Anda di halaman 1dari 4

Jangan Pernah Tinggalkan Sholat

KHUTBAH JUM’AT PERTAMA

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah

Peliharalah semua shalat(mu), dan (peliharalah) shalat wusthaa. Berdirilah untuk Allah (dalam
shalatmu) dengan khusyu’. (QS. Al-Baqarah: 238).

Muqadimah...

Kaum muslimin ‘azzakumullah

Di zaman yang semakin dekat dengan hari akhir ini, kita menyaksikan suatu fenomena
memprihatinkan yang menimpa kaum muslimin, yaitu sebuah realita banyaknya orang yang mengaku
beragama Islam namun tidak memahami hakikat agama Islam yang dianutnya, bahkan tingkah laku
keseharian mereka sangatlah jauh dari nilai-nilai Islam itu sendiri.

Di antaranya adalah banyaknya kaum muslimin di masa sekarang yang mulai meremehkan dan
menyia-nyiakan shalat, bahkan tidak sedikit dari mereka yang berani meninggalkannya dengan
sengaja dan terang-terangan. Padahal dalam Agama Islam, Shalat memiliki kedudukan yang tidak bisa
ditandingi oleh ibadah lainnya. Keistimewaan tersebut tergambar dengan peristiwa isra’ dan mi’raj
dimana Rasullah shalallahu ‘alaihi wa sallam menerima wahyu perintah Shalat. Setelah beliau sampai
di Sidratul Muntaha, Allah Subhanahu wa Ta’ala berbicara langsung kepada Rasulullah shalallahu
‘alaihi wa sallam. Yang demikian itu menunjukkan bahwa betapa agung kedudukan ibadah Shalat
dalam Islam, karena ia adalah tiang agama, di mana agama ini tidak akan tegak kecuali dengannya.
Dalam suatu hadis sahih Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Pokok agama adalah Islam (berserah diri), tiangnya adalah Shalat, dan puncaknya adalah jihad di
jalan Allah.” (HR. At-Tirmidzi no. 26160).
Sidang Jumat yang dimuliakan Allah

Shalat adalah ibadah yang pertama kali diwajibkan setelah ikhlas dan tauhid, sebagaimana Firman
Allah Subhanahu wa Ta’ala,

“Dan tidaklah mereka disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan
kepadaNya dalam menjalankan agama dengan lurus, dan supaya mereka mendirikan Shalat dan
menunaikan zakat, dan yang demikian itulah agama yang lurus.” (QS. Al-Bayyinah: 5)

Dan sebagaimana sabda Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam,

“Aku telah diperintahkan untuk memerangi manusia hingga mereka bersaksi bahwasanya tiada
tuhan yang berhak disembah kecuali Allah dan Muhammad adalah utusan Allah, kemudian
mendirikan Shalat dan menunaikan zakat. Apabila mereka melakukan itu, maka mereka menjaga
darah dan harta mereka dariku kecuali dengan hak Islam, dan perhitungan mereka diserahkan
kepada Allah.” (HR. al-Bukhari dan Muslim)

Shalat juga merupakan amal pertama kali yang akan dihisab di Hari Kiamat kelak, seperti tersebut
dalam hadis dari sahabat Abu Hurairah, bahwa Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Sesungguhnya yang pertama kali dihisab dari amal seorang hamba pada Hari Kiamat adalah Shalat.
Apabila Shalatnya baik, maka ia telah berbahagia dan sukses, tetapi apabila Shalatnya jelek, maka ia
telah celaka dan rugi.” (HR. At-Tirmidzi, no. 413)

Di samping itu, Shalat adalah wasiat terakhir Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam kepada umatnya,
sebagaimana telah diriwayatkan dari Ummu Salamah bahwasanya ia berkata,

“Wasiat terakhir Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam adalah ‘Kerjakanlah Shalat, Kerjakanlah
Shalat, dan tunaikanlah kewajiban kalian terhadap budak-budak yang kalian miliki.” (HR. Ahmad, no.
25944)

Hadirin yang Dirahmati Allah

Inilah gambaran agungnya kedudukan ibadah Shalat dalam agama Islam yang kita anut. Alquran dan
Sunah yang sahih memberikan ancaman keras bagi orang yang meninggalkan Shalat. Dalam surat Al-
Mudatstsir ayat 42-43 Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

َْ‫ص ِلِّين‬
َ ‫قَالُوا لَمْ نَكُْ ِمنَْ ال ُم‬. ‫سقَر‬
َ ‫سلَ َك ُكمْ فِي‬
َ ‫َما‬
“Apakah yang memasukkan kamu ke dalam Saqar (Neraka)?” Mereka menjawab, “Kami dahulu (di
dunia) tidak termasuk orang-orang yang mengerjakan Shalat.”

Adapun di dalam Sunah disebutkan bahwa orang yang meninggalkan Shalat diancam akan
dikumpulkan bersama Qarun, Firaun, Haman, dan Ubay bin Khalaf. Beliau shalallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda,

“Barangsiapa yang menjaganya (Shalat fardhu) maka pada Hari Kiamat dia akan memperoleh
cahaya, bukti nyata (yang akan membelanya), dan keselamatan. Dan barangsiapa yang tidak
menjaganya, maka dia tidak memiliki cahaya, bukti nyata (yang akan membelanya), dan
keselamatan, serta pada Hari Kiamat dia akan (dikumpulkan) bersama Qarun, Firaun, Haman, dan
Ubay bin Khalaf.” (HR. Ahmad, no. 6540, Ad-Darimi, no. 2721, Sahih Ibnu Hibban, no. 1476. Syu’aib
al-Arna’uth mengatakan ‘Isnadnya sahih.’ Didhaifkan oleh al-Albani di dalam Dhaif al-Jami no. 2851).
Jama’ah Jum’at hafizhakumullah

Lantas, apa hukum orang yang meninggalkan Shalat?

Seluruh ulama umat Islam sepakat bahwa orang yang meninggalkan Shalat karena mengingkari
kewajibannya adalah kafir. Namun kemudian mereka berbeda pendapat tentang orang yang
meninggalkan Shalat tanpa mengingkari kewajibannya. Di antara mereka ada yang berpendapat
bahwa ia telah kafir dan keluar dari Islam. Sementara yang lain menyatakan bahwa hukumnya masih
berada di bawah kesyirikan dan kekafiran.

Para ulama juga berbeda pendapat tentang hukuman yang layak bagi orang yang meninggalkan
Shalat. Sebagian mereka berpendapat bahwa hukumannya adalah didera dan dipenjara, sedangkan
yang lain mengatakan bahwa ia harus dibunuh sebagai hukum had baginya, bukan karena murtad.

Akan tetapi jamaah sekalian, terlepas dari perbedaan pendapat para ulama tentang hukum dan
hukuman bagi orang yang meninggalkan Shalat dengan sengaja, hendaknya seorang muslim merasa
takut apabila keislamannya diperdebatkan oleh para ulama dengan sebab meninggalkan Shalat.
Meski seharusnya sudah cukup bagi kita untuk merasa takut jikalau meninggalkan Shalat dikarenakan
ancaman yang begitu keras dari Allah Subhanahu wa Ta’ala maupun dari Rasulullah shalallahu ‘alaihi
wa sallam. Sehingga Ibnu Qayyim berkata, “Orang yang meninggakan Shalat telah berbuat dosa besar
daripada berzina, mencuri, dan minum khamar. Orang yang meninggalkan Shalat akan mendapatkan
hukuman dan kemurkaan Allah di dunia dan di Akhirat.” (Kitab Ash-Shalah wa Hukmu Tarikiha, Hal.
9).

Shalat adalah kebutuhan batin seorang hamba, layaknya makan dan minum sebagai kebutuhan
lahirnya. Sehari saja manusia tidak makan, maka badannya akan terasa lemas dan tidak berdaya.
Makan adalah hajat manusia dan penopang kesehatan badannya. Kebutuhan jasmani terhadap
makanan harus dipenuhi, sebagaimana kesehatan rohani juga harus dipenuhi. Kebutuhan hati kita
harus dipenuhi dengan banyak berdzikir kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, dan di antaranya adalah
dengna mengerjakan Shalat.

Hadirin rahimakumullah

Perhatikanlah orang-orang yang tidak Shalat! Hidupnya tidak mengalami ketenangan, meskipun
secara lahiriyah hidupnya kaya raya dan mempunyai harta yang berlimpah, namun mereka sama
sekali tidak mengalami ketenangan dan tidak juga kenyamanan. Berbeda dengan orang yang Shalat,
ia merasa tenang dan bahagia. Melaksanakan Shalat dapat menenangkan hati, karena di dalam Shalat
mengandung dzikrullah (mengingat Allah) dan itu mebawa kepada ketenangan batin, sebagaimana
Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala,

ْ ‫للاِ أَالَبِذِك ِْر‬


ُ ُ‫للاِ تَط َمئِنْ القُل‬
ْ‫وب‬ ْ ‫الَّذِينَْ َءا َمنُوا َوتَط َمئِنْ قُلُوبُ ُهم بِذِك ِْر‬
“Ketahuilah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenang.” (QS. Ar-Ra’d: 28)

Jiwa orang yang melakukan Shalat akan mengalami ketenangan dan akan mendapatkan thuma’ninah
dalam hidup. Berbeda dengan orang yang enggan Shalat. Hidupnya mengalami was-was, tidak
tentang, ketakutan, dan selalu diganggu oleh setan.

Tunaikanlah Shalat karena ajal begitu dekat. Laksanakanlah perintah-Nya selagi amal masih dicatat.
Segeralah bertaubat sebelum pintu-Nya tertutup rapat. Jadilah hamba yang taat demi meraih surga-
Nya yang penuh dengan nikmat.
Ma’asyiral muslimin a’azzanallah waiyyakum

orang yang meninggalkan Shalat cenderung menuruti hawa nafsunya, mengikuti keinginan syahwat,
serta mengabaikan jalan yang lurus dan sesuai dengan logika akal manusia.

Bagaimana pun keadaan yang kita alami, maka Shalat wajib kita lakukan.

Bagaimana seseorang selalu lalai, tiba-tiba saat ia dipanggil untuk memenuhi janji yang tidak dapat
ditunda-tunda (kematian), maka ia pun kemudian mencari bekal, hanya saja yang ia dapati cuma
tanah yang menghimpitnya, sementara ia tidak mendapatkan orang yang dapat menyelematkannya
atau menolongya, wal’iyadzu billah.

Mudah-mudahan Allah memberikan kita petunjuk untuk melaksanakan Shalat yang lima waktu dan
melaksanakan kebaikan sesuai dengan syariat. Mudah-mudahan Allah menjadikan hari-hari kita
penuh dengan amal saleh yang akan membawa kita kepada kebahagiaan dan ketenangan di dunia
dan di akhirat. Mudah-mudahan Allah senantiasa memberikan hidayah pada segala urusan kita dan
memberikan petunjuk kepada kita semua dalam menapaki jalan-Nya yang lurus, jalan orang-orang
yang Allah berikan nikmat kepada mereka, jalan para nabi, orang-orang yang jujur, dan para syuhada,
serta orang-orang yang saleh, bukan, jalan orang-orang tersesat.

Anda mungkin juga menyukai