Anda di halaman 1dari 5

‫ِإَّن اْلَح ْم َد ِهّٰلِل َنْح َم ُد ُه َو َنْسَتِع ْيُنُه َو َنْسَتْغ ِفُر ْه‬

‫¸َو َنُعوُذ ِباِهّٰلِل ِم ْن ُش ُرْو ِر َأْنُفِس َنا َو ِم ْن َس ِّيَئاِت َأْع َم اِلَنا‬


‫َم ْن َيْهِدِه ُهّٰللا َفَال ُمِض َّل َلُه َو َم ْن ُيْض ِلْل َفَال َهاِدَي َلُه‬.
‫َأْش َهُد َأْن َال ِإَلَه ِإَّال هّٰللا َو َأْش َهُد َأَّن ُمَح َّم ًدا َع ْبُد ُه َو َر ُسْو ُلُه‬.

‫َالَّلُهَّم َص ِّل َع ٰل ى َس ِّيِد َنا ُمَح َّمٍد َو َع ٰل ى آِل َس ِّيِد َنا ُمَح َّمٍد‬
. ‫َأَّم ا َبْعُد‬.
‫َفَقْد َفاَز اْلُم َّتُقْو َن‬ ¸‫َفَيا ِع َباَد ِهّٰلِلا‬.
‫ َأُع ْو ُذ ِباِهّٰلِل ِم َن اَّلشْيَطاِن الَّر ِج ْيم‬: ‫َقاَل ُهّٰللا َتَع الَى ِفي ْالُقْر اِن ْالَك ِريْم‬:

‫َح اِفُظوا َع َلى الَّص َلَو اِت َو الَّص اَل ِة اْلُو ْس َطٰى َو ُقوُم وا ِلَّلـِه َقاِنِتيَن‬

‫َص َدَق ُهّٰللا الَعِظ يْم‬


Jamaah shalat Jumat Rahimakumullah,

Syukur, Shalawat

Pada kesempatan yang mulia ini, marilah kita senantiasa meningkatkan keimanan dan ketaqwaan
kita kepada Allah SWT, taqwa dalam arti menjalankan segala apa yang diperintahkan oleh Allah,
dan berusaha sekuat tenaga meninggalkan apa yang dilarang oleh Allah SWT.

Tema khutbah kita pada jum’at kali ini adalah Shalat

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah


Di zaman yang semakin dekat dengan hari akhir ini, kita menyaksikan suatu fenomena
memprihatinkan yang menimpa kaum muslimin, yaitu sebuah realita banyaknya orang yang
mengaku beragama Islam namun tidak memahami hakikat agama Islam yang dianutnya, bahkan
tingkah laku keseharian mereka sangatlah jauh dari nilai-nilai Islam itu sendiri.

Di antaranya adalah banyaknya kaum muslimin di masa sekarang yang mulai meremehkan dan
menyia-nyiakan salat, bahkan tidak sedikit dari mereka yang berani meninggalkannya dengan
sengaja dan terang-terangan. Padahal dalam Agama Islam, salat memiliki kedudukan yang tidak bisa
ditandingi oleh ibadah lainnya. Keistimewaan tersebut tergambar dengan
peristiwa isra’ dan mi’raj dimana Rasullah shalallahu ‘alaihi wa sallam menerima wahyu perintah
salat. Setelah beliau sampai di Sidratul Muntaha, Allah Subhanahu wa Ta’ala berbicara langsung
kepada Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam. Yang demikian itu menunjukkan bahwa betapa agung
kedudukan ibadah salat dalam Islam, karena ia adalah tiang agama, di mana agama ini tidak akan
tegak kecuali dengannya. Dalam suatu hadis sahih Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
‫َر ْأُس اَألْم ِر اِإل ْس اَل ُم َو َع ُم ْو ُد ُه الَص اَل ُة َو ِذ ْر َو ُة َس َناِمِه الِج َهاُد ِفي َس ِبْيِل ِهللا‬
“Pokok agama adalah Islam (berserah diri), tiangnya adalah salat, dan puncaknya adalah jihad di
jalan Allah.” (HR. At-Tirmidzi no. 26160).
Sidang Jumat yang dimuliakan Allah

Salat adalah ibadah yang pertama kali diwajibkan setelah ikhlas dan tauhid, sebagaimana Firman
Allah Subhanahu wa Ta’ala,
‫َو َم آ ُأِم ُرْو ا ِإَّال ِلَيْعُبُد ْو اَهللا ُم ْخ ِلِص ْيَن َلُه الِّدْيَن ُح َنَفآَء َو ُيِقْيُم ْو ا الَّص َلوَة َو ُيْؤ ُتْو ا االَّز َك وَة َو َذ ِلَك ِد ْيُناْلَقِّيَم ِة‬

“Dan tidaklah mereka disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan
kepadaNya dalam menjalankan agama dengan lurus, dan supaya mereka mendirikan salat dan
menunaikan zakat, dan yang demikian itulah agama yang lurus.” (QS. Al-Bayyinah: 5)
Dan sebagaimana sabda Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam,
‫ َو ُيْؤ ُتوا‬،‫ َو ُيِقْيُم وا الَّصَالَة‬، ‫ُأِم ْر ُت َأْن ُأَقاِتَل الَّناَس َح َّتى َيْش َهُد ْو ا َأْن َال ِإله ِإّال ُهَّللا َو َأَّن ُمَح َّم ًدا َر ُسْو ُل هَّللا‬
‫ َو ِح َس اُبُهْم َع َلى هللا‬، ‫ َع َص ُم ْو ا ِم ِّنْي ِد َم اَء ُهْم َو َأْم َو اَلُهْم ِإَّال ِبَح ِّق اِإْل ْس َالِم‬، ‫ َفِإَذ ا َفَع ُلْو ا َذ ِلَك‬،‫الَّز َك اَة‬.

“Aku telah diperintahkan untuk memerangi manusia hingga mereka bersaksi bahwasanya tiada
tuhan yang berhak disembah kecuali Allah dan Muhammad adalah utusan Allah, kemudian
mendirikan salat dan menunaikan zakat. Apabila mereka melakukan itu, maka mereka menjaaga
darah dan harta mereka dariku kecuali dengan hak Islam, dan perhitungan mereka diserahkan
kepada Allah.” (HR. al-Bukhari dan Muslim)
Salat juga merupakan amal pertama kali yang akan dihisab di Hari Kiamat kelak, seperti tersebut
dalam hadis dari sahabat Abu Hurairah, bahwa Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
‫ َو ِإْن َفَس َد ْت َفَقْد‬، ‫ َفِإْن َص ُلَح ْت َفَقْد َأْفَلَح َو َأْنَج َح‬،‫ِإَّن َأَّو َل َم ا ُيَح اَس ُب ِبِه اْلَع ْبُد َيْو َم اْلِقَياَم ِة ِم ْن َع َم ِلِه َص َالُتُه‬
‫َخ اَب َو َخ ِسَر‬.

“Sesungguhnya yang pertama kali dihisab dari amal seorang hamba pada Hari Kiamat adalah salat.
Apabila salatnya baik, maka ia telah berbahagia dan sukses, tetapi apabila salatnya jelek, maka ia
telah celaka dan rugi.” (HR. At-Tirmidzi, no. 413)
Di samping itu, salat adalah wasiat terakhir Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam kepada umatnya,
sebagaimana telah diriwayatkan dari Ummu Salamah bahwasanya ia berkata,
‫َك اَن ِم ْن آِخ ِر َو ِص َّيِة َر ُسْو ِل هَّللا الَّصَالَة الَّصَالَة َو َم ا َم َلَك ْت َأْيَم اُنُك ْم‬.

“Wasiat terakhir Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam adalah ‘Kerjakanlah salat, Kerjakanlah salat,
dan tunaikanlah kewajiban kalian terhadap budak-budak yang kalian miliki.” (HR. Ahmad, no. 25944)
Hadirin yang Dirahmati Allah

Inilah gambaran agungnya kedudukan ibadah salat dalam agama Islam yang kita anut. Alquran dan
Sunah yang sahih memberikan ancaman keras bagi orang yang meninggalkan salat. Dalam surat Al-
Mudatstsir ayat 42-43 Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
‫ َقاُلوا َلْم َنُك ِم َن اْلُمَص ِّليَن‬.‫َم اَس َلَك ُك ْم ِفي َس َقر‬

“Apakah yang memasukkan kamu ke dalam Saqar (Neraka)?” Mereka menjawab, “Kami dahulu (di
dunia) tidak termasuk orang-orang yang mengerjakan salat.”
Adapun di dalam Sunah disebutkan bahwa orang yang meninggalkan salat diancam akan
dikumpulkan bersama Qarun, Firaun, Haman, dan Ubay bin Khalaf. Beliau shalallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda,
‫ َو َم ْن َلْم ُيَح اِفْظ َع َلْيَها َلْم َيُك ْن َلُه ُنْو ٌر َو َال‬،‫َم ْن َح اَفَظ َع َلْيَها َك اَنْت َلُه ُنْو ًرا َو ُبْر َهاًنا َو َنَج اًة َيْو َم اْلِقَياَم ِة‬
‫ َو ُأَبِّي ْبِن َخ َلٍف‬، ‫ َو َهاَم اَن‬، ‫ َو ِفْر َعْو َن‬، ‫ َو َك اَن َيْو َم اْلِقَياَم ِة َم َع َقاُرْو َن‬،‫ُبْر َهاٌن َو َال َنَج اٌة‬.

“Barangsiapa yang menjaganya (salat fardhu) maka pada Hari Kiamat dia akan memperoleh
cahaya, bukti nyata (yang akan membelanya), dan keselamatan. Dan barangsiapa yang tidak
menjaganya, maka dia tidak memiliki cahaya, bukti nyata (yang akan membelanya), dan
keselamatan, serta pada Hari Kiamat dia akan (dikumpulkan) bersama Qarun, Firaun, Haman, dan
Ubay bin Khalaf.” (HR. Ahmad, no. 6540, Ad-Darimi, no. 2721, Sahih Ibnu Hibban, no. 1476. Syu’aib
al-Arna’uth mengatakan ‘Isnadnya sahih.’ Didhaifkan oleh al-Albani di dalam Dhaif al-Jami no. 2851).
Jama’ah Jum’at hafizhakumullah

Lantas, apa hukum orang yang meninggalkan salat?

Seluruh ulama umat Islam sepakat bahwa orang yang meninggalkan salat karena mengingkari
kewajibannya adalah kafir. Namun kemudian mereka berbeda pendapat tentang orang yang
meninggalkan salat tanpa mengingkari kewajibannya. Di antara mereka ada yang berpendapat
bahwa ia telah kafir dan keluar dari Islam. Sementara yang lain menyatakan bahwa hukumnya masih
berada di bawah kesyirikan dan kekafiran.

Para ulama juga berbeda pendapat tentang hukuman yang layak bagi orang yang meninggalkan
salat. Sebagian mereka berpendapat bahwa hukumannya adalah didera dan dipenjara, sedangkan
yang lain mengatakan bahwa ia harus dibunuh sebagai hukum had baginya, bukan karena murtad.

Akan tetapi jamaah sekalian, terlepas dari perbedaan pendapat para ulama tentang hukum dan
hukuman bagi orang yang meninggalkan salat dengan sengaja, hendaknya seorang muslim merasa
takut apabila keislamannya diperdebatkan oleh para ulama dengan sebab meninggalkan salat. Meski
seharusnya sudah cukup bagi kita untuk merasa takut jikalau meninggalkan salat dikarenakan
ancaman yang begitu keras dari Allah Subhanahu wa Ta’ala maupun dari Rasulullah shalallahu ‘alaihi
wa sallam. Sehingga Ibnu Qayyim berkata, “Orang yang meninggakan salat telah berbuat dosa besar
daripada berzina, mencuri, dan minum khamar. Orang yang meninggalkan salat akan mendapatkan
hukuman dan kemurkaan Allah di dunia dan di Akhirat.” (Kitab Ash-Shalah wa Hukmu Tarikiha, Hal.
9).
Salat adalah kebutuhan batin seorang hamba, layaknya makan dan minum sebagai kebutuhan
lahirnya. Sehari saja manusia tidak makan, maka badannya akan terasa lemas dan tidak berdaya.
Makan adalah hajat manusia dan penopang kesehatan badannya. Kebutuhan jasmani terhadap
makanan harus dipenuhi, sebagaimana kesehatan rohani juga harus dipenuhi. Kebutuhan hati kita
harus dipenuhi dengan banyak berdzikir kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, dan di antaranya adalah
dengna mengerjakan salat.
Hadirin rahimakumullah
Perhatikanlah orang-orang yang tidak salat! Hidupnya tidak mengalami ketenangan, meskipun secara
lahiriyah hidupnya kaya raya dan mempunyai harta yang berlimpah, namun mereka sama sekali tidak
mengalami ketenangan dan tidak juga kenyamanan. Berbeda dengan orang yang salat, ia merasa
‫‪tenang dan bahagia. Melaksanakan salat dapat menenangkan hati, karena di dalam salat‬‬
‫‪mengandung dzikrullah (mengingat Allah) dan itu mebawa kepada ketenangan batin, sebagaimana‬‬
‫‪Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala,‬‬
‫اَّلِذ يَن َء اَم ُنوا َو َتْطَم ِئُّن ُقُلوُبُهم ِبِذ ْك ِر ِهللا َأَالِبِذ ْك ِر ِهللا َتْطَم ِئُّن اْلُقُلوُب‬

‫)‪“Ketahuilah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenang.” (QS. Ar-Ra’d: 28‬‬
‫‪Jiwa‬‬ ‫‪orang‬‬ ‫‪yang‬‬ ‫‪melakukan‬‬ ‫‪salat‬‬ ‫‪akan‬‬ ‫‪mengalami‬‬ ‫‪ketenangan‬‬ ‫‪dan‬‬ ‫‪akan‬‬
‫‪mendapatkan thuma’ninah dalam hidup. Berbeda dengan orang yang enggan salat. Hidupnya‬‬
‫‪mengalami was-was, tidak tentang, ketakutan, dan selalu diganggu oleh setan.‬‬
‫‪Tunaikanlah salat karena ajal begitu dekat. Laksanakanlah perintah-Nya selagi amal masih dicatat.‬‬
‫‪Segeralah bertaubat sebelum pintu-Nya tertutup rapat. Jadilah hamba yang taat demi meraih surga-‬‬
‫‪Nya yang penuh dengan nikmat.Aamiin ya rabbal alamin‬‬

‫َباَر َك هّٰللا ِلي َو َلُك ْم ِفى ْالُقْر آِن ْالَعِظ ْيِم ‪َ ،‬و َنَفَعِني َو ِإَّياُك ْم ِبَم اِفْيِه ِم ْن آَيِة َو ِذ ْك ِر اْلَح ِكْيِم َو َتَقَّبَل ُهّٰللا ِم َّنا‬
‫َو ِم ْنُك ْم ِتَالَو َتُه َو ِإَّنُه ُهَو الَّس ِم ْيُع الَعِلْيُم ‪َ ،‬و َأُقْو ُل َقْو ِلي َهَذ ا َفأْسَتْغ ِفُر َهّٰللا الَعِظ ْيَم ِإَّنُه ُهَو الَغ ُفْو ُر‬
‫الَّر ِح ْيم‬

‫‪Khutbah II‬‬

‫َاْلَح ْم ُد ِهّٰلِل َنْح َم ُد ُه َو َنْسَتِع ْيُنُه َو َنْسَتْغ ِفُر ْه‪َ ،‬و َنُعوُذ ِباِهّٰلِل ِم ْن ُش ُرْو ِر َأْنُفِس َنا َو ِم ْن َس ِّيَئاِت َأْع َم اِلَنا‪َ ،‬م ْن‬
‫هّٰلل‬
‫َيْهِدِه ُهّٰللا َفَال ُمِض َّل َلُه َو َم ْن ُيْض ِلْل َفَال َهاِدَي َلُه‪َ .‬أْش َهُد َأْن َال ِإَلَه ِااَّل َو َأْش َهُد َأَّن ُمَحَّم ًد ا َع ْبُد ُه‬
‫ّٰل‬
‫َو َر ُسْو ُلُه اَل َنِبَي َبْع َد ُه‪َ .‬ال ُهـَّم َص ِّل َو َس ِّلْم َو َباِرْك َع َلى َس ِّيِد َنا ُمَحَّم ٍد َو َع َلى آِلِه َو َاْص َح اِبِه‬
‫‪َ.‬اْج َم ِع ْيَن ‪َ.‬أَّم ا َبْعُد ‪َ .‬فَيا ِع َباَد ِهّٰلِلا! ِاَّتُقْو ا َهّٰللا َح َّق ُتَقاِتِه َو اَل َتُم ْو ُتَّن ِإَّال َو َأْنُتْم ُم ْس ِلُم ْو َن‬

‫‪َ.‬قاَل ُهّٰللا َتعَاَلى ِفى ِكَتاِبِه اْلَك ِرْيِم ‪َ :‬أُع ْو ُذ ِباِهّٰلِل ِم َن الَّش ْيَطاِن الَّر ِج ْيِم ‪ِ .‬بۡس ِم ٱِهّٰلِل ٱلَّر ۡح َٰم ِن ٱلَّر ِح ْيِم‬
‫َو اْلَع ْص ِۙر‬
‫ِاَّن اِاْل ْنَس اَن َلِفْي ُخ ْس ٍۙر‬

‫ࣖ ِااَّل اَّلِذ ْيَن َم ُنْو ا َو َع ِم ُلوا الّٰص ِلٰح ِت َو َتَو اَص ْو ا ِباْلَح ِّق ۙە َو َتَو اَص ْو ا ِبالَّصْبِر‬
‫ٰا‬

‫‪ِ.‬إَّن َهّٰللا َو َم آَل ِئَكَتُه ُيَص ُّلْو َن َع لَى الَّنِبى َيآ َاُّيَها اَّلِذ ْيَن آَم ُنْو ا َص ُّلْو ا َع َلْيِه َو َس ِّلُم ْو ا َتْس ِلْيًم ا‬
‫‪DOA‬‬
‫ْأ‬
‫ِع َباَد ِهّٰللا ! ِإَّن َهّٰللا َي ُم ُر َنا ِبْالَع ْد ِل َو ْاِإل ْح َس اِن َو ِإْيتآِء ِذ ي ْالُقْر بَى َو َيْنَهى َع ِن ْالَفْح شآِء َو اْلُم ْنَك ِر‬
‫َو ْالَبْغ ِي َيِع ُظُك ْم َلَع َّلُك ْم َتَذَّك ُرْو َن َو اْذ ُك ُروا َهّٰللا ْالَعِظ ْيَم َيْذ ُك ْر ُك ْم َو اْشُك ُرْو ُه َع لَى ِنَعِمِه َيِزْد ُك ْم َو َلِذ ْك ُر‬
‫‪ِ.‬هّٰللا َاْك َبْر‬

Anda mungkin juga menyukai