-orang Arab berkata Ya Rasulallah! apakah kami berobat? Beliau
menjawab, Ya, wahai hamba-hamba Allah. Sesungguhnya Allah meletakkan penyakit dan diletakkan pula
penyembuhannya, kecuali satu penyakit. Mereka lantas bertanya Penyakit apa ya Rasulallah? Beliau menjawab:
penyakit ketuaan (pikun). (HR. At-Tirmidzi)
Takhrij:
Rawi Hadits : At-Tirmidzi
Sanad Hadit :
Dari Basyir bin Muadz alAqdi dari Abu Uwanah dari Ziyad bin Alaqah dari Usamah bin Syarik.
Hukum Hadits : Syekh Albani berkata bahwa hadits ini bernilai shahih
Referensi : Sunan at-Turmudzi dalam Kitab At-Thibb bab Anjuran untuk berobat hadits Nomor 2038.
HADITS KE-23
Habbah Saudah
( ) :
Artinya:
Diriwayatkan oleh Abu Hurairah r.a. beliau pernah mendengan bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda: Pada
Habbah Saudah (mirip jintan hitam) itu terdapat obat untuk segala macam penyakit kecuali kematian. (HR. alBukhari dan Muslim)
Takhrij:
Rawi Hadits : al-Bukhari dan Muslim
Sanad Hadit :
Al-Bukhari: Diceritakan oleh Yahya bin Bakir dari al-Laits dari Aqil dari Ibn Syihab dan Said bin al-Musayyab,
mereka berdua dari Abu Hurairah r.a.
Muslim: Diceritakan oleh Muhammad bin Ramh bin al-Muhajir dari al-Laits dari Aqil dari Ibn Syihab dari Abu
Salamah dari Abbdurrahman dan Sad bin al-Musayyab, mereka berdua dari Abu Hurairah r.a.
Hukum Hadits : Shahih
Perbedaan Lafadh : lafazh Muslim

Referensi :
Shahih al-Bukhari, Kitab at-Thib, BAB al-Habbah as-Saudah, hadits nomor 5364.
Shahih Muslim, as-Salam, BAB at-Tadawi bi al-Habbah as-Saudah, hadits nomor 2215.
HADITS KE-24
Berobat dengan Minyak Zaitun
- -
Artinya:
Dari Umar, beliau berkata bahwa Nabi Muhammad SAW pernah bersabda: Berobatlah dengan minyak zaitun dan
minyakilah dengannya, karena ia berasal dari pohon yang penuh barakah
Takhrij:
Rawi Hadits : Ibnu Majah
Sanad Hadits : Diriwayatkan oleh al-Husain bin Mahdi dari Abdurrazaq dari Mamar dari Zaid bin Aslam dari
Bapaknya Zaid dari Umar r.a.
Hukum Hadits :
Referensi : Sunan Ibnu Majah, al-Athimah, Bab az-Zait, Hadits nomor 3444.
HADITS KE-25
Kurma Ajwah


: :
.
Artinya:
Diriwayatkan oleh Sad bin Abi Waqash, beliau berkata bahwa saya mendengar Rasulallah SAW pernah bersabda:
Barang siapa pada pagi harinya makan 7 (tujuh) butir kurma ajwa, maka pada hari itu tidak akan
membahayakannya segala bentuk sihir dan rajun. (HR. Abu Uwanah dan Baihaqi)
Takhrij:
Rawi Hadits : Abu Uwanah
Sanad Hadits :

Abu Uwanah: diceritakan oleh Abu Bakr Muhammad bin Abdurrahman al-Jufi dari Usamah dari Hasyim bin Utbah
bin Abi Waqash dari Amir bin Sad bin Abi Waqash dari Sad bin Abi Waqash r.a.
Baihaqi: Diceritakan oleh Abu al-Husain bin Bisyran dari Abu Ali (Ismail bin Muhammad ash-Shafar) dari
Muhammad bin Ubaidillah al-Munadi dari Abu Badr (Syuja bin al-Walid) dari Hasyim bin Hasyim dari Amir bin Sad
dari Sad.
Hukum Hadits :
Referensi :
Mustakhraj Abu Uwanah, Mubtada Kitab al-Athimah, BAB Bayan Fadl Tamr al-Ajwah, Hadits nomor 6735
Sunan al-Baihaqi, Kitab adl-Dlohaya, BAB adwiyah an-Nabi, Hadits nomor 20053.
HADITS KE-26
Berobat dengan Madu
. ( ) . ( ) . ( ) :
. ( )
Artinya:
Dari Abi Said: Ada seseorang menghadap Nabi Shallallahu alaihi wa sallam, ia berkata: Saudaraku mengeluhkan
sakit pada perutnya. Nabi berkata: Minumkan ia madu. Kemudian orang itu datang untuk kedua kalinya, Nabi
berkata: Minumkan ia madu. Orang itu datang lagi pada kali yang ketiga, Nabi tetap berkata: Minumkan ia
madu.Setelah itu, orang itu datang lagi dan menyatakan: Aku telah melakukannya (namun belum sembuh juga
malah bertambah mencret). Nabi bersabda: Allah Mahabenar dan perut saudaramu itu dusta. Minumkan lagi
madu. Orang itu meminumkannya lagi, maka saudaranya pun sembuh. (HR. Al-Bukhari dan Muslim redaksi dari
al-Bukhari-)
Takhrij:
Rawi Hadits : al-Bukhari dan Muslim
Sanad Hadit :
Al-Bukhari: Diriwayatkan oleh Ayyas bin al-Walid dari Abdul Ala dari Said dari Qatadah dari Abi al-Mutawakil dari
Abi Said.
Muslim: Diriwayatkan oleh Muhammad bin al-Mutsanna dan Muhammad bin Basyar -redaksi hadits dari Ibn alMutsanna- mereka berdua dari Muhammad bin Jafar dari Syubah dari Qatadah dari Abi al-Mutawakil dari Abi Said
al-Khudri.
Perbedaan Lafazh : lafazh Muslim

.
- - . - -

.


.

.
- - .
.
Hukum Hadits : Shahih
Referensi :
Shahih al-Bukhari, Kitab ath-Thibb, Bab ad-Dawa bi al-Asal, Hadits nomor 5360.
Shahih Muslim, as-Salam, Bab at-Tadawi bi saqyi al-Asal, hadits nomor 5901
HADITS KE-27
Menurunkan Panas Demam
( ) :
Artinya:
Diceritakan dari Aisyah r.a. bahwa Nabi Muhammad SAW pernah bersabda: Panas demam itu berasal dari didihan
api neraka jahanam, karena itu dinginkanlah panasnya dengan air. (HR. al-Bukhari dan Muslim)
Takhrij:
Rawi Hadits : al-Bukhari dan Muslim
Sanad Hadit :
Al-Bukhari: Diceritakan oleh Malik bin Ismail dari Zuhair dari Hisyam dari Urwah dari Aisyah r.a.
Muslim: Diceritakan oleh Abu Bakr bin Abi Syaibah dan Abu Kuraib, mereka berdua berkata bahwa telah diceritakan
oleh Ibn Numair dari Hisyam dari bapaknya dari Aisyah r.a.
Hukum Hadits : Shahih
Referensi :
Shahih al-Bukhari, Kitab Bida al-Khalq, BAB Shifat an-Naar wa Annahaa Makhluqat, hadits nomor 3090.
Shahih Muslim, as-Salam, BAB Likulli Dain Dawaun wa Istihbab at-Tadawi, Hadits nomor 5885.
HADITS KE-28
Berbekam


Artinya:
Dari Ibn Abbas, beliau berkata: Rasulullah pernah berbekam dan memberikan upah kepada yang membekam,
seandainya beliau tahu kalau berbekam itu jelek tentunya tidak memberi upah. (HR. Abu Daud dan Ahmad bin
Hambal)
Takhrij:
Rawi Hadits : Abu Daud dan Imam Ahmad bin Hambal
Sanad Hadits :
Sanad dari Abu Daud; Diceritakan dari Musaddad dariYazid bin Zurai dari Khalid dari Ikrimah dari Ibn Abbas.

Sanad dari Imam bin Hambal; Diceritakan dari Hasyim dari Israil dari Jabir dari Amir dari Ibn Abbas.
Hukum Hadits : Syekh Albani berkata bahwa hadits ini bernilai shahih
Perbedaan Lafadh :


-


Referensi :
Sunan Abu Daud, Kitab al-Ijarah, Bab Kasb al-Hajam al-Ijarah, Hadits nomor 3425.
Musnad al-Imam Ahmad bin Hambal, Juz ke-5, Hadits nomor 2979.
HADITS KE-29
Gurah
:
Artinya:
Dari Ibnu Abbas r.a. bahwa Nabi Muhammad SAW pernah melakukan bekam dan memberinya upah kemudian
melakukan Gurah (memasukan obat ke dalam hidung). (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Takhrij:
Rawi Hadits : Al-Bukhari dan Muslim
Sanad Hadits :
Al-Bukhari: Diriwayatkan oleh Mualla bin Asad dari Wahaib dari Ibn Thawus dari ayahnya dari Ibnu Abbas r.a.
Muslim: Diriwayatkan oleh Ahmad bin Said bin Shakhr ad-Darami dari Hibban bin Hilal dari Wahaib dari Abdullah
bin Thawus dari ayahynya dari Ibnu Abbas r.a.
Hukum Hadits : Shahih
Referensi :
Shahih al-Bukhari, Kitab ath-Thibb, Bab as-Suuth, Hadits nomor 5367
Shahih Muslim, Kitab as-Salam, Bab Likulli Dain Dawaun wa Istihbab at-Tadawi, Hadits nomor 1202
Hadits Ke-30
Berobat dengan Susu dan Air Seni Onta

- - .
Artinya:
Dari Anas bahwa sekelompok manusia dari Suku Uryanah beranjak ke Madinah namun mereka tidak menyukai
hawa madinah, maka dari itu nabi Muhammad SAW mengirim kepada mereka seekor onta shadaqah, kemudian
Nabi bersabda: Minumlah air seni dan susu onta tersebut. (HR. At-Tirmidzi)
Takhrij:
Rawi Hadits : At-Tirmidzi
Sanad Hadits : Diriwayatkan oleh al-Hasan bin Muhammad az-Zafaran dari Affan dari Hammad bin Salamah dari
Humaid dan Tsabit dan Qatadah dari Anas.
Hukum Hadits : Menurut Abu Isa termasuk Hadits Hasan Shahih Gharib.
Referensi : Sunan at-Tirmidzi, Kitab al-Athimah, Bab Maa Jaa fi Syurb Abwal al-Ibil, Hadits nomor 1963
HADITS KE-31
Berobat dengan Pohon Pacar
:

Artinya:
Dari Ali bin Ubaidillah dari Kakeknya yang sedang melayani Nabi Muhammad SAW berkata: Ketika Rasulullah SAW
terkena luka yang bernanah dan luka parah selalu memerintahku untuk meletakkan pohoh pacar di atas luka
tersebut. (HR. At-Tirmidzi)
Takhrij:
Rawi Hadits : At-Tirmidzi
Sanad Hadits : Diriwayatkan oleh Ahmad bin Mani dari Himad bin Khalid al-Khiyath Faid mauwla li Aali Abi rafi
dari Ali bin Ubaidillah dari Kakeknya.
Hukum Hadits : Menurut Abu Isa termasuk Hadits Hasan Gharib, dan Shahih menurut asy-Syaih al-Albani
Referensi : Sunan at-Tirmidzi, Kitab ath-Thibb an Rasulillah SAW, Bab Maa Jaa fi at-Tadawi bi al-Hina, Hadits
nomor 2054
HADITS KE-32
Larangan Berobat dengan Benda Najis


Artinya:
Dari Abu Hurairah, beliau berkata: Rasulullah saw. melarang berobat menggunakan sesuatu yang kotor/najis. (HR.
Abu Daud Turmudzi, Ahmad bin Hambal, dan Ibn Majah)
Takhrij:
Rawi Hadits : Abu Daud, Turmudzi, Ahmad bin Hambal, dan Ibn Majah
Sanad Hadit :
Sanad dari Abu Daud; diceritakan dari Harun bin Abdullah dari Muhammad bin Bisyri dari Yunus bin Abu Ishaq dari
Mujahid dari Abu Hurairah.

Sanad dari at-Turmudzi; diceritakan dari Suwaid bin Nashr dari Abdullah bin al-Mubarak dari Yunus bin Abu Ishaq
dari Mujahid dari Abu Hurairah.
Sanad dari Ahmad bin Hambal; diceritakan dari Abu Qathn dari Yunus dari Mujahid dari Abu Hurairah. Pada sanad
yang lain; diceritakan dari Waki dari Yunus dari bin Ishaq dari Mujahid dari Abu Hurairah.
Sanad dari Ibnu Majah; diceritakan dari Abu Bakar bin Abi Syaibah dari Waki dari Yunus dari bin Ishaq dari Mujahid
dari Abu Hurairah.
Hukum Hadits : Syekh Albani berkata bahwa hadits ini bernilai shahih
Perbedaan Lafadh : at-Turmudzi menjelaskan yakni Racun.
Referensi :
Sunan Abu Daud dalam Kitab At-Thibb pada BAB al-Adawah al-Makruhah, Hadits nomor 3872.
Al-Jami al-Kabir li at-Turmudzi pada BAB maa jaa fi nadlhi bauli al-Ghulam Qabla an-yutham, Hadits nomor
2045.
Musnad al-Imam Ahmad ibn Hanbal, Juz 13, Hadits nomor 8048.
Sunan ibn Majah, BAB an-Nahy an ad-Dawa al-Khabits, Hadits nomor 3459.
Hadits Ke-33
Larangan Berobat dengan Khamr
:

Artinya:
Dari Simak, dia mendengar Alqamah bin Wail dari Ayahnya, bahwa dia menyaksikan Nabi Muhammad SAW ditanya
oleh Suwaid bin Thariq atau Thariq bi n Suwaid tentang khamr, kemudian Nabi melarang khamr, kemudia Suwaid
bin Thariq bertanya: Sekalipun khamr itu untuk berobat? Kemudian Nabi menjawab:Khamr itu bukanlah obat
melainkan penyakit. (HR. At-Tirmidzi)
Takhrij:
Rawi Hadits : At-Tirmidzi
Sanad Hadits : Diriwayatkan oleh Mahmud bin Ghailan dari Abu Daud dari Syubah dari Simaak dari Alqamah bin
Waail dari ayahnya
Hukum Hadits : Abu Isa berkata ini adalah Hadits Hasan Shahih dan asy-Syaih al-Albani menghukuminya Hadits
Shahih
Referensi : Sunan at-Tirmidzi, Kitab ath-Thibb An Rasulillah SAW, Bab Maa Jaa fi Karahiyah at-Tadawi bi al-Muskir,
Hadits nomor2046
HADITS KE-34
Larangan Berobat dengan Besi Yang Dipanaskan
) :
Artinya:
Dari Ibnu Abbas, dari Nabi Muhammad SAW bersabda: Obat terdapat dalam tiga hal, yaitu pada ketentuannya
tukang bekam, minuman madu, atau besi yang dipanaskan, akan tetapi aku melarang umatku berobat
menggunakan besi yang dipanaskan (HR. Al-Bukhari)
Takhrij:
Rawi Hadits : al-Bukhari
Sanad Hadits : Diriwayatkan oleh Muhammad bin Abdurrahim dari Suraij bin Yunus Abu al-Harits dari Marwan bin
Sujja dari Salim al-Afthas dari Said bin Jubair dari Ibnu Abbas r.a.
Hukum Hadits : Shahih
Referensi : Shahih al-Bukhari, Kitab ath-Thibb, Bab asy-Syifa fi Tsalats, Hadits nomor 5357
HADITS KE-35
Antisipasi Wabah Penyakit
) : ) ( :
(
Artinya:
Dari Abu Hurairah r.a dia berkata bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda: la adwa (tidak boleh dicampur). Abu
Salah bin Abdurrahman berkata: Saya mendengar Abu Hurairah berkata: Dari Nabi SAW bersabda: Janganlah
kalian campur hewan sakit dengan yang masih sehat. (HR. Al-Bukhari)
Takhrij:
Rawi Hadits : Al-Bukhari
Sanad Hadits : Diriwayatkan oleh Abu al-Yaman dari Syuaib dari az-Zuhri dari Abu Salamah bin Abdurrahman dari
Abu Hurairah r.a.
Hukum Hadits : Shahih
Referensi : Shahih al-Bukhari, Kitab ath-Thibb, Bab Laa adwa, Hadits nomor 5439
HADITS KE-36
Antisipasi Wabah Penyakit
) :
(

Artinya:
Telah menceritakan kepada kita Hafsh bin Umar dari Syubah, dia berkata: Habib bin Abi Tsabit telah memberi
khabar kepada kita, dia berkata: Saya mendengar Ibrahim bin Sad berkata: Saya mendengar Usamah bin Zaid
bertutur kepada Sad tentang Nabi SAW yang pernah bersabda: Jika kalian mendengar ada wabah penyakit di
suatu daerah maka kalian jangan memasuki daerah tersebut, dan jika wabah tersebut mengenai suatu daerah dan
kalian berada di dalamnya maka janganlah kalian keluar dari daerah tersebut. (HR. Al-Bukhari)
Takhrij:
Rawi Hadits : Al-Bukhari
Sanad Hadit : Diriwayatkan oleh Hafaz bin Umar dari Syubah dari Habib bin Abi Tsabit dari Ibrahim bin Sad dar
Usamah bin Yazid dari Sad.
Hukum Hadits : Shahih
Referensi : Shahih al-Bukhari, Kitab ath-Thibb, Bab Maa Yudzkaru fi ath-Thaun, Hadits nomor 5396
HADITS KE-37
Doa untuk Orang Sakit
) :
Artinya:
Dari Aisyah r.a. bahwa Rasulullah SAW ketika menjenguk orang sakit atau ada orang sakit yang mendatangi beliau
maka Nabi berdoa Pergilah penyakit yang parah, Wahai Tuhan semua manusia, Sembuhkanlah sungguh Engkaulah
Dzat Yang Menyembuhkan, tidak ada kesembuhan kecuali kesembuhan yang berasal dari-Mu yaitu kesembuhan
yang tidak meninggalkan sakit sedikitpun (HR. Al-Bukhari)
Takhrij:
Rawi Hadits : Al-Bukhari
Sanad Hadits : Diriwayatkan oleh Musa bin Ismail dari Abu Uwanah dari Manshur dari Ibrahim dari Masruuq dari
Aisyah r.a.
Hukum Hadits : Shahih
Referensi : Shahih al-Bukhari, Kitab al-Mardlo, Bab Dua al-Aid li al-Maridl, Hadits nomor 5351
HADITS KE-38
Leburnya Dosa Karena Sakit
) : (
Artinya:
Aisyah r.a istri Nabi berkata, bahwa Rasulullah SAW bersabda: Tidak ada musibah yang mengenai seorang muslim
melainkan karena sebab musibah itulah Allah akan melebur dosa-dosanya, sekalipun ia terkena duri. (HR. AlBukhari)
Takhrij:
Rawi Hadits : Al-Bukhari
Sanad Hadits : Diriwayatkan oleh Abu al-Yaman al-Hakam bin Nafi dari Syuaib dari az-Zuhri dari Urwah bin
Zubair dari Aisyah r.a.
Hukum Hadits : Shahih
Referensi : Shahih al-Bukhari, Kitab al-Mardlo, Bab Maa Jaa fi Kafarah al-Mardlo, Hadits nomor 5317
HADITS KE-39
Larangan Mengaharap Kematian
) :
(
Artinya:
Dari Anas bin Malik r.a. Nabi Muhammad SAW bersabda: Janganlah salah satu diantara kalian mengharap kematian
sebab penyakit yang menimpanya. Kalaupun sangat mendesak, maka berdoalah Ya Allah, hidupkanlah hamba jika
hidup itu lebih baik bagiku dan matikanlah hamba jika kematian itu baik bagiku. (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Takhrij:
Rawi Hadits : al-Bukhari dan Muslim
Sanad Hadits :
Al-Bukhari: Diriwayatkan oleh Adam dari Syubah dari Tsabit al-Banani dari Anas bin Malik r.a.
Muslim: Diriwayatkan oleh Zuhair bin Harb dari Ismail (Ibnu Aliyah) dari Abdulaziz dari Anas r.a.
Perbedaan Lafazh : lafazh Muslim

Hukum Hadits : Shahih
Referensi :
Shahih al-Bukhari, Kitab al-Mardlo, Bab Nahy Tamnna al-Maridl al-Maut, Hadits nomor 5347
Shahih Muslim, Kitab adz-Dzikr wa ad-Dua wa at-Taubah wa al-Istighfar, Bab Tamanna Karahah al-Maut, Hadits
nomor 2680
HADITS KE-40
Ruqyah


- - .
Artinya:
Dari Abi Said, dia berkata bahwa Rasulullah SAW senantiasa meminta perlindungan dari beberapa Jin dan penyakit

ain manusia sampai turunlah surat al-muawidatani, ketika kedua ayat itu telah turun maka nabi meminta
perlindungan dengan kedua ayat tersebut dan meninggalkan yang selainnya. (HR. At-Tirmidzi)
Takhrij:
Rawi Hadits : at-Tirmidzi
Sanad Hadits : Diriwayatkan oleh Hisyam bin Yunus al-Kufi dari al-Qasim bin Malik al-Muzani dari al-Jurairi dari Abi
Nadlrah dari Abi Said
Hukum Hadits : Abu Isa berkata bahwa Hadits ini termasuk Hadits Hasan Gharib
Referensi : Sunan at-Tirmidzi, at-Tibb, Bab Maa Jaa fi ar-Ruqyah bi al-Muawidzataini, Hadits nomor 2198.

Hadist Tentang Kesehatan


BAB I
PENDAHULUAN
I.1 LATAR BELAKANG
Islam adalah suatu agama yang mengutamakan kebersihan, yang bertujuan untuk mewujudkan kesehatan bagi
pemeluknya. Oleh karna itu kesehatan sangatlah penting bagi kita. Sebagai umat islam kita hendaknya mengetahui
hal-hal yang berhubungan dengan kesehaan dalam sudut pandang agama islam, terutama hadist-hadist tentang
kesehatan.
I.2 PERMASALAHAN
Dalam kehidupan sehari-hari umat islam tidak seluruhnya mengetahui hadist-hadist yang berhubungan dengan
kesehatan, dalam kesehariannya umat islam kebanyakan lebih mengetahui perihal kesehatan dalam ruang lingkup
medis/kimiawi saja.
I.3 TUJUAN
Tujuan dalam penulisan makalah ini adalah untuk menambah ilmu pengetahuan tentang kesehatan berserta
hadist-hadist yang berkaitan dengan kesehatan dalam perspektif agama islam dan diharapkan bermanfaat bagi kita
semua.
I.4 PEMBATASAN MASALAH
Hadist-hadist tentang kesehatan sangatlah luas dan menarik untuk dipelajari, namun dalam penyusunan makalah
ini kami membatasi beberapa hadist saja yang kami tulis mengingat cakupan hadist-hadist kesehatan dalam islam
sangatlah luas, serta beberapa contoh pengobatan Nabawi yang tidak menjelaskan secara detail proses
pengobatannya tersebut.

BAB II
PEMBAHASAN
II.1 Kesehatan Dalam Perspektif Islam

Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, (daging hewan) yang disembelih atas nama selain
Allah, yang tercekik, yang terpukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan diterkam binatang buas, kecuali yang sempat
kamu menyembelihnya, dan (diharamkan bagimu) yang disembelih untuk berhala. Dan (diharamkan juga) mengundi
nasib dengan anak panah, (mengundi nasib dengan anak panah itu) adalah kefasikan. Pada hari ini orang-orang
kafir telah putus asa untuk (mengalahkan) agamamu, sebab itu janganlah kamu takut kepada mereka dan takutlah
kepada-Ku. Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku,
dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu. Maka barang siapa terpaksa karena kelaparan tanpa sengaja
berbuat dosa, sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang (QS. Al Maa'idah, 5: 3).
Islam memiliki perbedaan yang nyata dengan agama-agama lain di muka bumi ini. Islam sebagai agama yang
sempurna tidak hanya mengatur hubungan manusia dengan
Sang Khalik-nya dan alam syurga, namun Islam memiliki aturan dan tuntunan yang bersifat komprehensif1,
harmonis, jelas dan logis. Salah satu kelebihan Islam yang akan dibahas dalam tulisan ini adalah perihal perspektif
Islam dalam mengajarkan kesehatan bagi individu maupun masyarakat.
Kesehatan merupakan salah satu hak bagi tubuh manusia'' demikian sabda Nabi Muhammad SAW. Karena
kesehatan merupakan hak asasi manusia, sesuatu yang sesuai dengan fitrah manusia, maka Islam menegaskan
perlunya istiqomah memantapkan dirinya dengan menegakkan agama Islam. Satu-satunya jalan dengan
melaksanakan perintah perintah-Nya dan meninggalkan larangan-Nya. Allah berfirman:

''Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh-penyembuh bagi
penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk dan rahmat bagi orang-orangnya yang beriman''
(QS:Yunus 57).
Sehat menurut batasan World Health Organization (WHO) adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial
yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Tujuan Islam mengajarkan hidup yang
bersih dan sehat adalah menciptakan individu dan masyarakat yang sehat jasmani, rokhani, dan sosial sehingga
umat manusia mampu menjadi umat yang pilihan.

II.2 Beberapa Hadist yang berkaitan dengan kesehatan


1. Dari Jabir bin Abdullah radhiallahu anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda:

Setiap penyakit pasti memiliki obat. Bila sebuah obat sesuai dengan penyakitnya maka dia akan sembuh dengan
seizin Allah Subhanahu wa Taala. (HR. Muslim)
2. Dari Abu Hurairah radhiallahu anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda:

3.

Tidaklah Allah menurunkan sebuah penyakit melainkan menurunkan pula obatnya. (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Dari Usamah bin Syarik radhiallahuanhu, bahwa beliau berkata:

Aku pernah berada di samping Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam. Lalu datanglah serombongan Arab
dusun. Mereka bertanya, Wahai Rasulullah, bolehkah kami berobat? Beliau menjawab: Iya, wahai para hamba
Allah, berobatlah. Sebab Allah Subhanahu wa Taala tidaklah meletakkan sebuah penyakit melainkan meletakkan
pula obatnya, kecuali satu penyakit. Mereka bertanya: Penyakit apa itu? Beliau menjawab: Penyakit tua. (HR.
Ahmad, Al-Bukhari dalam Al-Adabul Mufrad, Abu Dawud, Ibnu Majah, dan At-Tirmidzi, beliau berkata bahwa hadits ini
hasan shahih. Syaikhuna Muqbil bin Hadi Al-Wadii menshahihkan hadits ini dalam kitabnya Al-Jami Ash-Shahih
mimma Laisa fish Shahihain, 4/486)
4. Dari Ibnu Masud radhiallahu anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda:

Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Taala tidaklah menurunkan sebuah penyakit melainkan menurunkan pula
obatnya. Obat itu diketahui oleh orang yang bisa mengetahuinya dan tidak diketahui oleh orang yang tidak bisa
mengetahuinya. (HR. Ahmad, Ibnu Majah, dan Al-Hakim, beliau menshahihkannya dan disepakati oleh Adz-Dzahabi.
Al-Bushiri menshahihkan hadits ini dalam Zawa`id-nya. Lihat takhrij Al-Arnauth atas Zadul Maad, 4/12-13)
5. Penegasan Rasulullahualaihi wa sallam dalam sabdanya:

Sesungguhnya Allah telah menurunkan penyakit dan obatnya, demikian pula Allah menjadikan bagi setiap
penyakit ada obatnya. Maka berobatlah kalian dan janganlah berobat dengan yang haram. (HR. Abu Dawud dari
Abud Darda` radhiallahu anhu)
6. Dari Abu Hurairah radhiallahu anhu berkata:

Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam melarang dari obat yang buruk (haram). (HR. Abu Dawud, At-Tirmidzi,
dan Ibnu Majah. Asy-Syaikh Al-Albani menshahihkannya dalam Shahih Ibnu Majah, 2/255) [Lihat kitab Ahkam ArRuqa wa At-Tama`im karya Dr. Fahd As-Suhaimi, hal. 21)

7. Dari Auf bin Malik radhiallahu anhu berkata:

Dahulu kami meruqyah di masa jahiliyyah. Lalu kami bertanya: Wahai Rasulullah, bagaimana pendapatmu
tentang hal itu? Beliau menjawab: Tunjukkan kepadaku ruqyah-ruqyah kalian. Ruqyah-ruqyah itu tidak mengapa
selama tidak mengandung syirik. (HR. Muslim no. 2200)
8. Hadits yang diriwayatkan oleh Jabir radhiallahu anhu bahwa Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda:

Barangsiapa di antara kalian yang mampu memberi kemanfaatan bagi saudaranya maka hendaknya dia
lakukan.
9. Hadist diriwayatkan oleh Aisyah radhiallahu anha. Beliau berkata;

Dahulu Nabi Shallallahu alaihi wa sallam membaca Al-Muawwidzaat dan meniupkannya dengan sedikit meludah
atas diri beliau di masa sakit beliau yang membawa kepada kematiannya. Tatkala beliau merasa semakin parah, aku
yang membacakan Al-Muawwidzaat dan meniupkannya atas beliau. Aku usapkan bacaan itu dan tiupan (ludah)nya
dengan tangan beliau sendiri. Hal ini karena keberkahan tangan beliau. (HR. Al-Bukhari)
10. Abu Said Al-Khudri radhiallahu anhu meriwayatkan bahwa Jibril alaihissalam pernah mendatangi Nabi
Shallallahu alaihi wa sallam. Jibril bertanya: Wahai Muhammad, apakah engkau mengeluhkan rasa sakit? Nabi
menjawab: Iya. Maka Jibril membacakan:

Dengan nama Allah, aku meruqyahmu dari segala sesuatu yang mengganggumu dan keburukan setiap jiwa atau
sorotan mata yang dengki. Semoga Allah menyembuhkanmu, dengan nama Allah aku meruqyahmu. (HR. Muslim)
11. Aisyah radhiallahu anha, beliau berkata: Dahulu bila salah seorang dari kami mengeluhkan rasa sakit maka
beliau Shallallahu alaihi wa sallam mengusapnya dengan tangan kanan beliau dan membaca:

Ya Allah, Rabb sekalian manusia, yang menghilangkan segala petaka, sembuhkanlah, Engkaulah Yang Maha
Penyembuh, tak ada yang bisa menyembuhkan kecuali Engkau, sebuah kesembuhan yang tidak meninggalkan
penyakit. (HR. Al-Bukhari).
12. Dari Aisyah radhiallahu anha, bahwa beliau berkata: Dahulu Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam meruqyah
dengan membaca:

Hapuslah petakanya, wahai Rabb sekalian manusia. Di tangan-Mu seluruh penyembuhan, tak ada yang
menyingkap untuknya kecuali Engkau. (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
13. Dari Abu Al-Ash Ats-Tsaqafi radhiallahu anhu, bahwa beliau mengeluhkan sakit yang dirasakannya di tubuhnya
semenjak masuk Islam kepada Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam. Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam
bersabda kepadanya;

Letakkanlah tanganmu pada tempat yang sakit dari tubuhmu dan ucapkanlah, Bismillah (Dengan nama Allah)
sebanyak tiga kali. Lalu ucapkanlah:

Aku berlindung kepada Allah dan kekuasaan-Nya dari keburukan sesuatu yang kurasakan dan kuhindarkan,
sebanyak tujuh kali. (HR. Muslim)
14. Dari Abdullah bin Abbas radhiallahu anhuma, dari Nabi Shallallahu alaihi wa sallam, bahwa beliau bersabda:

Barangsiapa mengunjungi orang sakit selama belum datang ajalnya, lalu dia bacakan di sisinya sebanyak tujuh
kali:

Aku memohon kepada Allah Yang Maha Agung, Pemilik Arsy yang besar, semoga menyembuhkanmu, niscaya
Allah akan menyembuhkannya dari penyakit itu. (HR. Abu Dawud, At-Turmudzi, dan dihasankan oleh Al-Hafizh
dalam Takhrij Al-Adzkar)
15. Dari Sad bin Abi Waqqash radhiallahu anhu, beliau berkata: Nabi Shallallahu alaihi wa sallam mengunjungiku
(ketika aku sakit) dan beliau membaca:

Ya Allah, sembuhkanlah Sad Ya Allah, sembuhkanlah Sad. Ya Allah, sembuhkanlah Sad.(HR. Muslim)
16. Hadits Abdullah bin Masud radhiallahu 'anhu, bahwasanya Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

Tidaklah seorang muslim ditimpa gangguan berupa sakit atau lainnya, melainkan Allah menggugurkan kesalahankesalahannya sebagaimana pohon menggugurkan daun-daunnya. (HR. Al-Bukhari no. 5661 dan Muslim no. 6511)
II.3
1.

Beberapa contoh pengobatan Nabawi (pengobatan dalam islam pada zaman Rasullulah SAW)
Pengobatan dengan meminum madu.
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman tentang madu yang keluar dari perut lebah:

Dari perut lebah itu keluar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang
menyembuhkan bagi manusia. (An-Nahl:69)
Madu dapat digunakan untuk mengobati berbagai jenis penyakit dengan izin Allah Subhanahu wa Ta'ala. Di
antaranya untuk mengobati sakit perut, seperti ditunjukkan dalam hadits berikut ini:

Ada seseorang menghadap Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam, ia berkata: Saudaraku mengeluhkan sakit pada
perutnya. Nabi berkata: Minumkan ia madu. Kemudian orang itu datang untuk kedua kalinya, Nabi berkata:
Minumkan ia madu. Orang itu datang lagi pada kali yang ketiga, Nabi tetap berkata: Minumkan ia madu. Setelah
itu, orang itu datang lagi dan menyatakan: Aku telah melakukannya (namun belum sembuh juga malah bertambah
mencret). Nabi bersabda: Allah Maha benar dan perut saudaramu itu dusta. Minumkan lagi madu. Orang itu
meminumkannya lagi, maka saudaranya pun sembuh. (HR. Al-Bukhari no. 5684 dan Muslim no. 5731)
2. Pengobatan dengan habbah sauda` (jintan hitam)
Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

Sesungguhnya habbah sauda` ini merupakan obat dari semua penyakit, kecuali dari penyakit as-samu. Aku
(yakni`Aisyah radhiallahu 'anha) bertanya: Apakah as-samu itu? Beliau menjawab: Kematian. (HR. Al-Bukhari no.
5687 dan Muslim no. 5727)
Jinten hitam atau al Habbah as Sauda ini dikenal juga sebagai Syuwainiz dalam bahasa Persia, disebut juga
Kammun hitam atau Kammun India, disebut juga dengan biji al Barakah. Dari biji ini bisa dibuat minyak yang
berkhasiat mengobati batuk, membantu pencernaan, menghilangkan masuk angin dan sejenisnya. Namun saat ini,
biasanya jinten hitam ini dikonsumsi dalam bentuk pil. Imam Ibnu Qayyim al Jauziyah berkata, Jinten hitam memiliki
banyak sekali khasiat. Arti sabda Nabi, obat dari segala jenis penyakit, seperti firman Allah, Menghancurkan segala
sesuatu dengan perintah Rabb-nya, yakni segala sesuatu yang bisa hancur. Banyak lagi ungkapan-ungkapan
sejenis. Jinten hitam memang berkkhasiat mengobati segala jenis penyakit dingin, bisa juga membantu kesembuhan
berbagai penyakit panas karena faktor temporal (Metode Pengobatan Nabi ShallallaHu alaiHi wa sallam, hal. 365)
3. Pengobatan dengan meminum susu dan air kencing unta
Anas radhiallahu 'anhu menceritakan: Ada sekelompok orang Urainah dari penduduk Hijaz menderita sakit
(karena kelaparan atau keletihan). Mereka berkata: Wahai Rasulullah, berilah tempat kepada kami dan berilah kami
makan. Ketika telah sehat, mereka berkata: Sesungguhnya udara kota Madinah tidak cocok bagi kami (hingga kami
menderita sakit). Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam pun menempatkan mereka di Harrah, di dekat tempat
pemeliharaan unta-unta beliau (yang berjumlah 3-30 ekor). Beliau berkata: Minumlah dari susu dan kencing untaunta itu.9
Tatkala mereka telah sehat, mereka justru membunuh penggembala unta-unta Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam
(setelah sebelumnya mereka mencungkil matanya) dan menggiring unta-unta tersebut (dalam keadaan mereka juga
murtad dari Islam). Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam pun mengirim utusan untuk mengejar mereka, hingga mereka
tertangkap dan diberi hukuman dengan dipotong tangan dan kaki-kaki mereka serta dicungkil mata mereka. (HR. AlBukhari no. 5685, 5686 dan Muslim no. 4329)
4. Pengobatan dengan berbekam (hijamah)
Ibnu Abbas radhiallahu 'anhuma mengabarkan:

Sesungguhnya Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam berbekam pada bagian kepalanya dalam keadaan beliau
sebagai muhrim (orang yang berihram) karena sakit pada sebagian kepalanya. (HR. Al-Bukhari no. 5701)
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam juga bersabda:

Obat/kesembuhan itu (antara lain) dalam tiga (cara pengobatan): minum madu, berbekam dan dengan kay,
namun aku melarang umatku dari kay.11 (HR.Al-Bukhari.No.5680)

BAB II
PENUTUP
2.1 Kesimpulan
Mengikuti jejak Rosulullah Muhammad SAW, merupakan suatu keharusan bagi umat Islam. Termasuk mewarisi
metodologi pengobatan yang dilakukan Nabi Muhammad SAW. Pengobatan yang dilakukan Rosulullah
menggunakan tiga cara, yaitu melalui doa atau pengobatan dengan menggunakan wahyu-wahyu Ilahi yang lebih
dikenal dengan istilah doa-doa ma-tsur yang datang dari Al Quran dan Sunnah Nabi SAW yang shahih. Kedua
menggunakan obat-obat tradisional baik dari tanaman maupun hewan. Dan ketiga adalah menggunakan kombinasi
dari kedua metode tersebut.
Allah berfirman:

Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh-penyembuh bagi
penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk dan rahmat bagi orang-orangnya yang beriman
(QS:Yunus 57).
Kemudian dalam penegasan Rasullulah Shallallahu 'alaihi wa sallam;

Sesungguhnya Allah telah menurunkan penyakit dan obatnya, demikian pula Allah menjadikan bagi setiap penyakit
ada obatnya. Maka berobatlah kalian dan janganlah berobat dengan yang haram. (HR. Abu Dawud dari Abud
Darda` radhiallahu anhu).
Dalam sebuah hadist disebutkan Hendaknya kalian menggunakan dua macam obat yaitu madu dan Al Quran. Dari
hadist tersebut madu merupakan lambang atau perwakilan dari obat-obat tradisional yang ada di bumi dan kita
sebagai manusia yang diberikan akal sehat harus dapat menggali obat-obat tradisional yang banyak terdapat di
muka bumi ini, bahkan letaknya tidak jauh dari sekitar kehidupan kita.
2.1 Saran
Sesungguhnya Telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang
mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah (Al Ahzab : 21)

Dalam sejarah Rasulullah dikenal sebagai pribadi yang sehat luar biasa, hampir tidak pernah terganggu sakit
yang serius kecuali saat menjelang ajal beliau. Dengan bekal sehat itulah maka beliau lalu bisa maksimal pula
melakukan kegiatan pribadi, berkeluarga, dan melakukan tugas sosial-kenegaraan, termasuk berjuang menyebarkan
dan membela Agama Islam.

Meneladani Kepribadian Rasullulah Shallallahu 'alaihi wa sallam berikut ini beberapa poin prinsip cara hidup Nabi
yang secara rasional bisa menjelaskan mengapa beliau memiliki kesehatan yang begitu luar biasa,
1. Memantapkan keimanan-ketaqwaan pada Allah swt. Hanya kepada Allah kita menyembah dan hanya kepadaNya
kita memohon pertolongan. Umat harus bekerja keras namun ujung dari kerja itu adalah tawakkal pada kehendak
Allah. Keimanan-ketaqwaan seperti ini akan membuat hati tenang-tenteram, tidak gelisah dan terlanda ketakutan. Di
sinilah makna janji Allah yang banyak terkandung dalam al Quran: Barang siapa yang benar-benar beriman dan
beramal shaleh maka akan memperoleh berkah dari Allah dan hatinya akan terhindarkan dari rasa ketakutan dan
kekecewaan. Hati menjadi nyaman dan bahagia. Dari sisi Ilmu Kedokteran sudah terbukti bahwa jiwa yang gelisah
merupakan stessor yang menginduksi produksi melimpah berbagai hormon yang memberi efek negatif bila
berlebihan, seperti adrenalin dan kortisol.
2. Ibadah mahdhah yang dilakukan Nabi secara intensif ternyata memiliki banyak peranan dalam menyehatkan tubuh
manusia. Rahasia Shalat yang telah terungkap antara lain membantu proses pelancaran aliran darah untuk
menjangkau ke organ otak, bagian yang paling tersembunyi sekalipun. Di dalam otak manusia memang ada area
yang penyaluran aliran darah ke sana amat minim dan baru bisa maksimal jika melakukan gerak sujud. Dengan
sujud maka otak akan memperoleh asupan makanan yang baik via aliran darah sehingga fungsinya makin optimal.
Puasa jelas memiliki peran besar pada berbagai organ, dan yang mutahir diberitakan adalah terjadinya produksi
sitokin melatonin yang membuat orang menjadi semakin baik kekebalannya, tidur lebih nyaman, dan memperkecil
resiko terkena kangker. Justru usus yang tidak kenyanglah yang akan memproduksi sitokin itu secara baik. Dzikir
mengucapkan Kalimah Toyyibah diketahui akan membuat saluran pernapasan terbuka secara maksimal sehingga
lebih memperlancar aliran udara ke dalam paru-paru manusia sehingga membantu proses oksigenisasi.
3. Dalam al Quran banyak sekali memberi petunjuk tentang cara makan-minum. Makanan manusia haruslah yang
halal dan baik, juga dilarang minum khamr yang memabukkan. Makan minum juga tidak boleh berlebihan. Banyak
makanan-minuman yang ternyata menjadi sumber penyakit, apakah penyakit infeksi oleh kuman dan virus, maupun
oleh bahan kandungan makanan-minuman itu sendiri yang ternyata berperan sebagai racun untuk tubuh manusia.
Kajian terbaru juga menyebutkan bahwa protein babi memberi efek tidak baik pada perkembangan karakter manusia
selain dalam daging babi sering mengandung telur cacing pita. Darah yang diharamkan dalam Islam juga bisa
banyak mengandung bahan berbahaya, demikian pula untuk bangkai binatang.
4. Perilaku Rasulullah dalam kegiatan fisik sehari-hari juga jelas menunjukkan tauladan hidup sehat. Dalam al Quran
ditegaskan bahwamalam hari itu untuk istirahat dan siang hari untuk bekerja. Rasulullah jugameninggalkan hal-hal
yang tidak bermanfaat sesuai perintah al Quran. Beliau selalu aktif bekerja tidak kenal lelah, termasuk berbelanja di
pasar atau menjahid baju sendiri yang robek. Beliau berperang, memimpin rapat, bermusyawarah, berkunjung,
menerima tamu dsb. Beliau jelas orang yang aktif, tidak membuang waktu berharga seperti bermain, begadang, atau
nyangkruk yang tidak produktif dan merusak kesehatan. Dari tinjauan Ilmu Kedokteran aktifitas beliau bisa dikatakan
terkait dengan melatih-menggerakkan semua organ tubuhnya, ibaratkan seperti berolahraga intensif saban hari.
Hidup beliau juga senantiasa selalu terpapar matahariyang dalam ilmu kedokteran semakin disadari pentingnya
untuk membantu proses metabolisme kiamiawi tubuhnya.
5. Al Quran juga memberi tuntunan manusia untuk menjaga lingkungannya, baik kebersihan pribadi maupun kondisi
di sekitar dirinya (lihat surat al Mudatsir, surat kedua yang turun setelah Iqra). Kebersihan adalah setengah dari
iman begitu slogan yang amat terkenal di tengah masyarakat muslim. Sudahkah umat Islam menjaga kerapian dan
kebersihan lingkungan sekitarnya, mulai dari kamar tidur, rumah, halaman, ruang kerja, maupun kampung dan kotadesanya? Jika belum maka wajib umat menjaga kesehatan lingkungannya agar menjadi terhindar dari berbagai
ancaman gangguan kesehatan.
Lima prinsip hidup sehat cara Nabi sebagaimana yang diuraikan di atas insyaAllah akan bisa membuat umat Islam
memiliki kesehatan yang prima untuk beramal sholeh secara maksimal yang akan menghantarkannya ke
keberhasilan dunia-akherat. Dalam Ilmu Kedokteran aspek mengobati itu hanya satu komponen saja dari sistem
Upaya Penyehatan Individu dan Masyarakat. Rasulullah malah menekankan pada cara hidup sehat itu bukan
pengobatan penyakitnya. Tidak ada satu ayat dalam al Quran yang memerintahkan cara tertentu untuk mengobati
penyakit, kecuali pernyataan umum seperti madu memiliki nilai obat bagi manusia. Juga tidak ditemukan hadits
Rasulullah yang menyatakan obatilah penyakit itu seperti cara saya mengobatinya. Beliau hanya mengajarkan doa
meminta kesembuhan secara umum, atau menasehatkan bahan tertentu sebagai bahan obat seperti madu,
habbatusaudah atau jintan hitam, susu onta, dan semacamnya. Oleh sebab itu kita juga tidak boleh berlebihan dalam
menggali cara pengobatan pada masa Rasulullah karena kemajuan Ilmu Kedokteran jelas juga sebagai bagian dari
sunnatullah tentang cara pengobatan itu sendiri.

DAFTAR PUSTAKA

http://www.asysyariah.com/print.php?id_online=359 Judul : Menelusuri Ruqyah Syariyyah


http://qurandansunnah.wordpress.com/2009/10/12/tata-cara-pengobatan-rasulullah-shallallahu-%E2%80%98alaihiwassalam/
http://www.elitha-eri.net/2007/11/21/petunjuk-al-quran-tentang-pengobatan/
http://fuadamsyari.wordpress.com/2010/06/08/hidup-sehat-cara-nabi-vs-pengobatan-ala-nabi-thibbun-nabawisebagai-muslim-jangan-lupa-hidup-sehat/
http://an-naba.com/kesehatan-dalam-pandangan-islam/

(saat pembuatan kelupaan daftar pustaka dari buku, jadi cuma web)

Posted by Paman Abu 10.35, under Al Quran | 2 comments

Islam menetapkan tujuan pokok kehadirannya


untuk memelihara agama, jiwa, akal, jasmani, harta, dan keturunan.
Setidaknya tiga dari yang disebut di atas berkaitan dengan kesehatan. Tidak heran jika ditemukan
bahwa Islam amat kaya dengan tuntunan kesehatan.

Paling tidak ada dua istilah literatur keagamaan yang digunakan untuk menunjuk tentang pentingnya
kesehatan dalam pandangan Islam.

1. Kesehatan, yang terambil dari kata sehat;


2. Afiat.

Keduanya dalam bahasa Indonesia, sering menjadi kata majemuk sehat afiat. Dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesra, kata afiat dipersamakan dengan sehat. Afiat diartikan sehat dan kuat,

sedangkan sehat (sendiri) antara lain diartikan sebagai keadaan baik segenap badan serta bagianbagiannya (bebas dari sakit).

Tentu pengertian kebahasaan ini berbeda dengan pengertian dalam tinjauan ilmu kesehatan, yang
memperkenalkan istilah-istilah kesehatan fisik, kesehatan mental, dan kesehatan masyarakat.

Walaupun Islam mengenal hal-hal tersebut, namun sejak dini perlu digarisbawahi satu hal pokok
berkaitan dengan kesehatan, yaitu melalui pengertian yang dikandung oleh kata afiat.

Istilah sehat dan afiat masing-masing digunakan untuk makna yang berbeda, kendati diakui tidak
jarang hanya disebut salah satunya (secara berdiri sendiri), karena masing-masing kata tersebut dapat
mewakili makna yang dikandung oleh kata yang tidak disebut.

Pakar bahasa al-Quran dapat memahami dari ungkapan sehat wal-afiat bahwa kata sehat berbeda
dengan kata afiat, karena wa yang berarti dan adalah kata penghubung yang sekaligus
menunjukkan adanya perbedaan antara yang disebut pertama (sehat) dan yang disebut kedua (afiat).
Nah, atas dasar itu, dipahami adanya perbedaan makna di antara keduanya.

Dalam literatur keagamaan, bahkan dalam hadis-hadis Nabi Saw. ditemukan sekian banyak doa, yang
mengandung permohonan afiat, di samping permohonan memperoleh sehat.

Dalam kamus bahasa Arab, kata afiat diartikan sebagai perlindungan Allah untuk hamba-Nya dari
segala macam bencana dan tipu daya. Perlindungan itu tentunya tidak dapat diperoleh secara
sempurna kecuali bagi mereka yang mengindahkan petunjuk-petunjuk-Nya. Maka kata afiat dapat
diartikan sebagai: berfungsinya anggota tubuh manusia sesuai dengan tujuan penciptaannya.

Kalau sehat diartikan sebagai keadaan baik bagi segenap anggota badan, maka agaknya dapat
dikatakan bahwa mata yang sehat adalah mata yang dapat melihat maupun membaca tanpa
menggunakan kacamata. Tetapi, mata yang afiat adalah yang dapat melihat dan membaca objekobjek yang bermanfaat serta mengalihkan pandangan dari objek-objek yang terlarang, karena itulah
fungsi yang diharapkan dari penciptaan mata.

KESEHATAN FISIK

Telah disinggung bahwa dalam tinjauan ilmu kesehatan dikenal berbagai jenis kesehatan, yang diakui
pula oleh pakar-pakar Islam.

Majelis Ulama Indonesia (MUI), misalnya, dalam Musyawarah Nasional Ulama tahun 1983 merumuskan
kesehatan sebagai ketahanan jasmaniah, ruhaniah, dan sosial yang dimiliki manusia, sebagai karunia
Allah yang wajib disyukuri dengan mengamalkan (tuntunan-Nya), dan memelihara serta
mengembangkannya.

Memang banyak sekali tuntunan agama yang merujuk kepada ketiga jenis kesehatan itu. Dalam
konteks kesehatan fisik, misalnya ditemukan sabda Nabi Muhammad saw.:

Dari Abdullah bin Amr bin al-Ash dia berkata bahwa Rasulullah saw telah bertanya (kepadaku):
Benarkah kamu selalu berpuasa di siang hari dan dan selalu berjaga di malam hari? Aku pun
menjawab: ya (benar) ya Rasulullah.Rasulullah saw pun lalu bersabda: Jangan kau lakukan semua
itu. Berpuasalah dan berbukalah kamu, berjagalah dan tidurlah kamu, sesungguhnya badanmu
mempunyai hak atas dirimu, matamu mempunyai hak atas dirimu, dan isterimu pun mempunyai hak
atas dirimu. (Hadis Riwayat al-Bukhari dari Abdullah bin Amr bin al-Ash)

Demikian Nabi Saw. menegur beberapa sahabatnya yang bermaksud melampaui batas dalam
beribadah, sehingga kebutuhan jasmaniahnya terabaikan dan kesehatannya terganggu. Pembicaraan
literatur keagamaan tentang kesehatan fisik, dimulai dengan meletakkan prinsip: Pencegahan lebih
baik daripada pengobatan.

Karena itu dalam konteks kesehatan ditemukan sekian banyak petunjuk Kitab Suci dan Sunah Nabi
saw. yang pada dasarnya mengarah pada upaya pencegahan.

Salah satu sifat manusia yang secara tegas dicintai Allah adalah orang yang menjaga kebersihan.
Kebersihan dikaitkan dengan tobat (taubah) seperti firman Allah:

"Mereka bertanya kepadamu tentang haidh. Katakanlah: Haidh itu adalah kotoran. Oleh sebab itu
hendaklah kamu menjauhkan diri dari wanita di waktu haidh; dan janganlah kamu mendekati mereka,
sebelum mereka suci. Apabila mereka telah suci, maka campurilah mereka itu di tempat yang
diperintahkan Allah kepadamu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang taubat dan menyukai
orang-orang yang mensucikan diri." (QS al-Baqarah [2]: 222)

Tobat menghasilkan kesehatan mental, sedangkan kebersihan lahiriah menghasilkan kesehatan fisik.
Wahyu kedua (atau ketiga) yang diterima Nabi Muhammad Saw. adalah:




(5)4




( 4)4

"Dan pakaianmu bersihkanlah, dan perbuatan dosa (menyembah berhala) tinggalkanlah." (QS alMuddatstsir [74]: 4-5).

Perintah tersebut berbarengan dengan perintah menyampaikan ajaran agama dan membesarkan
nama Allah Swt. Terdapat hadis yang amat populer tentang kebersihan yang berbunyi:






"Kebersihan adalah bagian dari iman."

Hadis ini dinilai oleh sebagian ulama sebagai hadis dhaif. Kendati begitu, terdapat sekian banyak
hadis lain yang mendukung makna tersebut, seperti sabda Nabi Saw.:

"Iman, terdiri dan tujuh puluh atau enam puluh cabang, puncaknya adalah ucapan Tiada Tuhan selain
Allah, dan yang terendah adalah menyingkirkan gangguan dan jalan, dan malu itu adalah sebagian
dari iman (Hadis Riwayat al-Bukhari dari Abu Hurairah).

Perintah menutup hidangan, mencuci tangan sebelum makan, bersikat gigi, larangan bernafas sambil
minum, tidak kencing atau buang air di tempat yang tidak mengalir atau di bawah pohon, adalah
contoh-contoh praktis dari sekian banyak tuntunan Islam dalam konteks menjaga kesehatan. Bahkan
sebelum dunia mengenal karantina, Nabi Muhammad Saw. telah menetapkan dalam salah satu
sabdanya,

"Apabila kalian mendengar adanya wabah di suatu daerah, janganlah mengunjungi daerah itu, tetapi
apabila kalian berada di daerah itu, janganlah meninggalkannya." (Hadis Riwayat al-Bukhari dari
Usamah bin Zaid)

Ditemukan juga peringatan bahwa perut merupakan sumber utama penyakit: Al-Midt Bait Add.
Dan karena itu, ditemukan banyak sekali tuntutan baik dari al-Quran maupun hadis Nabi Saw.
yang berkaitan dengan makanan, jenis maupun kadarnya. Al-Quran juga mengingatkan:

"Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) mesjid, makan dan minumlah,
dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebihlebihan." (QS al-Arf [7]: 31)

Penjabaran peringatan itu dijelaskan oleh Rasulullah Saw. dengan sabdanya:

Dari Miqdam bin Madi Kariba, dia berkata bahwa dia pernah mendengar Rasulullah saw bersabda:
Tidak ada sesuatu yang dipenuhkan oleh putra putri Adam lebih buruk daripada perut. Cukuplah bagi
putra Adam beberapa suap yang dapat menegakkan tubuhnya. Kalaupun harus dipenuhkan, maka
sepertiga untuk makanannya, seperti lagi untuk minumannya, dan sepertiga sisanya untuk
pernafasannya. (Hadis Riwayat at-Tirmidzi).

Perlu pula digarisbawahi bahwa sebagian pakar, baik agamawan maupun ilmuwan, berpendapat
bahwa jenis makanan dapat mempengaruhi mental manusia. Al-Harali (wafat 1232 M.) menyimpulkan
hal tersebut setelah membaca firman Allah yang mengharamkan makanan dan minuman tertentu
karena makanan dan minuman tersebut rijs.

"Katakanlah: Tiadalah aku peroleh dalam wahyu yang diwahyukan kepadaku, sesuatu yang
diharamkan bagi orang yang hendak memakannya, kecuali kalau makanan itu bangkai, atau darah
yang mengalir atau daging babi karena sesungguhnya semua itu kotor atau binatang yang
disembelih atas nama selain Allah. Barangsiapa yang dalam keadaan terpaksa sedang dia tidak
menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas, maka sesungguhnya Tuhanmu Maha Pengampun
lagi Maha Penyayang. (QS al-Anm [6]: 145).

Kata rijs diartikan sebagai keburukan budi pekerti atau kebobrokan mental. Pendapat serupa
dikemukakan antara lain oleh seorang ulama kontemporer Syaikh Taqi Falsafi dalam bukunya Child

Between Heredity and Education, yang mengutip pendapat Alexis Carrel dalam bukunya Man the
Unknown. Carrel, peraih hadiah Nobel bidang kedokteran ini, menulis bahwa pengaruh campuran
kimiawi yang dikandung oleh makanan terhadap aktivitas jiwa dan pikiran manusia belum diketahui
secara sempurna, karena belum diadakan eksperimen dalam waktu yang memadai. Namun tidak
dapat diragukan bahwa perasaan manusia dipengaruhi oleh kuantitas dan kualitas makanan.

Para ulama sering mengaitkan penyakit dengan siksa Allah. Dalam hal ini, al-Biqai dalam tafsirnya
mengenai surah al-Fatihah, mengemukakan sabda Nabi Saw.:






"Penyakit adalah cambuk Tuhan di bumi ini, dengannya Dia (Allah) mendidik hamba-hamba-Nya."

Pendapat ini didukung oleh kandungan pengertian takwa yang pada dasarnya berarti menghindar dari
siksa Allah di dunia dan di akhirat. Siksa Allah di dunia, adalah akibat pelanggaran terhadap hukumhukum alam. Hukum alam antara lain membuktikan bahwa makanan yang kotor mengakibatkan
penyakit. Seorang yang makan makanan kotor pada hakikatnya melanggar perintah Tuhan, sehingga
penyakit merupakan siksa-Nya di dunia yang harus dihindari oleh orang yang bertakwa.

Dari sini dapat dimengerti bahwa Islam memerintahkan agar berobat pada saat ditimpa penyakit.

"Berobatlah, karena tiada satu penyakit yang diturunkan Allah, kecuali diturunkan pula obat
penangkalnya, selain dari satu penyakit, yaitu ketuaan." (Hadis Riwayat Abu Dawud dan at-Tirmidzi
dari sahabat Nabi Usamah bin Syuraik).

Bahkan seandainya tidak ada perintah rinci dari hadis tentang keharusan berobat, maka prinsipprinsip pokok yang diangkat dari al-Quran dan Hadis cukup untuk dijadikan dasar dalam upaya
kesehatan dan pengobatan. Sebagai contoh dapat dikemukakan persoalan transplantasi, baik dari
donor hidup maupun donor yang telah meninggal dunia. Beberapa prinsip dan kesepakatan dalam

bidang hukum agama yang berkaitan dengan topik bahasan ini dapat membantu menemukan
pandangan Islam dalam persoalan dimaksud. Prinsip-prinsip dimaksud antara 1ain adalah:

Agama Islam bertujuan memelihara agama, jiwa, akal, kesehatan, dan harta benda umat
manusia.

Anggota badan dan jiwa manusia merupakan milik Allah yang dianugerahkan-Nya untuk
dimanfaatkan, bukan untuk disalahgunakan atau diperjualbelikan.

Penghormatan dan hak-hak asasi yang dianugerahkan-Nya mencakup seluruh manusia, tanpa
membedakan ras atau agama.

Terlarang merendahkan derajat manusia, baik yang hidup, maupun yang telah wafat.

Jika bertentangan kepentingan antara orang yang hidup dan orang yang telah wafat, maka
dahulukanlah kepentingan orang yang hidup.

Dari prinsip-prinsip ini banyak ulama kontemporer menetapkan bahwa transplantasi dapat
dibenarkan selama tidak diperjualbelikan, dan selama kehormatan manusia yang hidup maupun
yang mati terjaga sepenuhnya. Salah satu jaminan tidak adanya pelecehan adalah izin dan pihak
keluarga.

Alasan penolakan yang sering terdengar dari kalangan orang kebanyakan (awam) bahwa setelah si
penerima donor sehat, ia mungkin dapat menyalahgunakan kesehatannya, dan ini dapat
mengakibatkan dosa, terutama bagi pemilik organ (jenazah), atau orang yang mengizinkan. Alasan
ini, pada hakikatnya tidak sepenuhnya dapat diterima. Kemurahan dan keadilan Tuhan mengantar-Nya
untuk tidak menuntut pertanggungjawaban dari seseorang terhadap sesuatu yang tidak dikerjakannya
secara sadar, karena hakikat manusia bukan organ dan jasmaninya:

"Allah tidak memandang kepada rupa dan hartamu, tetapi memandang hati dan perbuatanmu." (HR
Muslim dari Abu Hurairah)

Demikian sabda Nabi Muhammad Saw. yang diriwayatkan oleh Muslim. Di samping itu, izin yang
diharuskan itu, telah dapat mengurangi kalau enggan berkata menghilangkan kekhawatiran di atas.
Kalau niat pemberi izin untuk membantu sesama manusia, dan dia menduga keras bahwa bantuan
tersebut tidak akan disalahgunakan, maka kalaupun ternyata dugaannya keliru, maka ia bebas dari
dosa. Sebaliknya, jika yang memberi izin sudah menduga keras akan terjadinya penyalahgunaan,
maka tentu saja ia tidak terbebaskan dari dosa. Di sini terlihat pula peranan izin. Dapat ditambahkan
bahwa al-Quran menegaskan:

"Oleh karena itu Kami tetapkan (suatu hukum) bagi Bani Israil, bahwa: barangsiapa yang membunuh
seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan karena membuat
kerusakan di muka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya. Dan
barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah dia telah memelihara
kehidupan manusia semuanya. Dan sesungguhnya telah datang kepada mereka rasul-rasul Kami
dengan (membawa) keterangan-keterangan yang jelas, kemudian banyak di antara mereka sesudah
itu sungguh-sungguh melampaui batas dalam berbuat kerusakan di muka bumi." (QS al-Maidah [5]:
32).

Menghidupkan di sini bukan saja yang berarti memelihara kehidupan, tetapi juga dapat mencakup
upaya memperpanjang harapan hidup dengan cara apa pun yang tidak melanggar hukum.

Demikian, satu contoh, bagaimana ayat-ayat al-Quran dipahami dalam konteks peristiwa paling
mutakhir dalam bidang kesehatan.

Namun dalam ajaran Islam juga ditekankan bahwa obat dan upaya hanyalah sebab, sedangkan
penyebab sesungguhnya di balik sebab atau upaya itu adalah Allah Swt., seperti ucapan Nabi Ibrahim
a.s. yang diabadikan al-Quran:

"Apabila aku sakit, Dia (Allah) lah yang menyembuhkanku." (QS al-Syuar [26]: 80)

KESEHATAN MENTAL
Nabi Saw. juga mengisyaratkan bahwa ada keluhan fisik yang terjadi karena gangguan mental.
Seseorang datang mengeluhkan penyakit perut yang diderita saudaranya setelah diberi obat berkalikali, tetapi tidak kunjung sembuh dinyatakan oleh Nabi Saw:

Dari Abu Said al-Khudri r.a katanya: "Ada seorang lelaki datang kepada Nabi s.a.w lalu berkata:
Saudaraku terasa mual-mual perutnya. Rasulullah s.a.w. bersabda: "Berilah beliau [minum] madu!
Setelah lelaki itu memberikan madu kepada saudaranya, beliau datang lagi kepada Nabi s.a.w. dan
menyatakan: Aku telah memberinya [minum] madu, tetapi perut beliau bertambah memulas. Kejadian
itu berulang sehingga tiga kali. Pada kali yang keempat, Rasulullah s.a.w. bersabda: Berilah beliau
[minum] madu! Lelaki tersebut masih lagi menyatakan: Aku benar-benar telah memberinya [minum]
madu, tetapi perut beliau bertambah mulas. Maka Rasulullah s.a.w. bersabda: Maha benar Allah yang
telah berfirman: Dari perut lebah itu keluar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di
dalam minuman itu terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Oleh sebab itu, mungkin ada
yang tidak sesuai dengan perut saudaramu itu. Akhirnya Rasulullah s.a.w. sendiri yang memberikan
minum madu, dan sembuhlah saudara lelaki itu." (Hadis Riwayat al-Bukhari dan Muslim).

Al-Quran al-Karim memang banyak berbicara tentang penyakit jiwa. Mereka yang lemah iman dinilai
oleh al-Quran sebagai orang yang memiliki penyakit di dalam dadanya.

Dari hadis-hadis Nabi diperoleh petunjuk, bahwa sebagian kompleks kejiwaan tercipta pada saat janin
masih berada di perut ibu, atau bahkan pada saat hubungan seks (pertemuan sperma dan ovum),
demikian juga ketika bayi masih dalam buaian.

Karena itu, Islam memerintahkan kepada para ibu dan bapak agar menciptakan suasana tenang, dan
mengamalkan ajaran agama pada saat bayi berada dalam kandungan, sebagaimana memerintahkan
kepada para orang-tua untuk memperlakukan anak-anak mereka secara wajar.

Dalam suatu riwayat diungkapkan ada seorang anak yang sedang digendong, kemudian pipis
[kencing] membasahi pakaian Nabi. Ibunya merenggut bayi tersebut dengan kasar. Namun Nabi [lalu]
menegurnya, dengan bersabda:




"Jangan hentikan pipisnya, jangan renggut dia dengan kasar. Pakaian ini dapat dibersihkan dengan air,
tetapi apa yang dapat menjernihkan hati sang anak (yang engkau renggut dengan kasar)?"

Seperti diungkapkan oleh beberapa pakar ilmu jiwa, bahwa sebagian kompleksitas gejala sakit
kejiwaan yang diderita orang dewasa, dapat diketahui penyebab utamanya adalah pada perlakuan
yang diterimanya sebelum dewasa.

Agaknya kita dapat menyimpulkan bahwa pandangan Islam tentang penyakit-penyakit mental
mencakup banyak hal, yang boleh jadi tidak dijangkau oleh pandangan ilmu kesehatan modern. Dalam
al-Quran tidak kurang sebelas kali disebut istilah f qulbihim maradh.

Kata qalb atau qulb dipahami dalam dua makna, yaitu akal dan hati. Sedang kata maradh biasa
diartikan sebagai penyakit. Secara rinci pakar bahasa Ibnu Faris mendefinisikan kata tersebut
sebagai segala sesuatu yang mengakibatkan manusia melampaui batas keseimbangan/ kewajaran

dan mengantar kepada terganggunya fisik, mental, bahkan kepada tidak sempurnanya amal
seseorang.

Terlampauinya batas kesimbangan tersebut dapat berbentuk gerak ke arah berlebihan, dan dapat pula
ke arah kekurangan.

Dari sini dapat dikatakan bahwa al-Quran memperkenalkan adanya penyakit-penyakit yang menimpa
hati dan yang menimpa akal.

Penyakit-penyakit akal yang disebabkan bentuk berlebihan adalah semacam kelicikan, sedangkan
yang bentuknya karena kekurangan adalah ketidaktahuan akibat kurangnya pendidikan.
Ketidaktahuan ini dapat bersifat tunggal maupun ganda. Seseorang yang tidak tahu serta tidak
menyadari ketidaktahuannya pada hakikatnya menderita penyakit akal-ganda (jhil murakkab).

Penyakit akal berupa ketidaktahuan mengantarkan penderitanya pada keraguan dan kebimbangan.
Penyakit-penyakit kejiwaan pun beraneka ragam dan bertingkat-tingkat. Sikap angkuh, benci, dendam,
fanatisme, loba, dan kikir yang antara lain disebabkan karena bentuk keberlebihan seseorang.
Sedangkan rasa takut, cemas, pesimisme, rendah diri dan lain-lain adalah karena kekurangannya.

Yang akan memperoleh keberuntungan di hari kemudian adalah mereka yang terbebas dari penyakitpenyakit tersebut, seperti bunyi firman Allah:




(89)






( 88)




"(Yaitu) di hari harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna, kecuali orang-orang yang menghadap
Allah dengan hati yang bersih." (QS. Al-Syuar [26]: 88-89)

Islam mendorong manusia, agar memiliki hati (qalb) yang sehat dari segala macam penyakit adalah
dengan jalan bertobat, dan mendekatkan diri kepada Tuhan (Allah). Karena itulah Allah berfirman:

"(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah.
Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram." (QS al-Rad [13]: 28).

Itulah sebagian tuntunan al-Quran dan Sunnah Nabi Saw. tentang kesehatan.

[Disadur dan dimodifikasai dari tulisan M. Quraish Shihab dalam buku Wawasan al-Quraan untuk
kepentingan diskusi pada PSIK-UM Yogyakarta]

Artikel : Bulein Annur - Hikmah Al-Quran & Mutiara Hadits

SEHAT ALA RASULULLAH shallallahu alaihi wasallam


Kamis, 21 Februari 08
Islam merupakan agama yang sempurna. Kesempurnaannya meliputi urusan
dunia dan akhirat, yang abstrak maupun kongkrit, termasuk juga masalah
jasmani dan rohani. Kesempuraan Islam itu telah diproklamirkan langsung
oleh Allah subhanahu wataalaSang penguasa alam raya ini melalui utusanNya. Allahsubhanahu wataala berfirman, artinya, "Pada hari ini telah Aku
sempurnakan untuk kamu agamamu dan telah Ku-cukupkan untuk kamu
nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu" (Qs. al-Maidah:
3)
Islam tidak mengharapkan umatnya lemah, apalagi sakit-sakitan. Oleh
karena itu, pola hidup sehat dan membimbing umat untuk hidup sehat agar
menjadi umat yang kuat diajarkan dalam Islam. Rasulullah shallallahu alaihi
wasallam bersabda, "Mukmin yang kuat itu lebih baik, dan lebih dicintai oleh
Allah dibanding mukmin yang lemah". (HR. Imam Ahmad).
Banyak ayat al-Quran yang membicara-kan tentang pentingnya kesehatan
dan harus mengutamakan kesehatan. Begitu pula hadits-hadits Rasulullah
yang mulia, banyak menjelaskan tentang pentingnya kesehatan dalam
kehidupan seorang mukmin.
Di antara ayat al-Quran yang menjelaskan pentingnya mengutamakan
kesehatan adalah firman Allah subhanahu wataala, artinya, "Dan jika kamu
sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang air besar
(kakus) atau menyentuh perempuan, lantas kamu tidak memperoleh air,
maka bertayammumlah dengan tanah yang bersih (suci)".(QS. al-Maidah: 6).
Di antara masalah yang dijelaskan dalam ayat ini adalah hukum orang sakit
yang tidak boleh tersentuh air. Karena bisa jadi air akan membahayakan
jiwanya atau akan menghambat proses penyembuhan penyakitnya, atau
bahkan memperparah sakit yang sedang ia derita.

Dalam keadaan seperti tersebut di atas, Allah subhanahu


wataala memberikan solusi untuk hamba-Nya yang akan menunaikan
kewajibannya, tanpa harus meninggalkannya. Yaitu dengan disyari'atkannya
tayammum bagi orang-o-rang yang sedang mengalami kasus seperti di atas.
Karena Islam melarang hal-hal yang bisa mendatangkan bahaya bagi diri
sendiri, apalagi bagi orang lain. Rasulullah shallallahu alaihi
wasallam bersabda,"Tidak diperkenankan membahayakan pribadi dan orang
lain". (HR. Ibnu Majah, dishahihkan oleh syaikh al-Albani)
Dalam ayat lain, artinya, "Maka barangsiapa di antara kamu ada yang sakit
atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa)
sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain". (QS. alBaqarah : 184)
Ayat ini menjelaskan tentang beberapa permasalahan seputar puasa. Di
dalam ayat ini Allah subhanahu wataala membolehkan bagi orang yang sakit
dan dalam perjalanan untuk tidak berpuasa, dan memberikan kelonggaran
baginya dengan mengganti puasa yang ditinggalkan pada hari-hari yang lain.
Maha suci Allah yang telah mensyari'atkan agama Islam ini dengan penuh
hikmah, bijaksana, dan sangat sempurna. Bahkan dalam kasus-kasus
tertentu orang sakit diharamkan baginya untuk berpuasa. Hal ini
menunjukkan betapa Islam sangat memper-hatikan dan mengutamakan
kesehatan. Sebagai contoh: Seseorang yang sedang menderita penyakit
tertentu, kemudian seorang dokter ahli yang menanganinya
mengatakan, Jika ia (pasien) berpuasa dalam kondisi saat ini, maka
penyakitnya akan tambah parah, bahkan dapat menyebabkan
kematian. Maka dengan perkataan dokter ahli itu, orang yang sakit tadi
dilarang berpuasa (haram).
Di antara petunjuk Nabi shallallahu alaihi wasallam dalam menjaga
kesehatan adalah yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad, at-Tirmidzi, Ibnu
Majah, al-Hakim dan Ibnu Hibban, "Tidak ada bejana yang lebih buruk yang
diisi oleh manusia melainkan perutnya sendiri. Cukuplah seseorang itu
mengonsumsi beberapa kerat makanan yang dapat menegakkan tulang
punggungnya. Jika terpaksa, maka ia bisa mengisi sepertiga perutnya
dengan makanan, sepertiga lagi dengan minuman, dan sepertiga sisanya
untuk nafas". Di dalam hadits ini Rasulullah shallallahu alaihi
wasallam memberikan petunjuk kepada kita agar jangan over dosis makanan,
sehingga tidak sesuai dengan kebutuhan, dan akan menyebabkan seseorang
mudah terkena penyakit.. Allahsubhanahu wataala berfirman, artinya, "
Makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesunguhnya Allah

tidak menyukai orang-orang yang berlebihan." (QS. al-A'raf : 31)


Para ulama dan para sejarawan yang meneliti sejarah kehidupan
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam telah mendapati pola hidup sehat yang
sangat ideal bagi kehidupan manusia dalam mengisi aktivitas kehidupannya
sehari-hari. Rasulullah shallallahu alaihi wasallam tidak mengonsumsi yang
haram dan yang kotor. Beliau shallallahu alaihi wasallam hanya mengonsumsi
yang halal dan thayyib (yang halal dan yang baik). Bahkan kalau kita mau
meneliti hadits-hadits yang membicarakan tentang perbuatan
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, maka kita akan mendapati, bahwa
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam adalah manusia yang sangat peduli
dalam menjaga kesehatan tubuh.
Allah subhanahu wataala berfirman, artinya, "Sesungguhnya telah ada pada
diri Rasulullah suri teladan yang baik bagimu..." (QS. al-Ahzab: 21).
Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa'di berkata di dalam tafsirnya, "Suri
teladan itu ada dua macam; yang pertama suri teladan yang baik, yang ke
dua suri teladan yang buruk. Suri tauladan yang baik itu ada pada diri
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam Barangsiapa yang meneladaninya,
maka ia akan memperoleh kemuliaan dari Allah. Ia akan berjalan di atas
jalan yang lurus dan benar. Karena para Rasul itu berjalan di atas jalan yang
lurus dan benar. Adapun mengikuti jalan yang menyelisihi jalan
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, maka ini adalah contoh meneladani
suri teladan yang buruk. Hal semacam ini pernah dilakukan oleh orang-orang
kafir ketika diajak oleh para rasul untuk mengikuti jalan mereka. Orang-orang
kafir itu berkata,"Sesungguhnya kami mendapati bapak-bapak kami
menganut suatu agama, dan sesungguhnya kami orang-orang yang
mendapat petunjuk dengan mengikuti jejak mereka" (QS. az-Zukhruf : 22).
Cukuplah bagi kita dalam mengarungi kehidupan di dunia ini dengan meniru
dan meneladani Muhammad Rasulullah shallallahu alaihi wasallam. Mudahmudahan hal itu menjadi bukti atas cinta kita kepada beliau, sekaligus
kesetiaan kita dalam mencintai Allah dan rasulNya. Allah subhanahu
wataala berfirman, artinya,"Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah,
ikutilah aku (Rasulullah), niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosadosamu." (QS. Ali 'Imron: 31) Karena hanya dengan meneladani beliaulah
kebahagiaan yang hakiki dapat diraih.
Sungguh seandainya sesuatu yang kita tiru dan ikuti itu menyelisihi tuntunan
Rasullulah shallallahu alaihi wasallam, sementara kita tetap bersikukuh untuk
mengikutinya, berarti kita telah melakukan perbuatan yang pernah dilakukan
oleh orang-orang kafir dahulu. Orang-orang kafir itu bersikukuh mengikuti

jalan nenek moyang mereka yang jelas-jelas menyelisihi jalan para Rasul.
Sebagaimana disebutkan dalam ayat di atas.
Kenyataan yang ada di masyarakat sungguh sangat disayangkan. Kebanyakan
dari kita telah salah dalam melangkah. Terjebak dalam mengikuti jejak.
Tertipu dalam meniru, dan masa bodoh dalam mengambil contoh. Karena
kurangnya kita dalam menggali dan mengamalkan ajaran
Rasulullah shallallahu alaihi wasallamkita banyak meninggalkan Kalamullah,
mengesampingkan ajaran Rasulullah shallallahu alaihi wasallam. Kurang mau
tahu terhadap perjalanan hidup Rasulullah shallallahu alaihi wasallam. Kita
lalai dengan gemerlap kehidupan dunia. Akibatnya umat Islam menjadi umat
yang lemah, menjadi umat tertinggal, umat yang tertindas, umat yang
mudah diombang-ambingkan oleh orang-orang yang selalu membenci Islam
dan umat Islam.
Melalui selembar kertas ini, penulis mengajak kaum muslimin untuk kembali
mempelajari ajaran Rasululah shallallahu alaihi wasallam untuk diamalkan.
Mempelajari sejarah hidupnya untuk dijadikan patokan dalam mengarungi
kehidupan didunia ini. Agar kita tidak menyimpang dari jalan yang benar dan
menjadikan beliau shallallahu alaihi wasallam sebagai teladan sejati dalam
mengisi berbagai sisi kehidupan. Seperti: Cara makan dan menjaga
kesehatan; Cara berpakaian; Cara berumah tangga dan bertetangga; Cara
bermasyarakat dan bernegara dan lain sebagainya. Mari kita berusaha untuk
sehat dan bahagia dengan meneladani Rasulullah shallallahu alaihi wasallam.
Hal ini tidak lain, kecuali karena memang pada diri Rasulullah shallallahu
alaihi wasallam itu benar-benar terdapat suri teladan yang baik bagi orang
yang beriman dan mengharap rahmat dari Allahsubhanahu wataala.
Mudah-mudahan Allah subhanahu wataala menjadikan kita semua termasuk
orang-orang yang cinta kepada Rasulullahshallallahu alaihi wasallam dan
membuktikannya dengan banyak meniru dan mencontoh dari kehidupannya,
meninggalkan dan membenci hal-hal yang menyelisihi jalan dan petunjuknya.Shalawat dan salam semoga tetap terlimpahkan atas
Rasulullahshallallahu alaihi wasallam, keluarga, shahabat, dan para
pengikutnya. Alhamdulillahirabbil 'alamiin. (Ibnu Thayyib Maksudi alBantani).
Sumber: (Taisir al-Kariim ar-Rahman, Syaikh Abdurrahman bin Nashir asSa'di, at-Tibbun Nabawi, Ibnul Qoyyim al-Jauzi, Tafsir al-Quran al-Karim
surat al-Baqoroh, Syaikh al-Utsaimin).
Manusia sebagai makhluk Tuhan yang mempunyai berbagai potensi selalu berusaha dalam
memenuhi kebutuhan hidupnya dengan mudah. Yang didukung dengan berbagai macam teknologi
yang telah di ciptakan.

Dengan perkembangan ilmu pengetahuan maka terciptalah teknologi yang berkaitan dengan
pendidikan. Oleh sebab itu, islam sangat memperhatikan masalah-masalah di dalam pendidikan.
Pendidikan pertama sejak kelahirannya di alami oleh manusia ketika berada di tengah-tengah
keluarganya, seorang ayah merupakan figur yang benar-benar berpengaruh dalam pendidikan
seoarang anak, demikian juga figur-figur lain seperti, kakek, nenek, saudara dan lain-lain secara
langsung sangat mempengaruhi pola pendidikan seseorang.
Perkembangan zaman yang tak dapat di hentikan, orangtua akhirnya mempunyai keterbatasan
di dalam mendidik anaknya sehingga tanggung jawab pendidikan mereka menyerahkannya ke sekolah
atau madrasah.
Akhirnya seorang anak akan tumbuh dan berkembang seiring dengan bertambah usianya
sehingga ruang pergaulannya bukan hanya dirumah dan disekolah saja. ia juga akan menjadi bagian
dalam suatu kumpulan individu di lingkungannya (masyarakat). Maka terjadilah interaksi antara
dirinya dengan masyarakat sekitarnya sehingga hal tersebut sangat berpengaruh pada proses
pendidikannya. Oleh karena itu hubungan antara pendidikan keluarga, sekolah, dan masyarakat harus
saling berhubungan dan mendukung satu sama lain agar akan terciptanya seorang anak didik yang
berpotensi dan memenuhi pola pendidikan yang sempurna.

A.

B.

BAB II
PEMBAHASAN
Peran Keluarga, Sekolah, dan Masyarakat dalam Pendidikan
Metode Pendidikan Nasional semesta, menyeluruh, dan terpadu dalam rangka pembangunan
manusia Indonesia seutuhnya dan masyarakat Indonesia seluruhnya, pada hakikatnya menjadi
tanggung jawab seluruh bangsa Indonesia dan dilaksanakan oleh keluarga, masyarakat, dan
pemerintah.
Rencana pembangunan lima tahun juga ditegaskan bahwa pendidikan adalah menjadi tanggung
jawab bersama antara keluarga, masyarakat, dan pemerintah serta di usahakan agar dapat memiliki
oleh seluruh rakyat, sesuai kemampuan masing-masing individu.
Peranan Keluarga Dalam Pendidikan
Kita telah merasakan keluarga merupakan lembaga pendidikan yang pertama dan utama dalam
masyarakat karena dalam kelurgalah manusia dilahirkan, berkembang menjadi dewasa. Batas dan
bicara pendidikan di dalam keluarga akan selalu mempengaruhi tumbuh dan berkembangnya watak,
budi pekerti, dan kepribadian tiap-tiap manusia, pendidikan yang diterima dalam keluarga inilah yang
akan di gunakan oleh anak sebagai dasar untuk mengikuti pendidikan selanjutnya di sekolah .
Orangtua mempunyai tugas dan tanggung jawab dalam keluarga terhadap pendidikan anak
lebih bersikap menentukan: watak budi pekerti, latihan keterampilan, pendidikan kesosialan.
Selain daripada itu penanaman nilai-nilai pancasila, nilai-nilai keagamaan dan kepercayaan
kepada Allah dimulai di dalam keluarga.

Pengaruh Timbal Balik Antara Sekolah, Keluarga, dan Masyarakat


Pembinaan dan Tanggung Jawab Pendidikan Pada Orang Tua
Perkawinan adalah ikatan lahir dan batin antara pria dan wanita dalam pasal 1 UU Perkawinan
No. 1 tahun 1974 . Yang bertujuan untuk membentuk keluarga bahagia dan sejahtera maka lahirlah
anak dan kita wajib mendidiknya. Memelihara dan mendidik anak terus berlanjut sampai ia dikawinkan
dan dapat berdiri sendiri. Bahkan memuat pasal 45 ayat 2 UU Perkawinan ini, kewajiban dan tanggung
jawab orang tua akan kembali menjadi tanggung jawab orang tua, sebagai mana firman Allah di dalam
Al-Quran yang berbunyi:

a.
b.
c.
d.

Artinya :
" Wahai orang-orang yang beriman peliharalah diri dan keluarga kamu dari api neraka ".
Bila kita telah secara mendalam memang benar tanggung jawab pendidikan terbentuk di
tangan kedua orang tua. Tanggung jawab pendidikan yang perlu disadarkan dan dibina oleh orang tua
terhadap anak antara lain sebagai berikut :
Memelihara, membesarkan agar hidup berkelanjutan
Melindungi, mengayumi secara jasmani dan rohani
Mendidik berbagai ilmu pengetahuan, keterampilan yang berguna bagi hidupnya
Membahagiakan anak dunia akhirat dengan memberikan pendidikan agama sesuai ketentuan Allah.
Sebagai tujuan hidup muslim tanggung jawab juga di katagorikan sebagai tanggung jawab kepada
Allah.
Agama islam selalu mengingat pemeluknya agar generasi berikutnya lebih baik dari generasi
sebelumnya. Konsep pendidikan ini telah dianut oleh bangsa Indonesia sehingga dimasukan kedalam
GBHN (Garis-garis Besar Haluan Negara).
Kesadaran akan tanggung jawab meendidik dan membina anak secara terus menerus perlu
dikembangkan kepada setiap orang tua, mereka juga perlu dibekali teori-teori pendidikan modern
secara perkembangan zaman, pendidikan yang diberikan dapat digunakan untuk menghadapi
lingkungan yang lambat. Upaya yang dapat ditempuh untuk dapat meningkatkan kualitas dari orang
tua antara lain, dengan belajar seumur hidup, sebagaimana yang diajarkan oleh Nabi Muhammad
SAW, yaitu belajar seumur hidup dan menuntut ilmu itu wajib bagi setiap muslim laki-laki dan
perempuan tanpa terkecuali.
Ada sebuah pepatah bahasa arab yang mengatakan.

Artinya :
" Menuntut ilmu dari buaian sampai ke liang lahat ".
Dan salah satu hadist rasul yang menjelaskan tentang kewajiban menuntut ilmu yaitu.

Artinya :
"Menuntut ilmu itu wajib bagi setiap muslim laki-laki dan perempuan".
Bermacam-macam kepribadian anak yang dilakukan oleh orang tua terhadap anaknya, bila
kepribadian yang diwarnai dengan pelajaran agama yang berkesinambungan, ini akan membawa anak
menjadi anak yang dewasanya manusia yang berkepribadian muslim, ia akan dapat bergaul dan
menyesuaikan diri dengan tetangga atau pun masyarakat pada umumnya. Pembentukan sikap sosial
ini kadang kala agak terlupakan oleh sebagian orang tua. Padahal dalam ajaran islam HABBLUM
MINANNAS ini sangat utama karena manusia makhluk sosial yang memerlukan orang lain dalam
kehidupan.
Para ahli didik dewasa ini mengakui besarnya peran seorang ibu dalam mendidik anaknya,
walaupun ibu atau wanita digolongkan pada kaum yang lemah. Meskipun demikian secara kerohanian
wanita adalah makhluk Allah yang kuat dalam pendirian dan prinsip hidup dalam keluarga. Dalam
dirinya, terdapat perasaan halus, kasih sayang melebihi halusnya perasaan dan kasih sayang laki-laki,
mungkin juga dengan sifat kewanitaannya, ia diberi allah rahim yaitu suatu tempat yang penuh
kedamaian dan kasih sayang serta kuat, sehingga calon bayi yang tidur selama masa kandungan
merasa aman didalamnya. Oleh Al-Quran tempat ini disebut makin hamin, yaitu tempat yang kuat
dan kokoh.
Dengan belaian tangan, ciumannya serta kata-katanya yang lemah lembut anaknya dekat
dengannya, anak merasa lebih dekat dan lebih sayang padanya dibanding kedekatannya dengan
ayahnya. Oleh Sigmund Freud kedekatan anak (anak laki-laki) ini kepada ibunya menjadi teoriOedipus
Compleks yaitu pertentangan antara anak dan ayah.
Oleh karena itu dalam konsep pendidikan islam kebahagiaan rumah tangga lebih banyak di
pihak ibu, karena ia dapat menciptakan suasana rumah yang harmonis melalui kasih sayang dan

a.

b.

c.

sapaannya yang menyejukan hati anaknya. Mengenai kebahagiaan rumah tangga atas peran ibu
disebutkan oleh Rasulullah dalam hadistnya yang brbunyi.

Artinya :
" Surga itu terletak dibawah kaki ibu ".
Kita dapat mengetahui dari hadist tersebut betapa besarnya ibu sebagai pendidik bagi anakanaknya yang dapat membuahkan kebahagiaan, kedamaian, keharmonisan, kepatuhan dan
penanaman nilai luhur serta norma-norma agama, sosial yang berlaku di masyarakat setempat. Oleh
karena itu Allah menyebutkan dalam Al-Quran bahwa setiap anak wajib berbakti, patuh dan berterima
kasih kepada orang tuanya yaitu di dalam suroh Al-Lukman.
Beberapa sifat dan sikap yang mungkin dan muncul itu antara lain dikemukakan oleh Dr. Sis
Heyster dalam bukunya Ilmu Jiwa Anak dan Masa Muda. Dan juga oleh Crijn dan Reksosiswojo dalam
pengantar di dalam praktek pengajaran dan pendidikan sebagai berikut; keras hati, keras kepala,
manja, perasaan takut, dusta, agresif (menyerang anak lain), cepat marah, berkata gagap, ingin
menang sendiri, menyembunyikan milik teman sendiri, dan diakui kepunyaannya, frantasi dan
gangguan anak yang disebut infant terrible.
Sifat tingkah laku yang ditampilkan anak-anak di atas terutama oleh anak yang berusia
sebelum sekolah, diantara tiga sampai lima tahun dan dilakukannya tanpa sadar, tapi cukup
merepotkan kedua orang tuanya diantara sifat-sifat anak tersebut adalah :
Dusta
Dusta atau bohong hampir ditampilkan oleh semua anak dalam masa perkembangannya.
Dusta ini ada yang disebut yang sebenarnya adalah perkataan bohong yang sengaja dilakukan untuk
sesuatu keuntungan tertentu dengan sengaja merugikan orang lain. Dan dusta semu atau dusta tidak
sebenarnya adalah dusta karena tidak mampu membela diri atau menyatakan dengan sebenarnya
rasa ketakutannya.
Gagap
Gagap adalah ucapan yang dikeluarkan tidak lancar dan cenderung diulang-ulang dalam cara
tertentu, penampilan gagap (stammering) pada anak sering dijumpai. Penyebab gagap ini bermacammacam, adakalanya karena kesalahan orang tua, karena keadaan jiwa anak tidak tenang berhadapan
dengan ibu atau bapanya dalam situasi tertentu.
Infant Terrible
Gangguan anak-anak yang disebut juga dengan infant terrible karena anak-anak (anak kecil)
tidak bisa membedakan antara fantasi dengan kenyataan dan ia biasanya jujur.
BAB III
PENDIDIKAN SEKOLAH / MADRASAH
Sebagai akibat perkembangan ilmu teknologi dan terbatasnya orang tua akan mengenai kedua
hal tersebut, orang tua tidak mampu lagi mendidik anaknya. Untuk menjalankan tugas-tugas tersebut
diperlukan orang yang lebih ahli.
Prof. Dr. Sikun Pribadi menyatakan. " karena orang tua tidak mampu memberikan pendidikan
selanjutnya dalam berbagai kecakapan dan ilmu. Kita dapat menggambarkan masyarakat tanpa
sekolah. Di dalam sekolah bekerja orang-orang khusus didik untuk keperluan mengajar.
Di dalam dunia pendidikan istilah sekolah sudah sangat lazim. Sekolah merupakan salah satu
pusat pendidikan yang mengaharapkan bisa mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan
manusia Indonesia seutuhnya yaitu manusia beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan
berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani,
kepribadian mantap dan mandiri, serta tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan (UU No. 2
tahun 1989, tentang Sistem Pendidikan Nasional).
Sekolah dalam bahasa inggris disebut school atau di dalam dunia Pendidikan Islam disebut
Madrasah. Madrasah adalah sebuah lembaga formal, yaitu pendidikan yang diselenggarakan secara

snegaja, berencana, terarah, dan sistematis. Demikian menurut pendapat Dr. Hadari Nawawi dalam
bukunya Administrasi Pendidikan.
Formalitas pendidikan madrasah mulai terangkat ketika adanya usaha pemerintah Indonesia
menghapus warisan kebijakan Belanda yang membedakan anatar sistem Pendidikan Madrasah dengan
sistem Pendidikan Luar Biasa.
Di dalam UU No. 2 tashun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional, sekolah didefinisikan
sebagai Satuan Pendidikan yang berjenjang dan berkesinambungan untuk menyelenggarakan kegiatan
belajar-mengajar.
Sekolah melakukan pembinaan pendidikan untuk peserta didiknya didasarkan atas
kepercayaan dan tuntutan zaman. Sekolah sebagai lembaga pendidikan mempunyai tanggung jawab
atas tiga faktor yaitu.
1.
Tanggung Jawab Normal
Sekolah atau madrasah sebagai lembaga pendidikan sesuai dengan fungsi tugas dan tujuan
pendidikan, harus melaksanakan pembinaan menurut ketentuan yang berlaku.
2.
Tanggung Jawab Keilmuan
Sekolah atau madrasah sebagai pendidikan memiliki tanggung jawab mentransfer pengetahuan
kepada anak didik.
3.

a.

b.

Tanggung Jawab Fungsional


Sekolah atau madrasah selain harus melakukan pembinaan sesuai ketentuan yang berlaku, sekolah
juga harus bertanggung jawab melalui pendidik (guru) untuk melaksanakan program yang terstruktur
di dalam kurikulum.
BAB IV
PERANAN MASYARAKAT DALAM PENDIDIKAN
Masyarakat apabila dilihat dari konsep sosiologi sekumpulan manusia yang bertempat tinggal
dalam suatu kawasan yang saling berinteraksi.
Bila dilihat dari konsep pendidikan, masyarakat adalah sekumpulan banyak orang dengan
berbagai ragam kualitas mulai dari yang tidak berpendidikan sampai pada yang berpendidikan tingi. Ia
adalah laboratorium besar tempat para anggotanya mengamalkan semua keterampilan yang
dimilikinya.
Dilihat dari lingkungan pendidikan, masyarakat disebut lingkungan pendidikan non formal yang
memberikan pendidikan secara sengaja dan berencana kepada seluruh anggotanya, tetapi tidak
sistematis. Secara fungsional masyarakat menerima semua anggotanya yang pluralistic (majemuk) itu
mengarahkan menjadi anggota masyarakat yang baik untuk tercapainya kesejahteraan social para
anggotanya yaitu kesejahteraan mental spiritual dan fisikal kesejahteraan lahir dan batin.
Kalau lembaga pendidikan, pendidikannya adalah guru. Maka kalau dimasyarakat yang
menjadi pendidikannnya adalah orang dewasa yang bertanggung jawab terhadap pendewasaan
anggotanya melalui sosialisasi lanjutan yang diletakkan dasar-dasar oleh keluarga dan juga sekolah
sebelum mereka masuk kedalam masyarakat. Masing-masing anggotanya dengan penuh kesabaran
dan tanggung jawab yang baik secara sendiri-sendiri atau secara bersama melalui institusi atau
lembaga yang dipimpinnya.
Mengawasi Jalannya Nilai Sosial Budaya
Masyarakat Indonesia sejak dahulu sangat menjunjung tinggi nilai sosial bidaya yang ada
dalam masyarakat masing-masing bahkan sesuai dengan sikap masyarakatnya ada yang berkehendak
melestarikan dan mengembangkannya.
Menyalurkan Aspirasi Masyarakat
Keinginan masyarakat untuk hidup bahagia dan sejahtera serta aman sejak pemerintahan orde
baru makin besar, berbagai upaya yang telah dilakukan pemerintah antar lain dengan menggalakan
transmigrasi, sistem keamanan lingkungan (siskamling), posyandu, dan lain-lain.

1.
2.
3.
4.

1.
2.
3.

4.

Pembinaan Kerjasama Antara Orang Tua, Sekolah dan Masyarakat


Proses pendidikan yang dilakukan oleh ketiga lingkungan tersebut dapat dikemukakan sebagai
berikut, secara mental spiritual dasar-dasar pendidikan diletakkan oleh rumah tangga, dan secara
akademik konseptual dikembangkan oleh sekolah sehingga perkembangan pendidikan anak makin
terarah.
Betapa eratnya kerjasama yang terpadu dari ketiga macam lingkungan pendidikan untuk
membawa anak kepada tujuan bersama, yaitu membentuk anak menjadi anggota masyarakat yang
baik untuk Bangsa, Negara, dan Agama.
Unsur-unsur pokok yang ada dalam suatu masyarakat adalah:
Adanya unsur kelompok manusia yang tinggal di daerah tertentu
Mempunyai tujuan yang sama
Mempunyai nilai-nilai dan aturan yang ditaati bersama
Mempunyai organisasi yang ditaati
BAB V
PENUTUP
Berdasarkan uraian-uraian di atas, maka isi makalah yang saya susun dapat disimpulkan
sebagai berikut.
Tri Pusat Pendidikan adalah tiga unsur penting yang sangat berperan dalam pendidikan dan menjadi
pusat kegiatan pendidikan.
Keluarga adalah tempat pertama dan utama seseorang menerima pendidikan.
Akibat dari perkembangan zaman dan keterbatasan orang tua dalam mendidik anak, maka kegiatan
pendidikan juga dilaksanakan di suatu lembaga yang disebut sekolah atau madrasah. Pendidikan yang
dialkukan di sekolah atau madrasah disebut pendidikan formal.
Masyarakat merupakan tempat atau unsur yang sangat berperan penting dalam pendidikan.
Lingkungan pendidikan masyarakat disebut pendidikan non formal.

DAFTAR PUSTAKA
Tadius B Clark, terjemahan Muhammad Abdul Hamid Abul Azam, Al-Amanah Awwalan, terbitan Maktabah AnNahdhah Al-Mishriyah.
Majalah bulanan tentang Kebudayaan dan Pendidikan, Al-Ma'rifah, pemred: Khalid Quthrusy, edisi maret 1949.
Muhammad Amin Syakir, Fi At-Tarbiyah Al-Islamiyah, Risalah Jami'iyah, 1955.

Mahmud Mahdi,

Athfaluna Dhahayana, cetakan Al Hasyimiyah, Damaskus

Syukron Atas Kunjungan Anda..


Mohon Luangkan waktu ANDA sebentar untuk MengKlik Web diBawah ini.
karena Kami sangat membutuhkan bantuan ANDA..
http://www.profitclicking.com/?r=Masduki
http://myjsstripler.danatripler.com/
http://www.infodahsyat.com/id94778

http://profitklickingbekasi.blogspot.com/
http://www.profitclickingteam.biz/bekasi
http://infodahsyat.com/mampiryuuk
http://freedollar.danatripler.com/

Anda mungkin juga menyukai