Anda di halaman 1dari 4

7 Kenyataan Setelah Ramadhan

َ ‫ُور َأ ْنفُسِ َنا َمنْ َي ْه ِد هَّللا ُ َفالَ مُضِ َّل لَ ُه َو َمنْ يُضْ لِ ْل َفالَ َهاد‬
‫ِى لَ ُه‬ ِ ‫شر‬ ُ ْ‫ُوذ ِب ِه مِن‬ ُ ‫ِإنَّ ْال َحمْ َد هَّلِل ِ َنسْ َتعِي ُن ُه َو َنسْ َت ْغفِ ُرهُ َو َنع‬
‫َوَأ ْش َه ُ'د َأنْ الَ ِإلَ َه ِإالَّ هَّللا ُ َوَأ ْش َه ُ'د َأنَّ م َُح َّم ًدا َع ْب ُدهُ َو َرسُولُ ُه‬
‫ َقا َل هللاُ َت َعالَى فِي ِك َت ِاب ِه ال َك ِري ِْم‬:
َ ‫ِين آ َم ُنوا ا َّتقُوا هَّللا َ َح َّق ُت َقا ِت ِه َواَل َتمُو ُتنَّ ِإاَّل َوَأ ْن ُت ْم مُسْ لِم‬
]‫ُون‬ َ ‫[ َيا َأ ُّي َها الَّذ‬
]‫ث ِم ْن ُه َما ِر َجااًل َك ِثيرً ا َون َِسا ًء َوا َّتقُوا‬َّ ‫س َوا ِح َد ٍة َو َخلَ َق ِم ْن َها َز ْو َج َها َو َب‬ٍ ‫َيا َأ ُّي َها ال َّناسُ ا َّتقُوا َر َّب ُك ُم الَّذِي َخلَ َق ُك ْم مِنْ َن ْف‬
َ ‫ون ِب ِه َواَأْلرْ َحا َم ِإنَّ هَّللا َ َك‬
'‫ان َعلَ ْي ُك ْم َرقِي ًبا‬ َ ُ‫[هَّللا َ الَّذِي َت َسا َءل‬
]‫ِين آ َم ُنوا ا َّتقُوا هَّللا َ َوقُولُوا' َق ْواًل َسدِي ًدا يُصْ لِحْ لَ ُك ْم َأعْ َمالَ ُك ْم َو َي ْغفِرْ لَ ُك ْم ُذ ُنو َب ُك ْم َو َمنْ يُطِ ِع هَّللا َ َو َرسُولَ ُه َف َق ْد‬ َ ‫َيا َأ ُّي َها الَّذ‬
‫از َف ْو ًزا' عَظِ يمًا‬ َ ‫[ َف‬
‫ض ُ'ل الهُدَى هُدَى م َُح َّم ٍد‬ َ ‫هللا َوَأ ْف‬
ِ ُ‫ث ِك َتاب‬ ِ ‫الح ِد ْي‬
َ ‫َق‬ َ ‫ َفِإنَّ َأصْ د‬r ‫َو َشرَّ اُألم ُْورِ مُحْ َد َثا ُت َها َو ُك َّل مُحْ َد َث ٍة ِب ْد َع ٌة َو ُك َّل ِب ْد َع ٍة‬
ِ ‫ضالَلَ ٍة فِى ال َّن‬
‫ار‬ َ ‫ضالَلَ ٌة َو ُك َّل‬ َ
Jama’ah shalat Jumat yang semoga dirahmati oleh Allah,

Kita bersyukur pada Allah atas nikmat dan karunia yang telah Allah berikan
pada kita. Lebih-lebih Allah memberikan tiga nikmat yang utama sebagaimana disebutkan
oleh Wahb bin Al-Munabbih yaitu nikmat Islam, kesehatan dan kecukupan. Tanpa tiga
nikmat tersebut, kita akan sulit beramal.
Moga dengan nikmat yang kita peroleh tadi semakin meningkatkan ketakwaan
kita pada Allah Ta’ala.
Shalawat dan salam semoga tercurah kepada junjungan kita, Nabi besar
Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, begitu pula pada keluarga dan sahabatnya serta
yang mengikuti beliau dengan baik hingga akhir zaman.
Jama’ah shalat Jumat yang semoga dirahmati oleh Allah,
Ada sebuah perkataan yang disimpulkan oleh Ibnu Rajab Al-Hambali dalam
Lathaif Al-Ma’arif dan Ibnu Katsir dalam kitab tafsirnya, Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim dari tafsir
surat Al-Lail, juga kaedah ini disampaikan oleh ulama lainnya. Mereka berkata,

‫ َوِإنَّ ِمنْ َج َزا ِء ال َّس ِّيَئ ِة ال َّس ِّيَئ َة َبعْ َد َها‬،‫الح َس َن َة َبعْ َد َها‬
َ ‫الح َس َن ِة‬
َ ‫ب‬ ِ ‫ِإنَّ ِمنْ َث َوا‬
“Sesungguhnya di antara balasan kebaikan adalah kebaikan selanjutnya. Dan di
antara balasan dari amalan kejelekan adalah kejelekan selanjutnya.”
Berarti tanda suatu amalan itu diterima adalah kalau dilanjutkan dengan
kebaikan selanjutnya dan tanda suatu amalan tidak diterima (dinilai jelek) adalah jika
dilanjutkan dengan kejelekan selanjutnya.
Untuk bulan Ramadhan, jika amalan di bulan tersebut diterima, berarti setelah
Ramadhan diikuti dengan kebaikan. Tanda amalan tersebut tidak diterima adalah jika
setelah Ramadhan malah yang ada kejelekan atau amalan kebaikan malah jadi hilang.
Jama’ah shalat Jumat yang semoga dirahmati oleh Allah,
Dari penjelasan di atas, kami akan menjelaskan suatu kenyataan. Kita akan
temukan 7 kenyataan yang menunjukkan keadaan kebanyakan kaum muslimin setelah
Ramadhan.
Kenyataan pertama:
Malas mengerjakan shalat lima waktu, lebih-lebih lagi untuk shalat Shubuh
karena ba’da Ramadhan tidak lagi punya kebiasaan makan sahur. Padahal shalat adalah
suatu kewajiban yang mesti diperhatikan. Karena tegaknya bangunan Islam dilihat dari
apakaha shalat lima waktu didirikan ataukah tidak. Dari ‘Abdullah bin ‘Umar radhiyallahu
‘anhuma, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
َّ ‫مْس َش َهادَ ِة َأنْ الَ ِإ َل َه ِإالَّ هَّللا ُ َوَأنَّ م َُح َّم ًدا َع ْب ُدهُ َو َرسُولُ ُه َوِإ َق ِام ال‬
‫صالَ ِة َوِإي َتا ِء‬ ٍ ‫ُبن َِى اِإلسْ الَ ُم َع َلى َخ‬
‫ان‬
َ ‫ض‬ َ ‫ص ْو ِم َر َم‬ َ ‫ت َو‬ ِ ‫الز َكا ِة َو َح ِّج ْال َب ْي‬
َّ
“Islam dibangun di atas lima perkara: bersaksi bahwa tidak ada yang berhak
disembah melainkan Allah dan bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan
Allah; menunaikan shalat; menunaikan zakat; menunaikan haji ke Baitullah; dan berpuasa
Ramadhan.” (HR. Bukhari, no. 8; Muslim, no. 16)
Kalau shalat tidak ada, hancurlah bangunan Islam. Sehingga kalau shalat benar-
benar diperhatikan berarti tegaklah bangunan Islam. Terkhusus lagi shalat Shubuh jika
dijaga dengan baik, maka akan terselamatkan dari sifat kemunafikan.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda,

‫ِيه َما‬ َ ‫ َو َل ْو َيعْ َلم‬، ‫صالَ ِة ال َفجْ ِر َوال ِع َشا ِء‬


ِ ‫ُون َما ف‬ َ ْ‫ِين ِمن‬ َ ‫صالَةٌ ْأث َق َل َع َلى ال ُم َنا ِفق‬ َ ‫َلي‬
َ ‫ْس‬
ً‫َأل َت ْو ُه َما َو َل ْو َحبْوا‬
“Tidak ada shalat yang lebih berat bagi orang munafik selain dari shalat Shubuh
dan shalat ‘Isya’. Seandainya mereka tahu keutamaan yang ada pada kedua shalat
tersebut, tentu mereka akan mendatanginya walau sambil merangkak.” (HR. Bukhari, no.
657).
Kenyataan kedua:
Masjid mulai sepi bahkan tidak sedikit yang tidak ada kumandang azan. Parahnya lagi
setelah Ramadhan, ada masjid yang hanya menjadi sarang kotoran hewan (cicak, dll) .
Perhatikanlah bahwa shalat berjama’ah itu sangat ditekankan sekali bagi kaum pria. Yang
buta saja Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tetap menyuruhnya berjama’ah di masjid.
Ceritanya ada seorang laki-laki buta mendatangi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu dia
berkata, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku tidak memiliki orang yang menuntunku ke
masjid’. Kemudian pria ini meminta pada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam agar diberi
keringanan untuk shalat di rumah. Pada mulanya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
memberi dia keringanan. Namun, tatkala dia hendak berpaling, beliau shallallahu ‘alaihi wa
sallam memanggilnya lagi lantas berkata,

َّ ‫َه ْل َتسْ َم ُع ال ِّندَا َء ِبال‬


‫صالَ ِة‬
“Apakah engkau mendengar azan ketika shalat?”
Laki-laki buta tersebut menjawab, “Iya.”
Lalu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan,

ْ‫َفَأ ِجب‬
“Penuhilah panggilan azan tersebut.” (HR. Muslim, no. 653)
Lihatlah laki-laki yang buta saja tetap diwajibkan shalat berjama’ah. Bagaimana dengan kita
dalam keadaan sehat badan dan penglihatan pun masih normal?
Kenyataan ketiga:
Shalat malam sudah enggan, padahal di bulan Ramadhan kita menjadi orang yang gemar
shalat tarawih.Harusnya setelah Ramadhan menjadi orang yang semangat terus menjaga
shalat malam atau giat melakukan shalat tahajud (shalat malam setelah bangun tidur).Coba
perhatikan ada orang yang tidurnya sampai Shubuh itu tiba, ia tidak bangun untuk shalat
malam, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mencelanya ketika itu dengan mengatakan,

‫ْطانُ َبا َل فِى ُأ ُذ َن ْي ِه‬


َ ‫َذل َِك ال َّشي‬
“Demikianlah setan telah mengincingi kedua telinganya.” (HR. An-Nasa’i, no. 1609; Ibnu
Majah, no. 1330. Syaikh Al-Albani dalam Shahih At-Targib wa At-Tarhib no. 640
mengatakan bahwa hadits ini shahih).
Untungnya setan adalah makhluk ghaib yang kencingnya pun tidak bisa kita lihat.
Bayangkan jika kencing itu diwujudkan seperti kencing anak-anak kita?
Juga Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mencela pula orang yang dahulu rajin shalat malam,
namun sekarang ia meninggalkannya.
Dari ‘Abdullah bin ‘Amr bin Al-‘Ash radhiyallahu ‘anhuma, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam berkata padaku,
‫ك قِ َيا َم اللَّي ِْل‬ َ ‫ َك‬، ‫ الَ َت ُكنْ م ِْث َل فُالَ ٍن‬، ِ ‫َيا َع ْب َد هَّللا‬
َ ‫ان َيقُو ُم اللَّ ْي َل َف َت َر‬
“Wahai ‘Abdullah, janganlah engkau seperti si A. Dulu dia biasa mengerjakan shalat malam,
namun sekarang dia tidak mengerjakannya lagi.” (HR. Bukhari, no. 1152)
Kenyataan keempat:
Puasa sunnah sudah tidak mau dikerjakan karena merasa cukup dengan puasa wajib di
bulan Ramadhan.
Padahal puasa Ramadhan perlu disempurnakan dengan puasa sunnah. Biar kekurangan
yang ada pada puasa wajib bisa ditutup dengan puasa sunnah. Salah satu puasa yang bisa
dilakukan adalah puasa Syawal sebanyak enam hari.
Dari Abu Ayyub Al-Anshari radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
‫ان َكصِ َيا ِم الدَّهْ ِر‬ ٍ َّ‫ان ُث َّم َأ ْت َب َع ُه سِ ًّتا مِنْ َشو‬
َ ‫ال َك‬ َ ‫ض‬ َ ْ‫َمن‬
َ ‫صا َم َر َم‬
“Barangsiapa yang berpuasa Ramadhan kemudian berpuasa enam hari di bulan Syawal,
maka dia berpuasa seperti setahun penuh.” (HR. Muslim, no. 1164)
Puasa ini bisa dilakukan di awal, pertengahan atau di akhir. Puasa ini bisa pula dilakukan
berturut-turut atau tidak. Yang penting enam hari tersebut dikerjakan di bulan Syawal.
Kenyataan kelima:
Al-Qur’an ditinggalkan, dengan tidak dibaca, tidak dihafalkan atau tidak direnungkan dan
digali maknanya. Sebagaimana perkataan Nabi yang ada dalam Al-Qur’an,

َ ْ‫َو َقا َل الرَّ سُو ُل َيا َربِّ ِإنَّ َق ْومِي ا َّت َخ ُذوا ٰ َه َذا ْالقُر‬
‫آن َم ْهجُورً ا‬
“Wahai Tuhanku, sesungguhnya kaumku menjadikan Al-Qur’an ini sesuatu yang tidak
diacuhkan.” (QS. Al-Furqan: 30)
Ibnu Katsir menyatakan bahwa di antara makna ayat di atas adalah tidak mau
mendengarkan Al-Qur’an. Dalam Zad Al-Masir karya Ibnul Jauzi di antara pendapat Ibnu
‘Abbas dan Maqatil tentang ayat di atas bahwa Al-Qur’an tidak diperhatikan dan tidak
diimani lagi.
Kenyatan keenam:
Lisan, mata, dan pendengaran sulit lagi dijaga.
Kenyataan ketujuh:
Maksiat kembali berulang selepas Ramadhan.
Allah Ta’ala menyatakan,
‫ان َع ْن ُه َمسْ ُئواًل‬ َ َ‫ص َر َو ْالفَُؤ ادَ ُك ُّل ُأول‬
َ ‫ِئك َك‬ َ ‫ِإنَّ السَّمْ َع َو ْال َب‬
“Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta
pertanggungan jawabnya.” (QS. Al-Isra’: 36). Kata Ibnu Katsir, kesemuanya akan ditanya,
lalu ditanya pula apa yang dilakukan oleh pendengaran, penglihatan dan hati tersebut.
Moga 7 kenyataan yang disebutkan tersebut dapat kita hindari. Jangan sampai amlan baik
Ramadhan, malah diikuti dengan maksiat setelah itu. Harusnya setiap amal baik diikuti
dengan amal baik setelah itu.
Akhirnya kami memohon kepada Allah Ta’ala agar senantiasa memberikan kita petunjuk
dan taufik untuk tetap beramal shalih selepas Ramadhan ini. Moga kita terhindar dari
kenyataan jelek sebagaimana yang telah kami sebutkan di atas.
Moga amalan kita di bulan Ramadhan yaitu amalan shalat malam, membaca Al-Qur’an,
bersedekah dan lainnya diterima oleh Allah. Moga kita diberi keistiqamahan serta diberi
keistimewaan untuk bertemu dengan bulan Ramadhan berikutnya.

Anda mungkin juga menyukai