Anda di halaman 1dari 13

Syarh Materi: MA'NA SYAHADATAIN

Tujuan materi:
1. Agar peserta tarbiyah mengetahui hakikat dari ma'na laa Ilaha illallah.
2. Untuk memurnikan pengabdian yang sesungguhnya kepada Allah.
3. Untuk menghindari distorsi dari pemahaman Laa Ilaha illallah.
4. Agar tertanam pada diri mutarabbi sifat Al wala' dan Al bara'
5. Agar peserta tarbiyah dapat mengagungkan dan mendahulukan Allah diatas
segala-galanya.

A. Urgensi syahadatain dan Studi terhadapnya:

1. Babun Li dukhulil Islam (Pintu masuk Islam)


 Pada hakikatnya setiap jiwa manusia telah bersaksi bahwa Allah adalah
Tuhannya, hal tersebut telah difirmankan oleh Allah dalam surat Al-
A’raf (7) : 172
 Hadits:
َ‫صالَة‬ َ َّ‫ت َأ ْن ُأقَاتِ َل الن‬
َّ ‫اس َحتَّى يَشْهَدُوا َأ ْن الَ ِإلَهَ ِإالَّ هللاُ َوَأ َّن ُم َح َّمداً َرسُوْ ُل هللاِ َويُقِ ْي ُموا ال‬ ُ ْ‫ُأ ِمر‬
‫ق اِإل ْسالَ ِم َو ِح َسابُهُْ"م‬ ِّ ‫ص ُموا ِمنِّي ِد َما ُءهُ ْم َوَأ ْم َوالُـهُ ْم ِإالَّ بِ َح‬
َ ‫َويُْؤ تُوا" ال َّزكاَةَ فَِإ َذا فَ َعلُوا َذلِكَ َع‬
] ‫َعلَى هللاِ تَ َعال َى [رواه البخاري ومسلم‬
Dari Ibnu Umar radhiallahuanhuma sesungguhnya Rasulullah
bersabda : “Aku diperintahkan untuk memerangi manusia hingga mereka bersaksi
bahwa tidak ada ilah selain Allah dan bahwa Muhammad adalah Rasulullah,
menegakkan shalat, menunaikan zakat. Jika mereka melakukan hal itu maka darah
dan harta mereka akan dilindungi kecuali dengan hak Islam dan perhitungan
mereka ada pada Allah Ta’aala”. (Riwayat Bukhori dan Muslim)
 Di saat Usamah RA, sahabat Rasulullah saw, membunuh orang yang sedang
mengucapkan, “Laa ilaaha illallaah, ” Nabi menyalahkannya dengan
sabdanya, “Engkau bunuh dia, setelah dia mengucapkan Laa ilaaha
illallaah.” Usamah lalu berkata, “Dia mengucapkan Laa ilaaha illallaah
karena takut mati.” Kemudian Rasulullah saw. bersabda, “Apakah kamu
mengetahui isi hatinya?” [HR Bukhari dan Muslim]
 Islam ibarat rumah atau bangunan atau sistem hidup yang menyeluruh, dan
Allah memerintahkan setiap muslim untuk masuk secara kaaffah. Untuk
memasukinya akan melalui sebuah pintu gerbang, yaitu syahadatain.

2. Al-Fariqu Bainal Muslim Wal Kafir (Garis pemisah antara kafir dan
mukmin), lihat hadits riwayat Bukhari-Muslim di atas
 Lihat QS. 2: 256, Islam adalah cahaya dan Kufur adalah kegelapan
 Syahadatain adalah pembeda karena ketika, seseorang murtad
(membatalkan syahadatainnya) maka: amal ibadahnya terhapus, haknya
sebagai seorang Muslim hilang (diberi Salam, mendoakan ketika bersin, dll),
haram menikahi seorang Muslimah, jika telah menikah maka pernikahannya

1
batal, tidak boleh menjadi wali dalam pernikahan, tidak mewarisi dan tidak
diwarisi hartanya, haram sembelihannya, jika meninggal tdk dishalati, tidak
dimandikan, tidak dikafankan dan tidak didoakan, tidak boleh dimakamkan
di pemakaman Muslim, persaksiannya ditolak, tidak boleh memasuki tanah
suci, dikenai hukum hudud yang wajib dilakukan oleh yg berhak.

3. Khulashatu Ta’alimil Islam (Intisari ajaran Islam)


 Seluruh rangkaian ajaran Islam bersumber dan berporos pada syahadatain.
Shalat, zakat, puasa, haji, jihad, penegakan hukum, tazkiyatu nafs, dakwah,
akhlakul karimah, dan lain sebagainya, pd hakikatnya adalah implementasi
dari syahadatain. Semuanya merupakan konsekwensi amaliyah dari persaksian
seseorang bahwa tidak ada tuhan yg berhak disembah kecuali Allah dan
Muhammad adalah utusan-Nya.

 Syahadat Laa Ilaha Illallah membuahkan tauhid yang murni, menepis segala
bentuk kemusyrikan dan membuahkan keihklasan niat.
Syahadat Muhammad Rasulullah membuahkan keteladanan dan ketaatan
pada syari’at Islam

4. Asasut-Taghyir (Konsep dasar reformasi)


 Syahadat merupakan dasar perubahan total, baik pribadi maupun
masyarakat. Syahadat layaknya cahaya yang sangat terang, sehingga dapat
mengeluarkan umat manusia dari kehidupan yang gelap gulita (jahiliyah).
Allah berfirman di dalam QS. 6: 122

 Pada pribadi:
Dari hina menjadi mulia (3: 112, 63: 8)
Dari lemah menjadi kuat (8: 65-66)
Dari jahil/bodoh menjadi berilmu (30: 7)
 Pada masyarakat:
Dari perpecahan menjadi ukhuwah (3: 103)
Dari takut menjadi aman (6: 68)
Dari tidak eksis menjadi eksis (24: 55)

5. Adanya khalal (cacat-distorsi) dalam pemahaman syahadatain


 Terjadi khalal dlm memahami syahadatain khususnya masyarakat yang ‘ajam
(bukan bangsa Arab), mereka umumnya memahami syahadatain sebatas
terjemahannya saja. Padahal bangsa Arab menjadi “geger” dengan dua
kalimat ini.

6. Hakikat da'wah para Rasul

2
 Tidak seorang pun Rasul yang diutus oleh Allah Azza Wa Jalla melainkan
menda’wahkan syahadat “Laa Ilaha Illallah” yang intinya adalah
mentauhidkan Allah serta menjauhi segala bentuk syirik dan
implementasinya adalah menyembah Allah saja,
 Lihat QS. 21:25. 16:36

7. Memiliki beberapa keutamaan yang mulia


a. Kunci masuk surga,

ِ ‫ال اَل ِإلَهَ ِإاَّل هَّللا ُ يَ ْبتَ ِغي بِ َذلِكَ َوجْ هَ هَّللا‬ ِ َّ‫فَِإ َّن هَّللا َ قَ ْد َح َّر َم َعلَى الن‬
َ َ‫ار َم ْن ق‬
“Sesungguhnya Allah mengharamkan dari neraka orang yang mengucapkan Laa
Ilaaha Illallah, (hanya) mengharapkan Wajah Allah (ikhlas)”. (H.R al-Bukhari dan
Muslim dari ‘Itban bin Malik)

b. Zikir yang paling afdhal

 Abdullah bin Amr Radhiyallahu anhu meriwayatkan dari Nabi


Shallallahu ‘alaihi wa sallam sabda beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam :
ُ‫ت َأنا َ َوالنَّبِيُّوْ نَ ِم ْن قَ ْبلِ ْي الَ ِإلهَ ِإالَّ هللا‬
ُ ‫خَ ْي ُر ال ُّدعا ِء ُدعا ُء يَوْ ِم َع َرفَةَ َو َخ ْي ُر َما قُ ْل‬
‫ك َولَهُ ال َح ْم ُد َوهُ َو َعلَى ُك ِّل َش ْي ٍء قَ ِد ْي ٌر‬ ُ ‫َوحْ َدهُ الَ َش ِر ْيكَ لَهُ لَهُ ال ُم ْل‬
Sebaik-baik doa adalah doa hari Arafah, dan sebaik-baik ucapan yang aku
dan para nabi sebelumku ucapkan adalah La ilaha illallah wahdahu la
syarika lah, lahul mulku walahul hamdu wahuwa 'ala kulli syaiin qadir."
[HR. at-Tirmidzi no. 3585, dihukumi shahih oleh al-Albani]

c. Yang paling berbobot dalam timbangan seseorang

 Dari ‘Abdullah bin ‘Amr, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa


sallam bersabda,
َ‫ق فَيُ ْن َش ُر لَهُ تِ ْس َعةٌ َوتِ ْسعُون‬ ِ ‫ُصا ُح بِ َر ُج ٍل ِم ْن ُأ َّمتِى يَوْ َم ْالقِيَا َم ِة َعلَى ُر ُء‬
ِ ‫وس ْالخَ الَِئ‬ َ ‫ي‬
‫ص ِر ثُ َّم يَقُو ُل هَّللا ُ َع َّز َو َج َّل هَلْ تُ ْن ِك ُر ِم ْن هَ َذا َش ْيًئا فَيَقُو ُل الَ يَا‬َ َ‫ِس ِجالًّ ُكلُّ ِس ِجلٍّ َم َّد ْالب‬
‫ك ُع ْذ ٌر َألَكَ َح َسنَةٌ فَيُهَابُ ال َّر ُج ُل‬ َ َ‫َربِّ فَيَقُو ُل َأظَلَ َم ْتكَ َكتَبَتِى ْال َحافِظُونَ ثُ َّم يَقُو ُل َأل‬
ٌ‫ك ْاليَوْ َم فَتُ ْخ َر ُج لَهُ بِطَاقَة‬َ ‫ت َوِإنَّهُ الَ ظُ ْل َم َعلَ ْي‬ٍ ‫ فَيَقُو ُل بَلَى ِإ َّن لَكَ ِع ْن َدنَا َح َسنَا‬.َ‫فَيَقُو ُل ال‬
‫فِيهَا َأ ْشهَ ُد َأ ْن الَ ِإلَهَ ِإالَّ هَّللا ُ َوَأ َّن ُم َح َّمدًا َع ْب ُدهُ َو َرسُولُهُ قَا َل فَيَقُو ُل يَا َربِّ َما هَ ِذ ِه‬
ُ‫ت ِفى ِكفَّ ٍة َو ْالبِطَاقَة‬ُ َّ‫وض ُع الس ِِّجال‬ َ ُ‫ فَت‬.‫ظلَ ُم‬ ْ ُ‫ت فَيَقُو ُل ِإنَّكَ الَ ت‬ ِ َّ‫ْالبِطَاقَةُ َم َع هَ ِذ ِه الس ِِّجال‬
ُ‫ت ْالبِطَاقَة‬ِ َ‫ت َوثَقُل‬ ُ َّ‫ت ال ِّس ِجال‬ِ ‫فِى ِكفَّ ٍة فَطَا َش‬
“Ada seseorang yang terpilih dari umatku pada hari kiamat dari
kebanyakan orang ketika itu, lalu dibentangkan kartu catatan amalnya
yang berjumlah 99 kartu. Setiap kartu jika dibentangkan sejauh mata

3
memandang. Kemudian Allah menanyakan padanya, “Apakah engkau
mengingkari sedikit pun dari catatanmu ini?” Ia menjawab, “Tidak sama
sekali wahai Rabbku.” Allah bertanya lagi, “Apakah yang mencatat hal ini
berbuat zholim padamu?” Lalu ditanyakan pula, “Apakah engkau punya
uzur atau ada kebaikan di sisimu?” Dipanggillah laki-laki tersebut dan ia
berkata, “Tidak.” Allah pun berfirman, “Sesungguhnya ada kebaikanmu
yang masih kami catat. Sehingga kamu tidak termasuk orang zalim pada hari
ini.” Lantas dikeluarkanlah satu bitoqoh (kartu sakti) yang bertuliskan
syahadat ‘laa ilaha ilallah wa anna muhammadan ‘abduhu wa rosulullah’.
Lalu ia bertanya, “Apa kartu ini yang bersama dengan catatan-catatanku
yang penuh dosa tadi?” Allah berkata padanya, “Sesungguhnya engkau
tidaklah zalim.” Lantas diletakkanlah kartu-kartu dosa di salah satu daun
timbangan dan kartu ampuh ‘laa ilaha illallah’ di daun timbangan
lainnya.Ternyata daun timbangan penuh dosa tersebut terkalahkan
dengan beratnya kartu ampuh ‘laa ilaha illalah’ tadi. (HR. Ibnu Majah no.
4300, Tirmidzi no. 2639 dan Ahmad 2: 213. Al Hafizh Abu Thohir
mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih. Syu’aib Al Arnauth
mengatakan bahwa sanad hadits ini qowiy yaitu kuat dan perowinya
tsoiqoh termasuk perowi kitab shahih selain Ibrahim bin Ishaq Ath
Thoqoni. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih).

d. Yang beriman dengannya tidak kekal dalam neraka

َ‫ اَل ِإلَهَ ِإاَّل هَّللا ُ َوفِي قَ ْلبِ ِه َو ْز ُن َش ِع ْي َر ٍة ِم ْن َخي ٍْر َويَ ْخ ُر ُج ِمن‬:‫ال‬
َ َ‫ار َم ْن ق‬ِ َّ‫يَ ْخ ُر ُج ِمنَ الن‬
ِ َّ‫ اَل ِإلَهَ ِإاَّل هَّللا ُ َوفِي قَ ْلبِ ِه َو ْز ُن بُ َّر ٍة ِم ْن خَ ي ٍْر َويَ ْخ ُر ُج ِمنَ الن‬:‫ال‬
‫ اَل‬:‫ار َم ْن قَا َل‬ َ َ‫ار َم ْن ق‬ ِ َّ‫الن‬
‫ِإلَهَ ِإاَّل هَّللا ُ َوفِي قَ ْلبِ ِه َو ْز ُن َذ َّر ٍة ِم ْن خَ ي ٍْر‬.
"Akan keluar dari Neraka orang yang mengucapkan la ilaha illallah yang di
dalam hatinya terdapat kebaikan seberat biji jewawut. Keluar dari Neraka
orang yang mengucapkan la ilaha illallah yang di dalam hatinya terdapat
kebaikan seberat biji gandum. Keluar dari Neraka orang yang mengucapkan
la ilaha illallah yang di dalam hatinya terdapat kebaikan seberat biji
dzarrah." (HR. al-Bukhari dari Anas bin Malik. Mukhtashar Shahih al-
Bukhari, no. 41)

B. Rukun syahadat dan ma'nanya:

1. An-Nafyu "Laa" Ya'ni menafikan uluhiyah seluruh makhluk selain Allah.


Pemahaman ini melahirkan sifat al-Baro' (berlepas diri) lihat QS. 60: 4.

2. Al-Itsbaat "illa". Ya'ni menetapkan uluhiyah hanya untuk Allah. Dialah Ilah
Yang haq dan selainnya adalah batil. Pemahaman ini melahirkan sifat “al
wala'. Lihat QS. 23: 116.

4
C. Ma'na Laa Ilaha illallah adalah Tidak ada sesembahan yang haq kecuali Allah.
Lihat QS. 10:32. 31:30. 22:6.

D. Min Muqtadhayaat Laa Ilaha illallah (Diantara konsekwensi) Laa Ilaha


illallah:

 Al-Hasan pernah ditanya: “Sebagian orang mengatakan: barangsiapa


mengucapkan Laa Ilaha illallah dia pasti masuk surga?, beliau menjawab:
barangsiapa mengucapkan Laa Ilaha illallah kemudian menunaikan
konsekwensinya dan kewajiban-kewajiban dari Laa Ilaha illallah dia masuk
surga”. (Kitab At-Tauhid, Risalah Kalimat al-Ikhlas, Ibnu Rajab Al-Hanbaly).

 Syekh Al-utsaimin berkata: Syahadat dengan lisan saja tidak cukup, buktinya
orang munafik hanya bersaksi dengan lisan saja tetapi hatinya tidak meyakini,
lihat QS. 63: 1, jadi harus dipahami dan diyakini kandungan maknanya dan
konsekwensinya. (Syarh Hadits ‘Arba’in..)

 Diantara Muqtadhayaatnya adalah:

1. Ta'at kepadaNya ( 5:7 )


2. Tunduk dan patuh ( 2:116 )
3. Raja' (pengharapan) 94:8. 2:218.
4. Takut, (2:40, 9: 18)
5. Tawakkal (65:3 )
 Rasulullah shallalllahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

‫ق الطَّ ْي ُر تَ ْغ ُدوْ ِخ َماصًا‬


ُ َ‫ُز ْقتُ ْم َك َما تُرْ ز‬ َّ ‫لَوْ َأنَّ ُك ْم ُك ْنتُ ْم تَت ََو َّكلُوْ نَ عَل َى هّللا ِ َح‬
ِ ‫ق ت ََو ُّكلِ ِه لَر‬
‫َوتَرُوْ ُح بِطَانًا‬
“Kalau sekiranya kamu bertawakkal kepada Allah dengan sebenar-benarnya, tentu
kamu akan diberi rezeki sebagaimana burung diberi rezeki, berangkat pagi dalam
keadaan lapar dan pulang sore dalam keadaan kenyang.” (HR. Tirmidzi, ia
mengatakan, “Hadits hasan shahih.”)

 Tawakkal adalah sebuah ketaatan kepada Allah dengan menjalankan


sebab. Oleh karena itu, seseorang tidaklah berharap untuk memperoleh
sesuatu kecuali menjalankan sebab-sebabnya. Adapun tercapai atau
tidaknya dia serahkan kepada Allah Subhanahu wa Ta’alasambil berharap
semoga yang dicita-citakannya tercapai, karena hanya Dia-lah yang
mampu mendatangkan hasilnya. Betapa banyak orang yang menjalankan
sebab, namun ternyata tidak memperoleh hasil apa-apa.

6. Do'a ( 23:117, 40:60 )


5
7. Cinta ( 2:165. 9:24), ingat kisah Handzalah Radhiyallahu ‘anhu dlm perang
Uhud
8. Berlindung ( 72:6 )
9. Meminta tolong. (1:3 )
10. Berhukum dengan hukumNya. (5:44,45,47)

 Muara dari semua konsekwensi Kalimat Laa Ilaha illallah adalah Beribadah
hanya kepadaNya dan tidak mensyarikatkanNya dengan sesuatu. ( 1:3. 51:56.
4:36).

E. Syurut (Syarat-Syarat) Laa Ilaha Illallah:

1. Ilmu, yang menafikan (meniadakan) jahl (kebodohan). 42:86, 47:19.


2. Yakin yang menafikan syak (kerauan). 49:15.
3. Qabul (menerima), yang menafikan radd (penolakan). 37:35-36.
4. Inqiyad (patuh), yang menafikan tark (meninggalkan). 31:22.
5. Ikhlash, yang menafikan syirik. 39:2.
6. Shidq (jujur), yang menifikan kadzib (dusta). 29:1-3, 2:8-10.
7. Mahabbah (kecintaan), yang menafikan kebencian. 2:165.

Adapun rinciannya adalah sebagai berikut:

Syarat Pertama: 'Ilmu (Mengetahui) yang menafikan (meniadakan) jahl (kebodohan


Artinya memahami makna dan maksudnya. Mengetahui apa yang ditiadakan dan apa
yang ditetapkan, yang menafikan ketidaktahuannya dengan hal tersebut.

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

"Artinya :... Akan tetapi (orang yang dapat memberi syafa`at ialah) orang yang
mengakui yang hak (tauhid) dan mereka meyakini (nya). [Az-Zukhruf : 86]

Maksudnya orang yang bersaksi dengan laa ilaaha illallah, dan memahami dengan
hatinya apa yang diikrarkan oleh lisannya. Seandainya ia mengucapkannya, tetapi
tidak mengerti apa maknanya, maka persaksian itu tidak sah dan tidak berguna.

Syarat Kedua: Yaqin (yakin) yang menafikan syak (keraguan)


Orang yang mengikrarkannya harus meyakini kandungan sya-hadat itu. Manakala ia
meragukannya maka sia-sia belaka persaksian itu.

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

"Artinya : Sesungguhnya orang-orang yang beriman hanyalah orang-orang yang


beriman kepada Allah dan RasulNya kemudian mereka tidak ragu-ragu ..." [Al-
Hujurat : 15]

6
Kalau ia ragu maka ia menjadi munafik. Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

"Artinya : Siapa yang engkau temui di balik tembok (kebon) ini, yang menyaksikan
bahwa tiada ilah selain Allah dengan hati yang meyakininya, maka berilah kabar
gembira dengan (balasan) Surga." [HR. Al-Bukhari]

Maka siapa yang hatinya tidak meyakininya, ia tidak berhak masuk Surga.

Syarat Ketiga: Qabul (menerima) yang menafikan radd (penolakan/tdk menerima)


Menerima kandungan dan konsekuensi dari syahadat; menyem-bah Allah semata dan
meninggalkan ibadah kepada selainNya.

Siapa yang mengucapkan, tetapi tidak menerima dan menta'ati, maka ia termasuk
orang-orang yang difirmankan Allah:

"Artinya : Sesungguhnya mereka dahulu apabila dikatakan kepada mereka: 'Laa


ilaaha illallah' (Tiada Tuhan yang berhak disembah melainkan Allah) mereka
menyombongkan diri. dan mereka berkata: "Apakah sesungguhnya kami harus
meninggalkan sembahan-sembahan kami karena seorang penyair gila?" [Ash-Shafat:
35-36]

Ini seperti halnya penyembah kuburan dewasa ini. Mereka mengikrarkan laa ilaaha
illallah, tetapi tidak mau meninggalkan penyembahan terhadap kuburan. Dengan
demikian berarti mereka belum me-nerima makna laa ilaaha illallah.

Syarat Keempat: Inqiyaad (Tunduk dan Patuh dengan kandungan Makna Syahadat)
yang menafikan at-tark (meninggalkan).
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

"Artinya : Dan barangsiapa yang menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang dia
orang yang berbuat kebaikan, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul
tali yang kokoh." [Luqman : 22

Al-'Urwatul-wutsqa adalah laa ilaaha illallah. Dan makna yuslim wajhahu adalah
yanqadu (patuh, pasrah).

Syarat Kelima: Ikhlas yang menafikan syirik.


Yaitu membersihkan amal dari segala debu-debu syirik, dengan jalan tidak
mengucapkannya karena mengingkari isi dunia, riya' atau sum'ah. Dalam hadits
'Itban, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

"Artinya : Sesungguhnya Allah mengharamkan atas Neraka orang yang mengucapkan


laa ilaaha illalah karena menginginkan ridha Allah." [HR. Al-Bukhari dan Muslim]

7
Syarat Ketujuh: Mahabbah (Kecintaan).
Maksudnya mencintai kalimat ini serta isinya, juga mencintai
orang-orang yang mengamalkan konsekuensinya.

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

"Artinya : Dan di antara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-


tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah.
Adapun orang-orang yang beriman sangat cinta kepada Allah." [Al-Baqarah: 165]

Maka ahli tauhid mencintai Allah dengan cinta yang tulus bersih. Sedangkan ahli
syirik mencintai Allah dan mencintai yang lainnya. Hal ini sangat bertentangan
dengan isi kandungan laa ilaaha illallah.

Syarat Keenam: Shidq (jujur) yang menifikan kadzib (dusta)


Yaitu mengucapkan kalimat ini dan hatinya juga membenarkan-nya. Manakala
lisannya mengucapkan, tetapi hatinya mendustakan, maka ia adalah munafik dan
pendusta.

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

"Artinya : Di antara manusia ada yang mengatakan: 'Kami beriman kepa-da Allah
dan Hari kemudian', padahal mereka itu sesungguhnya bukan orang-orang yang
beriman. Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, pada hal
mereka hanya menipu dirinya sendiri sedang mereka tidak sadar. Dalam hati mereka
ada penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya; dan bagi mereka siksa yang pedih,
disebabkan mereka berdusta." [Al-Baqarah: 8-10]

Syarat Ketujuh: al-Mahabbah (kecintaan), yang menafikan al-bughdu (kebencian).

Kecintaan dalam hal ini yaitu mencintai Allah dan Rasul-Nya. Dan juga mencintai
orang-orang yang beriman.

“…Adapun orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah…” (QS. Al
Baqarah : 165)

Cinta kepada Allah SWT yang teramat sangat, merupakan sifat utama orang yang
beriman. Mereka juga membenci apa saja yang dibenci oleh Allah SWT.

Cinta juga berarti rasa suka yang dapat melapangkan dada. Ia merupakan ruh dari
ibadah, sedangkan syahadatain merupakan ibadah yang paling utama. Dengan rasa

8
cinta ini, segala perintah dan larangan akan terasa ringan, tuntutan dari syahadatain
akan terasa ringan.

Seseorang yang beriman, akan melimpahkan cintanya terlebih dahulu kepada Allah
SWT, Rasul-Nya, dan jihad, sebelum mencintai yang lainnya, lihat QS. 9: 24.

Dan jika seseorang ingin merasakan manisnya iman, maka ada baiknya pahami hadits
berikut ini:

“Tiga hal, yang barangsiapa dalam dirinya ada ketiganya, akan mendapatkan
manisnya iman, bila Allah dan Rasul-Nya lebih ia cintai daripada selain keduanya,
bila seseorang mencintai seseorang yang lain, ia tidak mencintainya kecuali karena
Allah; dan apabila ia tidak ingin kembali kepada kekafiran setelah Allah
menyelamatkan dirinya dari kekufuran itu sebagaimana ia tidak ingin dijebloskan ke
dalam neraka.” (HR. Bukhari).

Cinta itu juga harus disertai amarah. Yaitu kemarahan terhadap segala sesuatu yang
bertentangan dengan syahadat, atau dengan kata lain, semua ilmu dan amal yang
menyalahi sunnah Rasulullah SAW. Selain itu ia juga murka terhadap para pelaku
atau pembawa ajaran dengan segala ilmu dan amal yang mereka bawa. Rasulullah
SAW bersabda:

“Ikatan iman yang terkuat adalah cinta karena Allah dan marah karena Allah.” (HR.
Thabrani dari Ikrimah dan Ibnu Abbas).

Lawan dari kecintaan adalah kebencian.

F. Ma’na Syahaadati Muhammadin Rasulullah (Ma’na Syahadat Muhammad


Rasulullah-Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam):

Al-Iqraaru Bi-Anna Muhammada ibni ‘Abdillah Huwa ‘Abduhuu Wa Rasuuluh:

Yaitu:
Mengikrarkan (meneguhkan janji) bahwa Muhammad Bin Abdullah adalah
hamba dan utusan Allah Subhanahu Wa Ta’ala.

1. Arkaan Syahadati Anna Muhammadan Rasulullah (Rukun Syahadat


Muhammad Rasulullah) terdiri atas 2 rukun:

a. ‘Abduhu, bermakna manusia yang berstatus sebagai hamba, lihat QS. 18: 110

b. Rasuuluhu, bermakna orang yang diutus (oleh Allah) kepada manusia


seluruhnya (yang bertugas) mengajak/menyeru kepada Allah,

9
menggembirakan dan memberi peringatan dan beliau Shallallahu ‘Alaihi
Wa Sallam adalah penutup para Nabi. Lihat QS. 33: 40.

c. Yanfiy ( menafikan-meniadakan), ada dua sikap yang harus dinafikan yaitu:

 Al-Ifrath ( ekstrim), beberapa contoh sikap ekstrim dalam memahami


dan mengaplikasikan syahadat ke 2 adalah:
 Al-Isti’anatu Bihi (meminta pertolongan kepada Nabi
Muhammad) contoh: Maa dat Ya Rasulallah (Tolong kami Ya
Rasulullah…), jika ada anak yang jatuh: “ Muhammad…
Muhammad…..!!!
 Sababun Fi Khalqil Ardh (meyakini bahwa Muhammad sebagai
sebab diciptakannya bumi)- ini keyakinan ahli tarikat dan
tasawwuf, meyakini Allah bersyarikat dengan Muhammad dalam
menciptakan bumi.
 Khudhuruhu Fil Hafalaat (menghadiri perayaan-perayaan
berkaitan dengan nabi Muhammad)

 Al-Tafrith ( meremehkan atau merendahkan)

 Al-Istihanatu Bis-Sunnah (Melecehkan Sunnah Nabi Shallallahu


‘Alaihi Wa Sallam )
 Tarku Ash-Shalaati ‘Alaihi (Tidak bershalawat kepadanya)
 ‘Adamul Ghirati Lihurmatihi (Tidak cemburu terhadap
kehormatan beliau)

2. Min Muqtadhayaati Syahadati Anna Muhammadan Rasulullah (Beberapa


Konsekwensi Syahadat Muhammad Rasulullah) sebagai berikut:

a. Tashdiquhu Fiimaa Akhbar (Membenarkan apa yang disampaikan);


 Terhadap apa-apa yang telah terjadi, misalnya: peristiwa Isra’ dan Mi’raj
(Lihat QS. 17: 1-2) dimana belia diperjalankan dari masjidil Haram di
Makkah ke Masjidil Aqsa di Palestina yang jaraknya sekitar 3000 km
hanya dalam waktu satu malam (Lailan) padahal waktu itu belum ada
kendaraan yang tercepat kecuali binatang kuda dan unta.
 Terhadap apa yang akan terjadi, misalnya: hadits-hadits tentang bisyarah
(prediksi); Hadits berikut:

ْ َ‫ «الَ تَقُو ُم السَّا َعةُ َحتَّى ت‬:‫ال‬


‫ظهَ َر ْالفِتَ ُن َويَ ْكثُ َر‬ َ َ‫عن حديث َأبِي هُ َر ْي َرةَ َأ َّن َرسُو َل هللاِ ق‬
:‫ َو َما ْالهَرْ ُج قَا َل‬:‫ان َويَ ْكثُ َر ْالهَرْ ُج قِي َل‬
ُ ‫ب ال َّز َم‬ ُ ‫ب اَألس َْوا‬
َ َ‫ق َويَتَق‬
َ ‫ار‬ َ ‫ْال َك ِذبُ َوتَتَقَا َر‬
»‫ْالقَ ْت ُل‬
Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
bersabda:”Tidak terjadi hari kiamat hingga muncul banyak fitnah, banyak kedustaan-

10
kedustaan, berdekatannya pasar-pasar, berdekatannya zaman dan banyaknya al-
Harj.”Dikatakan:’Dan apa al-harj?’ beliau menjawab:”pembunuhan” (Syekh Al-Bani
Menshahihkan dalam Al-Silsilah ash-Shahihah, no: 2772)

Diriwayatkan dari Abu Hurairah radliyallah 'anhu berkata, Nabi shallallahu 'alaihi
wasallam bersabda:
ْ َ‫ان َوت‬
‫ظهَ َر ْالفِتَ ُن‬ ُ ‫ب ال َّز َم‬ ِ ‫ض ْال ِع ْل ُم َوتَ ْكثُ َر ال َّز‬
َ َ‫الز ُل َويَتَق‬
َ ‫ار‬ َ َ‫ال تَقُو ُم السَّا َعةُ َحتَّى يُ ْقب‬
‫َويَ ْكثُ َر ْالهَرْ ُج َوهُ َو ْالقَ ْت ُل ْالقَ ْت ُل‬
"Tidak terjadi hari kiamat dan sehingga dihilangkannya ilmu, banyak gempa bumi, masa
semakin berdekatan (terasa singkat), banyak terjadi fitnah, dan banyak pembunuhan."
(HR. Bukhari, no. 1036)

Diriwayatkan juga dalam Musnad Ahmad (10560), dari Abu Hurairah radhiyallahu
'anhu, ia berkata: Rasulullah shallallau 'alaihi wa sallam bersabda:

‫ون ال َّش ْه ُر َك ْال ُج ُم َع ِة‬


َ ‫ون ال َّسنَةُ َكال َّشه ِْر َويَ ُك‬
َ ‫ان فَتَ ُك‬ُ ‫ب ال َّز َم‬
َ ‫ار‬َ َ‫ال تَقُو ُم السَّا َعةُ َحتَّى يَتَق‬
َ ‫ون ْاليَ ْو ُم َكالسَّا َع ِة َوتَ ُك‬
ِ ‫ون السَّا َعةُ َكاحْ تِ َر‬
‫اق ال َّس َعفَ ِة‬ َ ‫ون ْال ُج ُم َعةُ َك ْاليَ ْو ِم َويَ ُك‬
َ ‫َوتَ ُك‬
“Tidak akan datang kiamat sehingga waktu semakin berdekatan, setahun seperti sebulan,
sebulan seperti sejum’at, sejum’at seperti sehari, sehari seperti sejam, dan sejam terasa hanya
sekejap.” (Imam Ibnu Katsir mengatakan: isnadnya sesuai syarat Muslim. Dishahihkan
oleh Syaikh Al-Albani dalam Shahih al-Jaami’ no. 7422)

b. Thaa-‘atuhu fiimaa Amar (Mentaati perintahnya), lihat QS. 4: 64, 80 dan 115
c. Tarku Maa Nahaa ‘Anhu (Meninggalkan apa yang dilarang), lihat QS. 59: 7
d. Laa Na’budullaha Illaa Bimaa Syara’a (Tidak menyembah Allah kecuali
apa yang disyariatkan), lihat QS. 33: 21 dan hadits:

ِ ‫ين ُأ ِّم َع ْب ِد هللاِ َعاِئ َشةَ – َر‬


ْ َ‫ض َي هللاُ َع ْنهَا – قَال‬
َ َ ‫ ق‬:‫ت‬
: ِ‫ال َرس ُْو ُل هللا‬ َ ِ‫َع ْن ُأ ِّم ال ُمؤ ِمن‬
َ ‫ث فِ ْي َأ ْم ِرنَا هَ َذا َما لَي‬
‫ْس ِم ْنهُ فَه َُو َر ٌّد‬ َ ‫َم ْن َأحْ َد‬
Dari Ummul Mu’minin, Ummu Abdillah, ‘Aisyah Radhiallahu ‘Anha, dia
berkata: “Barangsiapa yang menciptakan hal baru dalam urusan kami ini (yakni Islam),
berupa apa-apa yang bukan darinya, maka itu tertolak.”

(HR. Bukhari No. 2550, Muslim No. 1718, Abu Daud No. 4606, Ibnu Majah No. 14,
Ahmad dalam Musnadnya No.26033, Abu Ya’la dalam Musnadnya No. 4594, Ibnu
Hibban dalam Shahihnya No. 26, 27, Ibnu ‘Adi dalam Al Kamil , 1/247, Ad Daruquthni
dalam Sunannya No. 78, Al Baihaqi dalam Sunannya No. 20158, 20323, Al Lalika’i
dalam Al I’tiqad, No. 190-191, Al Baghawi dalam Syarhus Sunnah No. 103)

11
Riwayat lainnya:

‫ْس َعلَ ْي ِه َأ ْم ُرنَا فَهُ َو َر ٌّد‬


َ ‫َم ْن َع ِم َل َع َمالً لَي‬
“Barangsiapa yang melakukan perbuatan yang tidak kami kami perintahkan dalam agama kami
maka itu tertolak.”

(HR. Bukhari, beliau meriwayatkan secara mu’allaq (tanpa menyebut sanad) dalam
kitab Shahihnya, Kitab Al I’tisham bil Kitab was Sunnah Bab Idza Ijtahada Al ‘Amil aw Al
Hakim Fa Akhtha’a Khilafar Rasuli min Ghairi ‘Ilmin fahukmuhu Mardud. (lalu disebutkan
hadits: man ‘amila ‘amalan .. dst, dan dengan shighat jazm (bentuk kata pasti):Qaala
Rasulullah ….), Muslim No. 1718, Ad Daruquthni dalam Sunannya No. 81, Ahmad
dalam Musnadnya No.26191)

Kaidah fiqihnya:

‫لى اَْأل ْم ِر‬ ْ ‫ت ْالب‬


َ ‫ُطالَ ُن َحتَّى يَقُ ْو َم َدلِ ْي ٌل َع‬ ِ ‫في ْال ِعبَا َدا‬
ِ ‫اََأْلصْ ُل‬
“Asal dari ibadah adalah batil, sampai tegaknya dalil yang memerintahkannya” (Lihat Imam
Ibnul Qayyim,I’lamul Muwaqi’in, 1/344. 1968M-1388H. Maktabah Al Kulliyat Al
Azhariyah. Syaikh Zakariya bin Ghulam Qadir Al Bakistani, Ushul Al Fiqh ‘Ala Manhaj
Ahli Al Hadits, Hal. 45, Cet. 1. 2002M-1423H. Darul Kharaz)

Kaidah ini membimbing kita untuk tidak merekayasa dan mengarang amalan ibadah
ritual (mahdhah) tertentu yang tidak dikenal dalam sumber-sumber pokok syariat
Islam. Sebab hal itu menjadi sia-sia, bahkan dapat membawa pelakunya pada sebuah
dosa.

e. Mahabbatuhuu (Mencintainya) lihat QS. 3: 31 dan Hadits:

Dalam Shahih Al-Bukhari diriwayatkan, bahwa Umar bin Khathab Radhiyallahu


‘Anhu berkata kepada Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam :

‫ الَ َوالَّ ِذيْ نَ ْف ِس ْي بِيَ ِد ِه‬: ‫ال‬ َ َ‫ فَق‬. ‫ي ِم ْن ُكلِّ َش ْي ٍء ِإالَّ ِم ْن نَ ْف ِس ْي‬َّ َ‫ت يَا َرس ُْو َل هللاِ َأ َحبُّ ِإل‬ َ ‫َأل ْن‬
. ‫ي ِم ْن نَ ْف ِس ْي‬ َّ َ‫آلن َأ َحبُّ ِإل‬
َ ‫ك ْا‬ َ َّ‫ فَِإن‬: ‫ لَهُ ُع َم ُر‬: ‫ فَقَا َل‬. ‫ك‬ َ ‫َحتَّى َأ ُك ْو َن َأ َحبَّ ِإلَي‬
َ ‫ْك ِم ْن نَ ْف ِس‬
َ ‫ ْا‬: ‫فَقَا َل‬
‫آلن يَا ُع َم ُر‬
“Sesungguhnya engkau wahai Rasulullah, adalah orang yang paling aku cintai daripada
segala sesuatu selain diriku sendiri.” Nabi shallallahu alaihi wasalam bersabda, ‘Tidak, demi
Dzat yang jiwaku ada di TanganNya, sehingga aku lebih engkau cintai dari dirimu sendiri’.
Maka Umar berkata kepada beliau, ‘Sekarang ini engkau lebih aku cintai daripada diriku

12
sendiri.’ Maka Nabi shallallahu alaihi wasalam bersabda, ‘Sekarang (telah sempurna
kecintaanmu (imanmu) padaku) wahai Umar.” (HR. Bukhari VI/2445 no.6257)

Demikian pula, mencintai Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam wajib melebihi


kecintaan kita kepada kedua ortu, anak, keluarga, dan harta benda. Hal ini sebagaimana hadits-
hadits shohih berikut ini:

Dari Anas Radhiyallahu ‘Anhu, dari Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam, bahwa
beliau bersabda:
َ ‫اس َأجْ َم ِع‬
‫ين‬ ِ َّ‫ون َأ َحبَّ ِإلَ ْي ِه ِم ْن َوالِ ِد ِه َو َولَ ِد ِه َوالن‬
َ ‫الَ يُْؤ ِم ُن َأ َح ُد ُك ْم َحتَّى َأ ُك‬
“Tidaklah (sempurna) iman salah seorang di antara kalian sehingga aku lebih dicintainya
daripada orangtuanya, anaknya dan segenap umat manusia.”(HR. Bukhari I/14 no.15, dan
Muslim I/167 no.70, An-Nasai VIII/114no.5013, Ibnu Majah I/26 no.67, dan Ahmad
III/177 no.12837).

Diantara tanda-tanda Mencintai Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam:


a. Berkeinginan Keras untuk Dapat Melihat dan Bertemu dengn
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam , dan Merasa berat Bila Kehilangan
Kesempatan itu
b. Mentaati beliau dengan menjalankan perintahnya dan menjauhi larangannya.
c. Menolong dan mengagungkan beliau Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam dan
sunnahnya
d. Tidak menerima sesuatupun perintah dan larangan kecuali melalui
beliau Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam, rela dengan apa yang beliau tetapkan, serta
tidak merasa sempit dada dengan sesuatu pun dari sunnahnya.
e. Mengikuti beliau Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam dalam segala halnya.
f. Memperbanyak mengingat dan shalawat atas Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam.
g. Mencintai orang-orang yang dicintai Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam.

Kesimpulan dan Kata Kunci dari Konsekwensi Syahadat Muhammad Rasulullah


Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam adalah:
“ Al-Ittibaa’ Wa Tarkul Ibtidaa’ (Ittibaa’-mengikut kepada Muhammad Shallallahu
‘Alaihi Wa Sallam dan meninggalkan perbuatan Ibtida’- membuat hal-hal baru dalam
ad-Din)

13

Anda mungkin juga menyukai