Dari Abdullah bin Amru bin Ash ra, bahwa Nabi Muhammad SAW
bersabda, 'Soerang muslim adalah orang yang menjadikan muslim lainnya
merasa selamat dari lisan dan tangan (perbuatannya). Sedangkan muhajir
(orang yang hijrah) adalah orang yang meninggalkan segala yang dilarang
Allah SWT. (Muttafaqun Alaih).
Hadits ini merupakan hadits sahih yang diriwayatkan oleh hampir seluruh
Imam Hadits, yaitu Imam Bukhari, Imam Muslim, Imam Turmudzi, Imam
Abu Daud, Imam Ahmad bin Hambal, dsb. Dalam Imam-Imam kitab hadits
yang enam (baca ; kutubus sittah), hanya Imam Ibnu Majah yang tidak
meriwayatkan hadits ini. Dan hampir semua Imam ahli hadits sepakat akan
kesahihan hadits ini.
Dalam hijrah, komponen yang terpenting adalah 'niat'. Hal ini dapat kita
lihat dari kisah muhajir Ummu Qais. Dimana terdapat seorang shahabiah
yang bernama Ummu Qais, yang ingin hijrah melaksanakan perintah Allah
dan Rasul-Nya dari Mekah ke Madinah. Namun pada saat yang
bersamaan, terdapat seseroang yang 'menyukai' Ummu Qais ini. Dan
singkat cerita berhijrahlah pula orang tadi, namun dengan harapan dan
tujuan untuk mendapatkan 'cintanya' Ummu Qais.
Makna Keikhlasan
Ikhlas berasal dari bahasa Arab, yang sudah menjadi istilah dalam bahasa
Indonesia. Dari bahasa asalnya, ikhlas berasal dari kata "akhlasha", yang
berarti bersih, murni dan jernih. Dari kata dasar ini, membentuk infinitifnya
(masdar) menjadi "ikhlasan". Sedangkan orang yang ikhlas adalah
"mukhlis":
وهو مخلص- إخالصا- يخلص- أخلص
Adapun dari segi istilahnya, para ulama memberikan ekspresi bahasa yang
beragam, sesuai dengan kecendrungan dan spesialisasi mereka masing-
masing.
Urgensi Keikhlasan
َ َّ َأنَّ َأعْ َر ِاب ًّيا َسَأ َل ال َّن ِبي،َُعنْ َأ ِبيْ م ُْو َسى َرضِ َي هللاُ َع ْنه
َوالرَّ ُج ُل ُي َقا ِت ُل لِي َُرى، الرَّ ُج ُل ُي َقا ِت ُل َح ِمي ًَّة،ِصلَّى هللاٌ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َف َقا َل َيا َرس ُْو َل هللا
ْ ْ
ِ ِي العُل َيا َفه َُو فِيْ َس ِبي ِْل
هللا َ ُ َّ َ
ِ صلى هللاُ َعل ْي ِه َو َسل َم َمنْ َقا َت َل لِ َتك ْو َن َكلِ َمة
َ هللا ه َّ َ ُّ َف َقا َل الن ِبي، َوالرَّ ُج ُل ُي َقا ِت ُل ل ِِّلذ ْك ِر،َُم َكا ُنه
َّ
"Dari Abu Musa al-Asyari ra, mengatakan bahwa seorang Badui bertanya
kepada Rasulullah SAW, "Wahai Rasulullah SAW, seseorang berperang
karena kekesatriaaan, seseorang berperang supaya posisinya dilihat oleh
orang, dan seseorang berperang karena ingin mendapatkan pujian?
Rasulullah SAW menjawab "Barang siapa yang berperang karena ingin
menegakkan kalimatullah, maka dia fi sabilillah." (HR. Bukhari)
َيقُ ْو ُل هللاُ َع َّز َو َج َّل،ُك ْاَألصْ غَ ُر َيا َرس ُْو َل هللاِ؟ َقا َل الرِّ َياء
ُ ْ َقالُ ْوا َو َما ال ِّشر،ُك ْاَألصْ غَ ر
ُ ْف َما َأ َخافُ َعلَ ْي ُك ْم ال ِّشر
َ ِإنَّ َأ ْخ َو
)َي ْو َم ْالقِ َيا َم ِة ْاذ َهب ُْوا ِإلَى الَّذِيْ ُت َراء ُْو َن فِي ال ُّد ْن َيا َه ْل َت ِجد ُْو َن عِ ْن َد ُه ُم ْال َج َزا َء (رواه أحمد
Meskipun kecil, riya tetaplah bagian dari syirik yang harus disingkirkan
jauh-jauh dari hati kaum mu'minin. Sesuatu yang kecil, bila dibiarkan
tumbuh berkembang, maka lambat laun akan menjadi besar. Dan alangkah
meruginya, jika sesuatu yang negatif yang demikian besarnya, ternyata
bercokol di dalam hati orang mu'min. Sedangkan syirik merupakan dosa
yang tidak akan mendapatkan ampunan dari Allah SWT.
Ciri-ciri Riya' dan Ikhlas
"Orang yang riya, terdapat beberapa ciri, (1) malas, jika seorang diri, (2)
giat jika di tengah-tengah orang banyak, (3) bertambah semangat beramal
jika mendapatkan pujian, (4) berkurang frekwensi amalnya jika
mendapatkan celaan."
Sedangkan orang yang ikhlas adalah kebalikan dari hal tersebut diatas.
Adapun ciri-cirinya, diantaranya adalah;
4. Dirinya juga perlu meyadari pula bahwa dengan riya, seseorang dapat
diharamkan dari surga Allah. Dalam hadits digambarkan, bahwa Rasulullah
SAW menangis, karena takut umatnya berbuat riya'. Kemudian beliau
berkata, "Barang siapa yang belajar ilmu pengetahuan bukan kerena
mencari keridhoan Allah tapi karena keinginan duniawi, maka dia tidak
akan mencium baunya surga."
5. Banyak berdzikir kapada Allah SWT, terutama manakala sedang
menjalankan suatu amalan, yang tiba-tiba muncul pula niatan riya. Hal ini
sebaiknya segera diterapi dengan dzikir.
Inilah sekelumit hal mengenai keikhlasan, yang patut dihadirkan dan dijaga
dalam diri tiap insan. Keikhlasan bukan hanya monopoli mereka-mereka
yang pakar dalam ilmu keagamaan, atau mereka-mereka yang
berkecimpung dalam keilmuan syar'iyah. Namun keikhlasan adalah potensi
setiap insan dalam melakukan amalan ibadah kepada Allah. Bahkan tidak
sedikit mereka-mereka yang dianggap biasa-biasa saja, ternyata memiliki
keluarbiasaan dalam keimanannya kepada Allah.
Sumber : http://www.eramuslim.com/syariah/tafsir-hadits/hijrah-dalam-
keikhlasan.htm