Tujuan materi:
1. Agar peserta tarbiyah mengetahui hakikat dari ma'na laa Ilaha illallah.
2. Untuk memurnikan pengabdian yang sesungguhnya kepada Allah.
3. Untuk menghindari distorsi dari pemahaman Laa Ilaha illallah.
4. Agar tertanam pada diri mutarabbi sifat Al wala' dan Al bara'
5. Agar peserta tarbiyah dapat mengagungkan dan mendahulukan Allah diatas
segala-galanya.
2. Al-Fariqu Bainal Muslim Wal Kafir (Garis pemisah antara kafir dan
mukmin), lihat hadits riwayat Bukhari-Muslim di atas
Lihat QS. 2: 256, Islam adalah cahaya dan Kufur adalah kegelapan
Syahadatain adalah pembeda karena ketika, seseorang murtad
(membatalkan syahadatainnya) maka: amal ibadahnya terhapus, haknya
sebagai seorang Muslim hilang (diberi Salam, mendoakan ketika bersin, dll),
haram menikahi seorang Muslimah, jika telah menikah maka pernikahannya
1
batal, tidak boleh menjadi wali dalam pernikahan, tidak mewarisi dan tidak
diwarisi hartanya, haram sembelihannya, jika meninggal tdk dishalati, tidak
dimandikan, tidak dikafankan dan tidak didoakan, tidak boleh dimakamkan
di pemakaman Muslim, persaksiannya ditolak, tidak boleh memasuki tanah
suci, dikenai hukum hudud yang wajib dilakukan oleh yg berhak.
Syahadat Laa Ilaha Illallah membuahkan tauhid yang murni, menepis segala
bentuk kemusyrikan dan membuahkan keihklasan niat.
Syahadat Muhammad Rasulullah membuahkan keteladanan dan ketaatan
pada syari’at Islam
Pada pribadi:
Dari hina menjadi mulia (3: 112, 63: 8)
Dari lemah menjadi kuat (8: 65-66)
Dari jahil/bodoh menjadi berilmu (30: 7)
Pada masyarakat:
Dari perpecahan menjadi ukhuwah (3: 103)
Dari takut menjadi aman (6: 68)
Dari tidak eksis menjadi eksis (24: 55)
2
Tidak seorang pun Rasul yang diutus oleh Allah Azza Wa Jalla melainkan
menda’wahkan syahadat “Laa Ilaha Illallah” yang intinya adalah
mentauhidkan Allah serta menjauhi segala bentuk syirik dan
implementasinya adalah menyembah Allah saja,
Lihat QS. 21:25. 16:36
ِ ال اَل ِإلَهَ ِإاَّل هَّللا ُ يَ ْبتَ ِغي بِ َذلِكَ َوجْ هَ هَّللا ِ َّفَِإ َّن هَّللا َ قَ ْد َح َّر َم َعلَى الن
َ َار َم ْن ق
“Sesungguhnya Allah mengharamkan dari neraka orang yang mengucapkan Laa
Ilaaha Illallah, (hanya) mengharapkan Wajah Allah (ikhlas)”. (H.R al-Bukhari dan
Muslim dari ‘Itban bin Malik)
3
memandang. Kemudian Allah menanyakan padanya, “Apakah engkau
mengingkari sedikit pun dari catatanmu ini?” Ia menjawab, “Tidak sama
sekali wahai Rabbku.” Allah bertanya lagi, “Apakah yang mencatat hal ini
berbuat zholim padamu?” Lalu ditanyakan pula, “Apakah engkau punya
uzur atau ada kebaikan di sisimu?” Dipanggillah laki-laki tersebut dan ia
berkata, “Tidak.” Allah pun berfirman, “Sesungguhnya ada kebaikanmu
yang masih kami catat. Sehingga kamu tidak termasuk orang zalim pada hari
ini.” Lantas dikeluarkanlah satu bitoqoh (kartu sakti) yang bertuliskan
syahadat ‘laa ilaha ilallah wa anna muhammadan ‘abduhu wa rosulullah’.
Lalu ia bertanya, “Apa kartu ini yang bersama dengan catatan-catatanku
yang penuh dosa tadi?” Allah berkata padanya, “Sesungguhnya engkau
tidaklah zalim.” Lantas diletakkanlah kartu-kartu dosa di salah satu daun
timbangan dan kartu ampuh ‘laa ilaha illallah’ di daun timbangan
lainnya.Ternyata daun timbangan penuh dosa tersebut terkalahkan
dengan beratnya kartu ampuh ‘laa ilaha illalah’ tadi. (HR. Ibnu Majah no.
4300, Tirmidzi no. 2639 dan Ahmad 2: 213. Al Hafizh Abu Thohir
mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih. Syu’aib Al Arnauth
mengatakan bahwa sanad hadits ini qowiy yaitu kuat dan perowinya
tsoiqoh termasuk perowi kitab shahih selain Ibrahim bin Ishaq Ath
Thoqoni. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih).
َ اَل ِإلَهَ ِإاَّل هَّللا ُ َوفِي قَ ْلبِ ِه َو ْز ُن َش ِع ْي َر ٍة ِم ْن َخي ٍْر َويَ ْخ ُر ُج ِمن:ال
َ َار َم ْن قِ َّيَ ْخ ُر ُج ِمنَ الن
ِ َّ اَل ِإلَهَ ِإاَّل هَّللا ُ َوفِي قَ ْلبِ ِه َو ْز ُن بُ َّر ٍة ِم ْن خَ ي ٍْر َويَ ْخ ُر ُج ِمنَ الن:ال
اَل:ار َم ْن قَا َل َ َار َم ْن ق ِ َّالن
ِإلَهَ ِإاَّل هَّللا ُ َوفِي قَ ْلبِ ِه َو ْز ُن َذ َّر ٍة ِم ْن خَ ي ٍْر.
"Akan keluar dari Neraka orang yang mengucapkan la ilaha illallah yang di
dalam hatinya terdapat kebaikan seberat biji jewawut. Keluar dari Neraka
orang yang mengucapkan la ilaha illallah yang di dalam hatinya terdapat
kebaikan seberat biji gandum. Keluar dari Neraka orang yang mengucapkan
la ilaha illallah yang di dalam hatinya terdapat kebaikan seberat biji
dzarrah." (HR. al-Bukhari dari Anas bin Malik. Mukhtashar Shahih al-
Bukhari, no. 41)
2. Al-Itsbaat "illa". Ya'ni menetapkan uluhiyah hanya untuk Allah. Dialah Ilah
Yang haq dan selainnya adalah batil. Pemahaman ini melahirkan sifat “al
wala'. Lihat QS. 23: 116.
4
C. Ma'na Laa Ilaha illallah adalah Tidak ada sesembahan yang haq kecuali Allah.
Lihat QS. 10:32. 31:30. 22:6.
Syekh Al-utsaimin berkata: Syahadat dengan lisan saja tidak cukup, buktinya
orang munafik hanya bersaksi dengan lisan saja tetapi hatinya tidak meyakini,
lihat QS. 63: 1, jadi harus dipahami dan diyakini kandungan maknanya dan
konsekwensinya. (Syarh Hadits ‘Arba’in..)
Muara dari semua konsekwensi Kalimat Laa Ilaha illallah adalah Beribadah
hanya kepadaNya dan tidak mensyarikatkanNya dengan sesuatu. ( 1:3. 51:56.
4:36).
"Artinya :... Akan tetapi (orang yang dapat memberi syafa`at ialah) orang yang
mengakui yang hak (tauhid) dan mereka meyakini (nya). [Az-Zukhruf : 86]
Maksudnya orang yang bersaksi dengan laa ilaaha illallah, dan memahami dengan
hatinya apa yang diikrarkan oleh lisannya. Seandainya ia mengucapkannya, tetapi
tidak mengerti apa maknanya, maka persaksian itu tidak sah dan tidak berguna.
6
Kalau ia ragu maka ia menjadi munafik. Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
"Artinya : Siapa yang engkau temui di balik tembok (kebon) ini, yang menyaksikan
bahwa tiada ilah selain Allah dengan hati yang meyakininya, maka berilah kabar
gembira dengan (balasan) Surga." [HR. Al-Bukhari]
Maka siapa yang hatinya tidak meyakininya, ia tidak berhak masuk Surga.
Siapa yang mengucapkan, tetapi tidak menerima dan menta'ati, maka ia termasuk
orang-orang yang difirmankan Allah:
Ini seperti halnya penyembah kuburan dewasa ini. Mereka mengikrarkan laa ilaaha
illallah, tetapi tidak mau meninggalkan penyembahan terhadap kuburan. Dengan
demikian berarti mereka belum me-nerima makna laa ilaaha illallah.
Syarat Keempat: Inqiyaad (Tunduk dan Patuh dengan kandungan Makna Syahadat)
yang menafikan at-tark (meninggalkan).
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
"Artinya : Dan barangsiapa yang menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang dia
orang yang berbuat kebaikan, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul
tali yang kokoh." [Luqman : 22
Al-'Urwatul-wutsqa adalah laa ilaaha illallah. Dan makna yuslim wajhahu adalah
yanqadu (patuh, pasrah).
7
Syarat Ketujuh: Mahabbah (Kecintaan).
Maksudnya mencintai kalimat ini serta isinya, juga mencintai
orang-orang yang mengamalkan konsekuensinya.
Maka ahli tauhid mencintai Allah dengan cinta yang tulus bersih. Sedangkan ahli
syirik mencintai Allah dan mencintai yang lainnya. Hal ini sangat bertentangan
dengan isi kandungan laa ilaaha illallah.
"Artinya : Di antara manusia ada yang mengatakan: 'Kami beriman kepa-da Allah
dan Hari kemudian', padahal mereka itu sesungguhnya bukan orang-orang yang
beriman. Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, pada hal
mereka hanya menipu dirinya sendiri sedang mereka tidak sadar. Dalam hati mereka
ada penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya; dan bagi mereka siksa yang pedih,
disebabkan mereka berdusta." [Al-Baqarah: 8-10]
Kecintaan dalam hal ini yaitu mencintai Allah dan Rasul-Nya. Dan juga mencintai
orang-orang yang beriman.
“…Adapun orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah…” (QS. Al
Baqarah : 165)
Cinta kepada Allah SWT yang teramat sangat, merupakan sifat utama orang yang
beriman. Mereka juga membenci apa saja yang dibenci oleh Allah SWT.
Cinta juga berarti rasa suka yang dapat melapangkan dada. Ia merupakan ruh dari
ibadah, sedangkan syahadatain merupakan ibadah yang paling utama. Dengan rasa
8
cinta ini, segala perintah dan larangan akan terasa ringan, tuntutan dari syahadatain
akan terasa ringan.
Seseorang yang beriman, akan melimpahkan cintanya terlebih dahulu kepada Allah
SWT, Rasul-Nya, dan jihad, sebelum mencintai yang lainnya, lihat QS. 9: 24.
Dan jika seseorang ingin merasakan manisnya iman, maka ada baiknya pahami hadits
berikut ini:
“Tiga hal, yang barangsiapa dalam dirinya ada ketiganya, akan mendapatkan
manisnya iman, bila Allah dan Rasul-Nya lebih ia cintai daripada selain keduanya,
bila seseorang mencintai seseorang yang lain, ia tidak mencintainya kecuali karena
Allah; dan apabila ia tidak ingin kembali kepada kekafiran setelah Allah
menyelamatkan dirinya dari kekufuran itu sebagaimana ia tidak ingin dijebloskan ke
dalam neraka.” (HR. Bukhari).
Cinta itu juga harus disertai amarah. Yaitu kemarahan terhadap segala sesuatu yang
bertentangan dengan syahadat, atau dengan kata lain, semua ilmu dan amal yang
menyalahi sunnah Rasulullah SAW. Selain itu ia juga murka terhadap para pelaku
atau pembawa ajaran dengan segala ilmu dan amal yang mereka bawa. Rasulullah
SAW bersabda:
“Ikatan iman yang terkuat adalah cinta karena Allah dan marah karena Allah.” (HR.
Thabrani dari Ikrimah dan Ibnu Abbas).
Yaitu:
Mengikrarkan (meneguhkan janji) bahwa Muhammad Bin Abdullah adalah
hamba dan utusan Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
a. ‘Abduhu, bermakna manusia yang berstatus sebagai hamba, lihat QS. 18: 110
9
menggembirakan dan memberi peringatan dan beliau Shallallahu ‘Alaihi
Wa Sallam adalah penutup para Nabi. Lihat QS. 33: 40.
10
kedustaan, berdekatannya pasar-pasar, berdekatannya zaman dan banyaknya al-
Harj.”Dikatakan:’Dan apa al-harj?’ beliau menjawab:”pembunuhan” (Syekh Al-Bani
Menshahihkan dalam Al-Silsilah ash-Shahihah, no: 2772)
Diriwayatkan dari Abu Hurairah radliyallah 'anhu berkata, Nabi shallallahu 'alaihi
wasallam bersabda:
ْ َان َوت
ظهَ َر ْالفِتَ ُن ُ ب ال َّز َم ِ ض ْال ِع ْل ُم َوتَ ْكثُ َر ال َّز
َ َالز ُل َويَتَق
َ ار َ َال تَقُو ُم السَّا َعةُ َحتَّى يُ ْقب
َويَ ْكثُ َر ْالهَرْ ُج َوهُ َو ْالقَ ْت ُل ْالقَ ْت ُل
"Tidak terjadi hari kiamat dan sehingga dihilangkannya ilmu, banyak gempa bumi, masa
semakin berdekatan (terasa singkat), banyak terjadi fitnah, dan banyak pembunuhan."
(HR. Bukhari, no. 1036)
Diriwayatkan juga dalam Musnad Ahmad (10560), dari Abu Hurairah radhiyallahu
'anhu, ia berkata: Rasulullah shallallau 'alaihi wa sallam bersabda:
b. Thaa-‘atuhu fiimaa Amar (Mentaati perintahnya), lihat QS. 4: 64, 80 dan 115
c. Tarku Maa Nahaa ‘Anhu (Meninggalkan apa yang dilarang), lihat QS. 59: 7
d. Laa Na’budullaha Illaa Bimaa Syara’a (Tidak menyembah Allah kecuali
apa yang disyariatkan), lihat QS. 33: 21 dan hadits:
(HR. Bukhari No. 2550, Muslim No. 1718, Abu Daud No. 4606, Ibnu Majah No. 14,
Ahmad dalam Musnadnya No.26033, Abu Ya’la dalam Musnadnya No. 4594, Ibnu
Hibban dalam Shahihnya No. 26, 27, Ibnu ‘Adi dalam Al Kamil , 1/247, Ad Daruquthni
dalam Sunannya No. 78, Al Baihaqi dalam Sunannya No. 20158, 20323, Al Lalika’i
dalam Al I’tiqad, No. 190-191, Al Baghawi dalam Syarhus Sunnah No. 103)
11
Riwayat lainnya:
(HR. Bukhari, beliau meriwayatkan secara mu’allaq (tanpa menyebut sanad) dalam
kitab Shahihnya, Kitab Al I’tisham bil Kitab was Sunnah Bab Idza Ijtahada Al ‘Amil aw Al
Hakim Fa Akhtha’a Khilafar Rasuli min Ghairi ‘Ilmin fahukmuhu Mardud. (lalu disebutkan
hadits: man ‘amila ‘amalan .. dst, dan dengan shighat jazm (bentuk kata pasti):Qaala
Rasulullah ….), Muslim No. 1718, Ad Daruquthni dalam Sunannya No. 81, Ahmad
dalam Musnadnya No.26191)
Kaidah fiqihnya:
Kaidah ini membimbing kita untuk tidak merekayasa dan mengarang amalan ibadah
ritual (mahdhah) tertentu yang tidak dikenal dalam sumber-sumber pokok syariat
Islam. Sebab hal itu menjadi sia-sia, bahkan dapat membawa pelakunya pada sebuah
dosa.
الَ َوالَّ ِذيْ نَ ْف ِس ْي بِيَ ِد ِه: ال َ َ فَق. ي ِم ْن ُكلِّ َش ْي ٍء ِإالَّ ِم ْن نَ ْف ِس ْيَّ َت يَا َرس ُْو َل هللاِ َأ َحبُّ ِإل َ َأل ْن
. ي ِم ْن نَ ْف ِس ْي َّ َآلن َأ َحبُّ ِإل
َ ك ْا َ َّ فَِإن: لَهُ ُع َم ُر: فَقَا َل. ك َ َحتَّى َأ ُك ْو َن َأ َحبَّ ِإلَي
َ ْك ِم ْن نَ ْف ِس
َ ْا: فَقَا َل
آلن يَا ُع َم ُر
“Sesungguhnya engkau wahai Rasulullah, adalah orang yang paling aku cintai daripada
segala sesuatu selain diriku sendiri.” Nabi shallallahu alaihi wasalam bersabda, ‘Tidak, demi
Dzat yang jiwaku ada di TanganNya, sehingga aku lebih engkau cintai dari dirimu sendiri’.
Maka Umar berkata kepada beliau, ‘Sekarang ini engkau lebih aku cintai daripada diriku
12
sendiri.’ Maka Nabi shallallahu alaihi wasalam bersabda, ‘Sekarang (telah sempurna
kecintaanmu (imanmu) padaku) wahai Umar.” (HR. Bukhari VI/2445 no.6257)
Dari Anas Radhiyallahu ‘Anhu, dari Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam, bahwa
beliau bersabda:
َ اس َأجْ َم ِع
ين ِ َّون َأ َحبَّ ِإلَ ْي ِه ِم ْن َوالِ ِد ِه َو َولَ ِد ِه َوالن
َ الَ يُْؤ ِم ُن َأ َح ُد ُك ْم َحتَّى َأ ُك
“Tidaklah (sempurna) iman salah seorang di antara kalian sehingga aku lebih dicintainya
daripada orangtuanya, anaknya dan segenap umat manusia.”(HR. Bukhari I/14 no.15, dan
Muslim I/167 no.70, An-Nasai VIII/114no.5013, Ibnu Majah I/26 no.67, dan Ahmad
III/177 no.12837).
13