SHALAT JENAZAH
SMAN 1 PURWAKARTA
KELOMPOK :
-SIGIT ARYO WIDODO.
- M. NABIL LABIB.
- DIMAS RAIHAN.
- SYAM ILHAM
- HEGAR LEJANG
- DIAR AL GHIFARI
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang hingga saat ini masih memberikan
kita nikmat iman dan kesehatan, sehingga saya diberi kesempatan yang luar biasa
ini yaitu kesempatan untuk menyelesaikan tugas penulisan makalah tentang
“Shalat Jenazah”
Shalawat serta salam tidak lupa selalu kita haturkan untuk junjungan nabi
gung kita, yaitu Nabi Muhammad SAW yang telah menyampaikan petunjukan
Allah SWT untuk kita semua, yang merupakan sebuah pentunjuk yang paling
benar yakni Syariah agama Islam yang sempurna dan merupakan satu-satunya
karunia paling besar bagi seluruh alam semesta.
Selain itu kami juga sadar bahwa pada makalah kami ini dapat ditemukan
banyak sekali kekurangan serta jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu, kami
benar-benar menanti kritik dan saran untuk kemudian dapat kami revisi dan kami
tulis di masa yang selanjutnya, sebab sekali kali lagi kami menyadari bahwa tidak
ada sesuatu yang sempurna tanpa disertai saran yang konstruktif.
Di akhir kami berharap makalah sederhana kami ini dapat dimengerti oleh
setiap pihak yang membaca. Kami pun memohon maaf yang sebesar-besarnya
apabila dalam makalah kami terdapat perkataan yang tidak berkenan di hati.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................................
DAFTAR ISI..................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................
BAB II PEMBAHASAN...............................................................................................
3.1 Kesimpulan......................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................
BAB 1
PENDAHULUAN
PEMBAHASAN
Artinya :
“Dari jabir r.a bahwa Nabi SAW. menyalatkan Najasi (raja Habsyi),
maka beliau membaca takbir empat kali.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Imam Turmudzi berkata bahwa hal itu telah diamalkan oleh kebanyakan
ulama dari para sahabat Nabi SAW. dan lainnya. Mereka berpendapat
bahwa takbir dalam salat jenazah itu sebanyak empat kali. Demikian juga
pendapat Syafi’i, Sufyan, Ahmad, Ibnul Mubarak, dan Ishak.
4. Membaca surat al Fatihah, dilanjutkan denngan takbir yang kedua.
5. Membaca salawat atas Nabi Muhammad SAW. dilanjutkan dengan takbir
ketiga. Membaca surat al Fatihah dan salawat Nabi dalam jenazah,
sebaiknya dengan cara sirri (bisik-bisik). Jumhur ulama berpendapat
bahwa, baik membaca al Fatihah atau membaca salawat Nabi, berdoa serta
memberi salam disunatkan secara sirri kecuali bagi imam, maka baginya
sunat jahar pada takbir dan taslim untuk pemberitahuan kepada makmum.
Membaca salawat sekurang-kurangnya dengan mengucapkan Allahumma
shalli ‘ala Muhammad itu sudah cukup. Sedangkan yang lebih utama
adalah mengikuti apa yang diajarkan oleh nabi sebagai berikut :
ت َعلَى اِْبَر ِاهْي َم َو َعلَى اَِل اِْبَر ِاهْي َم َوبَا ِر ْك َعلَى حُمَ َّم ٍد َو َعلَى
َ اصلَْي
ٍ ِ ٍ
َ ص ِّل َعلَى حُمَ َّمد َو َعلَى اَل حُمَ َّمد َك َم
َ اَللّ ُه َّم
َّ ت َعلَى اِْبَر ِاهْي َم َو َعلَى اَِل اِْبَر ِاهْي َم ىِف الْ َعالَ ِمنْي َ اِن
ٌَّك مَحِ ْي ُدجَّمِ ْيد ٍ
َ اَِل حُمَ َّمد َك َمابَ َار ْك
Artinya :
“Ya Allah limpahkanlah karunia atas Nabi Muhammad serta keluarga
Muhammad sebagaimana telah Engkau limpahkan atas Nabi Ibrahim dan
berilah berkah kepadA Muhammad serta keluarga Muhammad
sebagaimana telah Engkau berikan kepada Ibrahim di antara seluruh
penduduk alam, sungguh engkau ya Allah Mahaterpuji lagi Mahamulia.”
6. Mendoakan jenazah, dilanjutkan dengan takbir keempat.
ِ ِ ِ ِ
ُّعاءَ (رواه ُ اصلَّْيتُ ْم َعلَى الْ َميِّت فَاَ ْخل
َ ص ْوالَهُ الد َ َ اذ:صلَّى اهللُ َعلَْيه َو َسلَّ َم
َ ُقَ َال َر ُس ْو ُل اهلل
)ابوداودوالبيحقي وابن حبان وصححه
Artinya :
Rasulullah SAW. bersabda, “Jika kamu menyalatkan jenazah, maka
berdoalah untuknya dengan tulus ikhlas.” (HR. Abu Dawud dan Baihaqi,
juga Ibnu Hibban yang menyatakan sahihnya)
Doa dianggap sah walaupun hanya secara singkat. Akan tetapi yang lebih
utama adalah membaca doa berikut :
ف َعْنهُ َواَ ْك ِر ْم نُُزلَهُ َو َو ِّس ْع َم ْد َخلَهُ َواَ ْغ ِس ْلهُ مِب َ ٍاء َوثَ ْل ٍج َو َبَر ٍد َونَق ِِّه ِم َن ِِ ِ
ُ اَللّ ُه َّم ا ْغف ْرلَهُ َو ْارمَحْهُ َو َعافه َو ْاع
اخْيًر ِام ْن ِِ ِ ِ س واَب ِدلْه دار َّ ض ِم َن
َ اخْيًرام ْن َدا ِر ِه َواَ ْهاًل َخْيًرام ْن اَ ْهله َو َز ْو ًج
َ ً َ ُ ْ َ ِ َالدن ُ َاخْلَطَا يَا َك َمايُنَ َّق الث َّْوبُاااْل َْبي
)َز ْو ِج ِه َوقِ ِه فِْتنَةَالْ َقرْبِ َو َع َذابَاالنَّا ِر (رواه مسلم
Artinya :
“Ya Allah ampunilah dia, kasihanilah dia, mafkanlah dia, muliakanlah
dia, lapangkanlah tempatnya dan bersihkanlah dia dengan air, air salju,
dan air embun. Sucikanlah dia dari dosa sebagaimana kain yang putih
bila disucikan dari noda. Dan gantilah rumahnya dengan tempat
kediaman yang lebih baik, begitu pun keluarga serta istrinya dengan yang
lebih berbakti, serta lindungilah dia dari bencana kubur dan siksa
neraka.” (HR. Muslim)
7. Membaca doa setelah takbir keempat
Disunatkan membaca doa setelah takbir keempat, seperti yang dijelaskan
dalam hadis nabi SAW. riwayat Ahmad dari Abdullah bin Abi Aufa :
ِ َكا َن رسو ُل:الرابِع ِة قَ ْدرماب التَّ ْكبِيرَت ِ ي ْدعومُثَّ قَ َال ِ
اهلل ُْ َ ْ ََأنَّهُ َمات
ْ ُ َ ت لَهُ ا ْبنَةٌ فَ َكَّبَر َعلَْي َهااَْر َب ًعامُثَّ قَ َام َب ْع َد َّ َ َ َ َنْي َ ْ َ نْي
ِ
َ َصنَ ُع ىِف اجْلَن
از ِة َها َك َذا ْ َص َّل اهللُ َعلَْيه َو َسلَّ َم ي
َ
Artinya :
“Ketika putrinya meninggal dunia, Abdulah bin Aufa menyalaatkan
dengan membaca empat kali takbir, kemudian setelah takbir keempat ia
masih berdiri selama kira-kira antara dua takbir membaca doa.
Kemudian katanya, “Rasulullah SAW. selalu melakukan seperti ini
terhadap jenazah.”
Imam Syafi’i berkata, “Setelah takbir keempat, hendaklah membaca doa
sebagai berikut :
ِك يااَرحم َّ مِح ِ ِ ِ ِ
َ الرا نْي َ اَللّ ُه َّم اَل حَتْ ِر ْمنَااَ ْجَرهُ َواَل َت ْفتن
َ َ ْ َ َ َّاب ْع َدهُ َوا ْغف ْرلَنَ َاولَهُ بَرمْح َت
Artinya :
“Ya Allah janganlah Engkau tidak memberikan pahala kepadanya dan
janganlah Engkau menjadikan fitnah kepada kami setelahnya, berilah
ampunan kepada kami dan kepadanya dengan rahmatMu wahai Dzat
Yang memberi Rahmat.”
Sedangkan Abu Hurairah berkata, “Orang-orang dulu biasanya membaca
setelah takbir keempat itu, dan sebagai berikut :
ِ ِ ُّ َربَّنَااتِنَاىِف
َ َاح َسنَةً َوىِف ااْل خَر ِة َح َسنَةً َوقن
اع َدابَالنَّا ِر َ َالد ْني
Artinya :
“Ya Allah Tuhan kami, berilah kami di dunia kebaikan dan juga di akhirat
dan lindungilah kami dari siksa neraka.”
8. Mengucapkan Salam
Salam pada salat jenazah menurut para fuqaha termasuk fardu, kecuali
Abu Hanifah yang mengatakan bahwa salam kesebelah kanan dan kiri
hukumnya wajib, tetapi bukan termasuk rukun dengan alasan bahwa salat
jenazah termasuk salah satu macam salat dan untuk mengakhiri salat
adalah dengan membaca salam. Ibnu Mas’ud mengatakan, “Mengucapkan
salam ketika salat jenazah seperti salam waktu salat biasa, sekurang-
kurangnya Assalamu’alikum, tetapi Ahmad berpendapat membaca satu
kali salam itu adalah sunah dengan menghadapkan mukanya kesebelah
kanan, boleh juga ke arah depan berdasarkan perbuatan Rasulullah dan
para sahabat. Mereka hanya memberi salam hanya satu kali, tidak ada
yang membantah pada waktu itu. Imam Syafi’i berkata bahwa hukum
mengucapkan salam dua kali adalah sunah, yaitu dimulai dengan
menghadapkan muka kesebelah kanan, kemudian salam yang kedua
kesebelah kiri, sedangkan Ibnu Hazmin menganggap bahwa salam yang
kedua termasuk dzikir dan amalan yang baik (Abidin dan Suyono, 1998:
168).
Dengan malakukan sholat jenazah dengan benar, maka kita akan memiliki
faedah yang besar. Dengan menunaikan jenazah dengan menyolatkannya,
memohon syafaat dan berdoa untuknya, menunaikan hak keluarganya,
menghibur perasaan mereka akan memperoleh pahal yang besar.
Menyolatkan jenzah di masjid adalah yang diutamakan. Jika masjid jauh, bisa
dilakukan di rumah atau mushola terdekat. Barang siapa yang ketinggalan
sholat jenazah, yang utama adalah menyolatkannya setelah dimakamkan. Dan
barang siapa yang dikuburkan dan belum disholatkan, maka disholatkan di
atas kuburnya.
Para pengiring tidak dibenarkan untuk duduk sebelum jenazah diletakkan, sebab
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam telah melarangnya.
Disunnahkan mendalamkan lubang kubur, agar jasad si mayit terjaga dari
jangkauan binatang buas, dan agar baunya tidak merebak keluar.
Lubang kubur yang dilengkapi liang lahad lebih baik daripada syaq. Dalam
masalah ini Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam bersabda:
“Liang lahad itu adalah bagi kita (kaum muslimin), sedangkan syaq bagi selain
kita (non muslim).” (HR. Abu Dawud dan dinyatakan shahih oleh Syaikh Al-
Albani dalam “Ahkamul Janaaiz” hal. 145)
Syaq adalah liang yang dibuat khusus di dasar kubur pada bagian tengahnya
(membentuk huruf U memanjang).
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Memandikan
2. Mengkafani
3. Menshalatkan
4. Menguburkan
Adapun hikmah yang dapat diambil dari tata cara pengurusan jenazah, antara lain:
4. Mengingatkan dan menyadarkan manusia bahwa setiap manusia akan mati dan
masing-masing supaya mempersiapkan bekal untuk hidup setelah mati.
5. Sebagai bukti bahwa manusia adalah makhluk yang paling mulia, sehingga
apabila salah seorang manusia meninggal dihormati dan diurus dengan sebaik-
baiknya menurut aturan Allah SWT dan RasulNya.
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Slamet dan Moh. Suyono. 1998. Fiqih Ibadah. Bandung: Pustaka Setia.
Pasha, Mustafa Kamal. 2003. Fiqih Islam. Yogyakarta: Citra Karsa Mandiri.
Samuri, M. 1998. Penuntun Shalat lengkap. Surabaya: Apollo Lestari
Kamal Pasha, B.Ed, Drs. Musthafa dkk, Fiqih Islam sesuai dengan putusan majlis
tarjih. Yogyakarta: Citra Karsa Mandiri,2003.
Muhdiyat,H.M.A, Tuntunan Pengurusan Jenazah, Bandung: YPP Sumber Sari
Bandung, 2008.
Al-Qur’anul karim dan terjemahannya, Departemen Agama RI Kejasama dengan
Pemerintah Kerajaan Saudi Arabiyah.
http://www.blogger.com/blogger.g?blogID
Abdul Karim. 2004. Petunjuk Merawat Jenazah Dan Shalat Jenazah. Jakarta:
Amzah
Abd. Ghoni Asyukur. 1989. Shalat Dan Merawat Jenazah, Bandung: Sayyidah
2000. Rizal Qasim. 2000. Pengamalan Fikih I. Jakarta: Tiga Serangkai
[1]http://novia2.blogspot.com/2014/06/makalah-agama-tata-cara-pengurusan.html
[2] www.google.com/penguburan-jenazah
[3] https://dalamislam.com/dasar-islam/tata-cara-menguburkan-jenazah
[4] https://www.mozaikislam.com/463/cara-mengubur-jenazah.htm